Dalam waktu beberapa tarikan napas saja, Arya sudah dikurung anak buah Ki Pratap."Siapa kau anak muda?" tanya Waluyo penasaran dengan keberanian Arya yang menyusup ke markas mereka."Itu tidak penting! Yang penting adalah, kembalikan gadis yang sudah kalian culik dikota Sedayu!" kata Arya."Hahahaha! Lancang! Bunuh dia!' kata Waluyo pada anak buahnya.Belasan orang menyerang Arya, tapi Arya sudah siap menunggu serangan mereka. Belasan orang itu menerjang dengan kekuatan yang mereka miliki.Plakkkkkk!!Arya mencoba menahan salah satu serangan yang datang padanya, tapi dia cukup kaget karena anak buah kelompok itu memiliki kekuatan yang tidak rendah."Pantas saja pendekar di negeri ini dikatakan sangat kuat, ternyata anak buah saja sudah mencapai tingkat setinggi ini," gumam Arya.Haaaaaaaaaaa!!Arya berteriak keras.Jledaaarrrrrrr!!Arya terpaksa mengeluarkan tubuh petir, dan hanya itu yang dapat Arya lakukan untuk melawan musuhnya kali ini.Arya angkat tangan ke udara, dan pedang ura
"Bagaimana petunjuk dari Resi Raspati kakang?" tanya Putri Lembayung saat mereka sudah keluar dari kota Sambas, ibukota kerajaan Teruma."Kita jalan terus menuju Utara, hanya itu!" jawab Arya."Apa kakang yakin, jika kita akan menemukan perguruan itu?" tanya Putri Lembayung."Tidak usah pikirkan yakin atau tidak tuan putri, yang jelas kita menuju perguruan itu," jawab Arya.Putri Lembayung diam, dia merasa jika bicara dengan Arya lebih banyak Arya melarangnya berpikir jauh."Segera cepat jalannya tuan putri, bisa saja kita nanti akan diikuti lagi!" kata Arya."Ini sudah sangat cepat, Arya! Aku tidak biasa berjalan dengan cepat seperti ini," kata Putri Lembayung.Arya hanya geleng kepala, dia memang tahu jika yang bersamanya adalah putri keraton, putri dari kerajaan yang melarikan diri."Aku harus mencari cara agar kami selamat sampai ke Perguruan Bulan Biru!" ucap Arya.Arya berpikir begitu keras."Tapi apa?" gumam Arya."Arya! Ada keramaian!" kata Lembayung menunjuk ke arah depan."K
Waluyo dan Ki Pratap tersenyum lebar setelah mendapatkan jawaban panjang lebar dari juragan Boiman."Seharusnya dari tadi!" kata Ki Pratap."Maafkan aku tuan!" kata juragan Boiman."Sudah, tinggalkan saja rumah ini, dia masih kita butuhkan, uang yang dia berikan tiap bulan masih perlu bagi kelompok kita, jika tidak sudah dari tadi dia aku bunuh!" kata Ki Pratap dan meninggalkan rumah juragan Boiman.Wajah juragan Boiman, begitu pucat karena perkataan Ki Pratap, tapi dia masih bersyukur karena diberikan kehidupan oleh ketua besar Kelompok Menara Hitam itu."Semoga tabib muda itu masih dapat hidup meskipun sudah bertemu dengan Ki Pratap!" kata juragan Boiman mendoakan Arya.Tanpa menunggu waktu lagi, Ki Pratap dan anak buahnya melesat menuju arah yang dikatakan oleh juragan Boiman, sudah pasti menuju perguruan bulan biru."Kita sudah di kota Sembada, coba cari keberadaannya dua orang itu," kata Ki Pratap.Semua anak buahnya berpencar, termasuk Waluyo dan Ki Pratap. Mereka tidak mau berp
