"Atooo!"
Tok tok tok tok!
"Atooo! ya elah, gimana sih, masa bujang ngeblek banget tidurnya!"
Jam dinding saat ini menunjukan pukul 9 pagi. Ato yang masih tertidur tiba-tiba di kejutkan dengan satu teriakan wanita dari luar kamar Kontrakannya.
Setelah Ato mencoba menghampiri pintu untuk mencari tahu apa yang tengah terjadi, ternyata Mbak Ijah sudah berdiri di depan pintunya.
Mbak Ijah adalah penjual jamu yang hidup ngontrak di salah satu daerah padat penduduk itu, ia memang terkenal dengan nada suaranya yang sangat tinggi.
Bukan hanya suara saja yang menjadikan dirinya sangat masyhur, bentuk mata bulat yang hampir mirip dengan buah jengkol, seakan menambah karismatik dan tingkat keganasannya.
Walaupun, Mbak Ijah merupakan pendatang dari salah satu daerah di Jawa Timur, tapi ia telah memiliki jam terbang yang sangat padat di daerah rantauannya dalam bidang penjualan jamu keliling.
"Apa sih Mbak? peke teriak-teriak segala. Slow dikit bisa gak sih!" protes Ato dengan rambut yang masih kusut karena tidurnya yang terlalu nyenyak.
"Nih ada titipan!" Mbak Ijah langsung menyodorkan kertas amplop berwarna coklat yang saat ini sedang di pegangnya.
"Apaan tuh?" tanya Ato, sambil membersihkan belek yang masih menghiasi matanya.
"Buka aja sendiri! dah ah, mau jualan dulu!" ucap Mbak Ijah kemudian ia berpaling dari tempatnya berdiri.
"Oke, makasih yah Mbak!" Ato melebarkan bibirnya seperti Siamang di kebun binatang.
"Nyengir aja ... mikir! sampai sekarang masih saja ngontrak, gak pengen apa pulang ke kampungnya!" gerutu Mbak Ijah sambil berjalan meninggalkan Ato.
"Hehe, galak amat sih Mbak! masih proses Mbak ... proses!" seloroh Ato sambil membuka amplop coklat pemberian Mbak Ijah
"Tau ah, makan tuh proses!" pungkas Mbak Ijah dengan sedikit tekanan pada nada suaranya, kemudian ia menghilang tanpa jejak dari pandangan Ato.
Setelah Ato membuka dua lembar kertas yang berada di dalam amplop, wajahnya menjadi berseri dan tertawa kegirangan. Layaknya seorang juara yang telah menjadi pemenang ajang mencari bakat. Ato langsung bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Pada surat yang telah di terimanya, tertulis kalimat bahwa lamaran kerja miliknya, sudah di terima oleh sebuah Perusahaan. Meskipun jabatan yang di dapatkannya hanyalah sebatas penjaga keamanan, tapi Ato terlihat bahagia dan sangat menerima tawaran kerjanya itu.
Selain itu, di dalam kertas surat yang di dapatinya. Ato telah menerima jadwal panggilan untuk di wawancara, yang akan di laksanakan pada sore hari ini.
Sebelum Ato, di sibukan dengan aktivitas barunya. Lelaki itu berniat untuk datang ke Kampusnya. Meskipun sebenarnya ia sudah tidak memiliki urusan dengan Dunia perkuliahannya.
Sesampainya di kampus, Ato menemui Rena, yang menjadi vokal utama para wanita pemuja dirinya.
"Hei Ren!"
"Atoooo! tumben kamu nyamperin aku ... ada apa nih?" sahut Rena yang sedang menyendiri di Taman Kampus.
"Emh, gini Ren. Aku mau minta maaf yah!"
"Minta maaf soal apa To?"
"Yaaa, kamu tahu sendirilah. Gimana sikap dinginku pada kalian!"
"Ops! kok kamu tiba-tiba ngomong gitu ... kesurupan setan apa sih? lagian udah biasanyakan kamu bersikap cuek!"
Rena melihat sikap Ato yang berubah 360 derajat dari biasanya. Jika sebelumnya para wanita kampus di buat tak berdaya dengan ketampanan dan sikap acuh Ato, kali ini lelaki itu bagaikan se ekor buaya yang tiba-tiba di kutuk jadi cik-cak.
Mungkin hati Ato yang keras bagaikan batu itu, telah di pudarkan oleh sesuatu yang menghantamnya.
