Arya dengan segera mencari pakaian prajurit untuk Putri Lembayung, dan menutup kepala gadis muda itu dan kegelapan malam juga membantu Arya dan Putri Lembayung."Ada apa prajurit? Apa yang kau cari?" Salah satu prajurit pendukung Mahapatih Ragajaya memergoki Arya yang menyembunyikan Putri Lembayung."Tidak ada apa-apa!" jawab Arya.Tapi prajurit itu curiga pada Arya, dan dia mendekat."Siapa itu?" tanya prajurit itu dan mendekat ke arah Putri Lembayung.Bammmmmmmmm!!Arya memukul keras prajurit dari belakang.Aaaaaaaaaaaaaaaaa!Jeritan itu mengejutkan banyak orang, tapi itu hanya sejenak, karena Arya sudah menarik tangan Putri Lembayung."Kita naik kuda," kata Putri Lembayung."Aku ..."Sudah! Dengan naik kuda kita akan segera lolos dari mereka," kata Putri Lembayung.Sebelum semakin ramai, Putri Lembayung menarik tangan Arya menuju kandang kuda."Kita pakai kuda hitam itu," kata Putri Lembayung."Tapi, Tuan Putri!""Sudah, segera naik dan pegang tali kekang kuda itu," kata Putri Lem
"Kau tak bisa membawa kuda, ya?" kata Putri Lembayung setelah rasa kagetnya sudah teratasi."Itu yang mau aku katakan, tapi tuan putri tidak mau mendengarkan," kata Arya."Eh, namamu siapa?" "Aku? Aku Arya, tuan putri!" jawabnya Arya."Aku Lemba ..."Sudah aku tahu!" potong Arya.Wajah Putri Lembayung cemberut karena kata-katanya dipotong oleh Arya."Bagaimana sekarang keadaan ayah?" tanya Lembayung dengan wajah sedih."Saat ini jangan terlalu pikirkan itu, Tuan Putri. Yang jelas kita harus cari cara untuk kabur dan mencari cara untuk membebaskan kerajaan dari tangan Mahapatih Ragajaya itu," kata Arya.Putri Lembayung diam, dia memikirkan apa yang dikatakan oleh, Arya."Tapi dia ayahku!" kata Putri Lembayung."Aku tahu, tapi saat ini yang penting adalah memikirkan apa yang aku katakan tadi?" kata Arya."Baiklah, aku akan menerima semua perkataanmu, semoga saja ayah masih hidup," kata Putri Lembayung."Tapi yang pertama saat ini adalah, bagaimana keluar dari jurang ini," kata Arya."A
Dengan langkah yang terburu-buru, Arya memaksa langkah Putri Lembayung, tidak membiarkan gadis itu untuk beristirahat."Aku sudah tidak kuat lagi, Arya!" kata Putri Lembayung."Jangan jadi gadis manja, sekarang kau bukan dalam keraton lagi," kata Arya."Meskipun aku tidak dalam keraton lagi, tetap tidak dapat dipungkiri jika aku ini adalah putri keraton," kata Putri Lembayung.Tapi perkataan Putri Lembayung tidak terlalu didengarkan oleh Arya, itu karena, Arya mendengarkan langkah-langkah yang semakin dekat."Tuan putri, kita sudah dikejar!" kata Arya."Dikejar?" tanya Putri Lembayung tidak percaya."Benar! Ayo kita segera berjalan lebih cepat," ajak Arya.Mendengar itu, Putri Lembayung tidak mau memperlambat langkahnya lagi.Keduanya terus berjalan, dan itu membuat jarak semakin dekat."Itu mereka!"Anak buah kelompok pisau terbang sudah melihat keduanya.Arya kaget, begitu juga dengan Putri Lembayung."Ayo cepat!"Arya menarik tangan Putri Lembayung dengan segera, dan memaksa gadis
