Pada saat itu, diwaktu yang sama di tempat lain, Rachel sudah berada di kantornya,
Dikantor, Rachel menjadi lebih sering melamun, dan tampak sedang memikirkan sesuatu.Dia seolah melihat bayang-bayang ingatan disaat sang suami menarik koper berisi pakaiannya pergi dari rumah.
“Apa aku sudah keterlaluan kepadanya?” Gumam Rachel.
Rachel sebenarnya merasa sangat senang saat melihat Radhis datang, tapi bagaimanapun juga Rachel juga merasa marah kepadanya.
Bagaimana tidak, waktu itu Rachel melihat sendiri Radhis menggendong Ester di depan seperti seorang Ratu.
Suara dering ponsel menyadarkannya dari lamunan.
“Mari Nona silahkan.” Manajer tempat pelelangan hunian itu mengagetkan Rachel.“Hm. Iya,” jawab Rachel dengan menganggukan kepalanya dengan ekspresi manis.Keempat orang itu kini memasuki Villa baru milik Radhis. Saat mereka berjalan Tania masih mencoba untuk berbicara dengan Sang manajer itu, tanpa rasa malu sedikitpun Tania bertanya, “Untuk surat-surat dari Villa ini apa bisa di atas namakan Sa- maksud saya di atas namakan anak Saya.”“Mohon maaf nyonya, dikarenakan tuan Ed ataupun nona Ester tidak ada yang memberikan instruksi, jadi untuk nama pemilik Villa ini adalah tetap tuan Radhis.” Jawab manajer tempat pelelangan Hunian. 
“Sebenarnya aku baru tahu kemarin saat aku mengambil pakaian di rumah lama kami, jika wanita yang aku temui di Tempat Pelelangan Hunian waktu itu adalah ibu dari Deon nyonya dari keluarga Dodge.” ucap Radhis.Ed yang mendengar ucapan Radhis kembali bercerita, lebih tepatnya Ed memberikan informasi tambahan kepada Radhis, “Benar tuan, dan menurut informasi yang saya dapat sebelumnya Sandra sempat beradu nominal untuk mendapatkan Villa A1 yang sekarang ditempati oleh keluarga nona Rachel.”“Sudah biarkan saja,” ucap Radhis cuek.“Maksud saya, jika Tuan Muda merasa mereka mengganggu, saya bisa membuat keluarga Dodge itu pergi dari sana, lagi pula mereka membeli Villa A2 itu dengan mencicil.” Tambah Ed menjelaskan kepada Radhis.
Radhis kini di kediamannya sedang menyambut kedatangan kakeknya, Kakek Zond.Dia ditemani Ed kini sedang berada di ruang tamu, sembari membaca beberapa buku, sungguh hari yang tak mungkin dia lalui jika dirinya berada dirumah lamanya,atau masih tinggal bersama dengan keluarga Rachel.Disaat itu secara kebetulan Knox datang dari luar dan segera memberikan laporan kepada Radhis. “Tuan Muda!” Ucap Knox dengan berlari kecil ke arah Radhis.“Ada apa?” Tanya Radhis.“Saya mau melaporkan, mobil Tuan Besar baru saja memasuki gerbang luar.” Jelas Knox.“Aku mengerti.”
Setelah mendengar ucapan Radhis, kakek Zond menjadi penasaran dan akhirnya bertanya.“Sebelum mereka datang, Kakek ingin bertanya kepadamu.” ucap Kakek Zond.“Silahkan kakek,” jawab Radhis sambil mengambil cangkir Teh yang dibawakan oleh Loren untuk sang kakek. Bagaimanapun juga kakeknya adalah orang yang spesial itu membuat Radhis sedikit banyak berusaha untuk melayani kakeknya sendiri. sedangkan cangkir teh yang lain disuguhkan oleh pelayan yang lain.Kakek Zond melanjutkan berbincang dengan Radhis sambil minum teh yang tadi disuguhkan.“Kakek merasa penasaran, kenapa kamu lebih memilih untuk membeli saham mereka,” tanya Kakek Zond.“Jadi k
Setelah meletakkan cangkir teh nya di atas meja yang sangat terlihat kemewahannya itu, Kakek Zond kembali melanjutkan perkataanya yang sempat dia potong.Dalam perkataannya kini kakek Zond menjelaskan jika dia hanya ingin agar kepala keluarga Gienis menyadari lagi kesalahannya dan menimbang apakah pantas untuk mendapatkan pengampunan dari Radhis atas nyawanya.Mendengar hal itu kepala keluarga Gienis hanya bisa kembali meminta maaf kepada kakek Zond dan juga Radhis. Bahkan kini dengan penuh rasa hormat, ayah dari Jolly Gienis itu bersujud di hadapan Radhis hanya untuk sekedar mengucapkan terimakasih karena nyawanya masih di ampuni, mengingat semua yang sudah dia lakukan sebelumnya.“Apa kalian sudah mengerti?” Tanya kakek Zond di penghujung perkataannya.&ldq
***Kini sudah jam tujuh malam lebih.Kakek Zond baru saja selesai makan malam bersama dengan Ester dan juga Radhis.Tidak lupa juga Ed Ackerley ikut berada disana, tapi, sebagai bentuk kesopanan Ed menghampiri ketiga orang tadi diruang makan setelah memastikan mereka sudah selesai melakukan makan malamnya.Sedangkan Boas kini sedang berada di luar rumah, dalam mode siaga, menunggu instruksi dari tuannya.Di Dalam Mansion, lebih tepatnya di ruang makan, kakek Zond begitu senang bisa makan malam bersama dengan cucunya serta Ester.“Radhis, sebenarnya ada yang i
“Apa itu?” tanya kakek Zond.“Tidak kek,” jawa Radhis dengan berusaha untuk tampak segar di hadapan kakeknya.“Biarkan saya mengatasi semuanya dulu, jika memang semua sudah teratasi, maka saya akan bercerita kepada kakek.” papar Radhis.“Baiklah, aku yakin kamu adalah keturunanku, dan tidak ada yang tidak bisa kamu atasi.” jawab kakek Zond dengan ekspresi cerah.“Ester. Temani kakek minum Teh, kita juga akan memeriksa laporan yang kamu bawa,” ucap kakek Zond yang kemudian berdiri.Radhis tanpa berkata apa-apa lantas berdiri, tapi kakek Zong mengerti jika Radhis akan ikut untuk minum teh dengannya dan juga Ester.“Ka
Dua hari berselang, kemarin kakek Zond sudah kembali ke Moland dengan menaiki jet pribadinya, dengan diantarkan oleh Radhis dan Ester.Kini setelah beberapa waktu dari kejadian penembakan Radhis di Aula Geneve, Radhis sudah mulai aktif masuk ke kantornya selayaknya seorang direktur pada umumnya.Ester menyambut kedatangan Radhis di iringi oleh pegawai kantor yang lainnya.Berbeda dengan biasanya, kini begitu Radhis turun dari pintu belakang mobilnya tampak seorang pria yang begitu tampan dan gagah, dengan setelan jas mahal, model rambutnya yang berbeda serta tertata rapi membuat kesan maskulin.Sekilas, tidak tampak jika dia adalah Radhis.Untuk orang yang tidak mengenal Radhis secara deka