Ternyata yang membuat perasaan Ato melembut itu tak lain adalah bayang-bayang wajah Rani, yang sampai saat ini hidup dalam imajinasi liarnya. Kemudian beberapa kata mutiara Rani yang sering dikirim melalui pesan singkatnya telah membuat Ato hidup menjadi seorang yang agak bijaksana.
Walaupun pertemuan dengan Rani hanyalah sebatas kebetulan, tapi entah mengapa wanita itu seperti menghantui ingatan Ato. Bahkan bertemu dengan wanita yang bernama Rani itu, tidak bisa dipastikan dapat terulang kembali, jika bukan takdir yang menyatukan mereka.
Setelah meminta maaf pada Rena, Ato memutuskan untuk menghadap pada seorang Dosen yang pernah dibuatnya malu. Dosen itu bernama Pak Nurdin.
Di saat Pak Nurdin mengajar di depan kelas, Ato selalu memperoloknya. Hal itu di karenakan penampilan Pak Nurdin yang sering mengenakan celana cingkrang, dan gaya bicara yang kurang jelas.
Di kala Pak Nurdin habis kesabarannya, keadaan kelas yang ribut menjadi hening seketika, ia menggebrak meja dan telah mengejutkan semua mahasiswa. Saat itulah Ato tiba-tiba maju ke dapan kelas dan berdiri di hadapan Pak Nurdin.
Suasana menjadi tegang seketika, lalu semua mata tertuju pada Ato, dan menantikan apa yang akan dilakukannya pada Pak Nurdin.
Perlahan Ato mendekatkan mukanya pada Pak Nurdin, dengan tatapan yang memaku pada kedua mata Pak Nurdin.
Setelah muka Ato pada muka Pak Nurdin berjarak sekitar 10cm, Ato terlihat menarik nafasnya dalam-dalam.
Duuuuuut!
Suara gas beracun yang di timbulkan Ato, tiba-tiba memecah kesunyian kelas.
"Hahaha!" terdengar suara tawa memecah semua penjuru kelas.
Sontak saja hal itu membuat Pak Nurdin merasa di hina oleh mahasiswanya sendiri.
Tanpa berkata apapun, Pak Nurdin langsung meninggalkan kelas, dan pergi entah kemana.
Kenakalan Ato ternyata tak sampai di situ, sepeda motor milik Pak Nurdin sering di jahilinya. Ato sering kali membuat ban motor Pak Nurdin menjadi kempes, lalu Ato juga kerap kali suka menggembok rantai motor milik Pak Nurdin.
Kenakalan Ato yang sudah di luar batas itu, sering kali membuat para Dosennya naik pitam.
Namun bukanlah Ato namanya, jika ia jera hanya dengan peringatan dari para pemangku kebijakan di Kampusnya.
***
"Mau apa kamu kesini?" tanya Pak Nurdin yang melihat Ato seperti musuh abadinya."Be-begini Pak! kedatangan saya kesini, ma-mau minta maaf sama Bapak!" ucap Ato yang sedikit terbata.
"Hmp! maaf? baru kali ini kamu meminta maaf! kemana saja kemarin?" tegur Pak Nurdin yang merasa berat untuk membuka pintu hatinya.
Ato hanya menunduk dan tak membalas perkataan Pak Nurdin.
Melihat sikap Ato yang hanya mematung, Pak Nurdin langsung mendekatinya.
"Empat tahun saya di injak oleh mahasiswa seperti kamu, apakah cukup dengan waktu sehari kamu hapus semua dosamu itu?"
Sosok Pak Nurdin terlihat lebih tegas dari biasanya.
Ato yang bertubuh lebih tinggi dan besar, nampak seperti tikus yang pasrah di terkam kucing pemangsa.
"Jika aku mau membalas semua tingkahmu itu, maka dengan mudah akan ku patahkan lengan dan kakimu itu, supaya berhenti berbuat jahil pada orang lain, tapi ... ," Pak Nurdin kemudian duduk di kursi yang ada di ruangan pribadi miliknya.
"Tugas utamaku adalah, melihat bagaimana sikap sosial kalian, selama masa perkuliahan!" lanjut Pak Nurdin.
Diam-diam ternyata Pak Nurdin adalah guru besar sebuah perkumpulan seni bela diri di kampungnya. Tapi ia memilih untuk bergaya culun dan berpura-pura sebagai orang lemah.
Hal tersebut di lakukan Pak Nurdin setelah ia mendapatkan kabar. Bahwa banyak lulusan Mahasiswa yang mempunyai perilaku preman, bahkan setelah lulus para mahasiswa itu hanya menjadi bagian dari sampah masyarakat.
