Ryder menepuk bahu Bily pelan, membuat pria di depannya berbalik dengan cepat. Ryder memberikan sebotol air dan makanan untuk Bily. Natalia yang sibuk menyiapkan makanan untuk pasukan, dibantu oleh Ryder karena pria itu tidak tega melihat Natalia bekerja sendiri.
"Kamu pergilah makan lebih dulu, ini akan segera kuselesaikan," ucap Natalia."Aku hanya ingin membantu, bukankah pekerjaanmu akan lebih mudah jika dilakukan bersama?" tutur Ryder."Baiklah, terima kasih sudah membantuku," jawab Natalia.Setelah para pasukan selatan menyantap makan siang mereka, Zane mengecek kondisi luar dengan cepat lalu tersenyum puas. Badai pasir itu berhenti, dan sekarang mereka semua sudah bisa melakukan penyerangan ke arah utara."Siapkan perlengkapan kalian semua, 10 menit lagi kita akan berangkat menyerang pasukan utara!!" seru Zane.Para pasukan bergegas mengambil dan menggunakan persenjataan mereka. Ryder juga segera bangkit dari duduknya, dan mengambil kedua pedangnya kelRyder tersenyum senang melihat banyak orang yang tumbang berkat kekuatan berpedangnya. Kedua pedangnya seakan menuntun Ryder untuk terus membunuh siapapun yang menghalanginya. Freya terus berlari kedepan dan menyerang siapapun untuk mendekati Ryder.Natalia yang berada di garis belakang, mengaktifkan sihir alamnya dan menjerat kaki Freya hingga perempuan itu terjatuh ke pasir. Dengan cepat Freya menyeka air matanya yang mengalir karena pasir yang masuk ke dalam mata. Langkah Natalia terhenti saat melihat panah api mengarah ke padanya, Freya menembakkan lima panah sekaligus untuk menghancurkan konsentrasi pasukan selatan yang berada di garis belakang. Saat Freya dekat ke arah Ryder, mata merah menyala tiba-tiba menyambar Freya hingga tubuhnya tersungkur di pasir. Kali ini, Freya harus melewati Zane yang dengan tatapan tajamnya bersiap menerkam Freya kapanpun itu."Nona, jangan mengganggu kapten pasukan kami. Lebih baik, anda melayaniku disini," celetuk Zane.
Ridius memberikan arahan pada pasukannya untuk maju, Zack segera mengaktifkan pelindung besar di sekitar kastil tempat para penduduk berkumpul. Ridius berdecak kesal, dia segera maju bersama para pasukannya menyerang Zack. Mustahil baginya mampu menang melawan lima ratus pasukan ditambah seorang penyihir hebat seperti Ridius. Zack merapalkan sebuah mantar dan pedang besar miliknya mulai diselimuti oleh api yang merah padam."Sungguh pedang sihir yang indah, tapi aku tidak yakin itu bisa mengalahkan para pasukan ku," ucap Ridius.Zack menerima serang dari sepulung orang pasukan yang mengepungnya, sedangkan beberapa pasukan itu terus menembakkan bola api ke arah Zack. Pria itu menangkis setiap serangan dengan baik, tapi dia sama sekali tidak sadar bahwa Ridius tengah menjebaknya dalam sebuah sihir terkuat yaitu kutukan darah yang pernah dialami oleh Evan. Selama Zack belum meneteskan darah sedikitpun, kutukan itu belumlah aktif. Sebenarnya, Zack pernah membantu
Zack menarik Raul pergi dari tempat itu, mencari tempat sejauh mungkin untuk mengurangi resiko sihir kegelapan mencapai kastil. Ridius cekikikan dalam heningnya suasana di tengah kota, membuat Raul merinding."Ada satu cara untuk melawan sihir kegelapan, tapi kita berdua harus menanggung akibatnya!!" seru Raul."Apapun resikonya, aku sudah siap melakukan itu. Cepat katakan pria bodoh!!" teriak Zack.Raul dan Zack mengatur rencana mereka sambil berlari menuju hutan perbatasan dekat gerbang timur. Sepertinya mereka memiliki semangat yang menggebu-gebu, hingga mereka berdua terlihat percaya diri dengan rencananya.Di lain tempat, gemuruh tembakan panah api dan es mulai menghujani barak wilayah utara. Freya terus menghunus pedangnya dan maju ke barisan depan menyerang semua prajurit selatan yang tersisa, teriakan familiar yang perempuan itu kenali membuatnya terhenti sejenak lalu berbalik.Evan tertusuk tepat di dekat jantungnya, membuatnya mengerang begitu keras. Freya yang awalnya ingi
"Arrrgghhhh… Hen..tikan.. Kumohon," erang Freya menahan luka di sekujur sayap emasnya.Ryder menyerang Freya begitu cepat dengan kedua pedangnya, ahli pedang ganda sangatlah cocok untuk Ryder. Namun, bagi Freya itu semua hanyalah alat untuk membunuh. Jika saja sayap itu tidak melindungi dirinya, mungkin Ryder berhasil menghabisi Freya.Freya merintih kesakitan, perempuan itu mengencangkan sayapnya lalu menerpa tubuh Ryder dengan sihir angin yang kuat, membuat Freya bisa mundur beberapa langkah, seraya mengatur nafasnya. Mengapa Ryder sangat berubah, dibanding sebelumnya. Seakan mereka berdua sama sekali tidak pernah bertemu, bahkan tatapan mata Ryder begitu tajam dan sinis. Freya menghentakkan kakinya, lalu melompat ke depan Ryder.Pria yang haus akan darah, itulah ekspresi yang ditunjukkan oleh Ryder pada Freya. Mata Freya membulat, ketika salah satu pedang Ryder berhasil menusuk salah satu sayap Freya dan memotongnya. Detak jantung perempuan itu mulai tak teratur, semburat cairan me
