Belasan kakek dan nenek berkemampuan tinggi itu tidak menjawab, mereka hanya saling tatap dan hanya berikan jarak yang lebar."Tongkat mengejar nyawa!"Satu teriakan dari jauh terdengar, dan itu membuat semua yang mengurung Arya angguk kepala, dan memutar tongkat yang jadi senjata andalan mereka."Ada apa ini? Kenapa setelah dengar suara itu, mereka menjadi memiliki semangat baru? Atau kekuatan baru kah?" gumam Arya Arya memperhatikan jika semua mata yang awalnya menunjukkan rasa ragu untuk menyerang kembali memiliki keberanian.Satu persatu, kakek dan nenek tua yang berilmu tinggi itu berlari pelan, berlari memutari Arya, jumlah yang banyak tidak membuat mereka saling bertabrakan.Semakin lama mereka semakin cepat memutari tubuh Arya, dan hanya selulit bayangan mereka yang terlihat.Whusssssssss!Sebuah tongkat melayang ke arah Arya, tapi untungnya Arya masih mampu hindari dengan berkelit ke samping, tapi saat itulah serangan kuat dari nenek dan kakek itu dimulai.Belasan tongkat ya
Arya mengerahkan seluruh ilmu meringankan tubuh yang dia miliki, itu karena Arya merasakan banyak pancaran energi yang datang ke arahnya."Aku tidak mungkin ke kadipaten Gambalang, aku harus ambil jalan ke kanan!" kata Arya.Arya melesat cepat, dan benar saja saat Arya memasuki hutan lain untuk menyamarkan keberadaannya, belasan anak buah si tongkat maut sudah sampai di tempat Arya dan kuda gondola bicara."Kemana bocah itu?""Mana kau tahu, bukankah kita sampai sama-sama disini!" jawab rekannya."Jadi bagaimana ini? Hutan ini sangat lah luas, tidak mungkin kita temukan dia!""Kita bagi kelompok, sertiap kelompok terbagi atas dua orang!" kata salah satu dari mereka memberikan ide."Aku setuju, kita datangi setiap kota yang ada di negeri ini, dan bawa kepala bocah itu untuk ketua!" kata mereka.Mereka angguk kepala, dan memilih rekan untuk mencari dan mengejar Arya yang mereka pun tidak tahu dimana keberadaannya.Dalam waktu yang singkat, mereka sudah tinggalkan daerah hutan itu, dan h
Mendengar Arya menjawab dan akan bersedia memberikan bayaran, Ki Bonggol yang awalnya rebahan kali ini duduk dan menjadi lebih serius."Apa kau sungguh mau membayar ku untuk membawamu masuk ke perguruan elang sakti?" tanya Ki Bonggol."Iya, untuk awalnya kita makan dulu!" ajak Arya."Baik, aku mau! Dari pagi aku belum makan!" kata Ki Bonggol dan menyambut ajakan Arya.Dua orang dari beda generasi itu keluar dari rumah Ki Bonggol dan memasuki sebuah rumah makan yang mewah."Apa ini tidak berlebihan, anak muda?" tanya Ki Bonggol."Kenapa, kek?" tanya Arya."Harga makanan disini katanya orang-orang sangat mahal, hanya orang penting yang boleh makan disini!" kata Ki Bonggol."Kakek penting untukku, jadi kakek pantas makan disini!" kata Arya.Ki Bonggol diam, dia menjadi curiga dengan identitas Arya, dan tidak lagi memikirkan tujuan Arya ingin datang ke perguruan elang sakti."Siapkan kami sebuah meja pribadi!" kata Arya begitu dia masuk.Arya mengatakan itu karena pelayan pasti akan usir
