Disaat yang bersamaan kini Goma sedang berada di suatu kamar Hotel.
Dia di peluk satu orang wanita yang sangat muda dengan tanpa busana hanya bertutupkan selimut putih sebatas leher dan lutut keduanya.Sampai tiba-tiba teleponnya berbunyi,
“Hoooaammm”, kini Goma terbangun, dan menolehkan kepalanya kekiri dan kekanan secara perlahan.Dering telepon masih berbunyi, Goma melihat kelayar ponselnya ada nama istrinya disana,
“Dimana kamu?”, tanya istrinya , “Kenapa semalam kamu tidak pulang” tambah Istrinya bertanya.
“Oh.. Istriku, iya aku bermalam di hotel dekat kantor Dave di Austry”, ucap Goma mencari alasan.
“Dengan siapa kamu?”, ucap Istrinya,
“Sendirian pastinya mau dengan siapa?”, ucap Goma berbohong dengan tangan meraba-raba gadis yang sedang tertidur di dadanya.
“kapan kamu akan pulang?”, tanya Istrinya dengan ketus.
“N
“Wah dia sangat Sexy”, ucap Dave kepada Goma, saat melihat gadis yang bersandar di sandaran tempat tidurcuma dengan bertutupkan selimut yang menutupi sebagian tubuhnya,Bahkan menunjukkan belahan didadanya yang terang saja melihat mata laki-laki akan berbinar saat melihatnya.“Kalau kau mau coba saja, aku akan mandi dulu”, ucap Goma seolah gadis itu hanya mainan yang bisa dia pinjamkan kesiapapun sesuka hatinya.“Aku membawa orangku jadi kapan-kapan saja”, ucap Dave kepada Goma yang berjalan menuju kamar mandi, dengan menunjuk kepada dua orang yang ada dibelakangnya.“Kau dengar itu sayang?” tannya Goma kepada gadis itu,“Iya, aku dengar”, ucap gadis itu kepada Goma, dan kemudian dengan menatap Dave dia berkata lagi,“Hubungi aku kapanpun Tuan mau”, dengan sedikit menurunkan selimut yang menutupidadanya membuat bagian bulatan indah itu sedikit lebi terekspose.
Kini keluarga nenek Xion yang sudah selesai dengan tawar-menawar sudah bersiap untuk berangkat ke China,“Baik Nyonya, kita sekarang sepakat jadi saya akan segera menghubungi nyonya setelah saya menyiapkan penyewa untuk rumah ini” , ucap pegawai property yang kini di rumah itu untuk berunding dengan nenek Xion.“Tentu saja Nona, senang berbisnis dengan nona”, ucap bebek Xion.“Kalau begitu saya kembali ke kantor dulu Nyonya”, ucap sang pegawai property.“Silahkan Nona”, ucap nenek Xion, dan kini wanita itu pergi meninggalkan keluarga nenek Xion.Setelah wanita itu pergi kini mereka bersiap untuk berangkat, “Kita akan berangkat sekarang”, ucap nenek Xion.“Iya nek”, ucap Sea yang menyeret kopernya sambil menoleh ke arah rumah yang mereka tinggalkan.Kini mereka berempat pergi menuju kebandara untuk selanjutnya terbang ke China.Sementara itu oRadhis ju
Kini Radhis membaringkan tubuh istrinya, setelahnya dia berdiri melihat istri cantiknya berbaring pasrah menunggu serangan yang akan dilakukan olehnya,“Sayang ini masih siang”, ucap Rachel.“Tidak masalah sayang, kita akan menghabiskan wakti liburmu”, ucap Radhis yang segera menindih tubuh istrinya.Dan kini mereka bergumul di waktu itu juga tidak perduli itu mau masih siang atau ada Dere dan Tania dirumah.Di tempat lain nenek Xion sudah berada disalam pesawat menuju China,“Apa kau sudah menghubungi Huang?”, tanya nenek Xion kepada Marot.“Sudah Bu, nanti dia akan menjemput kita di bandara”.“Bagus”, ucap nenek Xion yang kemudian menyandarkan punggungnya menikmati sisah sekitar 45 menit perjalanan itu.Dan di Auckland sendiri kini sebuh pesawat pribadi mendarat dengan membawa penumpang delapan orang, disaat mereka keluar dari bandara, tiga orang di antaranya menarik
