"Kau tak bisa membawa kuda, ya?" kata Putri Lembayung setelah rasa kagetnya sudah teratasi."Itu yang mau aku katakan, tapi tuan putri tidak mau mendengarkan," kata Arya."Eh, namamu siapa?" "Aku? Aku Arya, tuan putri!" jawabnya Arya."Aku Lemba ..."Sudah aku tahu!" potong Arya.Wajah Putri Lembayung cemberut karena kata-katanya dipotong oleh Arya."Bagaimana sekarang keadaan ayah?" tanya Lembayung dengan wajah sedih."Saat ini jangan terlalu pikirkan itu, Tuan Putri. Yang jelas kita harus cari cara untuk kabur dan mencari cara untuk membebaskan kerajaan dari tangan Mahapatih Ragajaya itu," kata Arya.Putri Lembayung diam, dia memikirkan apa yang dikatakan oleh, Arya."Tapi dia ayahku!" kata Putri Lembayung."Aku tahu, tapi saat ini yang penting adalah memikirkan apa yang aku katakan tadi?" kata Arya."Baiklah, aku akan menerima semua perkataanmu, semoga saja ayah masih hidup," kata Putri Lembayung."Tapi yang pertama saat ini adalah, bagaimana keluar dari jurang ini," kata Arya."A
Dengan langkah yang terburu-buru, Arya memaksa langkah Putri Lembayung, tidak membiarkan gadis itu untuk beristirahat."Aku sudah tidak kuat lagi, Arya!" kata Putri Lembayung."Jangan jadi gadis manja, sekarang kau bukan dalam keraton lagi," kata Arya."Meskipun aku tidak dalam keraton lagi, tetap tidak dapat dipungkiri jika aku ini adalah putri keraton," kata Putri Lembayung.Tapi perkataan Putri Lembayung tidak terlalu didengarkan oleh Arya, itu karena, Arya mendengarkan langkah-langkah yang semakin dekat."Tuan putri, kita sudah dikejar!" kata Arya."Dikejar?" tanya Putri Lembayung tidak percaya."Benar! Ayo kita segera berjalan lebih cepat," ajak Arya.Mendengar itu, Putri Lembayung tidak mau memperlambat langkahnya lagi.Keduanya terus berjalan, dan itu membuat jarak semakin dekat."Itu mereka!"Anak buah kelompok pisau terbang sudah melihat keduanya.Arya kaget, begitu juga dengan Putri Lembayung."Ayo cepat!"Arya menarik tangan Putri Lembayung dengan segera, dan memaksa gadis
Putri Lembayung senja berlari memasuki kota Sedayu, kota yang merupakan perbatasan kerajaan Lingga dengan kerajaan Teruma."Aku mohon, berikan aku pertolongan!" kata Putri Lembayung pada seorang lelaki berpakaian hitam.Lelaki berpakaian hitam itu terbelalak melihat wajah cantik Putri Lembayung, dan tidak menyangka jika akan ada bidadari yang meminta bantuan padanya."Ada anak, nona? Apa yang dapat aku bantu?" tanya lelaki tua itu."Ada orang-orang yang ingin menangkap ku!" kata putri lembayung."Kau disini saja! Aku akan jamin keselamatan mu!" kata lelaki tua itu."Benarkah itu?" tanya Putri Lembayung Senja."Sudah pasti!" kata lelaki tua itu.Putri Lembayung menoleh ke luar.Tukkkkkk!!Dengan gerakan yang sangat cepat, lelaki tua itu menotok leher Putri Lembayung."Bawa dia, sembunyikan sampai kita aman untuk keluar," kata lelaki itu."Baik ketua, kami mengerti!"Dua orang yang memiliki pakaian yang sama dengan lelaki tua itu, membawa Putri Lembayung ke bawah kedai yang dimasuki ole
