Radhis kini di kediamannya sedang menyambut kedatangan kakeknya, Kakek Zond.
Dia ditemani Ed kini sedang berada di ruang tamu, sembari membaca beberapa buku, sungguh hari yang tak mungkin dia lalui jika dirinya berada dirumah lamanya,atau masih tinggal bersama dengan keluarga Rachel.Disaat itu secara kebetulan Knox datang dari luar dan segera memberikan laporan kepada Radhis.
“Tuan Muda!” Ucap Knox dengan berlari kecil ke arah Radhis.“Ada apa?” Tanya Radhis.
“Saya mau melaporkan, mobil Tuan Besar baru saja memasuki gerbang luar.” Jelas Knox.
“Aku mengerti.”
Setelah mendengar ucapan Radhis, kakek Zond menjadi penasaran dan akhirnya bertanya.“Sebelum mereka datang, Kakek ingin bertanya kepadamu.” ucap Kakek Zond.“Silahkan kakek,” jawab Radhis sambil mengambil cangkir Teh yang dibawakan oleh Loren untuk sang kakek. Bagaimanapun juga kakeknya adalah orang yang spesial itu membuat Radhis sedikit banyak berusaha untuk melayani kakeknya sendiri. sedangkan cangkir teh yang lain disuguhkan oleh pelayan yang lain.Kakek Zond melanjutkan berbincang dengan Radhis sambil minum teh yang tadi disuguhkan.“Kakek merasa penasaran, kenapa kamu lebih memilih untuk membeli saham mereka,” tanya Kakek Zond.“Jadi k
Setelah meletakkan cangkir teh nya di atas meja yang sangat terlihat kemewahannya itu, Kakek Zond kembali melanjutkan perkataanya yang sempat dia potong.Dalam perkataannya kini kakek Zond menjelaskan jika dia hanya ingin agar kepala keluarga Gienis menyadari lagi kesalahannya dan menimbang apakah pantas untuk mendapatkan pengampunan dari Radhis atas nyawanya.Mendengar hal itu kepala keluarga Gienis hanya bisa kembali meminta maaf kepada kakek Zond dan juga Radhis. Bahkan kini dengan penuh rasa hormat, ayah dari Jolly Gienis itu bersujud di hadapan Radhis hanya untuk sekedar mengucapkan terimakasih karena nyawanya masih di ampuni, mengingat semua yang sudah dia lakukan sebelumnya.“Apa kalian sudah mengerti?” Tanya kakek Zond di penghujung perkataannya.&ldq
***Kini sudah jam tujuh malam lebih.Kakek Zond baru saja selesai makan malam bersama dengan Ester dan juga Radhis.Tidak lupa juga Ed Ackerley ikut berada disana, tapi, sebagai bentuk kesopanan Ed menghampiri ketiga orang tadi diruang makan setelah memastikan mereka sudah selesai melakukan makan malamnya.Sedangkan Boas kini sedang berada di luar rumah, dalam mode siaga, menunggu instruksi dari tuannya.Di Dalam Mansion, lebih tepatnya di ruang makan, kakek Zond begitu senang bisa makan malam bersama dengan cucunya serta Ester.“Radhis, sebenarnya ada yang i
“Apa itu?” tanya kakek Zond.“Tidak kek,” jawa Radhis dengan berusaha untuk tampak segar di hadapan kakeknya.“Biarkan saya mengatasi semuanya dulu, jika memang semua sudah teratasi, maka saya akan bercerita kepada kakek.” papar Radhis.“Baiklah, aku yakin kamu adalah keturunanku, dan tidak ada yang tidak bisa kamu atasi.” jawab kakek Zond dengan ekspresi cerah.“Ester. Temani kakek minum Teh, kita juga akan memeriksa laporan yang kamu bawa,” ucap kakek Zond yang kemudian berdiri.Radhis tanpa berkata apa-apa lantas berdiri, tapi kakek Zong mengerti jika Radhis akan ikut untuk minum teh dengannya dan juga Ester.“Ka
Dua hari berselang, kemarin kakek Zond sudah kembali ke Moland dengan menaiki jet pribadinya, dengan diantarkan oleh Radhis dan Ester.Kini setelah beberapa waktu dari kejadian penembakan Radhis di Aula Geneve, Radhis sudah mulai aktif masuk ke kantornya selayaknya seorang direktur pada umumnya.Ester menyambut kedatangan Radhis di iringi oleh pegawai kantor yang lainnya.Berbeda dengan biasanya, kini begitu Radhis turun dari pintu belakang mobilnya tampak seorang pria yang begitu tampan dan gagah, dengan setelan jas mahal, model rambutnya yang berbeda serta tertata rapi membuat kesan maskulin.Sekilas, tidak tampak jika dia adalah Radhis.Untuk orang yang tidak mengenal Radhis secara deka
“Tuan! Saya mendapatkan panggilan dari Wish Corp,” Ester dengan tergesah-gesah masuk kedalam ruangan Radhis.Radhis sedikit terpaku, bahkan dia seolah hilang kesadaran untuk sesaat. “Tuan!” panggil Ester.“Iya?” Tanya Radhis dengan ekspresi wajahnya yang dingin.“Baru Saja saya mendapat telepon dari Wish Corp, lebih tepatnya dari sekretaris Nona Rachel.”“Ada apa?” Tanya Radhis dengan melipat beberapa map yang ada di depannya.Dengan kaki erlang, Radhis menatap ke arah Ester dengan tatapan yang dingin,tajam, tapi sangat terlihat tatapan itu adalah tatapan yang dapat mempesona se
Beberapa saat yang lalu, sebelum jam makan siang.Sandra, ibu Deon sedang berkunjung ke kediaman Rachel yang baru.Villa A1.Satu hal yang lucu disini adalah, Sandra baru saja sadar setelah dia melihat kembali alamat yang dikirimkan oleh Rachel kepadanya, jika itu adalah alamat Villa yang ada di dekat Villa Barunya.Sandra dan keluarganya memang lebih dulu menempati villa mereka, karena tidak harus melakukan renovasi.Sementara untuk keluarga Dere, atau keluarga mertua Radhis, Sedikit mengalami penundaan karena kediaman mereka atau Villa mereka harus lebih dulu dibenahi, mengingat harga yang sudah dibayarkan oleh Ester sangat besar.Hal itu dik
“Radhis? Aku baru menyadari jika nama menantumu ini pernah aku dengar.” ucap Sandra.“Tania, Benarkah apa yang diucapkan oleh Suamimu?” tanya Sandra.“Tentu saja benar,” jawab Dere menyahuti.Tania semakin merasa kesal itu karena sebelum dirinya sempat menjawab pertanyaan Sandra yang tentunya dengan sebuah kebohongan, Dere sudah terlebih dahulu menjawab nya dengan sebuah kejujuran.Dere kini duduk di hadapan Sandra dan Daka, Dere tidak peduli dengan jika Tania akan marah kepada dirinya, yang ada dalam pikirannya adalah setidaknya dia akan membantu anaknya “Rachel” untuk lepas dari orang-orang seperti Sandra dan Daka.