Ryder berlatih bersama pasukan kelima dan pertama, untuk berangkat ke barak pasukan perang wilayah selatan di dekat perbatasan wilayah utara. Natalia menyiapkan banyak makanan yang bergizi dan sehat untuk para pasukan, terutama bekal untuk Ryder.
"Nona, sepertinya anda sangat memperhatikan tuan Ryder. Apakah anda menyukainya?" tanya seorang perempuan di dapur tempat pelatihan."Tidak, aku hanya memperhatikan makanan dan minuman yang baik untuknya," ucap Natalia senang."Aishh, anda benar menyukainya, lihatlah wajah anda sangat senang ketika membuatkan sebuah makanan untuknya," balas Perempuan itu."Hahaha, berhentilah bercanda bibi. Aku sedang sibuk sekarang," sahut Natalia sambil tertawa pelan.Natalia tidak memiliki pilihan untuk membalaskan kebaikan Ryder yang selalu menjaganya dari Zane, mungkin saja jika Ryder tahu tentang kenyataan mengenai Natalia dan Zane, itu akan menjadi sebuah pengampunan dosa untuknya kelak.Setelah beberapa jam berlatihDini hari, Ryder bangun lebih awal untuk mengemas dan menyiapkan kedua pedangnya. Saat Ryder keluar dari kamar membawa tasnya, banyak pelayan yang sudah menyiapkan kotak makan dan beberapa botol besar berisi air untuk dibawa ke barak secara bergiliran karena jumlah persediaan makan dan minum sangat banyak. Dari dapur terlihat Natalia menyiapkan banyak makanan untuk para pasukan, Ryder masuk ke dapur untuk menyapanya. Melihat kedatangan Ryder ke dapur, para pelayan wanita langsung terkagum menatap ketampanan dan tubuh Ryder yang sangat indah. "Kamu sudah bekerja keras, apa kamu tidak tidur semalam?" ucap Ryder.Natalia segera berbalik melihat pria itu, lalu memberinya sekotak bekal besar dan botol minum ukuran sedang."Ambillah ini, lalu segera ke lapangan. Aku akan segera menyusulmu," kata Natalia sembari melanjutkan pekerjaannya."Baiklah, terima kasih untuk makanannya," balas Ryder lalu melangkah pergi meninggalkan dapur."Lihatlah senyumnya itu
Monster itu terus menyerang pasukan utara dengan ganas, Daren dan Evan dengan sekuat tenaga menangkis serangan dari lima monster sekaligus."Edwin, Evan , Daren !! Kalian fokus dengan satu monster saja, biar aku yang mengatasi sisanya?" seru Freya."Ini bencana, kita sudah pasti kalah,""Aku ingin pulang saja,""Monster itu sangat buas, kita tidak bisa melawannya,"Freya berbalik dan menatap semua pasukannya yang ketakutan melihat monster perbatasan yang sangat besar. Semua ini karena para pasukan yang Freya pilih tidak pernah memiliki pengalaman melawan monster perbatasan."Kalian tenanglah, kita pasti bisa melawan mereka," ucap Lilia."Iyaa, aku yakin kita bisa menghabisi semua anjing gila itu," teriak Liliam semangat.Lilia menatap Liliam sinis, sepertinya sepupu kecil Lilia sangat tertarik dengan anjing gila. "Liliam, itu bukanlah anjing tapi serigala," sanggah Lilia."Hahahaa mereka sama saja, ayoo cepat kalahkan mereka nona Fr
Ryder menepuk bahu Bily pelan, membuat pria di depannya berbalik dengan cepat. Ryder memberikan sebotol air dan makanan untuk Bily. Natalia yang sibuk menyiapkan makanan untuk pasukan, dibantu oleh Ryder karena pria itu tidak tega melihat Natalia bekerja sendiri."Kamu pergilah makan lebih dulu, ini akan segera kuselesaikan," ucap Natalia."Aku hanya ingin membantu, bukankah pekerjaanmu akan lebih mudah jika dilakukan bersama?" tutur Ryder."Baiklah, terima kasih sudah membantuku," jawab Natalia.Setelah para pasukan selatan menyantap makan siang mereka, Zane mengecek kondisi luar dengan cepat lalu tersenyum puas. Badai pasir itu berhenti, dan sekarang mereka semua sudah bisa melakukan penyerangan ke arah utara."Siapkan perlengkapan kalian semua, 10 menit lagi kita akan berangkat menyerang pasukan utara!!" seru Zane.Para pasukan bergegas mengambil dan menggunakan persenjataan mereka. Ryder juga segera bangkit dari duduknya, dan mengambil kedua pedangnya kel
Ryder tersenyum senang melihat banyak orang yang tumbang berkat kekuatan berpedangnya. Kedua pedangnya seakan menuntun Ryder untuk terus membunuh siapapun yang menghalanginya. Freya terus berlari kedepan dan menyerang siapapun untuk mendekati Ryder.Natalia yang berada di garis belakang, mengaktifkan sihir alamnya dan menjerat kaki Freya hingga perempuan itu terjatuh ke pasir. Dengan cepat Freya menyeka air matanya yang mengalir karena pasir yang masuk ke dalam mata. Langkah Natalia terhenti saat melihat panah api mengarah ke padanya, Freya menembakkan lima panah sekaligus untuk menghancurkan konsentrasi pasukan selatan yang berada di garis belakang. Saat Freya dekat ke arah Ryder, mata merah menyala tiba-tiba menyambar Freya hingga tubuhnya tersungkur di pasir. Kali ini, Freya harus melewati Zane yang dengan tatapan tajamnya bersiap menerkam Freya kapanpun itu."Nona, jangan mengganggu kapten pasukan kami. Lebih baik, anda melayaniku disini," celetuk Zane.