Putri Lembayung senja berlari memasuki kota Sedayu, kota yang merupakan perbatasan kerajaan Lingga dengan kerajaan Teruma."Aku mohon, berikan aku pertolongan!" kata Putri Lembayung pada seorang lelaki berpakaian hitam.Lelaki berpakaian hitam itu terbelalak melihat wajah cantik Putri Lembayung, dan tidak menyangka jika akan ada bidadari yang meminta bantuan padanya."Ada anak, nona? Apa yang dapat aku bantu?" tanya lelaki tua itu."Ada orang-orang yang ingin menangkap ku!" kata putri lembayung."Kau disini saja! Aku akan jamin keselamatan mu!" kata lelaki tua itu."Benarkah itu?" tanya Putri Lembayung Senja."Sudah pasti!" kata lelaki tua itu.Putri Lembayung menoleh ke luar.Tukkkkkk!!Dengan gerakan yang sangat cepat, lelaki tua itu menotok leher Putri Lembayung."Bawa dia, sembunyikan sampai kita aman untuk keluar," kata lelaki itu."Baik ketua, kami mengerti!"Dua orang yang memiliki pakaian yang sama dengan lelaki tua itu, membawa Putri Lembayung ke bawah kedai yang dimasuki ole
"Kau sudah bangun anak muda?" tanya Nyai Sirih pada Arya saat anak muda itu berdiri dari tempat tidurnya."Begitulah nyai! Terima kasih sudah membantuku!" kata Arya."Seharusnya kau istirahat saja anak muda, tidak ada gunanya kau mengejar kawanmu itu," kata Nyai Sirih."Tidak Nyai, aku harus mencari dia," kata Arya."Pikirkan hidupmu anak muda, Ki Pratap itu salah satu pendekar dari negeri Teruma, pendekar yang tak terlalu kuat di negeri itu, tapi sangat kuat di negeri kita ini," kata Nyai Sirih."Apa maksudnya, Nyai?" tanya Arya."Di negeri ini, untuk mencapai pendekar dewa, sesuatu hal yang sulit, dan itu akan sangat istimewa, bahkan sangat membanggakan. Tapi di negeri Teruma itu hal yang biasa saja," kata Nyai Sirih "Bagaimana mungkin?" tanya Arya."Itulah salah satu perbedaan negeri kita dengan negeri mereka," kata Nyai Sirih."Aku harus ke negeri itu, jika mungkin aku akan mengetahui apa yang membuat mereka begitu mudah mencapai pendekar dewa," kata Arya.Hahahaha!"Itu hanya al
Berhari-hari Arya terus ikuti perjalanan kelompok yang membawa putri lembayung, sudah tiga kota yang Arya lewati. Arya memang sangat menjaga jarak dengan kelompok itu, sehingga keberadaannya Arya tidak terendus kelompok itu.Di depan sana, jauh dari keberadaan Arya, sudah menunggu ibukota kerajaan Teruma, kota Sambas.Dari sekian banyaknya kelompok di negeri Teruma, Kelompok Menara Hitam merupakan salah atau kelompok yang tidaklah besar, meskipun sudah memiliki anggota di negeri Lingga tapi itu karena kelompok itu tidak mampu berkuasa di negeri Teruma.Bahkan keberadaan kelompok menara hitam sangatlah tidak dipandang oleh kelompok besar di negeri Teruma, itu karena kelompok itu hanya memiliki satu pendekar dewa, yaitu Ki Pratap sendiri.Ki Pratap memasuki sebuah rumah yang cukup besar, dan itulah markas mereka."Dimana gadis itu?" tanya Ki Pratap pada Waluyo, orang yang membawa Putri Lembayung ke kota Sambas."Dia ada di kamarnya, ketua!" "Bagus, aku akan berikan dia pada ketua besa
Dua hari Arya mengawasi pergerakan kelompok menara hitam, dan dua hari juga Arya mengalirkan energi petir ke tubuh kenanga.Saat Arya berhasil membuka semua sumbatan di tubuh kenanga, mata gadis itu terbuka. Dan pandangan yang pertama dia lihat adalah wajah tampan Arya."Putriku!"Nyai Lara, ibu dari kenanga langsung memeluk putri semata wayangnya itu."Ibu!" kata kenanga."Ada apa dengan, Kenanga?" tanya gadis itu yang tidak tahu ada apa dengan dirinya."Tidak ada apa-apa, kau baik-baik saja putriku!" kata Nyai Lara.Juragan Boiman juga sampai jatuhkan airmata karena begitu terharu dengan siuman-nya putrinya itu."Akhirnya kau kembali juga putriku!' kata Juragan Boiman."Sebaiknya biarkan dia istirahat dulu tuan juragan, berikan apa yang aku katakan itu," kata Arya pada Juragan itu."Baik .. baik, tabib muda!" kata Juragan Boiman.Arya dan juragan Boiman keluar dari kamar kenanga, dan duduk di ruangan tengah, ruangan yang begitu mewah dan penuh dengan perabotan mahal."Kau sungguh me
