Radhis tidak mau terlalu impulsif.
Dia tidak mau terlalu bermasalah dengan pengendalian dirinya atau perilakunya hanya karena dia melihat kejadian itu.“Parkirkan mobilku,” ucap Deon yang masih menarik tangan Rachel, sedangkan tangan satunya melemparkan kunci mobil kepada petugas valet parkir.
Radhis hanya terdiam melihat istrinya yang ditarik oleh Deon. Dia hanya melangkahkan kakinya menuju ke meja resepsionis.
Sementara disaat berada dalam lobi kantor Rachel menarik tangannya yang sedang di genggam oleh Deon.
Deon yang mendapatkan perlakuan seperti itu dari Rachel hanya bisa terdiam, bagaimanapun juga dia tahu, bagi Rachel dirinya bukanlah siapa-siapa.
“Untuk apa kau mengikuti kami?” tanya Deon dengan sinis kepada Radhis.Radhis menatap ke arah Deon dengan mulut terdiam dan tatapannya masih tetap terlihat dingin seperti biasanya.Setelah puas menatap Deon dengan tatapan dinginnya, Radhis memalingkan wajahnya ke arah pintu lift.Setelah sama-sama terdiam untuk beberapa saat, Deon mencoba untuk kembali berbicara kepada Radhis.“Hey, apa kau tidak mendengarku?”“Aku tekankan kepadamu, aku adalah orang pertama yang masuk ke dalam lift ini, dan aku juga yang menekan nomor lantai yang akan aku tuju, darimana datangnya keyakinan mu bahwa aku adalah orang yang mengikutimu?” Jawab Radhis.&
“Ee, i … iya?” Rachel tergagap saat Ester memanggilnya.“Jadi?” Ester secara tersirat melalui satu katanya, mencoba untuk memastikan kepentingan Rachel datang kesana.“Oh iya, tolong, ini …” ucap Rachel dengan menyodorkan berkas yang dia bawa.Ester menerima uluran berkas dari Rachel,setelah itu beberapa lembar dibuka dan dibaca olehnya.“Ini?” tanya Ester.Rachel segera menjelaskan, “Benar, saya baru tahu jika beberapa waktu yang lalu direktur Geneve juga mengalami kejadian yang tidak mengenak
“Tunggu!” Deon seperti orang bodoh berlari mengikuti Rachel untuk keluar dari ruang rapat utama milik perusahaan Geneve.Ester masih belum memulihkan kesadarannya atas apa yang sudah terjadi barusan.Ester hanya bisa memandang ke arah pintu saat Deon dan Rachel sama-sama keluar dari ruangan itu.Saat dia sadar jika dia telah salah, Ester segera menatap ke arah Radhis dan dengan penuh ketulusan dia meminta maaf. Memang Ester tidak ada maksud untuk menambah kesalahpahaman antara Rachel dan Radhis, tapi Ester juga tidak bisa menahan refleks nya saat dia melihat sesuatu terjadi kepada Radhis.“Tolong maafkan aku,” ucap Ester sebagai teman.
Kepingan puzzle seolah semakin tidak bisa disatukan,Semua keadaan semakin tidak bisa diprediksi.“Kenapa seperti ini? Haruskah semuanya seperti ini?” Radhis bergumam.Pada saat ini Radhis sedang berada dalam mobilnya dengan di supiri oleh Boas.Seperti yang diketahui semenjak Tania melarang Boas untuk menjadi supir pribadi Rachel, Boas mengabdikan dirinya untuk menjadi supir Radhir.Dengan penuh dedikasi besar Boas selalu berada di samping tuan nya.Kemanapun Radhis pergi, Boas akan selalu siap sedia untuk mengantarkan dan mengawalnya.
Cukup lama laki-laki misterius itu berbincang dengan B melalui teleponnya.Inti perbincangan mereka adalah mencari kebenaran dibalik siapa pewaris keluarga Zond yang sebenarnya.Sebelumnya laki-laki misterius itu sudah sangat yakin jika Radhis adalah anak dari Raymond Zond, tapi setelah apa yang dijelaskan oleh B, yang sudah jelas berdasar informasi yang didapatkan dari para anak buahnya.“Aku tidak akan melupakan rasa sakit yang pernah kalian berikan. Aku akan menuntut balas! Bahkan kepada anak kalian, aku tidak akan membiarkan dia ada didunia ini.” Geram laki-laki misterius yang tadi menelepon B.Kembali kepada Radhis.Kini Dia sedang berada di sebuah rumah tua, sendiri.
Radhis melihat jam di layar ponselnya, dia baru sadar jika sekarang sudah hampir jam tujuh malam.“Kita lanjut bicara di luar saja,” ucap Radhis yang berdiri dan segera pergi dari ruang baca mansion.Begitu Radhis melewati pintu ruang baca, Nora sudah berdiri disana menyambut tuannya yang masih mudah dan tampan itu. Dengan sedikit menunduk Nora berkata kepada Radhis jika makan malam telah disiapkan.Radhis kini menyantap makan malamnya bersama dengan Ester.Disela-sela makan malam itu Radhis masih sedikit membicarakan proposal tentang Austreet Market.Radhis merasa jika ada sesuatu yang belum terselesaikan, dia merasa jika ketentuan nominal dalam proposal itu akan membera
Ester masuk kekamar mandi untuk mengganti pakaiannya dengan piyama sutra yang tadi diberikan oleh miss Loren.Disaat dia melepas semua baju kerja yang melekat di tubuhnya, Ester tidak langsung mengganti dengan piyama sutra yang ada di dekatnya, melainkan Ester masih memandangi pantulan dirinya di kaca yang tanpa sehelai benangpun itu.Ester memang sangatlah cantik. Sama dengan Rachel, kulitnya putih mulus dan badan yang sexy.Dengan memutar-mutar badannya beberapa kali, Ester terkikik sendiri.“Sepertinya aku tak kalah dari —”Ester tak melanjutkan kalimatnya.Wanita muda itu kini terdiam menatap cermin.
Setelah miss loren pergi, lebih dulu Ester mencuci mukanya di kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.Setelah itu Ester segera turun ke ruang makan, untuk menyantap sarapan paginya.Di pintu masuk ruang makan sudah berdiri miss Loren dan Nora.Miss Loren masih saja tersenyum ikhlas saat melihat kecantikan Ester yang terbalut dengan piyama tidur warna pink yang dia pakai.Ester menyadari jika dia belum mengganti piyamanya.Dengan wajah merah Ester tetap menahan rasa malunya berusaha agar masih terlihat anggun.“Oh tidak, bagaimana jika Radhis melihatku dengan pakaian seperti ini?” Ucap Ester dalam