Malam pun tiba, Alan telah siap dengan 10 pedang kayu yang dipahat sendiri. Sekarang pria muda bertelanjang dada tengah berdiri dan memberi hormat padanya. Ryder, murid ketiga sejak Alan menjadi seorang pengelana. Bulan yang begitu terang, suara angin yang berhembus kencang tidak melunturkan semangat Ryder. Dia telah siap untuk belajar teknik pedang dari Alan sang guru.
"Selama latihan kau tidak boleh tidur, pakailah 10 pedang itu selama 10 hari tanpa tidur. 1 malam pertama ini kau gunakanlah 1 pedang, begitu seterusnya, ingat malam hari kau tidak boleh tidur sedikitpun hingga fajar. Owh iya, batu itu telah ku berikan sihir pelindung jadi pedang kayu mu itu hanya akan terpental dan tidak hancur karena berbenturan dengan batu," tutur Alan."Ta-tapi guru, bukankah seharusnya malam hari itu sangat baik untuk memulihkan tenaga?" protes Ryder."Apa kau ingin berhenti?" ucap Alan."Tidak, baiklah saya akan lakukan itu semua. Tapi apa yang harus aku perbuat dengan pedaRyder menatap langit-langit kamar itu, bayangan tentang mimpi buruknya begitu jelas setelah beberapa hari sadar. Mimpi yang menunjukkan dirinya harus membunuh Freya, dan seluruh penyihir yang ada di wilayah selatan. Pria itu menggeleng keras, lalu segera bangkit dari tidurnya. "Ryder, kamu sudah merasa lebih baik?" tanya Nana."Iya, terima kasih Nana," jawab Ryder."Baiklah, jika kau butuh sesuatu katakan saja," balas Nana."Tentu," Ryder duduk didekat jendela penginapan, Alan sang guru sudah beberapa hari pergi untuk menyelesaikan ritual sang dewi ular setiap bulannya."Apa alasan kau dan guru meneliti sang dewi ular?" tanya Ryder."Lakukan urusanmu saja, aku tidak memiliki hak untuk memberi jawaban atas pertanyaan itu," sahut Nana dingin.Ekspresi Nan berubah, Ryder membuat kesalahan karena mempertanyakan sesuatu yang sensitif bagi Nana. Hari itu, Ryder menjalani pemeriksaan tubuh secara menyeluruh, di usianya yang sebentar lagi mencapa
Pedagang pria itu segera menghampiri Ryder, namun melihat ekspresi wajah Ryder yang begitu menakutlan pria itu tidak berani mengucapkan sepatah katapun."Bawa budak itu," ucap Ryder dingin."Ba-baik tuan," seru pria itu.Ryder berjalan menuju ruangan awal yang mereka kunjungi, Daren menatap malas ke arahnya sejak tadi. "Ini 1 keping emasnya," ucap Ryder."Wahh terima kasih tuan, owh sebagai hadiah bawalah perempuan ini. Saya yakin dia bisa membuat ranjang tuan selalu panas setiap hari," seru Pria itu.Ryder menatap ke arah perempuan itu dengan seksama, warna mata yang biru sangat menenangkan. "Baiklah, aku akan membawanya terima kasih," ucap Ryder. "Tidak, aku tidak ingin ikut dengan pria itu," teriak perempuan itu."Heyy berhentilah bersikap keras kepala begitu," sahut Ryder dingin."Terima kasih tuan," sery pedagang pria itu senang.Daren dan perempuan itu berjalan keluar klinik mengikuti sang master, Ryder memeriksa b
"Apa guru sudah gila? Melakukan pembantaian secara besar-besaran bisa membuat kacau wilayah ini," seru Ryder."Tidak, kita hanya harus memberi mereka sedikit rasa takut dan jera, aku sudah memiliki rencana," gumam Alan."Guru, apa guru yakin?" tanya Ryder."Apakah kau kenal dengan Zane, dia adalah pria yang membantu pasukan sosok bayangan dalam mengungkap Alexiuz sahabatku," jelas Alan."Apa? Zane? Tidak mungkin mereka melkukan hal sebaik itu, mereka itu hanyalah kumoulan orang yang jahat guru," teriak Ryder."Ryder, percayalah padaku, kau akan segera memahami maksudku" sahut Alan.Mereka berdua memutuskan untuk lergi ke penginapan, Ryder terus mengingat perkataan sang guru. Zane bukanlah orang yang mudah berubah, pria itu berbahaya. Tapi, sang guru sepertinya begitu percaya pada Zane. Ryder berjalan menuju kamarnya, Nana sudah memberikan makan malam pada Ryder. Alan menyiapkan beberapa kertas yang penuh dengan bukti penjualan budak, bahkan nama para pen
Setelah kejadian pembantaian yang dilakukan Ryder, seluruh wilayah menjadi gempar. Berita tentang dirinya yang memiliki kekuatan luar biasa dan melakukan pembantaian itu membuat seluruh penduduk wilayah utara ketakutan. Alan begitu puas dengan hasil dari kejadian desa Zisu. Ryder memutuskan untuk pergi ke pusat kota, dan membantu Riko kembali ke kantor pusat penjaga. Saat mereka berpisah, Alan memberikan sebuah petunjuk bagi Ryder untuk menguasai teknik rahasia pedang ilusi, buku yang sudah usang tapi sangat berharga bagi Ryder."Natalia, ayo kita kembali ke pusat kota," ajak Ryder."Baiklah Ryder, sekarang hidupku hanya untukmu," ucap Natalia senang.Ryder membantu Natalia naik ke atas kapal, Riko juga sangat senang dengan bantuan Ryder. Setelah berjam-jam berlayar, akhirnya mereka bertiga sampai di pelabuhan kota."Aku akan pergi lebih dulu, terima kasih Ryder, aku berhutang budi padamu, sampai jumpa," seru Riko yang berlari menjauh dari Ryder.
