“Apa ini?” tanya Tania dengan sedikit tersenyum.
“Silahkan Ibu buka”, dan saat itu juga Radhi mengeluarkan bingkisan untuk Dere,
“Dan ini Untuk Ayah”,
“Wah apa ini?” ucap Dere dengan membuka bingkisan itu,
“Itu adalah kopi Arapica Ayah, dan itu dapat mengurangi gejala pusing ayah jika diminum secukupnya”,
“Benarkah itu?” tanya Dere pada Radhis dengan Ekspresi begitu senang.
“Silahkan Ayah coba sendiri”, saat Dere dan Radhis sedang berbicara tiba tiba Tania berseruh,
“Wah indah sekali” ucap Tania saat dia mengeluarkan gelang bermotif berlian yang di belikan oleh Radhis dari dalam kotak.
“Kau yang membelikan ini?” tanya Tania pada Radhis,
“Iya Bu dan bahkan aku juga dibelikan ini” ucap Rachel dengan menunjukan kalung yang kini sudah ada di lehernya.
“Wah itu lebih indah lagi&rdquo
Kini Radhis sudah sampai di Geneve, begitu dia memasuki kantornya dia menyuruh Ester untuk memasuki ruanganya,“Permisi pak, Bapak memanggil saya?” ucap Ester,“Aku ingin kau menelepon Huang dan suruh dia ke Geneve sekarang, bilang Dierektur Geneve ingin bertemu dengan nya sekarang, dan andainya dia tak bisa Hadir bilang saja padanya sekarang atau tidak sama sekali”.“Oh Baik pak” , kata Ester dan seketika juga dia pergi dari ruangan Radhis untuk menghubungi Huang.Sementara itu Huang yang selama ini tinggal di kediaman Wish karena Jhon juga belum keluar dari perawatan nya, sudah bersiap untuk pergi menjemput Hall,“Tuan Marot sudah siap?” ucap Huang yang menjumpai Marot diruang tamu Kediaman Wish itu.“Sudah Tuan, mari saya antarkan sekarang”,Dan kini Huang dan marot sudah pergi untuk menjemput Hall di Hotelnya,dan bertepatan saat Hall masuk kedalam mobil ponsel
“Kenapa Tuan Huang menyuru saya untuk pergi dari sini apakah ini kantor Tuan?”, Tanya Radhis dengan nada yang begitu menghina.“Orang sepertimu tak pantas berada disini”, ucap Huang mengulangi perkataannya,“Terus apa menurut Tuan, orang seeprti Tuan pantas ada di sini?” ,Semakin marah Huang lantas berteriak membentak Radhis “Jaga mulutmu!”,“Aku ada disini karena sudah ada janji dengan Direktur tempat ini, bahkan Direktur yang meminta untuk bertemu denganku!! Tau Kau ?!!”,“Oh Benarkah itu?, kebetulan saya juga ada janji dengan seseorang di tempat ini”, ucap Radhis masih dengan tersenyum dan lanjut berkata pada Huang, “mari kita sama sama menunggu, Tuan menunggu sang direktur, dan saya akan menunggu beberapa orang yang ada janjidengan saya disini!”“Jika bukan karena janjiku dengan direktur aku tak akan mau berada satu ruangan denganmu!”
