Freya tidak menanggapi perkataan Hana, dia membuang padangnya asal lalu melangkah menjauh. Melihat sikap Freya yang tidak peduli, Hana dengan cepat mengikat tubuh Freya dengan sihir alam menggunakan akar yang ada di bawah tanah. Freya memberontak, mencoba melepaskan ikatan itu tapi tidak bisa. Karena kelelahan dengan permainan Hana, Freya membakar seluruh akar itu hingga hancur tak bersisa.
Hana tertawa begitu keras, perempuan itu telah terobsesi untuk mengalahkan Freya sejak mereka menjadi saudara angkat. Freya menembakkan sihir es, lalu membekukan kedua kaki dan tangan Hana. Sama seperti waktu mereka berdua bertarung untuk pertama kali, Freya membekukan kedua tangan dan kaki Hana agar perempuan itu diam dan tidak berbuat seenaknya. Tapi, sekarang Hana yang lemah, telah berubah menjadi kuat. Sihir pembekuan Freya dilepaskan oleh sihir air miliknya tanpa membutuhkan waktu lama."Apa hanya itu yang bisa kau lakukan?" ejek Hana."Iya, aku hanya perempuan yang lemah sekaraLaila menjadi malu melihat reaksi Natalia yang berlebihan. Daren mencari sebuah kejelasan, namun tidak ada informasi yang bisa dia dapatkan tentang Freya dan Hana. Daren pergi sambil tersenyum pada Natalia dan Laila. Hati Natalia menjadi tak karuan, dia sangat senang mendapatkan senyuman dari Daren. Berbeda dengan Ryder, perasaan Natalia begitu senang melihat Daren dan mendengar semua apa yang Daren lakukan. Ryder berjalan menjauh menuju Pak Damian, mereka berdua saling menatap dan bertegur sapa sebentar. Ryder sudah bisa memahami situasi yang dialami oleh Freya, itu sama saja seperti perebutan tahta yang terjadi di dalam kerjaan. Tapi, logika Ryder terus menentang hal itu, karena Freya adalah keturunan asli dari sang penguasa. Pendapat itu bisa dikatakan hanya bisa menjadi mimpi belaka, buktinya Hana bisa menjadi kuat dan memiliki aura hitam yang sangat pekat di mata Ryder."Itu bisa menyulitkan Freya nanti," lirih Ryder.Laila berjalan mengikuti Natalia, mer
Hana memberi hormat pada Freya, lalu mundur beberapa langkah. Freya melepaskan sepatunya, menarik pedang dari sabuk lalu menghunuskannya ke arah Hana. Kedua perempuan itu telah siap, demi mempertaruhkan harga diri masing-masing dan menjadi penerus sang ayah. Freya sebenarnya tak ingin sampai melukai Hana, dia hanya menginginkan orang-orang memandang dirinya sebagai putri dari mantan ksatria sihir yang terbunuh oleh ibu Hana.Hana berlari ke arah Freya, sambil mengeluarkan sulur daun merambat dari tanah. Sulur itu memiliki duri, Freya dengan sigap melompat menghindari sulur daun itu. Namun, pergerakannya seperti terbaca dengan cepat oleh Hana, hingga lengan kiri Freya tergores begitu dalam oleh duri dari sulur daun itu. Freya menembakkan bola api yang besar, Hana menghindarinya dengan cepat. Sejauh ini Hana terlihat lebih unggul, tapi setiap detiknya Freya mengamati dengan baik pergerakan dan sihir yang digunakan oleh Hana. Freya memutar padangnya dengan lihai, lal
Ryder menatap para penjaga dengan tajam, dan menyerang mereka tanpa ampun. Natalia merasakan kekuatan Zane berada di sekitar arena, perempuan itu melihat sekelilingnya dengan cepat dan menemukan aura dari kekuatan Zane. Natalia merupakan partner penyihir Zane seja mereka melakukan kontrak darah, sebelum menipu Ryder. Natalia gemetar ketakutan, bisa saja Zane datang ke arena untuk menangkapnya yang telah berkhianat. Tapi, melihat Zane yang fokus pada pertandingan, membuat Natalia bisa sedikit tenang.Melihat Ryder yang mengamuk, Pak Damian segera turun menenangkannya. Saat Ryder sudah menumbangkan sebagian penjaga, sebuah cahaya keemasan keluar dari tubuh Freya yang sudah membeku. Cahaya yang sangat menyilaukan itu, membuat sang penguasa wilayah utara berdiri dari duduknya dan gemetar melihat kekuatan itu. Sama seperti cahaya yang pernah muncul di perang wilayah zaman dulu.Ryder berhenti, dan menatapnya dengan khawatir. Perlahan bongkahan es itu retak dan jatuh dar
