Nyai Sendana mendekati tubuh Arya, dan dia memeriksa tubuh Arya."Ada apa dengan tubuh anak muda ini?" gumam Nyai Sendana.Jarinya menyentuh tubuh Arya, tapi sesuatu yang kuat malah menyentrum jarinya."Ada apa ini?'Nyai Sendana menarik jarinya dengan cepat, dan kaget dengan keadaan Arya."Bagaimana ketua? Apa kita akan membawa dia?' tanya salah satu guru pengajar di Perguruan Bulan Biru."Aku juga bingung bagaimana membawa tubuhnya, tubuhnya mengalirkan sesuatu yang kuat," kata Nyai Sendana.Semua perempuan yang datang dari Perguruan Bulan Biru itu mengelilingi tubuh Arya, seolah berpikir bagaimana membawa tubuh pemuda itu."Aku akan periksa lagi kondisinya!' kata Nyai Sendana.Kali ini saat dia memeriksa, dia kaget, dia merasakan jika tubuh Arya sudah mengalirkan energi yang kuat lagi, tapi yang dia rasakan adalah hampir seluruh jaringan tubuh dan peredaran darah Arya sudah rusak parah.Dengan segera, nyai Sendana membawa Arya, dan terbang melesat menuju Perguruan Bulan Biru."Ketu
Baru beberapa saat saja Nyai Sendawa mengunci gua obat, sesuatu terjadi di dalam gua obat. Dan sesuatu itu terjadi pada Arya.Asap tebal yang menyelubungi tubuh Arya perlahan meresap masuk kedalam tubuh Arya, dan menarik roh anak muda itu keluar dari tubuhnya.Roh Arya berdiri di samping tubuh kasarnya, dan melihat dengan begiru terpenjarat tidak percaya."Apa aku sudah mati?" gumam roh Arya.Arya mencoba memasuki tubuhnya.Whussssss!!Sesuatu kekuatan yany begitu besar mendorong roh Arya hingga terbuang jauh. Sampai Arya berkali-kali mencoba, tapi hasilnya tetap saja sama."Tidak, aku belum mati!" kata Arya tidak percaya dengan keadaan tubuhnya yang memang sudah seperti mayat. pucat memutih."Biarkan tubuhmu menerima pengobatan!"Satu suara terdengar, dan suara itu berasal dari seseorang yang Arya kenali."Resi Raspati?" tanya Arya tidak percaya."Iya, ini memang aku!" kata Resi Raspati."Apa yang harus kau lakukan, Resi?" tanya Arya."Banyak hal yang harus kau lakukan, termasuk berl
"Resi Raspati!"Lelaki pengganggu Arya dan Arya sama-sama menoleh dan kaget karena yang menghentikan mereka adalah pemilik perguruan roh itu.Lelaki pengganggu Arya berlutut pada Resi Raspati, dan menunjukkan rasa hormat yang begitu dalam pada Resi Raspati."Dia ... dia yang memulai semua ini, Resi? Dia pukul aku, ini buktinya!" kata lelaki itu dan menujukkan luka pada Resi Raspati."Aku sudah melihat semua itu Juhari, sudah aku lihat!' ucap resi Raspati."Iya resi, dia sejak awal sudah mencari masalah denganku!" kata Juhari.Resi Raspati tersenyum."Berikan kitab itu padaku, Juhari!" kata resi Raspati.Juhari dengan sangat membungkuk tanda hormat memberikan kitab tinju penggetar langit pada resi Raspati."Arya, ini kitab mu!' kata resi Raspati memberikan kitab itu pada Surya, sementara Juhari diam membisu."Ada apa ini Resi? kenapa kitab itu diberikan kembali padanya?" tanya Juhari."Kitab itu memang miliknya Juhari!" ucap resi Raspati."Tapi dia harus diusir dari sini!" kata Juhari.
