Freya, Evan dan Daren berjalan bersama rombongan pasukan Zane. Ryder, Natalia dan Bily berada di bagian belakang rombongan. Saat Freya melewati jalan utama menuju kantor wilayah, banyak penduduk wilayah yang menatap mereka sambil tersenyum ceria.
"Bisakah aku melambaikan tangan pada mereka semua?" ucap Freya tiba-tiba."Silahkan, itu sebuah kehormatan bagi mereka," sahut Zane.Freya mengangkat tangannya dan melambai, senyuman anak kecil yang begitu tulus membuat Freya tersentuh. Setelah memasuki wilayah utama, gerbang besar kantor di buka dengan jentikkan jari Zane. Semua pasukan berdiri mengelilingi kantor wilayah dan dijaga sangat ketat. Daren memperhatikan sekelilingnya dengan seksama, tidak ada cela untuk mereka bisa menyerang bahkan jika mereka melakukan kesalahan maka nyawa mereka bertiga akan melayang saat itu juga."Silahkan duduk dulu, kami akan menyiapkan ruang rapat setelah makan siang nanti," ucap Natalia."Terima kasih, kami dengan senang hatiZane mengetuk meja beberapa kali, untuk meminta semua orang memperhatikan apa yang akan di lakukannnya."Kalian semua tenanglah, pertama aku ingin mendengar apa keuntungan yang akan kami dapatkan jika pihak wilayah selatan menghentikan peperangan yang akan dilakukan nanti?" ucap Zane.Freya menatap lekat pria itu lalu berdiri dari duduknya, dia mengeluarkan sebuah peta wilayah utara yang membentang luas di dekat perbatasan."Kami akan memberikan ladang luas dan sebagian tambang emas kami yang ada di pinggir wilayah. Bukan hanya itu, kami akan membantu pendidikan dan bidang medis wilayah selatan," terang Freya."Kedengarannya itu keuntungan yang sangat bagus, tapi tidakkah kau berfikir bahwa wilayah selatan lebih kaya dan cerdas dati wilayah kalian," sela Zane."Kau bajingan!!" sahut Daren kesal."Diam, beraninya kau menyebut tuan kami seperti itu," tegas Ridius."Daren tenanglah, Maafkan kami, tapi kami sudah mempertaruhkan aset berharga wilayah kami. Cobalah untuk mempertimbangkannya
Ryder berlatih bersama pasukan kelima dan pertama, untuk berangkat ke barak pasukan perang wilayah selatan di dekat perbatasan wilayah utara. Natalia menyiapkan banyak makanan yang bergizi dan sehat untuk para pasukan, terutama bekal untuk Ryder."Nona, sepertinya anda sangat memperhatikan tuan Ryder. Apakah anda menyukainya?" tanya seorang perempuan di dapur tempat pelatihan."Tidak, aku hanya memperhatikan makanan dan minuman yang baik untuknya," ucap Natalia senang."Aishh, anda benar menyukainya, lihatlah wajah anda sangat senang ketika membuatkan sebuah makanan untuknya," balas Perempuan itu."Hahaha, berhentilah bercanda bibi. Aku sedang sibuk sekarang," sahut Natalia sambil tertawa pelan.Natalia tidak memiliki pilihan untuk membalaskan kebaikan Ryder yang selalu menjaganya dari Zane, mungkin saja jika Ryder tahu tentang kenyataan mengenai Natalia dan Zane, itu akan menjadi sebuah pengampunan dosa untuknya kelak.Setelah beberapa jam berlatih
Dini hari, Ryder bangun lebih awal untuk mengemas dan menyiapkan kedua pedangnya. Saat Ryder keluar dari kamar membawa tasnya, banyak pelayan yang sudah menyiapkan kotak makan dan beberapa botol besar berisi air untuk dibawa ke barak secara bergiliran karena jumlah persediaan makan dan minum sangat banyak. Dari dapur terlihat Natalia menyiapkan banyak makanan untuk para pasukan, Ryder masuk ke dapur untuk menyapanya. Melihat kedatangan Ryder ke dapur, para pelayan wanita langsung terkagum menatap ketampanan dan tubuh Ryder yang sangat indah. "Kamu sudah bekerja keras, apa kamu tidak tidur semalam?" ucap Ryder.Natalia segera berbalik melihat pria itu, lalu memberinya sekotak bekal besar dan botol minum ukuran sedang."Ambillah ini, lalu segera ke lapangan. Aku akan segera menyusulmu," kata Natalia sembari melanjutkan pekerjaannya."Baiklah, terima kasih untuk makanannya," balas Ryder lalu melangkah pergi meninggalkan dapur."Lihatlah senyumnya itu
Monster itu terus menyerang pasukan utara dengan ganas, Daren dan Evan dengan sekuat tenaga menangkis serangan dari lima monster sekaligus."Edwin, Evan , Daren !! Kalian fokus dengan satu monster saja, biar aku yang mengatasi sisanya?" seru Freya."Ini bencana, kita sudah pasti kalah,""Aku ingin pulang saja,""Monster itu sangat buas, kita tidak bisa melawannya,"Freya berbalik dan menatap semua pasukannya yang ketakutan melihat monster perbatasan yang sangat besar. Semua ini karena para pasukan yang Freya pilih tidak pernah memiliki pengalaman melawan monster perbatasan."Kalian tenanglah, kita pasti bisa melawan mereka," ucap Lilia."Iyaa, aku yakin kita bisa menghabisi semua anjing gila itu," teriak Liliam semangat.Lilia menatap Liliam sinis, sepertinya sepupu kecil Lilia sangat tertarik dengan anjing gila. "Liliam, itu bukanlah anjing tapi serigala," sanggah Lilia."Hahahaa mereka sama saja, ayoo cepat kalahkan mereka nona Fr