Putri Lembayung yang belum pernah berhadapan dengan dunia persilatan langsung kaget dan pucat karena kehadiran Ki Pratap dan anak buahnya."Aku ... Aku bukan orang yang kalian cari!" kata Putri Lembayung dengan wajah pucat pasi."Siapa yang mengatakan jika kami mencari seseorang?' kata Ki Pratap."Aku ... Aku ...!!"Putri Lembayung semakin tidak tahu harus berbuat apa lagi. Dia hanya menatap Arya.Arya langsung ambil sikap waspada. Sudah jelas jika Arya tidak ingin penyamaran mereka tidak terbongkar."Maaf kisanak, ada apa?"Arya melangkah menghadang Ki Pratap agar Putri Lembayung mampu menutupi rasa kagetnya.Ki Pratap menatap Arya yang berwajah perempuan. Dia memang belum pernah bertemu dengan Arya, tapi Waluyo sudah."Aku merasa dia pemuda yang kita cari, ketua!" bisik Waluyo pada Ki Pratap."Apa kau yakin? Tapi kenapa dia perempuan?' tanya Ki Pratap."Aku yakin mereka berdua menyamar, dan meminum sesuatu untuk ubah suara mereka," kata Waluyo."Itu bisa saja, Waluyo!" ucap Ki Prata
"Akhirnya selesai juga!" kata Ki Pratap.Waluyo dan lima anak buah Ki Pratap juga mendekati ketua besar kelompok menara hitam itu."Ketua, tidak apa-apa?" tanya Waluyo."Tidak, Waluyo! Hanya sedikit terluka karena kurang waspada di serangan terakhir!" kata Ki Pratap."Aku akan benar-benar lumpuhkan dia!" kata Ki Pratap.Tapi saat itulah Ki Pratap merasakan tekanan yang besar di pundaknya."Siapa yang ingin main-main dengan, Ki Pratap!" maki Ki Pratap.***Nyai Sendana dan belasan guru pengajar dari perguruan bulan biru melesat mengejar Ki Pratap dan anak buahnya.Tapi sebelum mereka sampai di kaki gunung, mereka melihat seorang pemuda berlari ke puncak gunung."Hadang dia, jangan biarkan seorang lelaki memasuki perguruan!" kata Nyai Sendana.Huppppp!!Tiga guru pengajar mengadang langkah pemuda itu.Aawwwwww!!Lelaki itu kaget, tapi suara yang terdengar adalah suara perempuan."Ketua! Dia perempuan!" teriak salah satu guru pengajar di Perguruan Bulan Biru."Perempuan?" kata Nyai Senda
Nyai Sendana mendekati tubuh Arya, dan dia memeriksa tubuh Arya."Ada apa dengan tubuh anak muda ini?" gumam Nyai Sendana.Jarinya menyentuh tubuh Arya, tapi sesuatu yang kuat malah menyentrum jarinya."Ada apa ini?'Nyai Sendana menarik jarinya dengan cepat, dan kaget dengan keadaan Arya."Bagaimana ketua? Apa kita akan membawa dia?' tanya salah satu guru pengajar di Perguruan Bulan Biru."Aku juga bingung bagaimana membawa tubuhnya, tubuhnya mengalirkan sesuatu yang kuat," kata Nyai Sendana.Semua perempuan yang datang dari Perguruan Bulan Biru itu mengelilingi tubuh Arya, seolah berpikir bagaimana membawa tubuh pemuda itu."Aku akan periksa lagi kondisinya!' kata Nyai Sendana.Kali ini saat dia memeriksa, dia kaget, dia merasakan jika tubuh Arya sudah mengalirkan energi yang kuat lagi, tapi yang dia rasakan adalah hampir seluruh jaringan tubuh dan peredaran darah Arya sudah rusak parah.Dengan segera, nyai Sendana membawa Arya, dan terbang melesat menuju Perguruan Bulan Biru."Ketu
Baru beberapa saat saja Nyai Sendawa mengunci gua obat, sesuatu terjadi di dalam gua obat. Dan sesuatu itu terjadi pada Arya.Asap tebal yang menyelubungi tubuh Arya perlahan meresap masuk kedalam tubuh Arya, dan menarik roh anak muda itu keluar dari tubuhnya.Roh Arya berdiri di samping tubuh kasarnya, dan melihat dengan begiru terpenjarat tidak percaya."Apa aku sudah mati?" gumam roh Arya.Arya mencoba memasuki tubuhnya.Whussssss!!Sesuatu kekuatan yany begitu besar mendorong roh Arya hingga terbuang jauh. Sampai Arya berkali-kali mencoba, tapi hasilnya tetap saja sama."Tidak, aku belum mati!" kata Arya tidak percaya dengan keadaan tubuhnya yang memang sudah seperti mayat. pucat memutih."Biarkan tubuhmu menerima pengobatan!"Satu suara terdengar, dan suara itu berasal dari seseorang yang Arya kenali."Resi Raspati?" tanya Arya tidak percaya."Iya, ini memang aku!" kata Resi Raspati."Apa yang harus kau lakukan, Resi?" tanya Arya."Banyak hal yang harus kau lakukan, termasuk berl