"Ki Bonggol!"Ki Banggar menyambut Ki Bonggol dengan wajah yang begitu sumbringah, sebuah senyum lebar tergambar di wajahnya, dan itu senyum yang sudah lama hilang dari Ki Banggar."Kenapa kau tidak mengunjungi ku, dalam waktu yang lama, sahabatku?" tanya Ki Banggar dengan wajah yang merungut."Seharusnya pertanyaan itu aku tujukan padamu, sahabatku! Apa harus selalu aku yang datang untuk menemui dirimu?" tanya Ki Bonggol balik bertanya."Kau pasti tahu keadaan Perguruan ku, bagaimana saat ini, aku tidak memiliki muka untuk dunia luar!" jawab Ki Banggar dengan wajah pilu."Kau terlalu memikirkan semua itu, sahabatku! Kau harus merelakan semuanya!" kata Ki Bonggol.Ki Banggar diam, dia tidak mampu menjawab perkataan Ki Bonggol."Jadi apa yang membuatmu kemari, sahabatku?" tanya Ki Banggar."Aku ingin membawa seseorang menemui, diirmu, apakah kau memiliki waktu bertemu dengannya?" tanya Ki Bonggol."Huh .. pasti hanya orang yang tidak penting!" ejek Ki Sengko yang masih ada di tempat it
Ketiga kakek tua di ruangan itu menatap Arya kencana dengan pandangan curiga. Apalagi Ki Sengko yang memang dari awal tidak suka dengan kehadiran anak muda itu."Katakan dari mana kau dapatkan pusaka perguruan ini?" bentak Ki Sengko dan menekan Arya dengan tekanan tenaga dalamnya.Arya tidak menjawab, tapi dia lebih fokus untuk menahan tekanan Ki Sengko pada dirinya."Kau bertanya sambil menekan diriku, apa kau inginkan jawaban, atau kau inginkan aku mati?" tanya Arya.Huppppp!!Ki Sengko tiba-tiba bergerak, dan mengambil pedang elang putih dari atas meja."Aku yang pantas memiliki pedang ini!" kata Ki Sengko."Jangan turutkan keinginan dunia Ki Sengko, pedang itu tidak memilih dirimu!" kata Ki Banggar ingatkan Ki Sengko."Aku tidak peduli, aku harus memiliki pedang ini!" kata Ki Sengko dan melompat keluar dari ruangan itu."Ki Sengko! Jangan bertindak gegabah, jangan sembarangan alirkan tenaga dalam ke pedang itu!" teriak Ki Banggar dan mengejar Ki Sengko keluar.Arya diam saja, dia
"Diam kau manusia! Aku tidak akan kalah dengan orang seperti dirimu!" bentak Ki Sengko yang bercampur dengan kekuatan roh pedang.Ki Sengko keluarkan seluruh tenaga dalamnya, dan menyerang Arya dengan kekuatan penuh.Tranggggg!!Adu pedang kembali terjadi antara pedang elang hitam dengan pedang urat petir, dan kali ini Arya tidak mau main-main lagi.Setelah menarik pedang dari adu pedang itu, Arya melanjutkan serangan dengan terus menerus mendesak Ki Sengko.Bammmmmmmmm!!Tangan kiri Arya memukul lengan kiri Ki Sengko, dan itu membuat tubuh Ki Sengko limbung. Dan itu di gunakan oleh Arya.Crasssssss!!Arya menebas tepat di siku Ki Sengko, dan itu membuat pedang elang hitam jatuh dari tangan Ki Sengko.Saat jatuh ke tanah pedang itu kembali berubah menjadi pedang elang putih, dan aura gelap yang dikeluarkan pedang elang hitam hilang tak berbekas.Aaaaaaaaaaaaaaaaa!!Ki Sengko menjerit keras, dia menahan sakit di sikunya yang sudah buntung."Kurang ajar kau! Kau sudah membuat aku tidak
Dengan melesat menggunakan ilmu meringankan tubuh yang sudah mencapai taraf yang sempurna, Arya meneruskan perjalanan mencari jalan menuju pulau Siluman ular hijau."Sepertinya aku sudah mendekati Kota Bunga Mekar!" kata Arya.Arya terus saja berjalan, dan tidak memperdulikan keramaian yang terjadi di kota itu. Tujuan Arya adalah menuju perguruan matahari.Tapi saat Arya mendekati perguruan itu, yang Arya lihat hanyalah kesepian, tidak ada lagi keramaian seperti yang pernah Arya dapatkan saat dia di perguruan itu."Apa yang terjadi dengan perguruan ini?" tanya Arya bingung dengan apa yang terjadi di perguruan itu.Arya berjalan, dan jelas dia akan ke gubuk guru Sanjaya. Tapi Arya tidak menemukan siapapun di gubuk itu, bahkan gubuk itu sudah penuh dengan debu, dan jelas sudah lama tidak ditinggali."Apa yang terjadi di sink?" gumam Arya.Arya keluar, dan merasakan ada beberapa orang yang mengintip dirinya."Keluarlah! Aku tidak ingin membuat masalah!" teriak Arya.Huppppp!!Seorang lel