Dalam waktu beberapa tarikan napas saja, Arya sudah dikurung anak buah Ki Pratap."Siapa kau anak muda?" tanya Waluyo penasaran dengan keberanian Arya yang menyusup ke markas mereka."Itu tidak penting! Yang penting adalah, kembalikan gadis yang sudah kalian culik dikota Sedayu!" kata Arya."Hahahaha! Lancang! Bunuh dia!' kata Waluyo pada anak buahnya.Belasan orang menyerang Arya, tapi Arya sudah siap menunggu serangan mereka. Belasan orang itu menerjang dengan kekuatan yang mereka miliki.Plakkkkkk!!Arya mencoba menahan salah satu serangan yang datang padanya, tapi dia cukup kaget karena anak buah kelompok itu memiliki kekuatan yang tidak rendah."Pantas saja pendekar di negeri ini dikatakan sangat kuat, ternyata anak buah saja sudah mencapai tingkat setinggi ini," gumam Arya.Haaaaaaaaaaa!!Arya berteriak keras.Jledaaarrrrrrr!!Arya terpaksa mengeluarkan tubuh petir, dan hanya itu yang dapat Arya lakukan untuk melawan musuhnya kali ini.Arya angkat tangan ke udara, dan pedang ura
Arya juga tidak ingin diketahui oleh prajurit kadipaten, sehingga Arya segera membawa Adipati Sudira kedalam kamarnya."Aku tidak ingin melukai mu, Adipati! Tapi aku hanya ingin memberikanmu peringatan!" kata Arya.Adipati Sudira tidak menjawab, baginya pemuda itu sungguh berani melakukan itu padanya."Besok, saat kompetisi dimulai lagi, kau sebaiknya hati-hati!" kata Arya."Hati-hati? Apa maksudnya?""Akan ada serangan! Dan kau harus hati-hati juga pada orang yang selama ini kau percayai!" ucap Arya."Ki Suro? Jangan memfitnah dia, dia adalah orang yang paling aku percayai di kadipaten ini!" kata Adipati Sudira tidak suka perkataan Arya."Terserah padamu, aku hanya memperingatkan dirimu saja, Adipati!" kata Arya.Adipati Sudira diam, dia masih tidak yakin jika Ki Suro akan berkhianat pada dirinya."Itu tidak mungkin!" kata Adipati Sudira tetap tidak percaya pada ucapan Arya."Terserah padamu, tapi sebaiknya jika memang kau tidak yakin, maka jaga putrimu!" kata Arya.Huppppp!!Setelah
Rajino yang seperti di perkirakan akan masuk ke babak selanjutnya. Tidak hanya Rajino tapi Damar, Panji serta rasta yang memang di unggulkan melaju ke babak berikutnya.Dari mereka semua memang ketiga perguruan yang ada di kota Tangkuban yang diunggulkan akan masuk dan salah satu dari mereka yang akan terpilih jadi panglima kadipaten Tangkuban itu.Hahahahah!Aku menang dengan mudah!"Seorang lelaki yang memakai topeng berdiri angkuh di atas pentas, kemampuan yang dimiliki lelaki itu cukup tinggi, bahkan bisa dikatakan jauh di atas lawan yang sudah melaju ke babak berikutnya.Sentot, itulah lelaki itu. Tidak ada yang tahu asal usul lelaki itu, tapi wajah Ki suro sumbringah saat melihat Sentot melaju ke babak yang selanjutnya.Satu persatu peserta terus melaju hingga saat sore datang, tidak ada lagi yang memasuki arena."Apakah masih ada yang ingin mencoba keberuntungan?" teriak Ki suro.Tidak ada jawaban, sampai matahari hampir terbenam."Baiklah! Jika tidak ada lagi maka akan aku tut