Ryder menceritakan pada Freya tentang kisah hidupnya di masa lalu, perempuan itu menjadi menangis dan mengelus wajah Ryder pelan. Sudah berapa lama Ryder ingin menyembunyikan tentang masa lalunya, tapi melihat Freya yang selama ini begitu menyayangi dirinya."Aku akan minta maaf," ucap Ryder."Untuk apa?" tanya Freya."Karena aku tidak bisa menerimamu," jawab Ryder."Aku akan menunggumu kapanpun itu, percayalah padaku Ryder," balas Freya."Jangan berharap terlalu banyak padaku," ucap Ryder.Freya tersenyum tipis, lalu menatap Ryder sendu. Pria itu hanya mengelus kepala Freya, lalu berbalik begitu cepat meninggalkan Freya yang masih menatap dirinya menjauh. Ryder masih tidak ingin membuat orang memiliki perasaan untuknya, pria itu akan mulai melakukan hal yang diluar dari nalar semua orang demi mencapai tujuannya.Ryder berjalan menuju kamarnya, sambil memperkirakan apa yang harus dia lakukan setelah keluar dari akademi nanti. Malam itu Evan men
Ryder melangkah dengan kesal menuju pintu, saat membukanya Nana tampak terdiam sejenak lalu memberikan sarapan pada Ryder dan segera pergi. Ryder manatap perempuan itu heran, sepertinya penginapan itu memberi makanan secara gratis. Ryder mengemas kembali barang-barangnya, melangkah keluar kamar dan membayar sewa kamar yang dia gunakan. Saar Ryder pergi keluar Nana memberikan sebuah buah apel yang segar, namun pria itu hanya tersenyum sambil menolak pemberian dari Nana.Setelah hujan badai semalam, hari di desa Zisu sangat cerah. Ryder berjalan sambil melihat peta yang diberikan oleh Pak Damian. Letak lembah Zisu berada cukup dekat dengan dermaga, hal itulah yang membuat Ryder harus memilih meninggalkan penginapan dan mencari tempat tinggal setelah tiba di lembah Zisu. Suasana langit yang cerah, tapi terlalu sepi membuat Ryder sangat waspada. Sejak berjalan cukup jauh dari penginapan, Ryder sama sekali tidak bertemu dengan siapapun, baik penjaga yang tiba dengannya
Alan berjalan ke arah Ryder, langkah kakinya terdengar begitu keras. "Kamu pasti telah bertemu Damian, dia salah satu muridku yang sangat kuat tapi lemah terhadap sihir," jelas Alan."Benarkah? Tapi bagaimana bisa tubuh anda berubah?" tanya Ryder bingung."Hahahaha, aku menggunakan sihir perubah wujud untuk mengelabui orang," jawab Alan."Aku sangat terkejut, tapi aku meminta maaf sudah menganggap remeh pada anda guru," seru Ryder sambil membungkuk."Angkat pedangmu, dan lawanlah aku," teriak Alan.Ryder segera berdiri dan mengangkat pedangnya dengan cepat. Postur tubuh Ryder yang sudah terlatih, dan otot keras sudah terbentuk dengan sempurna. Alan memperhatikan aura hitam yang keluar dari tubuh Ryder, sekarang Alan paham mengapa Damian membantu Ryder untuk berlatih aura."Anak yang terlahir dengan kekuatan luar biasa," gumam Alan.Alan meminta salah satu pedang Ryder, mereka berduel di malam yang begitu sunyi. Suara gesekan pedang, dan ser