"Resi Raspati!"Lelaki pengganggu Arya dan Arya sama-sama menoleh dan kaget karena yang menghentikan mereka adalah pemilik perguruan roh itu.Lelaki pengganggu Arya berlutut pada Resi Raspati, dan menunjukkan rasa hormat yang begitu dalam pada Resi Raspati."Dia ... dia yang memulai semua ini, Resi? Dia pukul aku, ini buktinya!" kata lelaki itu dan menujukkan luka pada Resi Raspati."Aku sudah melihat semua itu Juhari, sudah aku lihat!' ucap resi Raspati."Iya resi, dia sejak awal sudah mencari masalah denganku!" kata Juhari.Resi Raspati tersenyum."Berikan kitab itu padaku, Juhari!" kata resi Raspati.Juhari dengan sangat membungkuk tanda hormat memberikan kitab tinju penggetar langit pada resi Raspati."Arya, ini kitab mu!' kata resi Raspati memberikan kitab itu pada Surya, sementara Juhari diam membisu."Ada apa ini Resi? kenapa kitab itu diberikan kembali padanya?" tanya Juhari."Kitab itu memang miliknya Juhari!" ucap resi Raspati."Tapi dia harus diusir dari sini!" kata Juhari.
Arya sungguh kaget saat tahu yang membawa Intan adalah Ki reksa, dia tidak tahu apa maksud Ki reksa membawa Intan."Apa Ki reksa mengatakan sesuatu nyai?" tanya Arya."Kota Kuala!" jawab nyai Rara lirih.Setelah ucapkan itu nyai Rara jatuh dan tewas di pelukan Arya."Kota Kuala?" ucap Arya.***Beberapa hari sebelum Arya sampai di desa Hursa, Ki Reksa terus mencari keberadaan Arya, dan saat itulah dia sampai di desa Hursa.Dari penduduk desa Hursa, Ki reksa tahu tentang hubungan Arya dan Ki Bonggol, dan itu membuat Ki reksa gelap mata.Ki reksa memberikan kode pada anak buahnya, kelompok bintang hitam yang sudah dia kumpulkan dalam waktu yang singkat.Dan saat warga desa Hursa terlena dalam tidur yang indah, anak buah Ki reksa datang dan porak-poranda seluruh desa itu.Brakkkkkkk!Ki reksa masuk ke rumah nyai Rara, dan itu mengejutkan nyai Rara maupun Intan yang ada dalam rumah itu."Apa yang kau inginkan?" tanya nyai Rara."Gadis itu!" jawab Ki reksa."Jangan harap kau akan dapatkan
Arya, setelah dapatkan pusaka kijang dewa, dia meninggalkan puncak bukit kijang, setelah itu melesat menuju kota Kuala."Apa saja yang sudah terjadi?" gumam Arya saat dia melewati kota bangau.Begitu banyak yang terjadi di kota itu, ada beberapa rumah yang hancur, seolah kota itu baru saja di terpa gempa yang besar."Ada apa ini Ki?" tanya Arya pada seorang lelaki yang berhasil selamat dari kehancuran kota itu."Kelompok bintang hitam!"Whusssssssss!!Crasssssss!Aaaaaaaaaaaaaaaaa!!Belum juga Arya dapatkan jawaban yang jelas, sebuah bintang hitam sudah menancap dalam di leher lelaki tua itu."Apa-apaan ini?" gumam Arya.Arya melihat ke arah datangnya serangan itu, dan melihat seorang lelaki dengan pakaian hitam dan wajah tertutup."Hei apa yang kau lakukan?" teriak Arya.Tapi jawaban untuk Arya adalah sebuah pukulan jarak jauh yang cukup keras.Bammmmmmm!!Arya memukul balik pukulan jarak jauh itu, dan pukulan itu mentah di tengah jalan."Jangan kabur kau!" teriak Arya dan melompat k