Seperti biasa, kegiatan di perguruan bulan biru berjalan seperti semestinya. Tidak ada hal yang terlalu membuat perguruan itu melakukan kesibukan yang berlebihan.Sudah satu purnama berlalu sejak kematian Arya, dan kebohongan nyai Sendana masih terus berlanjut."Senja, gerakan tanganmu harus kau perhalus, jurus itu bukan jurus kasar!" kata nyai Sendana yang kini jadi guru bagi senja. Gadis muda yang dulu adalah putri keraton, tapi demi membalas dendam dia lepaskan semua hidup mewahnya."Baik, guru! Senja akan ulangi!" kata gadis itu.Sejak permintaan Senja pada nyai Sendana, guru besar Perguruan Bulan Biru itu sangat telaten melatih Senja, bahkan satu demi satu bakat dari Senja mulai terlihat."Bakatnya terpendam, dan jika belajar pada guru yang salah, dia akan jadi golongan hitam yang kuat!" kata nyai Sendana."Senja! Kemari lah! Hentikan dulu latihan mu!" kata nyai Sendana."Ada apa guru?" tanya Senja dan menghentikan latihan yang sedang dia lakukan."Istirahatlah! Besok kau akan me
"Apa ini?" kata nyai Sendana dengan wajah yang pucat."Ada apa guru?" tanya senja pada gurunya itu."Kau tunggu disini, aku merasakan sesuatu yang buruk mendekati perguruan!" kata nyai Sendana."Sesuatu yang buruk seperti apa guru?" tanya senja."Jangan banyak tanya, segera kau ambil pedang naga angin itu, kau sudah berhak membawanya," kata nyai Sendana.Setelah ucapkan itu, nyai Sendana meninggalkan ruangan pribadinya, meninggalkan senja sendirian di dalam ruangan itu.Senja masih menatap pedang naga angin dengan begitu berbinar, matanya begitu bercahaya karena melihat pedang itu.Senja ambil pedang naga angin, dan menimang sarung pedang itu, senja seolah lupakan tentang keberadaan batu yang seperti mulut gua, dan lupakan peringatan gurunya.Sementara itu, nyai Sendana yang meninggalkan senja sudah sampai di halaman perguruan."Semua guru pengajar berkumpul, aku merasakan akan ada serangan!" teriak nyai Sendana dengan mengerahkan kekuatan tenaga dalam yang tinggi.Semuanya guru penga
Asap tebal membumbung tinggi ke atas udara, asap itu muncul dari perguruan bulan biru yang berada di atas puncak gunung biru. Kini Perguruan itu sudah rata dengan tanah."Itu, ketua! Segera bantu dia!"Guru pengajar segera membawa tubuh nyai Sendana menjauh dari api yang semakin besar, dan kini mereka berkumpul bersama dengan murid-murid perguruan yang semuanya semuanya adalah murid perempuan."Apa yang akan kita lakukan?" tanya salah satu guru pengajar."Kita bangunkan dulu ketua dari pingsannya, setelah itu ketua yang tentukan semuanya.""Kalian benar!" Semua guru pengajar berkeliling di sekitar tubuh nyai Sendana, dan beberapa guru memberikan bantuan dengan mengalirkan hawa murni."Bagaimana?""Mungkin tidak lama lagi, ketua akan membuka matanya!" Seperti yang dikatakan guru pengajar itu, mata nyai Sendana perlahan mulai terbuka, dan yang pertama terlihat di pandangannya adalah, warna merah yang terlihat masih kabur."Apa itu apa?" gumam nyai Sendana."Api?"Mata nyai Sendana lan