“Sudah-sudah, cukup bercandanya” ucap Ester yang membenahi posisi duduknya.“Siapa yang bercanda.. aku serius bertanya...”, ucap Rachel.“Sudahlah..”, ucap Ester.“Berarti memang benar kau menyukai Direkturmu?”, ucap Rachel memastikan.Dengan berat hati akhirnya Ester menjawab dengan benar, “Iya.. bisa dibilang aku jatuh hati kepadanya semenjak pertama ketemudia di kantor”, ucap Ester.“Ohh.. sukurlah”, ucap Rachel seolah lega.“Kenapa?, apa itu ada hubungan denganmu?”, tanyas Ester yang bingung dengan sikap Rachel.“Tidak kok.. aku hanya takut jika kamu menyukai suamiku”, Rachel tertawa renyah. Sedangkan Radhis tiba-tiba saja terbatuk.“Tapi jika memang kamu menyukai direkturmu aku jadi sedikit lega”, ucap Rachel dengan tersenyum polos percaya dengan semua yang di bicarakan dengan Ester.“Aku akan pula
“Iya.. yauda makan lagi makananmu, nanti keburu dingin”, ucap Radhis dengan penuh perhatian ke istrinya.“He hem”, ucap Rachel yang semakin manja kesuaminya.Kini mereka melanjutkan makan sampai selesai dan habis, tinggal eskrim yang masih tersisah di gelas Rachel saja.“Sayang aku ketoilet dulu ya?”, ucap Radhis yang merasa ingin kencing.“Iya.. jangan lama-lama”, ucap Rachel dengan menikmati eskrim pencuci mulutnya.Setelah Radhis tidak lagi disana, tiba-tiba ada suara, “Bukankah ini Rachel Wish”,Seketika Rachel menatap kemana arah suara itu berasal.“Maaf...”, ucap Rachel yang sepertinya tidak mengenal siapa dia.“Aku Sasha.. ingat??, teman SMA mu”, ucap Wanita itu yang ternyata bernama Sasha.“Oh.. Sasha, apa kabar?”, tanya Rachel dengan polos.“Baik.. Kenalkan ini suamiku Jack.. ingat?, dia juga teman SMA ki
“Kalian sudah dengar kan?”, ucap Rachel kepada Jack dan Sasha.“Baiklah jika kalian ingin pulang, biar kami antarkan”, ucap Sasha.“Antar?”, tanya Rachel dengan tampang nya yang begitu polos.“Iya.. kami antar.. aku takut kalian tidak menemukan Taksi untuk pulang”, ucap Sasha kepada Rachel.“Maaf.. tapi kami membawa mobil sendiri”, ucap Rachel.“Dimana?, yang benar saja, sedari tadi kami tidak melihat mobil parkir di dekat sini selain mobil A8 di depan restoran”, ucap Sasha.“Tidak mungkin mereka membawa mobil semewah itu sayang, pasti ada di tempat lain”, ucap Jack yang belum tau kenyataanya namun sudah berani merendahkan Radhis.“Terserah kalian”,ucap Rachel yang kemudian berpamitan lagi.“Aku pulang dulu”, ucap Rachel yang kemudian menarik tangan suaminya untuk keluar dari kantor itu,Dengan berjalan kaki Rachel
“Sudah pergi sana!, dasar orang miskin!”, teriak Jack yang sudah tersulut emosi, sementara Radhis kini sudah masuk kedalam mobil dan bersiap untuk pulang.“Ada apa Suamiku?”, tanay Rachel.“Tidak apa-apa”, ucap Radhis.“Iya sudah kalau begitu mari kita pulang”, ucap Radhis.“Iya..”Dan kini Radhis memacu mobilnya, masih sempat dijalan Radhis dan Rachel berbincang tentang temannya tadi.“Memangnya siapa mereka?, kenapa mereka seolah punya dendam kepadamu”, tanya Radhis.“Mereka adalah teman sekolahku”,“Dulu itu Jack pernah mendekati aku, tapi aku menolaknya karena aku memang ingin fokus sekolah”,“Ohh seperti itu”, ucapRAdhis menangapi datar penjelasan Istrinya.“Iya.. dan sepertinya mereka berhubungan setelah kami lulus dan kini mereka menikah”, ucap Rachel lagi.“Sepertinya?, jadi