Arya kaget, untuk kedua kalinya Arya merasakan bau bunga mawar itu, dan yang pertama adalah saat Arya sampai di negeri Malaya.Selain itu, yang membuat Arya heran adalah, belasan serigala yang sudah bersiap menyerang Arya dengan cakaran dan taring tajamnya menghentikan gerakan mereka. Wajah dari belasan serigala itu terhenti dan tak melanjutkan serangan pada Arya."Apa sesungguhnya yang ada di balik bau bunga mawar ini?" gumam Arya.Arya berpikir keras, tapi dia tidak menemukan jawaban yang dia harapkan, sampai cahaya kuning menyilaukan terlihat dari bawah lembah bukit kijang.Arya ingin melangkah ke sana, tapi keberadaan para serigala itu membuat Arya urungkan niatnya, dia tidak ingin mayat dari empat orang yang sudah dia kumpulkan jadi santapan serigala ganas itu.Tapi keadaan sepertinya sangat mendukung Arya, saat Arya dalam dilema, dilema antara ingin melihat keberadaan cahaya kuning emas itu dan menjaga para Mayat-mayat, saat itu juga para serigala memilih tinggalkan puncak bukit
Seorang pemuda dengan rambut panjang dan pakaian kuning emas berjalan ke arah hutan yang cukup lebat.Pemuda itu memakai caping bambu yang cukup lebar, dan itu sengaja dia pakai untuk menutupi wajah tampannya.Huppppp!!Dengan gerakan cepat dia melesat, meninggalkan desa terakhir sebelum dia mendekati hutan itu."Kau mau kemana anak muda?" Seorang perempuan tua dengan pakaian yang bermotif lipan menahan langkah pemuda itu."Tidak ada nyai, hanya ingin melihat hasil buruan jerat yang aku pasang di hutan," jawab pemuda itu."Hati-hati di hutan ini, sangat banyak hewan buas," "Terima kasih nyai," kata pemuda itu.Perempuan itu merasa jika pemuda itu cukup misterius, itu terlihat karena pemusa itu menutupi wajahnya dengan caping bambu yang lebar."Siapa namamu anak muda?" tanya perempuan itu.Pemuda itu tidak menjawab, tapi dia malah berjalan tinggalkan perempuan itu masuk ke dalam hutan."Hei .. apa kau acuhkan aku?" teriak perempuan itu membentak pemuda yang sudah masuk ke dalam hutan
Ki Bonggol ingin berlari ke arah guru Harada, tapi lagi-lagi gerakan Ki Bonggol ditahan oleh Ki jalak dan Ki Taga."Kau juga akan mati, Ki Bonggol!"Ki Reksa setelah membunuh guru Harada mendekati Ki Bonggol, dan berjalan ke arah Ki Bonggol yang sudah ditahan oleh Ki jalak dan Ki Taga."Kau itu sudah menjadi hitam dari hitam Ki reksa, sungguh tidak aku percaya," kata Ki Bonggol."Apa aku terlihat perduli dengan ucapanmu itu Ki Bonggol!" Kata Ki Reksa.Ki Bonggol tidak menjawab, dia jelas berada di ujung tombak, nyawanya kemungkinan tidak mungkin dapat di selamatkan lagi, dan kemungkinan dia akan mati di bukit kijang.Hiatttttt!Ki Bonggol tidak terima, dan menyerang ke arah Ki Reksa. Ki jalak dan Ki Taga ingin menahan tapi Ki Reksa memberikan kode pada keduanya untuk menjauh."Biarkan aku yang membunuh dia!" Ucap Ki Reksa.Ki jalak dan Ki Taga memilih menerima perkataan Ki reksa, dan mereka mendekati nyai lipan. Whusssssssss!!Ki reksa tidak anggap serangan dari Ki Bonggol. Itu karen
"Apa yang terjadi? Tidak mungkin!"Guru Harada yang bertahan dari setiap serangan Ki jalak dan Ki Taga masih sempat mendengar suara jeritan kematian Ki Indang, dan itu menjatuhkan semangat juangnya.Pukulan pemburu nyawa!Whusssssssss!Guru Harada melepaskan satu pukulan jarak jauh yang kuat, dan itu mengarah kepada Ki Reksa yang baru saja membunuh Ki Indang.Ki Reksa memutar tubuhnya, dan menahan pukulan jarak jauh guru Harada dengan tangan kanannya, dan pukulan itu mentah di tengah jalan."Kurang ajar! Kau tidak akan aku maafkan," ucap guru Harada dan melompat ke arah Ki reksa."Jangan anggap kami tidak ada!" Ki jalak menghalangi gerakan guru Harada, dan menahan pergerakan dari guru dari raja Adnan, penguasa negeri Malaya.Di belakang guru Harada, juga sudah ada Ki Taga, sehingga guru Harada berada di antara dua orang yang memiliki kekuatan hitam yang tidak dapat diremehkan.Haaaaaaaaaaa!Guru Harada memukul Ki jalak, tapi dengan enteng Ki jalak menahan dengan telapak tangannya, ta
