Setelah beberapa saat berlalu Ed kembali sekaligus membawakan secangkir latte panas.
“Silahkan Tuan Muda,” ucap Ed dengan meletakkan latte di meja kerja Radhis.
“Terimakasih.” Ucap Radhis, yang kemudian meraih cangkir kopi di meja kerjanya itu.
Setelahnya, Radhis menyeruput kopi di cangkirnya dengan menghadap ke luar gedungnya.
“Maaf Tuan Muda, tapi kenapa saya merasa jika Tuan Muda sedikit lunak kepada kepala keluarga Gienis?” tanya Ed yang berdiri di samping Radhis.
Dengan tatapan yang seolah tidak berujung, Radhis sesali menyeruput latte di cangkir yang sedang dipegang olehnya.
Ed yang melihat Tuan mudanya seperti itu tidak berani untuk mengulangi pertanyaannya. Ed hanya bisa menunggu sampai Tuan mudanya itu berbicara sendiri.
Setelah puas menatap, Radhis mula
Suara tawa riang Alin terdengar ringan di telepon itu.Itu karena Alin merasa jika Rachel, direktur dari Wish Corp memiliki satu sikap yang lucu menurutnya.“Sebenarnya saya sekarang sedang berada di Auckland, saya berencana untuk bertemu dengan Nona besok. Apakah Nona bisa?” tanya Alin."Bagaimana kalau sekarang saja? Kebetulan aku tidak sibuk hari ini. Kalau besok, Saya tidak bisa memastikan kapan ada waktu luang, jadi sebaiknya–sekarang saja!"“Sekarang?” Tanya Alin yang tampaknya sedikit keberatan, itu terdengar dari nada bertanya-nnya.“Nona, Sebenarnya …” Rachel sepertinya ragu-ragu untuk berbicara.
Kini Saryn sudah sampai di depan hotel tempat Alin berada, begitu cepat Rachel berkendara , sampai dirinya tidak menyadari jika tempat yang di tujuh olehnya adalah hotel Emperor-Lux.Awalnya Rachel tidak begitu memperdulikannya, tapi, beberapa langkah Rachel mendekat ke hotel itu, dia mengingat bahwa sebenarnya ini adalah Hotel Ed. Dimana yang dia tahu Ed adalah orang yang sudah bertanggung jawab atas suaminya. Bahkan yang diketahui oleh Rachel dan keluarganya adalah Radhis bekerja untuk menjadi bawahan Ed.Rachel merenung, dia hanya bisa berdiri mematung dan menunduk sambil melihat ke arah dua kakinya yang yang kini sejajar tertutup rapat-rapat. “Apa – Radhis ada di dalam?” Rachel bergumam pelan untuk dirinya sendiri.
“Tuan, tolong jangan libatkan Anak Saya dalam urusan ini!” Gienis masih mencoba untuk berbicara kepada Ed.Sampai sekarang Gienis masih meragukan status Radhis di hadapannya, dia sama sekali tidak tahu jika Radhis adalah keluarga Zond dan direktur dari Geneve. Gienis hanya bisa berpikir bahwa cara satu-satunya agar Jolly tidak mendapatkan masalah adalah dengan memohon kepada Ed, tanpa dia sadari jika Radhis adalah orang yang paling berpengaruh disini.“Bukan hak ku untuk menentukan keselamatanmu dan juga anakmu.” ucap Ed dengan dingin.“Lantas kepada siapa saya harus memohon agar dibiarkan hidup? Haruskah saya memohon kepada menantu Wish ini?” ucap Gienis yang berusaha menunjuk Radhis dengan
“Nona Ester!” Panggil Radhis.“Saya disini, Tuan Muda!” Jawab Ester dengan mendekat ke arah Radhis.“Tetap dekat ku, catat semuanya.” Ucap Radhis lagi, yang tentu saja disanggupi oleh Ester.Kini Radhis sedang mencoba untuk berunding dengan Gienis.Radhis tampak memang sudah menyiapkan semuanya, itu terbukti dari Hadirnya Ester disana.“Tuan Gienis, apa kau benar-benar ingin melakukan apapun agar aku mengampuni nyawamu?” Tanya Radhis.“Tentu saja Tuan!”“Jika memang begitu,” Radhis menahan sebentar perkataannya. Sampai akh
Di Ruangan direktur Geneve, Radhis, Ester dan Ed sedang berada di dalam sana bertiga.Radhis duduk di kursi direkturnya, sedangkan Ed dan Ester duduk di sofa yang tersedia disana."Maaf Tuan Muda." Ucap Ed.Setelah meminta maaf yang entah kenapa, Ed kembali bertanya. "Bukannya mengampuni nyawa Gienis itu terlalu ringan, mengingat apa apa yang sudah dilakukan olehnya?"Radhis berdiri dan berjalan mendekati Ed. Radhis duduk di sofa yang berbeda dengan Ed dan Ester. Jika yang diduduki oleh Ed adalah sofa panjang yang tentunya berbagi dengan Ester, Radhis duduk di sofa tunggal yang diduduki sendiri sebagai bentuk kuasanya di ruangan itu."Tidak. Aku sendiri sudah memperhitungkan segala sesuatunya," Radhis tersen