Ridius memberikan arahan pada pasukannya untuk maju, Zack segera mengaktifkan pelindung besar di sekitar kastil tempat para penduduk berkumpul. Ridius berdecak kesal, dia segera maju bersama para pasukannya menyerang Zack. Mustahil baginya mampu menang melawan lima ratus pasukan ditambah seorang penyihir hebat seperti Ridius. Zack merapalkan sebuah mantar dan pedang besar miliknya mulai diselimuti oleh api yang merah padam."Sungguh pedang sihir yang indah, tapi aku tidak yakin itu bisa mengalahkan para pasukan ku," ucap Ridius.Zack menerima serang dari sepulung orang pasukan yang mengepungnya, sedangkan beberapa pasukan itu terus menembakkan bola api ke arah Zack. Pria itu menangkis setiap serangan dengan baik, tapi dia sama sekali tidak sadar bahwa Ridius tengah menjebaknya dalam sebuah sihir terkuat yaitu kutukan darah yang pernah dialami oleh Evan. Selama Zack belum meneteskan darah sedikitpun, kutukan itu belumlah aktif. Sebenarnya, Zack pernah membantu
Zack menarik Raul pergi dari tempat itu, mencari tempat sejauh mungkin untuk mengurangi resiko sihir kegelapan mencapai kastil. Ridius cekikikan dalam heningnya suasana di tengah kota, membuat Raul merinding."Ada satu cara untuk melawan sihir kegelapan, tapi kita berdua harus menanggung akibatnya!!" seru Raul."Apapun resikonya, aku sudah siap melakukan itu. Cepat katakan pria bodoh!!" teriak Zack.Raul dan Zack mengatur rencana mereka sambil berlari menuju hutan perbatasan dekat gerbang timur. Sepertinya mereka memiliki semangat yang menggebu-gebu, hingga mereka berdua terlihat percaya diri dengan rencananya.Di lain tempat, gemuruh tembakan panah api dan es mulai menghujani barak wilayah utara. Freya terus menghunus pedangnya dan maju ke barisan depan menyerang semua prajurit selatan yang tersisa, teriakan familiar yang perempuan itu kenali membuatnya terhenti sejenak lalu berbalik.Evan tertusuk tepat di dekat jantungnya, membuatnya mengerang begitu keras. Freya yang awalnya ingi
"Arrrgghhhh… Hen..tikan.. Kumohon," erang Freya menahan luka di sekujur sayap emasnya.Ryder menyerang Freya begitu cepat dengan kedua pedangnya, ahli pedang ganda sangatlah cocok untuk Ryder. Namun, bagi Freya itu semua hanyalah alat untuk membunuh. Jika saja sayap itu tidak melindungi dirinya, mungkin Ryder berhasil menghabisi Freya.Freya merintih kesakitan, perempuan itu mengencangkan sayapnya lalu menerpa tubuh Ryder dengan sihir angin yang kuat, membuat Freya bisa mundur beberapa langkah, seraya mengatur nafasnya. Mengapa Ryder sangat berubah, dibanding sebelumnya. Seakan mereka berdua sama sekali tidak pernah bertemu, bahkan tatapan mata Ryder begitu tajam dan sinis. Freya menghentakkan kakinya, lalu melompat ke depan Ryder.Pria yang haus akan darah, itulah ekspresi yang ditunjukkan oleh Ryder pada Freya. Mata Freya membulat, ketika salah satu pedang Ryder berhasil menusuk salah satu sayap Freya dan memotongnya. Detak jantung perempuan itu mulai tak teratur, semburat cairan me
"Gawat, apa yang harus kita lakukan Zane," racau Natalia panik."Aku harus melakukan tugasku, ayo ikut aku untuk menghabisi Freya sekarang," terang Zane."Apa?! Kau bercanda, Ryder sudah tersadar dan sekarang kau ingin melakukan hal yang berbahaya seperti itu. Ini sama saja kita masuk ke dalam lubang yang kita buat," ketus Natalia."Apa-apaan dirimu, biasanya hanya menurut. Diam dan ikuti aku saja, Mengerti," tekan Zane.Ryder dengan perlahan meletakkan tubuh Freya di atas pasir hangat, lalu berjalan mengambil kedua pedangnya yang terhempas saat diserang Freya. Sesaat Ryder melirik ke arah langit yang mulai berwarna jingga yang begitu pekat. Dari jauh Zane dan Natalia mulai bergerak untuk menyerang Freya. Ryder mulai memiliki insting yang sangat tajam, bergerak secepat kilat melesat ke depan Natalia dan menebas kedua kaki perempuan itu. Teriakan yang begitu keras lolos dari heningnya medan perang itu, Natalia menangis begitu keras dan menahan perih di antara kedua kakinya yang sudah t