"Kau sudah bangun anak muda?" tanya Nyai Sirih pada Arya saat anak muda itu berdiri dari tempat tidurnya."Begitulah nyai! Terima kasih sudah membantuku!" kata Arya."Seharusnya kau istirahat saja anak muda, tidak ada gunanya kau mengejar kawanmu itu," kata Nyai Sirih."Tidak Nyai, aku harus mencari dia," kata Arya."Pikirkan hidupmu anak muda, Ki Pratap itu salah satu pendekar dari negeri Teruma, pendekar yang tak terlalu kuat di negeri itu, tapi sangat kuat di negeri kita ini," kata Nyai Sirih."Apa maksudnya, Nyai?" tanya Arya."Di negeri ini, untuk mencapai pendekar dewa, sesuatu hal yang sulit, dan itu akan sangat istimewa, bahkan sangat membanggakan. Tapi di negeri Teruma itu hal yang biasa saja," kata Nyai Sirih "Bagaimana mungkin?" tanya Arya."Itulah salah satu perbedaan negeri kita dengan negeri mereka," kata Nyai Sirih."Aku harus ke negeri itu, jika mungkin aku akan mengetahui apa yang membuat mereka begitu mudah mencapai pendekar dewa," kata Arya.Hahahaha!"Itu hanya al
Berhari-hari Arya terus ikuti perjalanan kelompok yang membawa putri lembayung, sudah tiga kota yang Arya lewati. Arya memang sangat menjaga jarak dengan kelompok itu, sehingga keberadaannya Arya tidak terendus kelompok itu.Di depan sana, jauh dari keberadaan Arya, sudah menunggu ibukota kerajaan Teruma, kota Sambas.Dari sekian banyaknya kelompok di negeri Teruma, Kelompok Menara Hitam merupakan salah atau kelompok yang tidaklah besar, meskipun sudah memiliki anggota di negeri Lingga tapi itu karena kelompok itu tidak mampu berkuasa di negeri Teruma.Bahkan keberadaan kelompok menara hitam sangatlah tidak dipandang oleh kelompok besar di negeri Teruma, itu karena kelompok itu hanya memiliki satu pendekar dewa, yaitu Ki Pratap sendiri.Ki Pratap memasuki sebuah rumah yang cukup besar, dan itulah markas mereka."Dimana gadis itu?" tanya Ki Pratap pada Waluyo, orang yang membawa Putri Lembayung ke kota Sambas."Dia ada di kamarnya, ketua!" "Bagus, aku akan berikan dia pada ketua besa
Dua hari Arya mengawasi pergerakan kelompok menara hitam, dan dua hari juga Arya mengalirkan energi petir ke tubuh kenanga.Saat Arya berhasil membuka semua sumbatan di tubuh kenanga, mata gadis itu terbuka. Dan pandangan yang pertama dia lihat adalah wajah tampan Arya."Putriku!"Nyai Lara, ibu dari kenanga langsung memeluk putri semata wayangnya itu."Ibu!" kata kenanga."Ada apa dengan, Kenanga?" tanya gadis itu yang tidak tahu ada apa dengan dirinya."Tidak ada apa-apa, kau baik-baik saja putriku!" kata Nyai Lara.Juragan Boiman juga sampai jatuhkan airmata karena begitu terharu dengan siuman-nya putrinya itu."Akhirnya kau kembali juga putriku!' kata Juragan Boiman."Sebaiknya biarkan dia istirahat dulu tuan juragan, berikan apa yang aku katakan itu," kata Arya pada Juragan itu."Baik .. baik, tabib muda!" kata Juragan Boiman.Arya dan juragan Boiman keluar dari kamar kenanga, dan duduk di ruangan tengah, ruangan yang begitu mewah dan penuh dengan perabotan mahal."Kau sungguh me
Dalam waktu beberapa tarikan napas saja, Arya sudah dikurung anak buah Ki Pratap."Siapa kau anak muda?" tanya Waluyo penasaran dengan keberanian Arya yang menyusup ke markas mereka."Itu tidak penting! Yang penting adalah, kembalikan gadis yang sudah kalian culik dikota Sedayu!" kata Arya."Hahahaha! Lancang! Bunuh dia!' kata Waluyo pada anak buahnya.Belasan orang menyerang Arya, tapi Arya sudah siap menunggu serangan mereka. Belasan orang itu menerjang dengan kekuatan yang mereka miliki.Plakkkkkk!!Arya mencoba menahan salah satu serangan yang datang padanya, tapi dia cukup kaget karena anak buah kelompok itu memiliki kekuatan yang tidak rendah."Pantas saja pendekar di negeri ini dikatakan sangat kuat, ternyata anak buah saja sudah mencapai tingkat setinggi ini," gumam Arya.Haaaaaaaaaaa!!Arya berteriak keras.Jledaaarrrrrrr!!Arya terpaksa mengeluarkan tubuh petir, dan hanya itu yang dapat Arya lakukan untuk melawan musuhnya kali ini.Arya angkat tangan ke udara, dan pedang ura