Ki Pratap tak mampu lagi menggerakkan badannya, dia begitu tertekan karena tekanan yang dikeluarkan ketua Son Chong.Tangan ketua Son Chong mencekik leher Ki Pratap, dan matanya menatap tajam."Aku bisa saja mematahkan lehermu dengan mudahnya, tapi kau sudah berusaha untukku! Mulai sekarang kau adalah bagian dari kelompok tengkorak! Apa kau paham?" ucap ketua Son pada Ki Pratap.Ki Pratap tak mampu menjawab, suaranya tertahan karena cekikan di lehernya."Tugasmu sekarang, cari makam pemilik tubuh petir itu sampai dapat, jika tidak kau temukan dalam beberapa purnama ke depan, jangan salahkan aku jika kau akan tewas," kata ketua Son Chong memberikan ancaman sekalian melepaskan cengkeraman di leher Ki Pratap.Dengan segera, dan dengan tubuh yang ketakutan, Ki Pratap berlutut pada ketua Son."Aku ... Aku akan lakukan, aku akan setia pada ketua!" kata Ki Pratap."Pergilah dari sini!" usir ketua Son Chong.Dengan segera, dan dengan gerakan yang cepat, Ki Pratap kabur dari ruangan itu."Dasa
Orang yang menangkap tangan Arya tersenyum, dan itu adalah senyum yang begitu hangat menurut Arya."Jangan mendekat kesana, wahai diriku, itu akan mengubah diriku juga!" kata orang itu.Yang ada dihadapan Arya adalah orang yang memiliki wajah seperti dirinya, tubuh seperti dirinya, bahkan sedikitpun tidak ada beda antara Arya dengan dirinya."Siapa kau?" tanya Arya."Siapa aku? Aku adalah kau, kau adalah aku! Kita adalah atau kesatuan yang tidak dapat dipisahkan!" "Aku tidak memahami semua ini," kata Arya."Kau tidak usah pahami semua itu, cukup kau terima saja diriku!" kata tubuh lain Arya itu."Menerima dirimu?" tanya Arya."Iya!"Hahahahahahaha!!"Untuk apa kau terima sesuatu yang membuat dirimu lemah, wahai diriku!"Dari daratan hitam itu terdengar suara, dan saat Arya menoleh kesana, Arya juga melihat orang yang sama seperti dirinya , hanya saja orang itu memilik sikap yang jauh berbeda."Kemarilah!' kata orang yang mirip Arya di daratan hitam."Jangan dengarkan dia, dia hanya i
Arya yang fokus untuk kalahkan Ki Suro dan Ki Huni tidak melihat sekelebat bayangan melesat ke arah Kinar, dan langsung membuat gadis itu berada dalam ancaman sebilah pisau."Berhenti atau lehernya akan putus!"Ancaman itu membuat pertarungan terhenti, dan betapa kagetnya Arya saat melihat Kinar yang dalam kondisi tertotok dan juga sudah dalam ancaman pisau."Bagus! Memang tidak salah jika kau membuat rencana cadangan!" kata Ki Suro tersenyum pada orang yang mengancam Kinar."Ki Suro! Aku berubah pikiran karena aku yakin kau pasti tidak akan mengingkari janjimu!" kata pemuda yang tak lain ada Damar."Sudah pasti! Salah satu dari kalian akan jadi panglima, dan satu lagi akan jadi orang yang akan mengurus keuangan kota ini!" kata Ki Suro."Satu orang lagi?" kata Damar."Benar! Aku orangnya!" kata Rajino dan berdiri dari tempat duduknya.Rajino bertahan di halaman kadipaten itu adalah karena dia sedang menunggu momen yang tepat untuk membantu, tapi di luar dugaan Damar yang lebih dahulu
Ki Suro yang sudah angkat senjata untuk menebas kepala Adipati kaget, dia tidak menyangka akan ada yang hentikan dirinya."Siapa kau?" ucap Ki Suro yang jengah karena dia sudah melihat sedikit kemampuan Arya saat bertarung di babak kedua."Siapa aku? Aku adalah orang yang sudah menunggu kalian melakukan itu! Kau sudah tahu semua rencana kalian!" kata Arya."Apa? Jadi kau sengaja ikut kompetisi ini untuk menggagalkan rencana kami? tapi kau sudah terlambat!" kata Ki Suro.Haaaaaaaaaaa!!Ki Suro ayunkan pedangnya, dan siap menebas kepala Adipati Sudira."Ayah!!'Putri Kinar yang kini sudah berada dalam genggaman Ki Huni menjerit keras saat melihat pedang Ki Suro sudah berjalan ke leher ayahnya.Tapi saat pedang itu hanya beberapa helai dari leher adipati, satu kekuatan yang menyengat tubuh menahan tangan ki Suro. Tidak hanya menahan, tapi Ki Suro juga rasakan jika tubuhnya merasakan energi petir yang begitu kuat.Bukkkkkk!!Pedang di tangan Ki Suro jatuh, dan dia melangkah menjauh dari