Setelah pembicaraan panjang dengan Sanjaya, Arya memutuskan meneruskan perjalanannya, dia tidak ingin ganggu pekerjaan Sanjaya.Tapi Arya tetap berharap gurunya itu kembali menjadi seorang pendekar."Aku sudah bertemu guru! Sekarang aku akan menuju perguruan gunung biru. Semoga mereka menerima diriku!' ucap Arya.Dari Sanjaya, Arya mendapatkan sedikit informasi tentang perguruan gunung biru. Perguruan itu merupakan perguruan yang baru berdiri dalam beberapa tahun belakangan ini, dan semua muridnya adalah perempuan.Perguruan itu ada di gunung naga, gunung yang merupakan sebuah perbatasan langsung dengan laut."Aku yakin, Lembayung Senja pasti ada disana!" kata Arya.Huppppp!!Arya melesat, dan menuju gunung naga, tapi tidak sedekat yang Arya bayangkan. Semakin lama Arya melesat, keberadaan gunung itu semakin dekat dan kini dia sudah ada di kaki gunung naga itu.Di kaki gunung naga itu ada sebuah desa yang cukup besar. Desa itu merupakan desa yang memiliki akses menuju gunung naga.Ary
Dengan kuda yang dia tunggangi, Arya melesat meninggalkan hutan, dan ia memilih untuk ikuti jalan yang ada di depannya.Arya beruntung karena jalan itu merupakan jalan tunggal, dan jalan satu-satunya yang ia lalui hingga ia tak merasa bingung selama dalam perjalanan itu.Satu hari satu malam Arya berada dalam perjalanan, dan yang dia lalui hanya jalanan tanpa pernah melihat sebuah desa apalagi sebuah kota. "Apakah di negeri ini tidak ada kota atau sebuah desa?" kata Arya bingung akan hal itu. Bahkan saat hari akan sore, Arya tetap tidak melihat sebuah desa, padahal ia sudah butuh tempat yang tenang untuk istirahat."Manusia!" kata Arya. Di kejauhan, mata Arya melihat ada dua orang yang sedang berjalan kaki, dan Arya memilih untuk mendatangi mereka. Arya segera turun dari atas kudanya, dan mendekati kedua orang itu."Mohon maaf, apakah ada desa yang dekat do sekitar hutan ini?" tanya Arya. "Tidak ada anak muda! Tapi jika kau ingin istirahat, kau bisa datangi Perguruan Mawar Kuning
Kusir Kereta Kuda yang membawa Putri Gut terus memacu kereta kuda itu hingga mereka masuk ke dalam hutan. Arya yang berada di bagian belakang kereta kuda itu semakin curiga, dan ia yakin kalau kusir kereta itu tidak bisa untuk dipercaya."Kita istirahat!" teriak Arya dan memacu kuda hingga berada di samping Kusir Kereta Kuda itu."Tidak bisa, kita harus keluar dari hutan ini, barulah kita istirahat!" kata Kusir Kereta Kuda itu. "Kita harus istirahat!" kata Arya. Namun Kusir Kereta Kuda itu masih saja memaksa kuda yang menarik kereta kuda untuk berlari, hingga mereka sampai di tengah-tengah hutan itu. "Baiklah, kita istirahat!" kata Kusir Kereta Kuda dan ia menarik tali pekana kuda.Huppppp!!Dan setelah itu, dia melompat dari kursi kusir kereta kuda, dan ia memperlihatkan ilmu meringankan tubuh yang cukup tinggi. "Siapa kau sebenarnya?" tanya Arya ingin tahu. Kecurigaan pada Kusir Kereta Kuda itu semakin besar, dan itu membuat Arya jadi waspada."Keluar kalian semua!" teriak Kus