"Bagaimana petunjuk dari Resi Raspati kakang?" tanya Putri Lembayung saat mereka sudah keluar dari kota Sambas, ibukota kerajaan Teruma."Kita jalan terus menuju Utara, hanya itu!" jawab Arya."Apa kakang yakin, jika kita akan menemukan perguruan itu?" tanya Putri Lembayung."Tidak usah pikirkan yakin atau tidak tuan putri, yang jelas kita menuju perguruan itu," jawab Arya.Putri Lembayung diam, dia merasa jika bicara dengan Arya lebih banyak Arya melarangnya berpikir jauh."Segera cepat jalannya tuan putri, bisa saja kita nanti akan diikuti lagi!" kata Arya."Ini sudah sangat cepat, Arya! Aku tidak biasa berjalan dengan cepat seperti ini," kata Putri Lembayung.Arya hanya geleng kepala, dia memang tahu jika yang bersamanya adalah putri keraton, putri dari kerajaan yang melarikan diri."Aku harus mencari cara agar kami selamat sampai ke Perguruan Bulan Biru!" ucap Arya.Arya berpikir begitu keras."Tapi apa?" gumam Arya."Arya! Ada keramaian!" kata Lembayung menunjuk ke arah depan."K
Di dalam ruangan Tetua Chu Cai, Ki Barata dan pemilik rumah megah itu duduk dengan posisi yang berhadapan."Sungguh satu keberhasilan karena kita bisa mendapatkan tubuh es bulan!" kata Tetua Chu Cai."Iya, dan aku rasa kau harus mengambil kekuatan es bulan itu, Chu Cai!" kata Ki Barata. "Kau tidak ingin kekuatan di tubuh gadis itu, Barata?" tanya Tetua Chu Cai."Bagaimana mungkin aku tidak inginkan tubuhnya? Namun elemen yang aku miliki tidak bisa memiliki tubuh es bulan itu! Aku memiliki elemen api, dan itu pasti berlainan elemen dengan tubuh es bulan itu!" kata Ki Barata. "Kau benar juga, Barata!" kata Tetua Chu Cai."Aku tidak ingin melepaskan kesempatannya kita untuk hidup abadi, setelah ini bantu aku menemui seseorang, dia memiliki tubuh petir!" kata Ki Barata. "Pemilik tubuh petir juga sudah terlihat?" kata Tetua Chu kaget. "Iya, dan aku yakin, pemuda itu akan datang kemari! Dia mengenal pemilik tubuh bulan es itu!" kata Ki Barata. "Tenang saja, setelah aku kuasai kemampuan
Tetua Chu Cai membawa Ki Barata, dan Intan ke sebuah bangunan yang sangat besar, dan megah. Dan itu tak ubahnya sebuah istana yang indah. "Kau tinggal di sini, Chu Cai?" tanya Ki Barata tidak percaya. "Hahahaha, apakah kau pikir aku akan duduk tenang, dan tak mencari harta? Itu tidak mungkin, Barata!" kata Tetua Chu Cai."Tapi semua ini tidak mungkin bisa kau dapatkan hanya dalam waktu yang singkat!" kata Ki Barata. "Bodoh, tiga puluh tahun bukan waktu yang singkat!" kata Tetua Chu Cai."Tetap saja, untuk kumpulkan harta sebanyak ini tidak mungkin bisa dilakukan hanya dalam waktu tiga puluh tahun saja!" kata Ki Barata."Lupakan soal itu, untuk saat ini kau dan dia tinggal di sini! Anggap ini rumahmu juga!" kata Tetua Chu Cai."Luar biasa!" kata Ki Barata yang masih tidak bisa menutupi rasa kagum akan pencapain Tetua Chu Cai itu.Saat Tetua Chu Cai datang, belasan pelayan datang dan mereka berikan hormat pada Tetua Chu Cai, pemilik rumah besar itu."Siapkan dua kamar di lantai atas!