Malam pun tiba, Alan telah siap dengan 10 pedang kayu yang dipahat sendiri. Sekarang pria muda bertelanjang dada tengah berdiri dan memberi hormat padanya. Ryder, murid ketiga sejak Alan menjadi seorang pengelana. Bulan yang begitu terang, suara angin yang berhembus kencang tidak melunturkan semangat Ryder. Dia telah siap untuk belajar teknik pedang dari Alan sang guru."Selama latihan kau tidak boleh tidur, pakailah 10 pedang itu selama 10 hari tanpa tidur. 1 malam pertama ini kau gunakanlah 1 pedang, begitu seterusnya, ingat malam hari kau tidak boleh tidur sedikitpun hingga fajar. Owh iya, batu itu telah ku berikan sihir pelindung jadi pedang kayu mu itu hanya akan terpental dan tidak hancur karena berbenturan dengan batu," tutur Alan."Ta-tapi guru, bukankah seharusnya malam hari itu sangat baik untuk memulihkan tenaga?" protes Ryder."Apa kau ingin berhenti?" ucap Alan."Tidak, baiklah saya akan lakukan itu semua. Tapi apa yang harus aku perbuat dengan peda
Ryder menatap langit-langit kamar itu, bayangan tentang mimpi buruknya begitu jelas setelah beberapa hari sadar. Mimpi yang menunjukkan dirinya harus membunuh Freya, dan seluruh penyihir yang ada di wilayah selatan. Pria itu menggeleng keras, lalu segera bangkit dari tidurnya. "Ryder, kamu sudah merasa lebih baik?" tanya Nana."Iya, terima kasih Nana," jawab Ryder."Baiklah, jika kau butuh sesuatu katakan saja," balas Nana."Tentu," Ryder duduk didekat jendela penginapan, Alan sang guru sudah beberapa hari pergi untuk menyelesaikan ritual sang dewi ular setiap bulannya."Apa alasan kau dan guru meneliti sang dewi ular?" tanya Ryder."Lakukan urusanmu saja, aku tidak memiliki hak untuk memberi jawaban atas pertanyaan itu," sahut Nana dingin.Ekspresi Nan berubah, Ryder membuat kesalahan karena mempertanyakan sesuatu yang sensitif bagi Nana. Hari itu, Ryder menjalani pemeriksaan tubuh secara menyeluruh, di usianya yang sebentar lagi mencapa
"Nino, bukankah itu sangat lucu?" ucap Ryder."Tidak sayang, nama itu terlalu kuno untuk bayi kita. Pilihlah nama yang keren dan jarang ditemukan dimanapun," terang Freya.Ryder memelas tak bersemangat, sudah seribu kali mereka menyebutkan nama dan tidak ada satupun diantara nama itu yang pas. Billy membawakan secangkir teh, sambil membawa beberapa berkas pada Ryder."Tuan, sebentar lagi wakil dari wilayah utara akan datang untuk membawa kontrak penyediaan batu sihir," ucap Ryder.Ryder hanya diam, tak bergeming sama sekali. "Tuan, jadwal anda besok menjenguk nona-""Benar, aku harus pergi bertemu Layla dan Lilian agar mereka mau membujuk Freya," seru Ryder tiba-tiba."Tuan, kumohon fokuslah pada pekerjaan dulu," keluh Billy.Ryder mengangguk dan menyusun laporan, tanpa peduli pada Billy sedikitpun. "Kalau begitu, saya permisi tuan," pamit Billy.Ryder keluar dari ruangannya tergesa-gesa, tapi menabrak Daren yang ternyata datang sebagai perw
Daren menarik Billy dengan paksa, menyeretnya agar berani menjelaskan apa yang terjadi padanya saat mendengar ucapan Freya kemarin. Ryder dan Freya yang sedang sarapan, melihat Billy yang tiba-tiba muncul membuat Freya terkejut, sedangkan Ryder hanya menatap pria itu dingin."Bicaralah kawan, katakan maksud dan tujuanmu datang kemari," ucap Daren."Daren, sepertinya dia merasa tidak enak badan. Wajahnya begitu pucat," tutur Freya khawatir."Dia terlalu takut, sampai tidak bisa tidur semalaman hahahaha. Tunjukkan. Keberanianmu kawan," sela Daren.Ryder yang menggendong bayi kecil, tidak peduli dengan apa yang sedang terjadi di sekitarnya. Billy maju ke depan Freya, walaupun pria itu tidak bisa mengucapkan isi kepalanya pada semua orang tapi Billy sangat ingin berbaikan dengan Freya dan Ryder."Billy, tenanglah dan jangan takut. Aku sama sekali tidak marah dengan apa yang terjadi kemarin," tutur Freya mencoba menenangkan Billy yang sedang gemetar."Freya. Jangan terlalu baik pada seoran