“Nenek, Ayah, Bukankah kita lebih baik pergi ke Auckland disaat Sea sudah melahirkan?” Ucap Huang.Kepergian keluarga nenek Xion ke China baru memasuki hitungan beberapa bulan. Namun kini kandungan Sea sudah hendak menginjak sembilan bulan. yang menandakan tidak lama lagiMeskipun nenek Xion sudah menjadi mertua dari Huang tapi, Huang tetaplah orang yang berkuasa disana. Itu karena Huang adalah orang yang sudah menanggung dan membangun usaha yang baru ini. Hal itu tentu saja membuat nenek Xion seperti kerbau yang dicocok hidungnya.“Kalau memang kamu mau seperti itu, baiklah.” Ucap nenek Xion menuruti.“Marot, kita undur dulu kepulangan kita. Huang, benar lebih baik kita menunggu sampai Sea melahirkan, dan itu juga termasuk tambahan wa
Selang beberapa hari, setelah Radhis mendapatkan 60% saham dari perusahaan Gienis.Dan juga, Rachel kini sedang menunggu untuk menandatangani surat kontrak terkait pembangunan pabrik baru milik keluarga Jiang, yang mereka bicarakan di hotel pada hari minggu kemarin.Sekarang, sudah hari rabu pagi.Radhis sedang duduk di balkon kamarnya yang berada di lantai dua Mansion-nya, Radhis sedang menikmati secangkir Teh, yaitu Teh Li-Mung Di.Teh Li-Mung Di, sendiri adalah teh termahal di dunia. Teh ini merupakan varietas yang berasal dari China. Satu kilogram teh dijual den
Pada saat itu, diwaktu yang sama di tempat lain, Rachel sudah berada di kantornya,Dikantor, Rachel menjadi lebih sering melamun, dan tampak sedang memikirkan sesuatu.Dia seolah melihat bayang-bayang ingatan disaat sang suami menarik koper berisi pakaiannya pergi dari rumah.“Apa aku sudah keterlaluan kepadanya?” Gumam Rachel.Rachel sebenarnya merasa sangat senang saat melihat Radhis datang, tapi bagaimanapun juga Rachel juga merasa marah kepadanya.Bagaimana tidak, waktu itu Rachel melihat sendiri Radhis menggendong Ester di depan seperti seorang Ratu.Suara dering ponsel menyadarkannya dari lamunan.
Kali ini semua orang yang hanya bisa berdiri dengan menjadikan Radhis yang duduk di sofa utama sebagai titik pandangan.Mereka semua mulai merasa sedikit penasaran, karena Radhis masih terpaku terdiam melihat ke arah Gun.“Apa yang kau mau bangs*at?” Teriak Gun.“Cepat katakan!” Imbuhnya.“Oh… Bukankah Anda terlalu terburu-buru Tuan.” Kalimat Radhis mungkin cukup sopan, namun nada dan ekspresi wajahnya seolah Radhis sangat meremehkan Gun.“Cepat katakan! Apa maumu?”Gun terdiam sejenak, melihat Radhis, entah apa yang ada dipikirannya, sampai akhirnya Dia lanjut berbicara.“Berapa yang kau inginkan?”Pertanyaan Gun jelas ditanggapi dengan ekspresi senyum oleh beberapa orang, termasuk nenek Xion, Marot, dan juga Tania.Mereka berpikir jika Radhis akan mendapatkan uang yang cukup banyak dari Gun, dan setelah itu mereka akan memintanya.Berbeda dengan Radhis, pada saat ini Dia justru tertawa dengan begitu keras.Radhis merasa lucu, karena bagaimanapun juga aset yang dimiliki oleh Radhis
“Apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Radhis yang mulai melihat Gun bingung.“T–tidak.”“Tolong lepaskan Aku.”Gun mulai pucat karena merasa takut. Selain itu, tangannya mulai sedikit membiru karena begitu erat cengkraman tangan Radhis membuat peredaran darah di tangannya sedikit terganggu.Tangan kiri Radhis masih tetap memegang pergelangan tangan Gun, tangan kanannya yang bebas kini mulai melayang menampar pipi pria itu kiri-kanan berulang-ulang secara bergantian.“Tolong maafkan A–aku.” Gun merasakan panas di pipinya kanan dan kiri.“Tolong lepaskan Aku…” Gun mulai merengek karena dirinya kini merasa sakit di pergelangan tangannya dan juga panas di pipinya.“Bagaimanapun Aku adalah keturunan keluarga Esfor!”Teriak Gun yang saat ini masih tak henti-hentinya mendapatkan tamparan dari Radhis.“R–radhis, lepaskan Dia.”Nenek Xion kembali berbicara saat dirinya masih merasakan panas di pipinya, bekas tamparan tangan Radhis.Radhis yang sedari tadi masih menampar pipi Gun mulai merasa