Dua ekor kuda dengan penunggang kuda yang terlihat adalah pasangan kakek dan cucunya sama-sama memacu kuda mereka dengan kecepatan yang tinggi. Orang yang ada di depan, selemah lelaki tua yang seluruh rambutnya sudah memutih, namun itu tak membuat pergerakan lelaki tua itu dalam mengendalikan kudanya terlihat lemah. Dan di sampingnya, seorang gadis cantik dengan pakaian kuning, dan rambut yang panjang, dia berada tepat di samping lelaki tua itu. Keduanya sama-sama memacu kuda, dan sama-sama menuju ke satu tujuan yang mungkin hanya lelaki tua itu akan kemana tujuan mereka. Kedua orang itu adalah, Ki Barata, dan Intan. Yang mana saat ini Intan sudah sepenuhnya percaya pada Ki Barata. Hingga akhirnya, mereka berdua tiba di sebuah padang rumput yang cukup hijau dan luas. "Ini tempatnya!" kata Ki Barata dan hentikan laju kudanya. Ki Barata yang berhenti secara tiba-tiba membuat Intan bingung, dan ia menatap ke arah lelaki tua itu. "Ki Barata, kenapa kita berhenti?" tanya Intan."Ak
Setelah mengetahui kalau Arya diutus oleh Putri Gut, Ketua Noat tidak memiliki pilihan, dan mau tak mau dia menerima kedatangan anak muda itu di perguruan yang ia pimpin itu.Ketua Noat membawa Arya ke sebuah ruangan, dan mereka duduk berhadapan dalam situasi yang tegang. Satu hal lain yang membuat Ketua Naot bersedia menerima kedatangan Arya karena dia sudah merasakan kekuatan anak muda itu. Ketua Noat ikut merasakan getaran karena kekuatan dari teriakan Arya itu, dan itulah juga jadi alasan yang membuat ia menerima kedatangan Arya "Katakan apa yang diinginkan oleh Putri Gut dari aku?" tanya Ketua Noat. "Yang Pertama, aku minta maaf, karena sudah memaksa Ketua Besar untuk menerima diriku di sini!" kata Arya. Permintaan maaf Arya itu membuat Ketua Noat tersenyum, dan ketegangan itu langsung hilang karena sikap sopan dari anak muda itu. "Kemudian yang kedua, tuan putri tidak meminta apa-apa dari ketua, tapi aku membutuhkan beberapa jawaban dari pertanyaan yang ingin aku ajukan pa
Dengan kuda yang dia tunggangi, Arya melesat meninggalkan hutan, dan ia memilih untuk ikuti jalan yang ada di depannya.Arya beruntung karena jalan itu merupakan jalan tunggal, dan jalan satu-satunya yang ia lalui hingga ia tak merasa bingung selama dalam perjalanan itu.Satu hari satu malam Arya berada dalam perjalanan, dan yang dia lalui hanya jalanan tanpa pernah melihat sebuah desa apalagi sebuah kota. "Apakah di negeri ini tidak ada kota atau sebuah desa?" kata Arya bingung akan hal itu. Bahkan saat hari akan sore, Arya tetap tidak melihat sebuah desa, padahal ia sudah butuh tempat yang tenang untuk istirahat."Manusia!" kata Arya. Di kejauhan, mata Arya melihat ada dua orang yang sedang berjalan kaki, dan Arya memilih untuk mendatangi mereka. Arya segera turun dari atas kudanya, dan mendekati kedua orang itu."Mohon maaf, apakah ada desa yang dekat do sekitar hutan ini?" tanya Arya. "Tidak ada anak muda! Tapi jika kau ingin istirahat, kau bisa datangi Perguruan Mawar Kuning