Panggung pertarungan yang seharusnya hanya panggung untuk tiga perguruan yang ada di kota Tangkuban, sepertinya akan jadi panggung untuk pendekar yang datang dari berbagai daerah.Dan hari ini adalah hari dimana kompetisi akan dimulai. Ki suro sebagai juru bicara dari Adipati Sudira sudah berdiri di atas pentas di tengah halaman rumah Adipati."Kompetisi kali ini adalah kompetisi yang bebas, asalkan dia dari golongan putih, dan masih di bawah usia empat puluh tahun maka akan diberikan kesempatan untuk menaiki pentas ini!" kata Ki suro.Semua orang mendengar perkataan Ki suro tanpa ada yang menyela perkataan dari kepercayaan Adipati itu."Aturan untuk menuju babak selanjutnya adalah, Jika seseorang sudah mengalahkan dua lawan secara berturut-turut maka dia akan melaju ke babak berikutnya, tapi jika hanya satu kali menang dan dia gagal menang pada pertarungan berikutnya, maka dia akan dianggap gagal!" kata Ki suro menjelaskan peraturan dari kompetisi itu.Ki suro terpaksa ambil langkah
"Kak Damar, aku sudah mengetahui tingkat kemampuan dari pemuda yang bernama rasta itu!" "Setinggi apa?" "Dia baru sampai pada pendekar langit saja, dan mungkin tingkat akhir." Hahahaha! "Itu mudah aku kalahkan!" jawab Damar. "Bagaimana dengan dua orang lainnya?" tanya Damar. "Keduanya masih bawah kemampuan orang yang berbakat di kota ini," "Bagus, artinya kesempatan untuk kuasai kota ini terbuka dengan lebar!" kata lelaki yang bernama Damar. "Benar kak Damar! Sangat besar kesempatan kakak jadi panglima di kota ini!" "Bagus, informasi ini akan sangat berguna nantinya, karena hanya sedikit yang akan mendaftar jadi Panglima kota ini!" kata Damar. "Benar kak Damar!" "Saatnya kita menuju kejayaan!" kata Damar. *** Seorang lelaki dengan wajah yang begitu halus berjalan di sekitar kota Tangkuban, dari Pakaian yang dia pakai, dia merupakan murid dari perguruan angin daun, perguruan ketiga di kota Tangkuban. Dia adalah Panji, pemuda yang juga akan ikut dalam kompe
Arya yang penasaran dengan identitas orang yang bicara disebelah kamarnya keluar, dan mencari siapa orang yang menyewa kamar itu, tapi Arya tidak menemukan jawaban apapun. Saat Arya akan memasuki kembali kamarnya, ia melihat dua orang yang sedang menunjuk kudanya, kuda gondola."Apa yang mereka inginkan dari kuda gondola?" gumam Arya.Arya keluar, dan dia mendengarkan pembicaraan dari orang itu secara tidak sengaja."Aku pemilik kuda itu!' ucap Arya.Dua orang yang tak lain adalah ketua Sembada dan murid kesayangannya, Rasta. Keduanya ingin jadikan kuda Arya sebagai kuda yang jadi tunggangan Rasta di kompetisi pemilihan panglima kadipaten Tangkuban.Rasta dan ketua Sembada menoleh ke arah Arya, sementara Arya menundukkan kepala tanda hormat pada ketua Sembada. Ketua besar dari perguruan mata dewa."Benarkah kau pemilik kuda itu, anak muda?" tanya ketua Sembada."Iya kek! Aku memang pemilik kuda itu!" jawab Arya."Apakah ada yang salah dengan kuda itu, kek?' tanya Arya lagi.Ketua sem
"Ada apa ayah? kenapa ayah begitu murung?"Adipati Sudira. Penguasa kota Tangkuban menoleh ke arah suara itu."Kinar! Kenapa kau belum tidur putriku?" tanya Adipati itu."Kinar tidak bisa tidur ayah, Kinar sangat gelisah malam ini!" jawab gadis itu.Adipati Sudira hanya diam, sejak istrinya meninggal dunia, hanya dialah keluarga satu-satunya dari putrinya itu.Jika bukan karena Kinar, mungkin Adipati itu sudah mencari istri yang baru, tapi Adipati Sudira lebih memilih membesarkan putrinya itu.Keadaan kota yang semakin hari semakin menegangkan membuat penjagaan di rumah Adipati itu semakin diperketat, tidak hanya itu, kamar Kinar juga semkain banyak penjagaan, dan itu membuat gadis itu merasa tidak nyaman.Sebelum kematian panglima, Kinar sangatlah merasakan kebebasan, meskipun masih di jaga tapi Kinar memiliki banyak waktu untuk berada di luar rumah, tapi sejak kematian panglima kadipaten, kehidupan Kinar berubah, dia lebih banyak berada di dalam rumahnya."Ayah tahu jika kau inginka