Kini Ed, Alin dan Mey sampai di depan Geneve, Belum sempat mereka memasuki kantor itu Ed bertemu dengan Hallygan yang sedang mencari udara segar diluar kantor.“Tuan Hall?”,“Hey Ed, sedang apa kamu disini?”,“Selamat siang Tuan Hall”, Ucap Mey yang mengenal Hallygan.“Oh Bukankah ini Nona Mey”, ucap Hall menyanjung Mey dengan Sebutan Nona,“Tuan Hall bisa saja”,“Tapi kenapa bisa bertepatan seperti ini??”, Ucap Hall yang sedikit berkawan dengan Ed.“Apa maksut Tuan Hall?” tanya Ed yang tak mengerti,“Iya, barusaja aku kesini dengan Huang, karena dia ingin bertemu dengan Direktur perusahaan ini”.“Tuan Hall kesini dengan suami saya?” Tanya Mey terkaget,“Maka dari itu aku menyebut ini suatu kebetulan”, Ucap Hall masih tak mengerti dengan maksut kedatangan Mey dan Ed kesana.“Maaf Tua
“Maaf Ayah angkat saya melakukan itu bukanlah tanpa sebab”,“Jelaskan’. Ucap Hall singkat, disini Huang merasa kalau dia harus keluar dari ruangan ini, karena sepertinya musuhnya bukan hanya Rocky, namun Hall juga akan menjadi musuhnya, berpikir demikian Huang kini dengan ketakutan segera berkata,“Sepertinya ini ada sala paham!”,“Diam kau!!” bentak Hall, dan dengan itu Huang langsung meringkuk bagaikan anak kucing terkena air hujan.“Lanjutkan”, ucap Hall pada Rocky.“Jadi begini Ayah angkat”, Rocky menyiapkandiri sebelum bercerita, kemudian dia melanjutkan lagi,“Saya di utus oleh Tuan Muda untuk menjaga istrinya, dan saya mendapati Huang ini sedang mencoba untuk menyisa Nona Muda”,“Apa!?” teriak Hall, seketika Hall menghadap pada Huang, dan Bertanya dengan Keras “Benar begitu?”,“Ini Hanya salah paham Tua
Merasa di abaikan oleh Radhis kini saat Mey yaitu Istrinya atau yang bisa di sebut mantan Istrinya ingin keluar dari ruagan itu segera Huang merangkak dengan cepat untuk memegangi kakinya layaknya seorang yang sedang mengemis pada orang lain,“Itriku tolong bantu aku, beri aku kesempatan”.“Papa,.” Ucap Alin Lirih dengan menatap ke arah Papanya penuh dengan rasa kasihan.Dengan sambil tetap memegangi kaki istrinya Huang menatap pada anakna, “Alin,. Tolong Papamu ini Nak”.“Alin Ayo kita pergi”, ucap Mey setelah sedikit menendang suaminya yang bajingan.“Tapi Ma” disini Alin masih mencoba memberi maaf pada Papanya.“Alin”, Panggil Mey dengan sedikit keras pada Alin, saat Mey sudah hampir mencapai pintu dan Alin masih berada didepan Huang untuk menatap nyadengan rasa iba.“Iya, Ma”, Jawab Alin dengan tergesa-gesa, kemudian Alin melihat ke arah Papanya da
“Untuk seseorang yang begitu sombong dia tampak begitu menjijikan sampai sampai pingsan seperti itu”, ucap Radhis yang puas.“Setelah ini apa yang harus saya lakukan Tuan?” tanya Rocky pada Radhis, dengan melihat Huang yang pingsan.“Apa perlu saya melenyapkannya sekarang?” imbuh Rocky bertanya pada Tuannya itu.“Tidak perlu, aku masih ingin dia menikmati hidupnya yang sudah tak berguna dan penuh dengan siksaan”,“Siap Tuan Muda”, ucap Rocky padanya,Kemudian Radhis hendak pergi dari ruangan itu,“Mari Ed, Paman Hall keruangan saya”,“Baik Tuan Muda” ucap Ed dan Hall secara bersamaan.“Rocky!”, “Siap Tuan Muda!”,“Guyur dia dengan air, bangunkan dia dan suruh dia pulang, dan ingat, beri dia peringatan, lain kali jika dia berani berbicara yang tidak tidak pada siapapun aku tak akan membunuhnya, tapi aku akan m