“Dere bilang kepada Menantumu, agar Dia menjauh dariku!”Teriak nene Xion kepada Dere.Dere melihat ke arah Radhis.Dia memandangi menantunya yang sepertinya sudah sangat marah.Ingat seberapa sayang Radhis kepada Rachel, Dere justru memilih untuk diam, Dirinya tidak ingin terlalu ikut campur dengan apa yang di lakukan oleh suami anaknya itu.Tania juga sama, Dia haya melihat apa yang akan terjadi.Sejujurnya Ia ingin jika Radhis dan Rachel bercerai, agar supaya Tania bisa bebas menguasai Villa kelas atas yang kini mereka tempati, setelah itu untuk selanjutnya akan menjodohkan putrinya, Rachel dengan Deon, lelaki yang jelas di matanya mempunyai perusahaan. Selain itu, menurut dirinya Deon jauh lebih baik daripada Radhis karena Deon bisa dengan mudah ia kendalikan.Namun, meskipun Tania berpikiran seperti itu, sebenci apapun dirinya kepada Radhis, Dia jauh lebih benci kepada Xion, ibu mertuanya yang gila harta dan tidak penah bersikap adil, dimana dirinya selalu merasa di anak tirikan
“Berhenti.”Radhis kini mulai berbicara saat Gun sudah semakin memperpendek jarak nya dengan Rachel.Gun untuk sejenak berhenti mendekat, Dia menoleh ke arah Radhis.Dengan sikapnya yang masih terlihat angkuh Gun berbicara kepada Radhis.“Ternyata berani juga Dirimu untuk berbicara kepadaku, bahkan melarangku.”“Kenapa aku tidak berani?”Radhis mulai berbicara dengan masih tidak melihat ke arah Gun sama sekali.Saat ini yang ada di pikiran Radhis adalah emosi, amarah dirinya kepada Gun.Mungkin semuanya tidak merasakan bahkan Rachel.Tapi untuk Nanny yang sudah sedikit banyak mengenal sisi lain Radhis, mulai merasa perasaan mencekam. Seolah Radhis sedang mengeluarkan hawa membunuh yang sangat kental.“Tuan…”Nanny mencoba untuk berbicara kepada Tuan nya.“Tenang saja, tidak apa-apa. Biar Aku yang mengurus.” Radhis berbicara kepada Nanny yang bahkan masih tidak berniat menatap Nanny.Entah kemana pandangan Radhis saat ini, tatapannya seolah kosong.Untuk Nanny yang sudah sering berhada
***Beberapa jam telah berlalu.Kini sepasang suami istri itu sedang berpelukan merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja mereka berdua tapaki.“Terimakasih, Suamiku.” ucap Rachel dengan menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Radhis.“Tidak Sayang… seharusnya aku yang berkata seperti itu.”Jawab Radhis seraya mencium kening istrinya.“Sebenarnya kemana kamu beberapa minggu ini?” Tanya Rachel yang masih dalam posisi memeluk Radhis.“Ada yang harus Aku lakukan. Itu kenapa Aku sibuk beberapa minggu ini.” JAwab Radhis dengan mengelus rambut lembut milik sang istri.“Sebenarnya apa yang terjadi padaku semalam?”Kini Rachel membuka pertanyaan untuk agar mereka bisa berbincang.Radhis tidak tahu harus mulai darimana.Dia mulai menjelaskan apa yang Dia tahu kepada istrinya.Rachel bertanya seperti itu, karena samar-samar ingatan nya hanya sampai Dia makan malam bersama Adams dan Gun.Rachel juga menjelaskan jika sebenarnya semalam Dia mengira bahwa acara makan malam itu akan dihadir
***Keesokan harinya.Kini hari telah pagi. Matahari mulai bersinar disaat Rachel membuka matanya.Satu hal yang berbeda untuk hari ini adalah dimana saat ini dia sedang terbangun dengan satu tangan yang sedang memeluk seorang pria.Pria yang dia kenal.Radhis, suami yang beberapa minggu terakhir sedang pergi ke Motherland untuk mengurus beberapa pekerjaan.Rachel hampir tidak bisa menahan air matanya.Wanita muda itu kini mengusap matanya, sebelum akhirnya dia memeluk sang suami dengan erat.