Arya juga tidak ingin diketahui oleh prajurit kadipaten, sehingga Arya segera membawa Adipati Sudira kedalam kamarnya."Aku tidak ingin melukai mu, Adipati! Tapi aku hanya ingin memberikanmu peringatan!" kata Arya.Adipati Sudira tidak menjawab, baginya pemuda itu sungguh berani melakukan itu padanya."Besok, saat kompetisi dimulai lagi, kau sebaiknya hati-hati!" kata Arya."Hati-hati? Apa maksudnya?""Akan ada serangan! Dan kau harus hati-hati juga pada orang yang selama ini kau percayai!" ucap Arya."Ki Suro? Jangan memfitnah dia, dia adalah orang yang paling aku percayai di kadipaten ini!" kata Adipati Sudira tidak suka perkataan Arya."Terserah padamu, aku hanya memperingatkan dirimu saja, Adipati!" kata Arya.Adipati Sudira diam, dia masih tidak yakin jika Ki Suro akan berkhianat pada dirinya."Itu tidak mungkin!" kata Adipati Sudira tetap tidak percaya pada ucapan Arya."Terserah padamu, tapi sebaiknya jika memang kau tidak yakin, maka jaga putrimu!" kata Arya.Huppppp!!Setelah
Rajino yang seperti di perkirakan akan masuk ke babak selanjutnya. Tidak hanya Rajino tapi Damar, Panji serta rasta yang memang di unggulkan melaju ke babak berikutnya.Dari mereka semua memang ketiga perguruan yang ada di kota Tangkuban yang diunggulkan akan masuk dan salah satu dari mereka yang akan terpilih jadi panglima kadipaten Tangkuban itu.Hahahahah!Aku menang dengan mudah!"Seorang lelaki yang memakai topeng berdiri angkuh di atas pentas, kemampuan yang dimiliki lelaki itu cukup tinggi, bahkan bisa dikatakan jauh di atas lawan yang sudah melaju ke babak berikutnya.Sentot, itulah lelaki itu. Tidak ada yang tahu asal usul lelaki itu, tapi wajah Ki suro sumbringah saat melihat Sentot melaju ke babak yang selanjutnya.Satu persatu peserta terus melaju hingga saat sore datang, tidak ada lagi yang memasuki arena."Apakah masih ada yang ingin mencoba keberuntungan?" teriak Ki suro.Tidak ada jawaban, sampai matahari hampir terbenam."Baiklah! Jika tidak ada lagi maka akan aku tut
Panggung pertarungan yang seharusnya hanya panggung untuk tiga perguruan yang ada di kota Tangkuban, sepertinya akan jadi panggung untuk pendekar yang datang dari berbagai daerah.Dan hari ini adalah hari dimana kompetisi akan dimulai. Ki suro sebagai juru bicara dari Adipati Sudira sudah berdiri di atas pentas di tengah halaman rumah Adipati."Kompetisi kali ini adalah kompetisi yang bebas, asalkan dia dari golongan putih, dan masih di bawah usia empat puluh tahun maka akan diberikan kesempatan untuk menaiki pentas ini!" kata Ki suro.Semua orang mendengar perkataan Ki suro tanpa ada yang menyela perkataan dari kepercayaan Adipati itu."Aturan untuk menuju babak selanjutnya adalah, Jika seseorang sudah mengalahkan dua lawan secara berturut-turut maka dia akan melaju ke babak berikutnya, tapi jika hanya satu kali menang dan dia gagal menang pada pertarungan berikutnya, maka dia akan dianggap gagal!" kata Ki suro menjelaskan peraturan dari kompetisi itu.Ki suro terpaksa ambil langkah