Sementara itu Huang yang sudah diberi peringatan oleh Rocky dan berjalan keluar kantor segera menelepon Marot untuk menjemputnya, kini dia mengerti bahwa yang dia hadapi berada di luar jangkauan nya, dia kini tahu seberapa menakutkan nya Radhis.“Aku tak mau berurusan dengan iblis ini lagi,sudah cukup aku masih bisa menyembuhkkan tanganku dan mencari pekerjaan lain, dari pada aku harus meregang nyawa di tangan iblis itu”, ucap Huang lirih sendirian dengan menunggu Marot datang.“Oh Tuan Huang apa yang terjadi?” tanya Marot saat melihat tangan Huang lemas karena patah sebelah.“Sudah yang terpenting antarkan aku kerumah sakit terlebi dahulu!” ucap Huang pada Marot.Kini mereka berdua pergi menuju rumah sakit dahulu, di rumah sakit Huang menolak dirawat inap, dia memilih untuk rawat jalan karena dia sadar, dia tak begitu memiliki banyak uang sekarang.Setelah tangan Huang sudah di tangani, dan di beri perban dan pe
“Bagaimana bisa kau menyalahkan aku?! Sementara kau sendiri yang berjanji akan membantuku dengan sikap sombongmu!!”.“Kau memeang wanita Tua yang tak tau diri!!!”,“Jika bukan karena kau memintaku untuk menyiksa Rachel dulu di kantor agar dia tanda tangan penyerahan perusahaan padamu, Rocky tak akan menyimpan dendam padaku dan mendatangkan istriku kesini!! , Tau Kau??!!”Kini Huang benar benar marah pada nenek Xion dia merasa bahwa nenek Xion hanya mengambil keuntungan darinya, dan nenek Xion terkesan ingin menyingkirkan Huang saat terjadi seperti ini.“Lantas apa maumu sekarang?!” tanya nenek Xion yang kini sduah tak ada rasa hormat sedikitpun pada Huang, mengingat Huang sekarnag tak lebih dari seorang pecundang.“Aku ingin kau memulangkan ku ke China!! Kau yang harus menanggung semua biaya kepulangan ku!!”.“Apa!!??” , seru nenek Xion, “Bagaimana bisa begitu, masal
Kali ini semua orang yang hanya bisa berdiri dengan menjadikan Radhis yang duduk di sofa utama sebagai titik pandangan.Mereka semua mulai merasa sedikit penasaran, karena Radhis masih terpaku terdiam melihat ke arah Gun.“Apa yang kau mau bangs*at?” Teriak Gun.“Cepat katakan!” Imbuhnya.“Oh… Bukankah Anda terlalu terburu-buru Tuan.” Kalimat Radhis mungkin cukup sopan, namun nada dan ekspresi wajahnya seolah Radhis sangat meremehkan Gun.“Cepat katakan! Apa maumu?”Gun terdiam sejenak, melihat Radhis, entah apa yang ada dipikirannya, sampai akhirnya Dia lanjut berbicara.“Berapa yang kau inginkan?”Pertanyaan Gun jelas ditanggapi dengan ekspresi senyum oleh beberapa orang, termasuk nenek Xion, Marot, dan juga Tania.Mereka berpikir jika Radhis akan mendapatkan uang yang cukup banyak dari Gun, dan setelah itu mereka akan memintanya.Berbeda dengan Radhis, pada saat ini Dia justru tertawa dengan begitu keras.Radhis merasa lucu, karena bagaimanapun juga aset yang dimiliki oleh Radhis
“Apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Radhis yang mulai melihat Gun bingung.“T–tidak.”“Tolong lepaskan Aku.”Gun mulai pucat karena merasa takut. Selain itu, tangannya mulai sedikit membiru karena begitu erat cengkraman tangan Radhis membuat peredaran darah di tangannya sedikit terganggu.Tangan kiri Radhis masih tetap memegang pergelangan tangan Gun, tangan kanannya yang bebas kini mulai melayang menampar pipi pria itu kiri-kanan berulang-ulang secara bergantian.“Tolong maafkan A–aku.” Gun merasakan panas di pipinya kanan dan kiri.“Tolong lepaskan Aku…” Gun mulai merengek karena dirinya kini merasa sakit di pergelangan tangannya dan juga panas di pipinya.“Bagaimanapun Aku adalah keturunan keluarga Esfor!”Teriak Gun yang saat ini masih tak henti-hentinya mendapatkan tamparan dari Radhis.“R–radhis, lepaskan Dia.”Nenek Xion kembali berbicara saat dirinya masih merasakan panas di pipinya, bekas tamparan tangan Radhis.Radhis yang sedari tadi masih menampar pipi Gun mulai merasa