Ryder menarik Natalia menjauh, melihat wajah Freya membuat Ryder merasa mual. Tidak disangka takdir mempertemukan mereka berdua kembali, setelah Ryder mengetahui kenyataan tentang kejadian yang terjadi padanya, dia sama sekali tidak ingin berbelas kasih lagi pada setiap orang yang ada di wilayah utara, kecuali sahabatnya Norman dan Pedagang yang membantunya bertahan di perbatasan."Ryder, tenanglah kita sudah jauh dari mereka," sahut Natalia.Ryder berhenti tepat di depan penginapan, lalu berjalan dengan kesal menuju kamarnya. Natalia mengikutinya dari belakang sambil tersenyum tipis."Bagus, rencana kami semakin lancar dengan kehadiran Freya tadi, ini bisa mempermudahku memprovokasi Ryder," gumam Natalia."Katakan padaku, apa yang akan kita lakukan selanjutnya?" tanya Ryder emosi."Mari kita masuk dulu Ryder, kita bicarakan di dalam," jawab Natalia."Baiklah," balas Ryder.Natalia mengeluarkan peta wilayah utara dan sebuah ramuan kecil, dia sud
Setelah Ryder dan Natalia mengetahui Festival itu, mereka berdua semakin bersemangat untuk membalas dendam pada penguasa wilayah."Wah itu berita bagus Ryder," sahut Natalia."Benar, kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini," seru Ryder.Kesempatan itu akan dimanfaatkan oleh Ryder, terutama Zane yang sedang mempersiap sebuah hadiah untuk Ryder. Sudah lama pria itu sangat ingin melihat penggabungan kekuatan kegelapan dan aura kematian yang dimiliki Ryder. Zane berdiri di dekat patung batu penguasa wilayah selatan, sambil memandangi bulan yang begitu bersinar terang. Pria itu sudah berusaha dengan sangat keras untuk menduduki posisi kepala dewan wilayah selatan, dengan cara jahat dan keji. Zane membunuh kedua orang tuanya demi mendapatkan posisi itu, bahkan dia telah mempertaruhkan nyawanya sendiri untuk menerima kekuatan dari pasukan bayangan.Patung batu yang berbentuk manusia itu, adalah tubuh sang penguasa wilayah selatan yang telah diracuni oleh pa
Pot bunga kecil yang di pegang Freya terjatuh dari tangannya, setelah melihat keadaan Ryder yang di rantai."Apa yang kalian lakukan padanya," teriak Freya."Freya tenanglah, kita hanya menahan kekuatan aura kegelapan Ryder yang meluap," tutur Ibu Alice."Benarkah? Bagaimana ini bisa terjadi," lirih Freya.Daren hanya terdiam melihat Freya yang begitu sedih, perempuan itu masih sangat mengharapkan Ryder untuk berada disisinya sampai kapanpun itu. Freya mendekat ke arah tubuh Ryder, lalu mengeluarkan sihir cahaya suci yang merupakan kekuatan sang dewi. Semua orang mundur perlahan, Freya tengah berjuang untuk menyelamatkan pria yang telah menghianati perasaanya."Aku mohon Ryder, jangan sampai kau melukai banyak orang lagi," gumam Freya.Cahaya yang begitu terang, terus menekan asap hitam yang keluar dari tubuh Ryder. Tiba-tiba Freya merasakan energi kegelapan yang, sebuah teriakan yang begitu nyaring menggema dalam kepalanya. Ingatan Ryder tentang pe
Ryder pergi meninggalkan Natalia yang masih tertidur, lalu membawa pedangnya ke tepi sungai. Suara ayunan pedang di malam hari, selalu terdengar di tepi sungai. Ryder merutinkan dirinya belajar teknik pedang ilusi dengan menggunakan aura. Seketika Ryder sadar, dia harus melakukan sesuatu sebelum Festival dimulai. Ryder berlari dengan cepat, lalu mengeluarkan sebotol air. Pria itu tersenyum senang, sudah berapa lama dia tidak mencoba merawat tanaman seperti dulu sewaktu kakek dan kedua orang tuanya masih hidup. Mengingat mereka telah pergi meninggalkan Ryder dengan nasib buruknya, sekarang pria itu tengah berjuang untuk membalaskan dendamnya pada orang yang telah merenggut kebahagiaan Ryder. Pria itu melempar botol air itu dengan kasar. Kunang-kunang kecil hinggap di bunga yang Ryder sirami air."Mereka tampak bahagia," gumam Ryder.Hari Festival wilayah telah dimulai, banyak gerai toko yang membuka makanan dari seluruh wilayah, Ryder dan Natalia menyusuri kota