Beberapa hari setelah Ki Barata dan Intan sampai di Negeri Burma, kapal yang membawa Putri Gut dan pengawalnya, serta Arya pun tiba Negeri yang cukup besar itu. "Mari kita turun, Arya! Setelah itu kita akan lanjutkan perjalanan menggunakan kereta kuda!" kata Putri Gut. "Baik, Tuan Putri!" kata Arya. Putri Gut kembali kenakan topeng untuk menutupi wajahnya, dan itu dia lakukan untuk mengurangi masalah karena wajahnya yang cukup cantik dan menarik perhatian orang-orang."Cari sebuah kamar penginapan, aku akan istirahat sebelum kita lanjutkan perjalanan ke ibu kota!" kata Putri Gut pada salah satu pengawalnya. "Baik, Tuan Putri!" kata salah satu pengawalnya dan segera mencari penginapan yang pantas untuk Putri Kedua dari Raja Burma itu. Putri Gut menunggu, dan memilih untuk duduk di sebuah kursi yang kosong, yang mana dua pengawal, dan Arya mengawasi Putri Gut. Tidak berapa lama, pengawal yang mencari kamar itu kembali datang, dan ia katakan kalau sudah menyewa kamar untuk tempat i
Selama dalam perjalanan menuju Negeri Burma, Arya selalu saja berada di geladak kapal, dan menunggu kapan mereka akan tiba di Negeri itu. "Dari keterangan yang diberikan oleh Baju Kijang Emas, masih ada empat baju pelindung yang harus aku cari, dan keberadaan baju pelindung itu ada dua di Negri Burma! Aku harap menemukan petunjuk tentang hal itu!" kata Arya. Arya merasa mendatangi Negeri Burma merupakan sebuah takdir, dan ia yakin dia baju pelindung yang ada di Negeri Burma pun pasti ditakdirkan untuk dia miliki. Saat Arya menatap ke arah lautan, saat itulah Putri Gut datang dan berdiri di samping anak muda itu."Apa yang kau pikirkan, Arya?" tanya Putri Gut. "Sudah jelas aku memikirkan sahabatku, Tuan Putri! Aku harus mencari dia," kata Rangga Satria."Aku akan berikan kau sedikit petunjuk!" kata Putri Gut."Petunjuk apa itu, Tuan Putri?" tanya Arya. "Datangi Perguruan Mawar Kuning, jumpai Ketua Noat, dia pasti tahu sesuatu!" kata Putri Gut. "Dimana Perguruan Mawar Kuning itu,
Peerempuan berkerudung kuning itu keluar dari kedai bersama dengan pengawalnya.Ke tujuh orang dengan warna kulit yang cukup berbeda dengan penduduk negeri Malaya itu memasuki kedai yang lain."Mana orangnya?" tanya perempuan itu."Itu tuan putri!" jawab panglima Cun dan menunjuk nakhoda Rundi.Perempuan itu mendekati nakhoda Rundi dan duduk tanpa diminta."Apakah tuan nakhoda yang akan membawa kapal menuju negeri Burma?" tanya perempuan itu."Benar nona, apa nona rekan dari dia?" tanya nakhoda Rundi menujuk panglima Cun."Benar! Dan aku yang menyuruh dia untuk mencari kapal, apakan benar jika kapal itu ada, tapi kekurangan penumpang?" tanya perempuan itu."Benar nona, bahkan sampai sekarang baru satu penumpang yang akan menuju negeri Burma, tidak mungkin aku berangkat hanya dengan tujuh atau delapan penumpang saja, kecuali kalian membayar lebih," kata nakhoda Rundi."Berapa yang kau inginkan?" tanya perempuan berkerudung kuning itu."Berapa ya? Aku tidak dapat memastikan berapa nona,
"Paman! Apa ada kapal yang akan berlayar menuju negeri Burma?" tanya Arya pada saudagar yang tak lain adalah saudagar Hasyim."Aduh anak muda, kau terlambat. Kapal menuju negeri Burma baru saja kemarin berangkat," jawab saudagar Hasyim pada Arya.Ya, begitu Arya sampai yang dia lakukan adalah bertanya pada saudagar yang memiliki kapal, tapi Arya memang sudah terlambat."Apakah ada pemilik kapal lain yang akan berangkat paman?" tanya Arya."Silahkan kau tanyakan di kedai itu, mungkin saja ada," jawab saudagar Hasyim menunjukkan sebuah kedai yang tak jauh dari tempat dia duduk."Baik, terimakasih Paman!"Arya tidak menunda waktu. Dia segera menuju kedai yang di tunjuk oleh saudagar Hasyim.Tapi belum juga Arya dekati kedai itu, seorang lelaki tua menghadang langkahnya."Kau mau kemana anak muda? Aku akan uruskan," ucap lelaki tua itu."Aku ingin ke negeri Burma, apa aku dapat menemukan kapal?" tanya Arya."Negeri Burma? Itu sangat jauh, dan pastinya ongkos yang harus dikeluarkan pastin