“Dere bilang kepada Menantumu, agar Dia menjauh dariku!”Teriak nene Xion kepada Dere.Dere melihat ke arah Radhis.Dia memandangi menantunya yang sepertinya sudah sangat marah.Ingat seberapa sayang Radhis kepada Rachel, Dere justru memilih untuk diam, Dirinya tidak ingin terlalu ikut campur dengan apa yang di lakukan oleh suami anaknya itu.Tania juga sama, Dia haya melihat apa yang akan terjadi.Sejujurnya Ia ingin jika Radhis dan Rachel bercerai, agar supaya Tania bisa bebas menguasai Villa kelas atas yang kini mereka tempati, setelah itu untuk selanjutnya akan menjodohkan putrinya, Rachel dengan Deon, lelaki yang jelas di matanya mempunyai perusahaan. Selain itu, menurut dirinya Deon jauh lebih baik daripada Radhis karena Deon bisa dengan mudah ia kendalikan.Namun, meskipun Tania berpikiran seperti itu, sebenci apapun dirinya kepada Radhis, Dia jauh lebih benci kepada Xion, ibu mertuanya yang gila harta dan tidak penah bersikap adil, dimana dirinya selalu merasa di anak tirikan
“Berhenti.”Radhis kini mulai berbicara saat Gun sudah semakin memperpendek jarak nya dengan Rachel.Gun untuk sejenak berhenti mendekat, Dia menoleh ke arah Radhis.Dengan sikapnya yang masih terlihat angkuh Gun berbicara kepada Radhis.“Ternyata berani juga Dirimu untuk berbicara kepadaku, bahkan melarangku.”“Kenapa aku tidak berani?”Radhis mulai berbicara dengan masih tidak melihat ke arah Gun sama sekali.Saat ini yang ada di pikiran Radhis adalah emosi, amarah dirinya kepada Gun.Mungkin semuanya tidak merasakan bahkan Rachel.Tapi untuk Nanny yang sudah sedikit banyak mengenal sisi lain Radhis, mulai merasa perasaan mencekam. Seolah Radhis sedang mengeluarkan hawa membunuh yang sangat kental.“Tuan…”Nanny mencoba untuk berbicara kepada Tuan nya.“Tenang saja, tidak apa-apa. Biar Aku yang mengurus.” Radhis berbicara kepada Nanny yang bahkan masih tidak berniat menatap Nanny.Entah kemana pandangan Radhis saat ini, tatapannya seolah kosong.Untuk Nanny yang sudah sering berhada
***Beberapa jam telah berlalu.Kini sepasang suami istri itu sedang berpelukan merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja mereka berdua tapaki.“Terimakasih, Suamiku.” ucap Rachel dengan menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Radhis.“Tidak Sayang… seharusnya aku yang berkata seperti itu.”Jawab Radhis seraya mencium kening istrinya.“Sebenarnya kemana kamu beberapa minggu ini?” Tanya Rachel yang masih dalam posisi memeluk Radhis.“Ada yang harus Aku lakukan. Itu kenapa Aku sibuk beberapa minggu ini.” JAwab Radhis dengan mengelus rambut lembut milik sang istri.“Sebenarnya apa yang terjadi padaku semalam?”Kini Rachel membuka pertanyaan untuk agar mereka bisa berbincang.Radhis tidak tahu harus mulai darimana.Dia mulai menjelaskan apa yang Dia tahu kepada istrinya.Rachel bertanya seperti itu, karena samar-samar ingatan nya hanya sampai Dia makan malam bersama Adams dan Gun.Rachel juga menjelaskan jika sebenarnya semalam Dia mengira bahwa acara makan malam itu akan dihadir
***Keesokan harinya.Kini hari telah pagi. Matahari mulai bersinar disaat Rachel membuka matanya.Satu hal yang berbeda untuk hari ini adalah dimana saat ini dia sedang terbangun dengan satu tangan yang sedang memeluk seorang pria.Pria yang dia kenal.Radhis, suami yang beberapa minggu terakhir sedang pergi ke Motherland untuk mengurus beberapa pekerjaan.Rachel hampir tidak bisa menahan air matanya.Wanita muda itu kini mengusap matanya, sebelum akhirnya dia memeluk sang suami dengan erat.