Dua hari berselang, kemarin kakek Zond sudah kembali ke Moland dengan menaiki jet pribadinya, dengan diantarkan oleh Radhis dan Ester.
Kini setelah beberapa waktu dari kejadian penembakan Radhis di Aula Geneve, Radhis sudah mulai aktif masuk ke kantornya selayaknya seorang direktur pada umumnya.
Ester menyambut kedatangan Radhis di iringi oleh pegawai kantor yang lainnya.
Berbeda dengan biasanya, kini begitu Radhis turun dari pintu belakang mobilnya tampak seorang pria yang begitu tampan dan gagah, dengan setelan jas mahal, model rambutnya yang berbeda serta tertata rapi membuat kesan maskulin.
Sekilas, tidak tampak jika dia adalah Radhis.
Untuk orang yang tidak mengenal Radhis secara deka“Tuan! Saya mendapatkan panggilan dari Wish Corp,” Ester dengan tergesah-gesah masuk kedalam ruangan Radhis.Radhis sedikit terpaku, bahkan dia seolah hilang kesadaran untuk sesaat. “Tuan!” panggil Ester.“Iya?” Tanya Radhis dengan ekspresi wajahnya yang dingin.“Baru Saja saya mendapat telepon dari Wish Corp, lebih tepatnya dari sekretaris Nona Rachel.”“Ada apa?” Tanya Radhis dengan melipat beberapa map yang ada di depannya.Dengan kaki erlang, Radhis menatap ke arah Ester dengan tatapan yang dingin,tajam, tapi sangat terlihat tatapan itu adalah tatapan yang dapat mempesona se
Beberapa saat yang lalu, sebelum jam makan siang.Sandra, ibu Deon sedang berkunjung ke kediaman Rachel yang baru.Villa A1.Satu hal yang lucu disini adalah, Sandra baru saja sadar setelah dia melihat kembali alamat yang dikirimkan oleh Rachel kepadanya, jika itu adalah alamat Villa yang ada di dekat Villa Barunya.Sandra dan keluarganya memang lebih dulu menempati villa mereka, karena tidak harus melakukan renovasi.Sementara untuk keluarga Dere, atau keluarga mertua Radhis, Sedikit mengalami penundaan karena kediaman mereka atau Villa mereka harus lebih dulu dibenahi, mengingat harga yang sudah dibayarkan oleh Ester sangat besar.Hal itu dik
“Radhis? Aku baru menyadari jika nama menantumu ini pernah aku dengar.” ucap Sandra.“Tania, Benarkah apa yang diucapkan oleh Suamimu?” tanya Sandra.“Tentu saja benar,” jawab Dere menyahuti.Tania semakin merasa kesal itu karena sebelum dirinya sempat menjawab pertanyaan Sandra yang tentunya dengan sebuah kebohongan, Dere sudah terlebih dahulu menjawab nya dengan sebuah kejujuran.Dere kini duduk di hadapan Sandra dan Daka, Dere tidak peduli dengan jika Tania akan marah kepada dirinya, yang ada dalam pikirannya adalah setidaknya dia akan membantu anaknya “Rachel” untuk lepas dari orang-orang seperti Sandra dan Daka.
Radhis kini sudah berada di luar perusahaan Geneve, dia sedang duduk santai di depan gedung itu dengan perasaan yang sedikit cemas.Dia berharap agar dirinya segera bertemu dengan istrinya, selain itu dia cemas karena membayangkan istrinya yang datang kesana dengan diantarkan oleh laki-laki lain, yang sebelumnya sempat membuat Radhis cemburu.Sempat terbesit di pikiran, bayangan dimana RAchel sedang berdiri berhadapan dengan Deon.Gambaran di pikirannya begitu jelas, apalagi saat Deon menyentuh pipi Rachel dengan begitu mesra.Kini semakin cemas Radhis, saat dirinya melihat mobil A6 milik Rachel datang.“Menggunakan Mobil itu? Bukankah ini sesuatu yang sangat tampak disengaja?&
Radhis tidak mau terlalu impulsif.Dia tidak mau terlalu bermasalah dengan pengendalian dirinya atau perilakunya hanya karena dia melihat kejadian itu.“Parkirkan mobilku,” ucap Deon yang masih menarik tangan Rachel, sedangkan tangan satunya melemparkan kunci mobil kepada petugas valet parkir.Radhis hanya terdiam melihat istrinya yang ditarik oleh Deon. Dia hanya melangkahkan kakinya menuju ke meja resepsionis.Sementara disaat berada dalam lobi kantor Rachel menarik tangannya yang sedang di genggam oleh Deon.Deon yang mendapatkan perlakuan seperti itu dari Rachel hanya bisa terdiam, bagaimanapun juga dia tahu, bagi Rachel dirinya bukanlah siapa-siapa.
“Untuk apa kau mengikuti kami?” tanya Deon dengan sinis kepada Radhis.Radhis menatap ke arah Deon dengan mulut terdiam dan tatapannya masih tetap terlihat dingin seperti biasanya.Setelah puas menatap Deon dengan tatapan dinginnya, Radhis memalingkan wajahnya ke arah pintu lift.Setelah sama-sama terdiam untuk beberapa saat, Deon mencoba untuk kembali berbicara kepada Radhis.“Hey, apa kau tidak mendengarku?”“Aku tekankan kepadamu, aku adalah orang pertama yang masuk ke dalam lift ini, dan aku juga yang menekan nomor lantai yang akan aku tuju, darimana datangnya keyakinan mu bahwa aku adalah orang yang mengikutimu?” Jawab Radhis.&
“Ee, i … iya?” Rachel tergagap saat Ester memanggilnya.“Jadi?” Ester secara tersirat melalui satu katanya, mencoba untuk memastikan kepentingan Rachel datang kesana.“Oh iya, tolong, ini …” ucap Rachel dengan menyodorkan berkas yang dia bawa.Ester menerima uluran berkas dari Rachel,setelah itu beberapa lembar dibuka dan dibaca olehnya.“Ini?” tanya Ester.Rachel segera menjelaskan, “Benar, saya baru tahu jika beberapa waktu yang lalu direktur Geneve juga mengalami kejadian yang tidak mengenak
“Tunggu!” Deon seperti orang bodoh berlari mengikuti Rachel untuk keluar dari ruang rapat utama milik perusahaan Geneve.Ester masih belum memulihkan kesadarannya atas apa yang sudah terjadi barusan.Ester hanya bisa memandang ke arah pintu saat Deon dan Rachel sama-sama keluar dari ruangan itu.Saat dia sadar jika dia telah salah, Ester segera menatap ke arah Radhis dan dengan penuh ketulusan dia meminta maaf. Memang Ester tidak ada maksud untuk menambah kesalahpahaman antara Rachel dan Radhis, tapi Ester juga tidak bisa menahan refleks nya saat dia melihat sesuatu terjadi kepada Radhis.“Tolong maafkan aku,” ucap Ester sebagai teman.