"Apa nona tidak tahu? Selama ini Tuan Ryder menjaga kekuatannya untuk membantu siapapun, bahkan dia sangat senang dengan kekuatannya. Lantas kenapa anda tidak membantunya untuk memilih cara lain!!" teriak Billy."Itu tidak seperti yang kamu dengar Billy, aku juga ti-""Bukankah nona ingin Tuan Ryder bahagia?!" seru Billy.Daren yang baru masuk menahan Billy mundur bersama Ryder, karena Billy tampak begitu kesal pada Freya. Layla yang melihat Freya menahan air matanya, melenggang masuk dan menampar Billy dengan keras."Jangan pernah melukai perasaan Freya, ingat itu bajingan!!" teriak Layla kesal."Daren bawa Billy keluar, aku akan menjaga Freya," ucap Ryder.Daren menarik lengan Billy paksa, menyeretnya keluar dari ruang tersebut. Ryder memeluk Freya pelan, tangis perempuan itu pecah dan membuat semua orang ikut khawatir. Bayi kecil yang mendengar teriakan itu, menangis begitu keras hingga Lilian segera membawanya ke ruangan lain untuk menenangkannya."Lepaskan aku, dasar brengsek jan
"Freya, bukankah hari ini kita akan pergi ke wilayah utara menghadiri upacara pembukaan aula akademi baru," ujar Layla sambil merengek."Aku akan mendiskusikan ini dengan Ryder, jangan memasang wajah lugu itu," cibir Freya."Baiklah, kalau begitu ayo kita ke tempat Ryder sekarang!!" seru Layla semangat."Ryder sedang rapat bersama para tetua, itu akan memakan banyak waktu. Lebih baik kita menunggunya selesai," sela Freya."Huuuhh... Ryder menyebalkan sekali, aku akan mengatakannya pada Billy," ucap Layla spontan.Freya menghela nafas panjang, kegigihan Layla untuk membawanya berjalan-jalan di wilayah utara sangat sulit di bantah."Pergilah mandi dan bersiap bersama bayi kecil, aku akan segera kembali dengan izin Ryder!!" teriak Layla lalu pergi dari rumah menuju kantor wilayah tempat Ryder."Baiklah, aku akan menunggumu," ucap Freya.Ryder menumpuk beberapa kertas, sambil menuliskan setiap kekurangan dari laporan tersebut. Dia mengambil banyak pekerjaan sebelum akhir pekan, karena ing
"Ayo segera kesana, maaf Freya aku harus pergi memeriksa desa. Aku akan kembali setelah memeriksa keamanan disana," tutur Ryder tergesa-gesa pergi ke luar.Freya yang ingin ikut pergi bersama Ryder, di tahan oleh Edward. Terpaksa dia harus berada di rumah saja menunggu Ryder menyelesaikan pekerjaannya.Ryder tiba di depan gerbang desa, memeriksa rumah sakit yang menampung para korban keracunan. Sekitar 100 orang lebih terbaring lemah dengan wajah pucat pasi. Ryder segera meminta bantuan Billy untuk memeriksa sumber masalah. "Kami makan dengan teratur, saat anak-anak membawa sebotol air dari sungai yang ada di ujung desa, kami mulai muntah dan pusing karena mengkonsumsi cukup banyak," terang seorang pria."Gildan, memberi tahu kami bahwa sungai itu sepertinya tercemar oleh sesuatu dari hutan perbatasan. Tuan, tolong kami untuk menyelesaikan masalah ini," sosor seorang wanita tua."Gildan? Siapa yang anda maksud?" tanya Ryder."Dia seorang peramal muda dengan badan besar seperti anda t