Meskipun tidak mereka susun secara langsung, tapi rencana menguras tenaga dalam Ki Reksa langsung diketahui oleh Ki Reksa, dan itu semakin membuat Ki Reksa naik darah."Kalian! Apa kalian hanya ingin menyaksikan saja? Kalian golongan hitam, apa kalian tidak akan membantu diriku?" ucap Ki reksa ke arah Ki jalak dan dua rekan golongan hitam lainnya.Ki jalak menatap nyai lipan dan Ki Taga. "Bagaimana menurut kalian?" tanya Ki jalak."Terserah padamu tapi jika kita membantu dia, apa nyawa kita terselamatkan? Apa ada jaminan?" tanya nyai Lipan."Bodoh! Aku sekarang berada di pihak golongan hitam! Jangankan kalian, Ki Barata saja mampu aku bunuh bagaikan lalat kecil!" bentak Ki reksa yang secara tidak sengaja mendengar pembicaraan tiga golongan hitam yang ada di sana."Baik, kami akan membantu dirimu, tapi kami ingin kau juga jangan membunuh kami, tangan maut," pinta Ki jalak."Bagus, kalian memilih pihak yang tepat," kata Ki Reksa.Haaaaaaaaaaa!!Ki Reksa tanpa banyak bicara lagi langsun
Whusssssssss!!Dari arah selatan tiba-tiba datang selarik cahaya hitam dengan kecepatan yang tinggi."MENGHINDAR!" teriak Guru Harada karena dia yang pertama melihat serangan jarak jauh itu.Tujuh pendekar di puncak bukit kijang itu melompat menghindar ke segala arah. Dan itu tepat waktu, saat itulah energi besar dari arah selatan itu datang menghantam tempat ke tujuh pendekar itu berdiri.Jledaaarrrrrrr!!Bukit kijang langsung berguncang dengan kuatnya, itu karena kuatnya ledakan dari tenaga dalam yang datang ke arah ke tujuh pendekar dari dua golongan itu."Siapa yang sudah menyerang kita? Berani sekali dia?" tanya Ki Turang sambil menatap ke arah guru Harada."Mana aku tahu, kan orangnya belum terlihat," kata guru Harada sambil angkat kedua bahunya."Apa kita tidak menyerang ke sana?" tanya Ki Indang.Tidak ada yang menjawab, mereka memilih tidak peduli dengan perkataan Ki Indang, mereka hanya melihat ke arah datang serangan yang baru saja mengguncang bukit kijang.Belum juga merek
Jauh dari desa Hursa, di sebuah bukit yang memiliki puncak yang rata, dan itu adalah puncak ilalang yang di kelilingi oleh hutan lebat.Di puncak bukit itu, belasan orang dengan usia yang tidak terlalu jauh berbeda mulai berdatangan dari segala penjuru bukit itu.Bukit itu adalah bukit kijang, bukit yang memang selalu digunakan golongan putih untuk berkumpul bersama.Kali ini pun mereka memutuskan untuk berkumpul bersama, itu untuk membahas kembalinya si tangan maut, Ki reksa yang sudah kembali ke jalan hitam.Guru Harada, orang yang memutuskan mengumpulkan seluruh golongan putih, dan beberapa golongan hitam yang menurutnya dapat di ajak kerja sama.Meskipun mendapatkan tentangan dari golongan putih, tapi guru Harada tidak peduli, dia hanya ingin masalah tentang di tangan maut segera di selesaikan."Guru Harada, apa Ki Barata juga akan datang?""Aku tidak tahu, aku sudah memberikan undangan cepat padanya, jika dia bergabung aku merasa kita akan memiliki kekuatan yang lebih besar lagi,