"Kak Damar, aku sudah mengetahui tingkat kemampuan dari pemuda yang bernama rasta itu!" "Setinggi apa?" "Dia baru sampai pada pendekar langit saja, dan mungkin tingkat akhir." Hahahaha! "Itu mudah aku kalahkan!" jawab Damar. "Bagaimana dengan dua orang lainnya?" tanya Damar. "Keduanya masih bawah kemampuan orang yang berbakat di kota ini," "Bagus, artinya kesempatan untuk kuasai kota ini terbuka dengan lebar!" kata lelaki yang bernama Damar. "Benar kak Damar! Sangat besar kesempatan kakak jadi panglima di kota ini!" "Bagus, informasi ini akan sangat berguna nantinya, karena hanya sedikit yang akan mendaftar jadi Panglima kota ini!" kata Damar. "Benar kak Damar!" "Saatnya kita menuju kejayaan!" kata Damar. *** Seorang lelaki dengan wajah yang begitu halus berjalan di sekitar kota Tangkuban, dari Pakaian yang dia pakai, dia merupakan murid dari perguruan angin daun, perguruan ketiga di kota Tangkuban. Dia adalah Panji, pemuda yang juga akan ikut dalam kompe
Arya yang penasaran dengan identitas orang yang bicara disebelah kamarnya keluar, dan mencari siapa orang yang menyewa kamar itu, tapi Arya tidak menemukan jawaban apapun. Saat Arya akan memasuki kembali kamarnya, ia melihat dua orang yang sedang menunjuk kudanya, kuda gondola."Apa yang mereka inginkan dari kuda gondola?" gumam Arya.Arya keluar, dan dia mendengarkan pembicaraan dari orang itu secara tidak sengaja."Aku pemilik kuda itu!' ucap Arya.Dua orang yang tak lain adalah ketua Sembada dan murid kesayangannya, Rasta. Keduanya ingin jadikan kuda Arya sebagai kuda yang jadi tunggangan Rasta di kompetisi pemilihan panglima kadipaten Tangkuban.Rasta dan ketua Sembada menoleh ke arah Arya, sementara Arya menundukkan kepala tanda hormat pada ketua Sembada. Ketua besar dari perguruan mata dewa."Benarkah kau pemilik kuda itu, anak muda?" tanya ketua Sembada."Iya kek! Aku memang pemilik kuda itu!" jawab Arya."Apakah ada yang salah dengan kuda itu, kek?' tanya Arya lagi.Ketua sem
"Ada apa ayah? kenapa ayah begitu murung?"Adipati Sudira. Penguasa kota Tangkuban menoleh ke arah suara itu."Kinar! Kenapa kau belum tidur putriku?" tanya Adipati itu."Kinar tidak bisa tidur ayah, Kinar sangat gelisah malam ini!" jawab gadis itu.Adipati Sudira hanya diam, sejak istrinya meninggal dunia, hanya dialah keluarga satu-satunya dari putrinya itu.Jika bukan karena Kinar, mungkin Adipati itu sudah mencari istri yang baru, tapi Adipati Sudira lebih memilih membesarkan putrinya itu.Keadaan kota yang semakin hari semakin menegangkan membuat penjagaan di rumah Adipati itu semakin diperketat, tidak hanya itu, kamar Kinar juga semkain banyak penjagaan, dan itu membuat gadis itu merasa tidak nyaman.Sebelum kematian panglima, Kinar sangatlah merasakan kebebasan, meskipun masih di jaga tapi Kinar memiliki banyak waktu untuk berada di luar rumah, tapi sejak kematian panglima kadipaten, kehidupan Kinar berubah, dia lebih banyak berada di dalam rumahnya."Ayah tahu jika kau inginka
Jledaaarrr!!Ledakan keras terjadi di tubuh ular jelmaan nyai Rundu, dan itu membuat tubuh ular itu hancur berkeping-keping, pecahan dari daging ular itu menyebar di seluruh halaman rumah Adipati Sendah.Sementara tubuh Arya juga terlempar, itu karena ledakan yang terjadi di dalam tubuh ular itu, tidak mungkin lagi Arya hindari. Dan mau tidak mau, Arya harus merasakan ledakan dari energinya sendiri.Huakkkkk!"Sialan aku terluka karena seranga ku, sendiri!" kata Arya, yang meringankan darah dari mulutnya.Arya memang mengalami luka, tapi sedikit pun anak muda itu tidak merisaukan akan lukanya itu.Itu karena Arya sudah memiliki kitab seribu satu pengobatan dan racun. Dan Arya yakin akan mampu obati luka dalamnya itu.Setelah itu Arya kembali pada mode normal, dan sudah kembalikan tubuhnya menjadi tubuh biasa.Wajah Adipati Sendah pucat, dia kini sadar jika dia sudah salah melawan memilih lawan, yaitu melawan Arya. Dia mundur dan takut melihat Arya."Tidak ada gunanya kau menjauh Adipa