“Siapa?”, tanya Rachel saat Radhis kembali ke kamar dimana Rachel menunggu.“Oh itu tadi tuan Ed”, ucasp Radhis terpaksa berbohong karena takut istrinya curiga.“Ada apa?”, tanya Rachel lagi.“Dia meminta aku untuk ketempatnya besok”, ucap Radhis lagi.“Ohh.. iya”, ucap Rachel yang percaya dengan suaminya.“Maafkan aku istriku, aku belum bisa jujur kepadamu”, ucap Radhis dalam hatinya dengan menatap ke istrinya yang sangat nampak percaya kepadanya.“Ada apa sayang?”, tanya Rachel yang melihat suaminya memperhatikannya.“Oh tidak”, ucap Radhis yang kemudian duduk di sampingnya di tepian tempat tidur dan kemudian lanjut beristirahat.Sementara itu kini nenek Xion dan keluarganya sudah bertemu dengan Huang, mereka menaiki satu mobil milik Huang untuk pergi ke kediaman Huang, untuk selanjutnya beristirahat.Hari berganti,
Kali ini semua orang yang hanya bisa berdiri dengan menjadikan Radhis yang duduk di sofa utama sebagai titik pandangan.Mereka semua mulai merasa sedikit penasaran, karena Radhis masih terpaku terdiam melihat ke arah Gun.“Apa yang kau mau bangs*at?” Teriak Gun.“Cepat katakan!” Imbuhnya.“Oh… Bukankah Anda terlalu terburu-buru Tuan.” Kalimat Radhis mungkin cukup sopan, namun nada dan ekspresi wajahnya seolah Radhis sangat meremehkan Gun.“Cepat katakan! Apa maumu?”Gun terdiam sejenak, melihat Radhis, entah apa yang ada dipikirannya, sampai akhirnya Dia lanjut berbicara.“Berapa yang kau inginkan?”Pertanyaan Gun jelas ditanggapi dengan ekspresi senyum oleh beberapa orang, termasuk nenek Xion, Marot, dan juga Tania.Mereka berpikir jika Radhis akan mendapatkan uang yang cukup banyak dari Gun, dan setelah itu mereka akan memintanya.Berbeda dengan Radhis, pada saat ini Dia justru tertawa dengan begitu keras.Radhis merasa lucu, karena bagaimanapun juga aset yang dimiliki oleh Radhis
“Apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Radhis yang mulai melihat Gun bingung.“T–tidak.”“Tolong lepaskan Aku.”Gun mulai pucat karena merasa takut. Selain itu, tangannya mulai sedikit membiru karena begitu erat cengkraman tangan Radhis membuat peredaran darah di tangannya sedikit terganggu.Tangan kiri Radhis masih tetap memegang pergelangan tangan Gun, tangan kanannya yang bebas kini mulai melayang menampar pipi pria itu kiri-kanan berulang-ulang secara bergantian.“Tolong maafkan A–aku.” Gun merasakan panas di pipinya kanan dan kiri.“Tolong lepaskan Aku…” Gun mulai merengek karena dirinya kini merasa sakit di pergelangan tangannya dan juga panas di pipinya.“Bagaimanapun Aku adalah keturunan keluarga Esfor!”Teriak Gun yang saat ini masih tak henti-hentinya mendapatkan tamparan dari Radhis.“R–radhis, lepaskan Dia.”Nenek Xion kembali berbicara saat dirinya masih merasakan panas di pipinya, bekas tamparan tangan Radhis.Radhis yang sedari tadi masih menampar pipi Gun mulai merasa