Jledaaarrr!!Ledakan keras terjadi di tubuh ular jelmaan nyai Rundu, dan itu membuat tubuh ular itu hancur berkeping-keping, pecahan dari daging ular itu menyebar di seluruh halaman rumah Adipati Sendah.Sementara tubuh Arya juga terlempar, itu karena ledakan yang terjadi di dalam tubuh ular itu, tidak mungkin lagi Arya hindari. Dan mau tidak mau, Arya harus merasakan ledakan dari energinya sendiri.Huakkkkk!"Sialan aku terluka karena seranga ku, sendiri!" kata Arya, yang meringankan darah dari mulutnya.Arya memang mengalami luka, tapi sedikit pun anak muda itu tidak merisaukan akan lukanya itu.Itu karena Arya sudah memiliki kitab seribu satu pengobatan dan racun. Dan Arya yakin akan mampu obati luka dalamnya itu.Setelah itu Arya kembali pada mode normal, dan sudah kembalikan tubuhnya menjadi tubuh biasa.Wajah Adipati Sendah pucat, dia kini sadar jika dia sudah salah melawan memilih lawan, yaitu melawan Arya. Dia mundur dan takut melihat Arya."Tidak ada gunanya kau menjauh Adipa
"Apa-apaan!'Adipati Sendah yang sedang menangisi putranya keluar dengan rasa amarah yang tidak tertahan.Tapi belum sempat dia keluar, pintunya sudah hancur, dan panglima kebanggaannya, panglima Deria sudah ada di depan pintu dengan kondisi yang mengenaskan.Mata Adipati Sendah melotot, dia tidak menyangka jika panglima yang selama ini selalu menjaga dirinya, kini dalam kondisi yang tidak berdaya."Siapa sesungguhnya anak muda ini!" ucap Adipati Sendah."Nyai Rundu! tugasmu sekarang sudah didepan mata, ambil kepala anak muda itu untukku!" kata Adipati Sendah memberikan perintah pada orang yang dibawa oleh panglima Deria."Dengan senang hati, tuan Adipati!" kata nyai Rundu dan merasa jika tugasnya tidaklah berat.Nyai Rundu berjalan ke arah Arya, dan berdiri hanya dua tombak di hadapan anak muda itu."Bagaimana jika kita lakukan dengan cepat?" kata nyai Rundu."Dengan cepat? Bagaimana maksudnya?" tanya Arya."Iya! Berikan kepalamu, maka tugasku akan selesai!" kata nyai Rundu."Begitu
Setelah tamparan di wajah Gurning, Arya menambah lagi pukulan demi pukulan ke tubuh Gurning, dan itu membuat tubuh putra Adipati itu tidak berdaya."Bagaimana rasanya?" tanya Arya.Plakkkkkk!!Belum puas, Arya menambah tamparan ke wajah anak muda itu, dan satu demi satu giginya tanggal dari tempatnya.Tubuh Gurning bergetar karena menahan rasa sakit di tubuhnya, sementara pengawal dan prajurit kadipaten tidak berani berbuat apa-apa."Bawa Kembali tuan muda kalian, aku tidak ingin melihat dia disini, atau dia akan mati!" kata Arya.Dengan tubuh gemetaran, pengawal dan prajurit kadipaten membawa tubuh Gurning kembali ke rumah Adipati Sendah. Mereka tidak berani melawan Arya karena Arya terlalu kuat bagi mereka."Kau akan merasakan akibat dari kebodohanmu ini!" kata prajurit kadipaten sebelum membawa tubuh Gurning."Kalian yang akan menangis!" kata Arya.Arya membantu gadis itu, dan membawa kembali pada kedua orang tuanya."Kau tidak apa-apa?" tanya Arya."Tidak, terimakasih!" jawab gadi