Ki Barata melesat menuju kota gajah, kota yang merupakan kota pelabuhan negeri Malaya, dan seperti saat kembali ke kota bangau, kali inipun Ki Barata tidak menghentikan sedikitpun langkah larinya."Aku harus cepat, tidak boleh menunda sedikit waktu, jika tidak pemuda itu akan susul diriku," ucap Ki Barata.Dengan gerakan ringan Ki Barata melesat, dan tidak ada hal yang menghalangi dirinya.Dalam dua hari Ki Barata sudah sampai di kota gajah, dan meneruskan langkah menuju pelabuhan kota gajah."Apa ada kapal yang akan menuju negeri Burma?" tanya Ki Barata pada salah satu pemilik kapal terkenal di kota itu."Ki Barata? Sungguh aku tidak percaya jika ini adalah dirimu," ucap saudagar pemilik kapal itu."Aku hanya ingin tanyakan itu, jika tidak ada aku akan tanyakan saudagar yang lain," kata Ki Barata tidak terlalu suka bersungkan ria dengan saudagar kapal itu."Untuk Ki Barata akan aku usahakan kapal berlayar nanti sore. Tapi apa yang membuat Ki Barata begitu tergesa-gesa?" tanya saudaga
Saat pertarungan antara Arya dan Ki Resta terjadi, dan saat Pertarungan memasuki fase yang kritis, saat itulah Ki Barata mengambil kesempatan."Bodoh! Silahkan kalian terus bertarung, aku tidak akan peduli siapa yang akan menang di antara kalian berdua, yang aku inginkan hanyalah tubuh bulan itu," kata Ki Barata.Huppppp!Ki Barata melesat masuk ke dalam istana. Dan dia berdiri tepat di hadapan panglima Jauli."Jika kau ingin hidup, segera berikan gadis itu padaku!" kata Ki Barata mengancam panglima Jauli.Panglima Jauli dan segenap penghuni kerajaan tahu dengan kemampuan yang dimiliki Ki Barata, dan tak ada penolakan dari mereka saat Ki Barata meminta tubuh Intan.Hehehe!"Bagus! Ternyata kau memilih untuk hidup," kata Ki Barata dan membopong tubuh Intan yang sudah tidak berdaya.Hupppp!!Dengan satu gerakan cepat, Ki Barata membawa tubuh Intan keluar dari istana kerajaan Malaya.Tidak ada satu orangpun yang berani halangi langkah Ki Barata, dan dia pergi dengan tenang, pergi meningg
Arya cukup terkejut dengan jurus yang dikeluarkan oleh Ki Resta. Tapi Arya tidak mau menunjukkan itu pada Ki Resta."Tarian pedang naga!"Haaaaaaaaaaa!Arya menari dan berputar untuk hindari lima pedang yang datang kepadanya.Tranggggg!!Arya menahan satu pedang tapi pedang itu hancur, dan malah nyawa Arya terancam oleh empat pedang yang lain.Arya bersalto ke udara, dan menebas satu pedang yang lain. Dua pedang sudah Arya lumpuhkan, tapi itu membuat tiga pedang yang lain semakin cepat untuk habisi Arya.Tranggggg!!Arya kembali menangkis satu pedang, dan itu adalah pedang yang asli. Pedang itu terlempar, dan bersamaan dengan itu jatuh juga pedang yang merupakan pedang ilusi."Luncuran pedang kematian!"Ki Resta langsung merapal jurus yang lain, itu karena pedang hitam miliknya terlempar.Ki Resta melompat dan tangkap pedang hitam miliknya, dan menyerang dengan meluncur cepat.Huppppp!!Tranggggg!!Bagian lebar pedang urat petir menjadi penahan bagi ujung runcing dari pedang hitam, d