“Dere bilang kepada Menantumu, agar Dia menjauh dariku!”Teriak nene Xion kepada Dere.Dere melihat ke arah Radhis.Dia memandangi menantunya yang sepertinya sudah sangat marah.Ingat seberapa sayang Radhis kepada Rachel, Dere justru memilih untuk diam, Dirinya tidak ingin terlalu ikut campur dengan apa yang di lakukan oleh suami anaknya itu.Tania juga sama, Dia haya melihat apa yang akan terjadi.Sejujurnya Ia ingin jika Radhis dan Rachel bercerai, agar supaya Tania bisa bebas menguasai Villa kelas atas yang kini mereka tempati, setelah itu untuk selanjutnya akan menjodohkan putrinya, Rachel dengan Deon, lelaki yang jelas di matanya mempunyai perusahaan. Selain itu, menurut dirinya Deon jauh lebih baik daripada Radhis karena Deon bisa dengan mudah ia kendalikan.Namun, meskipun Tania berpikiran seperti itu, sebenci apapun dirinya kepada Radhis, Dia jauh lebih benci kepada Xion, ibu mertuanya yang gila harta dan tidak penah bersikap adil, dimana dirinya selalu merasa di anak tirikan
“Berhenti.”Radhis kini mulai berbicara saat Gun sudah semakin memperpendek jarak nya dengan Rachel.Gun untuk sejenak berhenti mendekat, Dia menoleh ke arah Radhis.Dengan sikapnya yang masih terlihat angkuh Gun berbicara kepada Radhis.“Ternyata berani juga Dirimu untuk berbicara kepadaku, bahkan melarangku.”“Kenapa aku tidak berani?”Radhis mulai berbicara dengan masih tidak melihat ke arah Gun sama sekali.Saat ini yang ada di pikiran Radhis adalah emosi, amarah dirinya kepada Gun.Mungkin semuanya tidak merasakan bahkan Rachel.Tapi untuk Nanny yang sudah sedikit banyak mengenal sisi lain Radhis, mulai merasa perasaan mencekam. Seolah Radhis sedang mengeluarkan hawa membunuh yang sangat kental.“Tuan…”Nanny mencoba untuk berbicara kepada Tuan nya.“Tenang saja, tidak apa-apa. Biar Aku yang mengurus.” Radhis berbicara kepada Nanny yang bahkan masih tidak berniat menatap Nanny.Entah kemana pandangan Radhis saat ini, tatapannya seolah kosong.Untuk Nanny yang sudah sering berhada
***Beberapa jam telah berlalu.Kini sepasang suami istri itu sedang berpelukan merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja mereka berdua tapaki.“Terimakasih, Suamiku.” ucap Rachel dengan menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Radhis.“Tidak Sayang… seharusnya aku yang berkata seperti itu.”Jawab Radhis seraya mencium kening istrinya.“Sebenarnya kemana kamu beberapa minggu ini?” Tanya Rachel yang masih dalam posisi memeluk Radhis.“Ada yang harus Aku lakukan. Itu kenapa Aku sibuk beberapa minggu ini.” JAwab Radhis dengan mengelus rambut lembut milik sang istri.“Sebenarnya apa yang terjadi padaku semalam?”Kini Rachel membuka pertanyaan untuk agar mereka bisa berbincang.Radhis tidak tahu harus mulai darimana.Dia mulai menjelaskan apa yang Dia tahu kepada istrinya.Rachel bertanya seperti itu, karena samar-samar ingatan nya hanya sampai Dia makan malam bersama Adams dan Gun.Rachel juga menjelaskan jika sebenarnya semalam Dia mengira bahwa acara makan malam itu akan dihadir
***Keesokan harinya.Kini hari telah pagi. Matahari mulai bersinar disaat Rachel membuka matanya.Satu hal yang berbeda untuk hari ini adalah dimana saat ini dia sedang terbangun dengan satu tangan yang sedang memeluk seorang pria.Pria yang dia kenal.Radhis, suami yang beberapa minggu terakhir sedang pergi ke Motherland untuk mengurus beberapa pekerjaan.Rachel hampir tidak bisa menahan air matanya.Wanita muda itu kini mengusap matanya, sebelum akhirnya dia memeluk sang suami dengan erat.