“Kamu sudah bangun?” Suara lembut Radhis terdengar di telinganya.Menyeruak ke dalam telinga mungilnya, di iringi hembusan hangat nafas sang suami.Alih-alih menjawab Rachel kini justru membenamkan wajahnya di dada sang suami.Dengan tangannya yang masih memeluk erat, Rachel diam untuk beberapa saat.Seolah sedang menikmati waktu kebersamaan mereka berdua.Radhis yang mendapat perlakuan manja sang istri kini justru paham dan memeluk tubuh istrinya erat-erat.Mereka berdua saling melepas rindu s
Dere sadar akan kesalahan dirinya dalam menanggapi kalimat-kalimat yang sudah diucapkan oleh mereka.“Oh.. Tidak.. aku tidak bermaksud–”Belum selesai Dere berkata-kata, ucapannya sudah dipotong oleh nenek Xion.“Sepertinya kamu memang sengaja membela menantumu yang kurang ajar itu!” Tuding nenek Xion.“Bukan begitu Bu–”“Ahh Sudahlah!” Lagi-lagi sebelum selesai Dere berbicara, nenek Xion sudah memotong ucapannya.“Apa kamu tahu, apa yang akan terjadi jika sampai Tuan Gun menggunakan kekuasaannya untuk membuat perhitungan dengan kita?”Saat ini giliran Marot yang berbicara kepada Dere.Kalimat yang diucapkan oleh Marrot senada dengan sebuah ancaman.Kata-katanya seolah Marot sedang memperingatkan kepada Dere jika pada saat ini menantu Dere, “Radhis” telah melakukan sesuatu yang dapat mengancam keluarga besar mereka.“Apa kamu Tahu sekuat apa, kekuasaan Tuan Gun?” Marrot masih mengintimidasi Dere.“Mungkin menantumu itu bekerja untuk Ed Ackerley.”“Tapi tetap saja, pekerja rendahan s
Nenek Xion dan Marrot kini mulai paham jika sepertinya Radhis pulang.Mereka terkadang berpikir jika Radhis adalah sebuah penghalang besar dalam setiap rencana mereka, apalagi disaat ini mereka masih menumpang di Villa milik Rachel yang pernah dibilang oleh Rachel jika Villa ini diberikan oleh Radhis kepada dirinya.“Bu… Si brengsek itu pulang. Apa yang harus kita lakukan?” Marot bertanya dengan berbisik kepada Nenek Xion.“Kamu tenang saja…”Ucap nenek Xion berbisik balik kepada Marrot.“Kamu tidak perlu khawatir, sebentar lagi saat Wish Corp bangkit kita akan pergi dari sini…” Tambah nenek Xion yang masih dengan berbisik kepada Marrot.“Benar Bu…” Ucap Marrot mulai menyeringai.Kini mereka kembali fokus kepada Adams.Ibu dan Ana itu kini mulai bertanya, untuk memastikan.Apakah benar jika tadi rencana Adams diganggu oleh Radhis?“Apa benar dia suami Rachel?” Adams menjelaskan kepada nenek Xion jika Sea sendiri yang berkata jika laki-laki yang mengganggu rencananya tadi kemungkinan b
*** Beberapa saat sebelumnya disaat Radhis dan yang yang lain nya berbicara.Gun sedang berada di suatu tempat dengan Adams, serta Sea.Posisi mereka sangat aneh untuk orang yang mengerti hubungan di antara ketiganya.Dimana Adams berdiri dengan kepala menunduk.Sementara Gun sedang duduk dengan ditemani oleh Sea di pangkuannya.Bukan hanya itu, dapat terlihat jelas jika pada saat ini tangan Gun sedang meraba-raba pinggul wanita itu.“Sial benar!” Ucap Gun yang merasa kesal.Dia merasa jika baru kali ini ada yang berani untuk mengganggu dirinya.Bahkan Gun merasa jika laki-laki tadi dengan terang-terangan mengintimidasi dirinya.Sea sekilas mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya bisa menduga jika laki-laki yang dimaksud oleh mereka itu tentu adalah Radhis.“Sepertinya pecundang itu ini telah kembali…” Ucap Sea.“Dia adalah suami Rachel yang tidak berguna.” Ucap Sea memberitahu Gun.“Jadi Dia…”Gun mencoba untuk berpikir sejenak.Sejujurnya Gun tidak tahu siapa laki-laki tadi. Dia