Sekarang ini Boss tampak berusaha keras menjaga keseimbangan tubuhnya yang melayang di udara. Ia harus tetap stabil dan tidak boleh terjatuh.Sekarang ia menatap Max dengan ketakutan terpancar di wajah sekaligus kaget dengan apa yang terjadi padanya.Dia tidak pernah mengira kalau Max memiliki kekuatan yang luar biasa. Bahkan keahlian yang selalu menjadi jurus andalannya ini sama sekali tidak mampu membuat Max terluka.“Cara terbangmu sungguh aneh dan kaku,” ejek Max sambil menjentikkan jarinya. Kemudian ia menggunakan tenaga dalam dan bergerak cepat untuk mengejar Boss. Saat itulah Boss langsung terluka di bagian perut bahkan membuatnya muntah darah.Boss sudah tidak bisa bertahan lagi dalam kondisi seperti ini, hingga ia pun akhirnya terjatuh dan bugh! Tubuh Boss tiba-tiba terjatuh tepat di hadapan Max.“Ternyata hanya seperti itu kemamuanmu,” cibir Max. Kemudian ia pun kembali menghajar Boss dan membuatnya tak berdaya.Kekuatan Max berada di atas rata-rata hingga ia bisa dengan mud
Di mata Anne,Max adalah orang yang luar biasa, bahkan tak satu pun dari pengawal klan Shuterland memiliki kemampuan dan keberanian sepertinya. Dia sangat yakin kalau Max layak mendapatkan gelar seorang pahlawan.“Katakan segalanya padaku!” desak Max sambil mendekat ke arah Boss. Saat ini Max menunjukkan wajah yang garang ke arah Boss yang sekarang terkapar lemah.Max sangat yakin kalau Boss tahu tentang sesuatu mengenai apa yang ada di dalam klinik milik Tuan Law. Ia sendiri sudah mendengar dari Zack kalau ada anak-anak yang disekap di sana.“Anak-anak itu memiliki jiwa yang murni, dan aku meminta Law untuk mengumpulkan mereka dan membawa jiwanya. Mereka seperti sumber protein untukku. Dengan menggunakan jiwa mereka, maka aku bisa terus hidup dan Tuan Law mendedikasikan kemampuan medisnya sebagai bentuk tanggung jawab terhadapku.”Saat mengatakan hal ini Boss terlihat begitu gemetar. Ia sangat ketakutan dengan Max. Belum pernah ia menemui seorang yang memiliki kekuatan dan keberanian
Wajah Max terlihat gusar setelah mendengarkan penjelasan dari Boss. Saat itu ia mencoba untuk menyusun strategi apa yang akan ia gunakan untuk melawan mereka.Di saat Max berpikir, tiba-tiba Boss pun mengejutkannya. “Tuan aku sudah memberitahumu, kumohon lepaskan aku. Ijinkan aku untuk pergi.”Boss menangkupkan kedua tangannya di depan dada mengharapkan Max datang melepaskannya. Namun Max justru menoleh sinis ke arahnya.“Melepaskanmu dan membiarkanmu pergi? Huh jangan berharap. Aku sudah memberimu kesempatan untuk mati tanpa ada siksaan tapi kau justru melewatkan hal itu.”Di saat mendengar pernyataan Max, Boss pun tercengang, tapi ia melotot dan berkata dengan nada tinggi dan setengah mengancam. “Kau yakin dengan keputsanmu? Apa kau tidak tahu siapa aku? Aku adalah Boss orang nomor dua di kelompok pemuja iblis. Selama ini iblis selalu berada di sampingku memberi dukungan. Kauy tidak akan bisa membunuhku! Bahkan saat kau mencoba untuk membunuhku maka kau yang akan mati. Siapapun yang
Kini Max dan Zack sudah kembali ke depan pondokan milik Tuan Law. Mereka berdua pun mengangguk dan mulai membuka pintu pondokan.Saat pintu terbuka seorang anak kecil mungkin seusia Olive pun memalingkan wajahnya kemudian berlari menuju ruangan yang lain. Max yang melihat hal itu pun langsung berusaha mendekati anak itu.Di ruangan yang lain tampak tiga orang anak laki-laki sedang berkumpul, termasuk yang tadi ia temui. Mereka bertiga tampak berpelukan dengan erat. Seorang anak yang lebih besar berada di tengah seperti mencoba untuk melindungi kedua anak laki-laki di sebelahnya.“Jangan Tuan … jangan. Jangan pukul kami! Jangan serahkan kami pada monster itu. Kami akan melakukan apapun yang anda minta, asal jangan serahkan kami pada monster itu. Kami tidak akan kabur Tuan.”Max mengerutkan alis kemudian menghembuskan napas panjang. Perlahan ia pun melangkah mendekati ketiga anak itu. Max berjongkok dan mencoba untuk merangkul mereka.Max mulai mengeluarkan beberapa batang coklat yang i