“Kamu sudah bangun?” Suara lembut Radhis terdengar di telinganya.Menyeruak ke dalam telinga mungilnya, di iringi hembusan hangat nafas sang suami.Alih-alih menjawab Rachel kini justru membenamkan wajahnya di dada sang suami.Dengan tangannya yang masih memeluk erat, Rachel diam untuk beberapa saat.Seolah sedang menikmati waktu kebersamaan mereka berdua.Radhis yang mendapat perlakuan manja sang istri kini justru paham dan memeluk tubuh istrinya erat-erat.Mereka berdua saling melepas rindu s
Dere sadar akan kesalahan dirinya dalam menanggapi kalimat-kalimat yang sudah diucapkan oleh mereka.“Oh.. Tidak.. aku tidak bermaksud–”Belum selesai Dere berkata-kata, ucapannya sudah dipotong oleh nenek Xion.“Sepertinya kamu memang sengaja membela menantumu yang kurang ajar itu!” Tuding nenek Xion.“Bukan begitu Bu–”“Ahh Sudahlah!” Lagi-lagi sebelum selesai Dere berbicara, nenek Xion sudah memotong ucapannya.“Apa kamu tahu, apa yang akan terjadi jika sampai Tuan Gun menggunakan kekuasaannya untuk membuat perhitungan dengan kita?”Saat ini giliran Marot yang berbicara kepada Dere.Kalimat yang diucapkan oleh Marrot senada dengan sebuah ancaman.Kata-katanya seolah Marot sedang memperingatkan kepada Dere jika pada saat ini menantu Dere, “Radhis” telah melakukan sesuatu yang dapat mengancam keluarga besar mereka.“Apa kamu Tahu sekuat apa, kekuasaan Tuan Gun?” Marrot masih mengintimidasi Dere.“Mungkin menantumu itu bekerja untuk Ed Ackerley.”“Tapi tetap saja, pekerja rendahan s
Nenek Xion dan Marrot kini mulai paham jika sepertinya Radhis pulang.Mereka terkadang berpikir jika Radhis adalah sebuah penghalang besar dalam setiap rencana mereka, apalagi disaat ini mereka masih menumpang di Villa milik Rachel yang pernah dibilang oleh Rachel jika Villa ini diberikan oleh Radhis kepada dirinya.“Bu… Si brengsek itu pulang. Apa yang harus kita lakukan?” Marot bertanya dengan berbisik kepada Nenek Xion.“Kamu tenang saja…”Ucap nenek Xion berbisik balik kepada Marrot.“Kamu tidak perlu khawatir, sebentar lagi saat Wish Corp bangkit kita akan pergi dari sini…” Tambah nenek Xion yang masih dengan berbisik kepada Marrot.“Benar Bu…” Ucap Marrot mulai menyeringai.Kini mereka kembali fokus kepada Adams.Ibu dan Ana itu kini mulai bertanya, untuk memastikan.Apakah benar jika tadi rencana Adams diganggu oleh Radhis?“Apa benar dia suami Rachel?” Adams menjelaskan kepada nenek Xion jika Sea sendiri yang berkata jika laki-laki yang mengganggu rencananya tadi kemungkinan b
*** Beberapa saat sebelumnya disaat Radhis dan yang yang lain nya berbicara.Gun sedang berada di suatu tempat dengan Adams, serta Sea.Posisi mereka sangat aneh untuk orang yang mengerti hubungan di antara ketiganya.Dimana Adams berdiri dengan kepala menunduk.Sementara Gun sedang duduk dengan ditemani oleh Sea di pangkuannya.Bukan hanya itu, dapat terlihat jelas jika pada saat ini tangan Gun sedang meraba-raba pinggul wanita itu.“Sial benar!” Ucap Gun yang merasa kesal.Dia merasa jika baru kali ini ada yang berani untuk mengganggu dirinya.Bahkan Gun merasa jika laki-laki tadi dengan terang-terangan mengintimidasi dirinya.Sea sekilas mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya bisa menduga jika laki-laki yang dimaksud oleh mereka itu tentu adalah Radhis.“Sepertinya pecundang itu ini telah kembali…” Ucap Sea.“Dia adalah suami Rachel yang tidak berguna.” Ucap Sea memberitahu Gun.“Jadi Dia…”Gun mencoba untuk berpikir sejenak.Sejujurnya Gun tidak tahu siapa laki-laki tadi. Dia