"Gawat, apa yang harus kita lakukan Zane," racau Natalia panik."Aku harus melakukan tugasku, ayo ikut aku untuk menghabisi Freya sekarang," terang Zane."Apa?! Kau bercanda, Ryder sudah tersadar dan sekarang kau ingin melakukan hal yang berbahaya seperti itu. Ini sama saja kita masuk ke dalam lubang yang kita buat," ketus Natalia."Apa-apaan dirimu, biasanya hanya menurut. Diam dan ikuti aku saja, Mengerti," tekan Zane.Ryder dengan perlahan meletakkan tubuh Freya di atas pasir hangat, lalu berjalan mengambil kedua pedangnya yang terhempas saat diserang Freya. Sesaat Ryder melirik ke arah langit yang mulai berwarna jingga yang begitu pekat. Dari jauh Zane dan Natalia mulai bergerak untuk menyerang Freya. Ryder mulai memiliki insting yang sangat tajam, bergerak secepat kilat melesat ke depan Natalia dan menebas kedua kaki perempuan itu. Teriakan yang begitu keras lolos dari heningnya medan perang itu, Natalia menangis begitu keras dan menahan perih di antara kedua kakinya yang sudah t
Pria tampan dengan senyum rupawan itu, berdiri sambil menatap lautan luas yang berada di ujung wilayah selatan. Seluruh awak kapal pengangkut barang yang banyak, sedang mengangkut hasil dagangan batu sihir dari wilayah selatan. "Sebuah kehormatan bisa mendapat pasokan batu sihir dari wilayah ini, saya sangat berterima kasih," ucap sang saudagar batu sihir."Tidak masalah, ini juga merupakan bisnis pedagang seperti biasanya. Terima kasih tuan, telah mempercayai tambang batu sihir wilayah kami," ucap pria muda itu."Jika berkenan, siapakah nama anda tuan. Saya sangat terkejut melihat pebisnis muda seperti tuan yang memiliki seni berdagang luar biasa," "Ryder, saya hanyalah lulusan akademi bisnis 1 tahun lalu tuan. Ilmu saya masih minim, dibandingkan tuan," ucap Ryder tenang."Tuan Ryder akan menjadi pebisnis yang luar biasa, saya bisa menjamin itu," ucap sang saudagar sambil tersenyum puas.Setelah lama berbincang, Ryder mengantarkan saudagar pergi ke kapal yang akan segera berlayar.
Freya menanam banyak bunga kecil di taman dekat rumah kecilnya. Perempuan itu memilih tinggal bersama penduduk dibandingkan hidup dalam istana penguasa miliknya. Bangunan itu yang dulunya digunakan sebagai tempat rehabilitas sekaligus mengungsi para penduduk telah dijadikan sebagai gedung penelitian obat dan ramuan herbal."Freya, maukah kamu membantu sekali ini saja," mohon Layla."Aku sudah mengatakannya berulang kali, posisiku saat ini tidak bisa seenaknya meninggalkan wilayah begitu saja," terang Freya."Ayolahh…., bukankah kamu pasti ingin menerima undangan ini. Jangan pikirkan perkataan Daren," kata Layla."Layla,""Freya, aku memintamu menghadiri undangan ini demi nama wilayah kita. Apa yang akan wilayah luar katakan ketika kita menutup seluruh akses untuk menjalin hubungan antar wilayah. Ini demi kemakmuran penduduk wilayah kita juga," jelas Layla.Freya mengerutkan keningnya, lalu memasang wajah malas. Kedudukan Freya sebagai seorang penguasa wilayah utara membuatnya malas be
Freya meremas gelas yang di pegangnya, lalu maju ke depan dengan percaya diri. "Aku memang dari wilayah luar, tapi aku sama sekali tidak melakukan hal yang salah sedikitpun. Bukankah, setiap orang berhak memilih apa yang dikenakannya dan itu tidak sama sekali memberatkan orang lain," terang Freya kesal."Nona, lebih baik anda pergi saja dari aula ini,""Iya, kasihan sekali dia yah," "Aku malu melihat kelakuannya,"Freya menatap tajam ke arah orang-orang yang terus mengejeknya. Liliam dengan cepat berlari ke arah Freya lalu menyelimuti tubuhnya mantel hitam. Sangat tidak mengenakkan melihat Freya dipermalukan seperti itu di depan banyak orang."Tunggu, aku ingin mengucapkan satu hal pada kalian semua. Wilayah selatan yang makmur ini ternyata dipenuhi orang-orang tidak sopan," seru Freya.Ryder tertawa pelan, lalu berjalan ke arah Freya yang sedang membenarkan sepatunya. "Pakailah sepatu ini, jangan sampai kaki nona terluka," tutur Ryder sambil berlutut di depan Freya."No-nona," uca