“Kamu sudah bangun?” Suara lembut Radhis terdengar di telinganya.Menyeruak ke dalam telinga mungilnya, di iringi hembusan hangat nafas sang suami.Alih-alih menjawab Rachel kini justru membenamkan wajahnya di dada sang suami.Dengan tangannya yang masih memeluk erat, Rachel diam untuk beberapa saat.Seolah sedang menikmati waktu kebersamaan mereka berdua.Radhis yang mendapat perlakuan manja sang istri kini justru paham dan memeluk tubuh istrinya erat-erat.Mereka berdua saling melepas rindu s
Dere sadar akan kesalahan dirinya dalam menanggapi kalimat-kalimat yang sudah diucapkan oleh mereka.“Oh.. Tidak.. aku tidak bermaksud–”Belum selesai Dere berkata-kata, ucapannya sudah dipotong oleh nenek Xion.“Sepertinya kamu memang sengaja membela menantumu yang kurang ajar itu!” Tuding nenek Xion.“Bukan begitu Bu–”“Ahh Sudahlah!” Lagi-lagi sebelum selesai Dere berbicara, nenek Xion sudah memotong ucapannya.“Apa kamu tahu, apa yang akan terjadi jika sampai Tuan Gun menggunakan kekuasaannya untuk membuat perhitungan dengan kita?”Saat ini giliran Marot yang berbicara kepada Dere.Kalimat yang diucapkan oleh Marrot senada dengan sebuah ancaman.Kata-katanya seolah Marot sedang memperingatkan kepada Dere jika pada saat ini menantu Dere, “Radhis” telah melakukan sesuatu yang dapat mengancam keluarga besar mereka.“Apa kamu Tahu sekuat apa, kekuasaan Tuan Gun?” Marrot masih mengintimidasi Dere.“Mungkin menantumu itu bekerja untuk Ed Ackerley.”“Tapi tetap saja, pekerja rendahan s
Nenek Xion dan Marrot kini mulai paham jika sepertinya Radhis pulang.Mereka terkadang berpikir jika Radhis adalah sebuah penghalang besar dalam setiap rencana mereka, apalagi disaat ini mereka masih menumpang di Villa milik Rachel yang pernah dibilang oleh Rachel jika Villa ini diberikan oleh Radhis kepada dirinya.“Bu… Si brengsek itu pulang. Apa yang harus kita lakukan?” Marot bertanya dengan berbisik kepada Nenek Xion.“Kamu tenang saja…”Ucap nenek Xion berbisik balik kepada Marrot.“Kamu tidak perlu khawatir, sebentar lagi saat Wish Corp bangkit kita akan pergi dari sini…” Tambah nenek Xion yang masih dengan berbisik kepada Marrot.“Benar Bu…” Ucap Marrot mulai menyeringai.Kini mereka kembali fokus kepada Adams.Ibu dan Ana itu kini mulai bertanya, untuk memastikan.Apakah benar jika tadi rencana Adams diganggu oleh Radhis?“Apa benar dia suami Rachel?” Adams menjelaskan kepada nenek Xion jika Sea sendiri yang berkata jika laki-laki yang mengganggu rencananya tadi kemungkinan b
*** Beberapa saat sebelumnya disaat Radhis dan yang yang lain nya berbicara.Gun sedang berada di suatu tempat dengan Adams, serta Sea.Posisi mereka sangat aneh untuk orang yang mengerti hubungan di antara ketiganya.Dimana Adams berdiri dengan kepala menunduk.Sementara Gun sedang duduk dengan ditemani oleh Sea di pangkuannya.Bukan hanya itu, dapat terlihat jelas jika pada saat ini tangan Gun sedang meraba-raba pinggul wanita itu.“Sial benar!” Ucap Gun yang merasa kesal.Dia merasa jika baru kali ini ada yang berani untuk mengganggu dirinya.Bahkan Gun merasa jika laki-laki tadi dengan terang-terangan mengintimidasi dirinya.Sea sekilas mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya bisa menduga jika laki-laki yang dimaksud oleh mereka itu tentu adalah Radhis.“Sepertinya pecundang itu ini telah kembali…” Ucap Sea.“Dia adalah suami Rachel yang tidak berguna.” Ucap Sea memberitahu Gun.“Jadi Dia…”Gun mencoba untuk berpikir sejenak.Sejujurnya Gun tidak tahu siapa laki-laki tadi. Dia