Kusir Kereta Kuda yang membawa Putri Gut terus memacu kereta kuda itu hingga mereka masuk ke dalam hutan. Arya yang berada di bagian belakang kereta kuda itu semakin curiga, dan ia yakin kalau kusir kereta itu tidak bisa untuk dipercaya."Kita istirahat!" teriak Arya dan memacu kuda hingga berada di samping Kusir Kereta Kuda itu."Tidak bisa, kita harus keluar dari hutan ini, barulah kita istirahat!" kata Kusir Kereta Kuda itu. "Kita harus istirahat!" kata Arya. Namun Kusir Kereta Kuda itu masih saja memaksa kuda yang menarik kereta kuda untuk berlari, hingga mereka sampai di tengah-tengah hutan itu. "Baiklah, kita istirahat!" kata Kusir Kereta Kuda dan ia menarik tali pekana kuda.Huppppp!!Dan setelah itu, dia melompat dari kursi kusir kereta kuda, dan ia memperlihatkan ilmu meringankan tubuh yang cukup tinggi. "Siapa kau sebenarnya?" tanya Arya ingin tahu. Kecurigaan pada Kusir Kereta Kuda itu semakin besar, dan itu membuat Arya jadi waspada."Keluar kalian semua!" teriak Kus
Beberapa hari setelah Ki Barata dan Intan sampai di Negeri Burma, kapal yang membawa Putri Gut dan pengawalnya, serta Arya pun tiba Negeri yang cukup besar itu. "Mari kita turun, Arya! Setelah itu kita akan lanjutkan perjalanan menggunakan kereta kuda!" kata Putri Gut. "Baik, Tuan Putri!" kata Arya. Putri Gut kembali kenakan topeng untuk menutupi wajahnya, dan itu dia lakukan untuk mengurangi masalah karena wajahnya yang cukup cantik dan menarik perhatian orang-orang."Cari sebuah kamar penginapan, aku akan istirahat sebelum kita lanjutkan perjalanan ke ibu kota!" kata Putri Gut pada salah satu pengawalnya. "Baik, Tuan Putri!" kata salah satu pengawalnya dan segera mencari penginapan yang pantas untuk Putri Kedua dari Raja Burma itu. Putri Gut menunggu, dan memilih untuk duduk di sebuah kursi yang kosong, yang mana dua pengawal, dan Arya mengawasi Putri Gut. Tidak berapa lama, pengawal yang mencari kamar itu kembali datang, dan ia katakan kalau sudah menyewa kamar untuk tempat i
Selama dalam perjalanan menuju Negeri Burma, Arya selalu saja berada di geladak kapal, dan menunggu kapan mereka akan tiba di Negeri itu. "Dari keterangan yang diberikan oleh Baju Kijang Emas, masih ada empat baju pelindung yang harus aku cari, dan keberadaan baju pelindung itu ada dua di Negri Burma! Aku harap menemukan petunjuk tentang hal itu!" kata Arya. Arya merasa mendatangi Negeri Burma merupakan sebuah takdir, dan ia yakin dia baju pelindung yang ada di Negeri Burma pun pasti ditakdirkan untuk dia miliki. Saat Arya menatap ke arah lautan, saat itulah Putri Gut datang dan berdiri di samping anak muda itu."Apa yang kau pikirkan, Arya?" tanya Putri Gut. "Sudah jelas aku memikirkan sahabatku, Tuan Putri! Aku harus mencari dia," kata Rangga Satria."Aku akan berikan kau sedikit petunjuk!" kata Putri Gut."Petunjuk apa itu, Tuan Putri?" tanya Arya. "Datangi Perguruan Mawar Kuning, jumpai Ketua Noat, dia pasti tahu sesuatu!" kata Putri Gut. "Dimana Perguruan Mawar Kuning itu,
Peerempuan berkerudung kuning itu keluar dari kedai bersama dengan pengawalnya.Ke tujuh orang dengan warna kulit yang cukup berbeda dengan penduduk negeri Malaya itu memasuki kedai yang lain."Mana orangnya?" tanya perempuan itu."Itu tuan putri!" jawab panglima Cun dan menunjuk nakhoda Rundi.Perempuan itu mendekati nakhoda Rundi dan duduk tanpa diminta."Apakah tuan nakhoda yang akan membawa kapal menuju negeri Burma?" tanya perempuan itu."Benar nona, apa nona rekan dari dia?" tanya nakhoda Rundi menujuk panglima Cun."Benar! Dan aku yang menyuruh dia untuk mencari kapal, apakan benar jika kapal itu ada, tapi kekurangan penumpang?" tanya perempuan itu."Benar nona, bahkan sampai sekarang baru satu penumpang yang akan menuju negeri Burma, tidak mungkin aku berangkat hanya dengan tujuh atau delapan penumpang saja, kecuali kalian membayar lebih," kata nakhoda Rundi."Berapa yang kau inginkan?" tanya perempuan berkerudung kuning itu."Berapa ya? Aku tidak dapat memastikan berapa nona,