PAgi hari Max pun memutuskan untuk pergi meninggalkan semua kenangan buruk di hutan ini. Ia pun mulai mendaki bersam Zack dan ketiga anak yang mereka temukan.Saat mereka berada di atas danau, mereka mendapati sosok wanita tengah berdiri sambil menenteng tas ransel. Dia adalah Anne yang kemarin diantar Max menuju penginapan.“Anne, apa yang kau lakukan di sini?” tergur Zack tiba-tiba sambil tersneyum.Namun saat ditegur, Anne sama sekali tidak bereaksi. Ia merasa kalau tidak kenal dengan laki-laki di hadapannya.“Anne, ini aku Zack, apa kau lupa padaku?” tanya Zack yang terlihat tidak senang dengan reaksi Anne.Saat itulah Max mengangguk dan tersenyum, tandanya upaya untuk merubah penampilan Zack sudah berhasil.Melihat kedua anak muda ini, akhirnya Max pun berusaha untuk melerai. “Ah Anne ini adalah Zack, cuaca di gunung dan terbakar matahari membuat kulitnya memerah, ditambah lagi dia baru saja mencukur kumis dan jambangnya agar terlihat lebih rapi. Maka dari itu ada sesuatu yang be
Max langsung berlari menuju koridor rumah sakit begitu ia tiba. Batinnya semakin perih saat mengetahui tagihan rumah sakit anaknya, dan itu pun di kelas tiga.Ia menepuk keningnya sendiri dan mengumpat lirih. "Dasar Bodoh! Kenapa aku tidak mengetahui hal ini."Selama ini gajinya sebagai pengawal Tuan Ramford dikirim ke rekening Jade, dan istrinyalah yang selalu mengatur keuangannya. Hanya untuk uang saku, sisa aset Ernest yang diselamatkan olehnya disimpan sendiri.Max tak pernah berpikir kalau kedua anaknya akan ditelantarkan sedemikian parah. Selama ini ia sudah mengurus asuransi untuk kedua anaknya, tapi ternyata semua itu tidak dibayarkan oleh Vanessa. Perasaannya semakin hancur dan ia benar-benar membenci Vanessa. Ini sama saja dengan membunuh kedua anaknya secara perlahan.Max pun segera menyelesaikan administrasi dan meminta informasi dimana Daniel dirawat kali ini. Bagaimanapun juga dia yang harus ada di saat anak-anak itu membutuhkan.Max tak dapat menyembunyikan keterkejuta
Olive cuma diam dan mendengarkan pembicaraan Max dengan Jade. Sesekali pria itu memperhatikan bagaimana kondisi putra bungsunya yang sekarang sedang terbaring lemah."Apa yang tejadi dengan Daniel, kenapa ia sampai harus dirawat di sini?" tanya Max pada Jade.Jade menghembuskan napas panjang. "Hmm entahlah, beberapa hari yang lalu ia mengeluh perutnya sakit, dan puncaknya saat ia kesulitan untuk bangun dari tidur dan berjalan. Saat itu keringat dingin mengucur di dahinya. Aku benar-benar panik saat itu dan berpikir kalau ada sesuatu yang tidak beres dengannya. Aku langsung memanggil dokter pribadinya, tapi susah sekali, tak ingin masalah semakin menjadi, aku pun membawanya ke rumah sakit.""Kau sudah melakukan tindakan yang benar, Jade."Namun saat melihat Daniel memegangi perutnya, Max justru memikirkan hal yang lain. Ia seperti curiga akan sesuatu yang terjadi pada anak itu.Max berkata dalam hatikalau sebenarnya Daniel memang menyembunyikan sesuatu. Raut wajahnya menunjukkan sebuah
"Aku tidak tahu secara pasti, karena kelasku dan Daniel cukup jauh," jawab Oliv sambil memperjelas.Saat itu Max memegangi kepalanya yang tidak pusing. Menurut penuturan Zack ada tanda kekerasan yang sebelumnya dialami oleh Daniel. Tubuh Daniel seperti menerima serangan yang berulang-ulang terjadi dalam jangka waktu tertentu.Max berpikir, jika memang tidak pernah terjadi perundungan di sekolah, apakah mungkin perundungan terjadi saat berada di rumah. Namun siapa yang melakukan hal ini.Olive, dia tidak mungkin melakuan hal ini. Meskipun terkadang ada perselisihan diantara mereka berdua, tapi Olive sangat menyayangi adiknya, begitu juga sebaliknya. Bahkan Max sempat melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau Olive besedia menerima tamparn dari mantan istrinya, Vanessa untuk menggantikan Daniel. Terlebih lagi tenaga Olive tidak akan mungkin sekuat itu untuk melukai Daniel. Selama ini ia tidak pernah mendidik kedua anaknya dengan kekerasan. Max melrik Jade sebentar kemudian menepuk d