Keringat dingin mengalir begitu banyak di dahi Ryder, kegugupan luar biasa itu membuatnya ingin terus buang air kecil. Daren dan Billy sudah kelelahan memperbaiki baju dan dandanan Ryder yang selalu berantakan. Di tempat lain, Freya sudah siap dengan gaun panjang yang indah berwarna biru muda seperti langit. Bayi kecil tertidur dalam gendongan Lilian, sementara Layla mengajak Freya mengobrol untuk menghilangkan kegugupannya. "Nona, sebentar lagi anda harus berjalan menuju altar. Silahkan bersiap," ucap seorang pengawal."Tuan, silahkan menuju altar, karena sumpah pernikahan akan segera berlangsung," kata seorang pengawal.Ryder mengambil kedua pedangnya, memantapkan hatinya dan berjalan menuju altar diikuti oleh dua orang pengawal. Setelah beberapa menit, semua orang berdiri menyambut mempelai perempuan. Ryder berbalik ke arah pintu, melihat gaun biru yang menyejukkan mata. Nafasnya tercekat, senyum indah di wajah Freya membuat Ryder terpaku, tak bisa berpaling sedikitpun. Perempuan
"Ryder selamat yah, kamu telah resmi menjadi suami Freya,"Ryder terbangun dari tidurnya, dia tertawa kecil dan memijit pelipisnya karena bermimpi menikah dengan Freya. "Haaa, sepertinya aku menjadi gugup karena waktunya sudah dekat," lirih Ryder sambil menghela nafas panjang.Ryder bangkit dari tempat tidurnya, menghirup udara pagi yang segar. Kejadian yang terjadi kemarin cukup membuat Ryder terguncang, tapi dia harus lebih berusaha lagi agar bisa sepenuhnya menjaga Freya dan Bayi kecil. Billy membawa secangkir teh, di ikuti oleh Freya dan Bayi kecil mendekat ke arah Ryder."Freya, apa kamu sudah merasa baikan?" tanya Ryder sembari mengambil Bayi kecil dari gendongan Freya."Aku baik-baik saja Ryder, kamu tampak pucat. Apa perlu aku buatkan obat herbal untukmu?" jawab Freya."Tidak perlu, aku hanya kurang istirahat saja. Besok adalah hari bahagia kita. Aku ingin membuatnya segera terjadi, ini adalah bukti dari rasa cintaku padamu," bisik Ryder.Freya tertawa kecil, lalu pergi membe
Daren menepuk pundak Ryder, menyadarkannya untuk tidak terhanyut dalam emosi dan berpikir lebih tenang. Freya yang terus menangis, tertidur di dalam pelukan Layla. Saat Layla dan Lilian membawa Freya ke kamarnya, Ryder keluar dari rumah dan mencari apakah ada seseorang yang sedang memata-matai mereka."Tuan, saya akan membawa beberapa pengawal untuk berjaga di sekitar rumah ini," ujar Billy."Tidak, aku yang akan mencari langsung perempuan itu dan menghabisinya," tekan Ryder."Hey tenanglah kawan, Freya tidak menginginkanmu melakukan hal segila itu," sela Daren.Ryder melacak sekitarnya, mencari sisa aura yang ada tapi nihil. "Lebih baik kita berpencar, aku akan pergi lebih dulu," ucap Ryder berlari secepat kilat."Huh, tidak ada petunjuk sama sekali-"Daren berhenti, dia mendengar suara rumput yang terinjak di bagian pohon belakang rumah. Dengan tersenyum kecil, Daren menarik lengan Billy menjauh dari rumah. Billy yang kesal, melepaskan pegangan Daren
Ryder melepas tangan Freya pelan, lalu berjalan ke arah pria tersebut. Meskipun perasaannya sangat kesal mendengar ucapan pria itu, Ryder harus tetap bijaksana dalam mengurus semua hal berkaitan penduduknya.“Permisi tuan, Aku sebagai Pemimpin wilayah ini merasa keberatan dengan ucapan anda. Melihat, anda sepertinya bukanlah orang yang menyaksikan perang yang terjadi di wilayah perbatasan. Anda tidak berhak mengatakan hal sekeji itu kepada calon istriku,” tekan Ryder.“Tu-tuan penguasa, saya merasa kasihan pada anda yang tertipu oleh perempuan itu. Tapi-”“Billy, beri tuan ini sedikit pelajaran tentang apa yang terjadi pada saat perang di perbatasan. Dan, untuk penduduk sekalian, Freya adalah perempuan yang menjadi seorang prajurit demi wilayahnya, sebagai seorang pemimpin dan perempuan dia telah menanggung banyak tanggung jawab. Jadi, perhatikan mulut kalian saat ingin berkata kepadanya,” tegas Ryder.Billy menerima perintah tuannya, dia segera pergi menyeret pria itu menjauh bersama