Ryder menepuk bahu Bily pelan, membuat pria di depannya berbalik dengan cepat. Ryder memberikan sebotol air dan makanan untuk Bily. Natalia yang sibuk menyiapkan makanan untuk pasukan, dibantu oleh Ryder karena pria itu tidak tega melihat Natalia bekerja sendiri."Kamu pergilah makan lebih dulu, ini akan segera kuselesaikan," ucap Natalia."Aku hanya ingin membantu, bukankah pekerjaanmu akan lebih mudah jika dilakukan bersama?" tutur Ryder."Baiklah, terima kasih sudah membantuku," jawab Natalia.Setelah para pasukan selatan menyantap makan siang mereka, Zane mengecek kondisi luar dengan cepat lalu tersenyum puas. Badai pasir itu berhenti, dan sekarang mereka semua sudah bisa melakukan penyerangan ke arah utara."Siapkan perlengkapan kalian semua, 10 menit lagi kita akan berangkat menyerang pasukan utara!!" seru Zane.Para pasukan bergegas mengambil dan menggunakan persenjataan mereka. Ryder juga segera bangkit dari duduknya, dan mengambil kedua pedangnya kel
Ryder tersenyum senang melihat banyak orang yang tumbang berkat kekuatan berpedangnya. Kedua pedangnya seakan menuntun Ryder untuk terus membunuh siapapun yang menghalanginya. Freya terus berlari kedepan dan menyerang siapapun untuk mendekati Ryder.Natalia yang berada di garis belakang, mengaktifkan sihir alamnya dan menjerat kaki Freya hingga perempuan itu terjatuh ke pasir. Dengan cepat Freya menyeka air matanya yang mengalir karena pasir yang masuk ke dalam mata. Langkah Natalia terhenti saat melihat panah api mengarah ke padanya, Freya menembakkan lima panah sekaligus untuk menghancurkan konsentrasi pasukan selatan yang berada di garis belakang. Saat Freya dekat ke arah Ryder, mata merah menyala tiba-tiba menyambar Freya hingga tubuhnya tersungkur di pasir. Kali ini, Freya harus melewati Zane yang dengan tatapan tajamnya bersiap menerkam Freya kapanpun itu."Nona, jangan mengganggu kapten pasukan kami. Lebih baik, anda melayaniku disini," celetuk Zane.
Ridius memberikan arahan pada pasukannya untuk maju, Zack segera mengaktifkan pelindung besar di sekitar kastil tempat para penduduk berkumpul. Ridius berdecak kesal, dia segera maju bersama para pasukannya menyerang Zack. Mustahil baginya mampu menang melawan lima ratus pasukan ditambah seorang penyihir hebat seperti Ridius. Zack merapalkan sebuah mantar dan pedang besar miliknya mulai diselimuti oleh api yang merah padam."Sungguh pedang sihir yang indah, tapi aku tidak yakin itu bisa mengalahkan para pasukan ku," ucap Ridius.Zack menerima serang dari sepulung orang pasukan yang mengepungnya, sedangkan beberapa pasukan itu terus menembakkan bola api ke arah Zack. Pria itu menangkis setiap serangan dengan baik, tapi dia sama sekali tidak sadar bahwa Ridius tengah menjebaknya dalam sebuah sihir terkuat yaitu kutukan darah yang pernah dialami oleh Evan. Selama Zack belum meneteskan darah sedikitpun, kutukan itu belumlah aktif. Sebenarnya, Zack pernah membantu
Zack menarik Raul pergi dari tempat itu, mencari tempat sejauh mungkin untuk mengurangi resiko sihir kegelapan mencapai kastil. Ridius cekikikan dalam heningnya suasana di tengah kota, membuat Raul merinding."Ada satu cara untuk melawan sihir kegelapan, tapi kita berdua harus menanggung akibatnya!!" seru Raul."Apapun resikonya, aku sudah siap melakukan itu. Cepat katakan pria bodoh!!" teriak Zack.Raul dan Zack mengatur rencana mereka sambil berlari menuju hutan perbatasan dekat gerbang timur. Sepertinya mereka memiliki semangat yang menggebu-gebu, hingga mereka berdua terlihat percaya diri dengan rencananya.Di lain tempat, gemuruh tembakan panah api dan es mulai menghujani barak wilayah utara. Freya terus menghunus pedangnya dan maju ke barisan depan menyerang semua prajurit selatan yang tersisa, teriakan familiar yang perempuan itu kenali membuatnya terhenti sejenak lalu berbalik.Evan tertusuk tepat di dekat jantungnya, membuatnya mengerang begitu keras. Freya yang awalnya ingi