Setelah Pak Nurdin mengadakan suatu penelitian pribadi, ternyata ia menemukan penyebab dari kegagalan para mahasiswa untuk menjadi seorang figur di masyarakat. Salah satu penyebabnya itu adalah, para Mahasiswa yang tidak bisa menjaga sikap dan perilaku mereka seakan tak sesuai dengan pengetahuannya. Baik di kata Pengetahuan setinggi langit namun prilaku serendah kerak bumi.
"Baiklah kalau memang kamu berniat ingin berubah, silahkan saja ... tapi, ada hal yang perlu kamu ingat dengan baik. Beberapa kesalahan di masa lalu, tak akan bisa di perbaiki hanya dengan ucapan, melainkan harus di imbangi dengan perbuatan!" tutur Pak Nurdin, sembari membereskan beberapa alat tulisnya di atas meja."Ja-jadi apa, menurut Bapak. Apa yang harus saya lakukan sekarang?" sahut Ato, dengan terbata saat menanggapi semua siraman rohani dari Pak. Nurdin"Tunjukanlah pada Dunia, bahwa dirimu bisa menjadi seorang yang berguna, tapi jangan kau tunjukan pada orang lain bahwa dirimu sudah menjadi orang yang sempurna. Sebab semua yang membencimu tidak pernah ingin mengetahui kelebihanmu, begitupun dengan orang yang mencintaimu, mereka tidak akan pernah memperhitungkan segala kekuranganmu!"Setelah Ato, mendapatkan wejangan yang membuatnya berkaca pada diri sendiri, lelaki itu memutuskan untuk turut dan manut pada semua perkataan Pak Nurdin.Kemudi
Lembaran baru dalam kehidupan Ato seperti baru dimulai. Saat ini, lelaki berparas tampan itu memiliki rutinitas sebagai seorang penjaga keamanan. Sudah tiga hari Ato menggeluti bidang keamanan yang saat ini menjadi profesinya. Seiring waktu berlalu, kini Ato mulai bisa berbaur dengan lingkungan barunya itu. ***Disaat bulan menampakan diri dan kemilau cahayanya menghiasi langit malam, suara kegaduhan tiba-tiba terdengar oleh Ato yang sedang menikmati secangkir kopi hangatnya. "Sialan, suara apaan tuh, duh ... sendirian lagi!" gerutu Ato di Pos tempatnya berjaga. Waktu dijam dinding sudah menunjukan pukul 01.00 dini hari. "Si Beno malah alesan cuti lagi! Beno, Benoooo. Alesan lho bisa aja, tega lho No, sampai ninggalin aku sendirian!" lanjut Ato, lelaki itu seakan protes pada keadaannya. Beno yang merupakan Satpam senior ditempat Ato bekerja, saat ini sedang pergi ke luar Kota. Dengan alasan yang bisa diterima oleh pi
Dua hari sebelum petaka datang, Ato si mahasiswa yang belum kunjung lulus, nampak seperti ingin sekali menemui Pak Nurdin. Tak tahu mengapa dirinya seperti terdorong keinginan yang kuat, hingga waktu istirahat Pak Nurdin diganggu olehnya. Mungkin tak akan jadi masalah jika Ato berkunjung di waktu bertamu normal, tapi kunjungan Ato kali ini bukanlah sesuatu yang lazim untuk dijadikan waktu bertamu. Sebab dirinya mendatangi kediaman Pak Nurdin saat pukul sepuluh malam. Namun, Pak Nurdin seakan menerima kunjungan muridnya itu dengan senang hati. Disela-sela pembicaraannya, Ato memberitahukan pada Pak Nurdin, bahwa ia sudah bekerja sebagai petugas keamanan di salah satu Perusahaan. Setelah berbicara panjang lebar, akhirnya Pak Nurdin mengetahui jika Ato memiliki profesi yang perlu melibatkan kesiapan fisik dan mental. Saat itu juga, Pak Nurdin mengajarkan beberapa tekhnik pernafasan dan ilmu pertahanan tubuh yang suatu saat bisa bergun
"Suara apa itu?" tanya Ato yang terkejut mendengar sebuah bunyi yang memecah kesunyian, nampaknya Ato belum bisa mengingat sepenuhnya kejadian sebelum ia mengalami ketidak sadaran. Keadaan di Gudang tempat Ato berada saat ini, hanya memiliki penerangan dari biasan cahaya lampu yang berasal dari luar bangunan, tapi sorotan cahaya itu bisa membantu Desi untuk melihat Ato dengan cukup jelas. Lain halnya dengan Ato, posisi Desi yang berada di pojok yang tak terjangkau cahaya membuat Ato kesulitan melihat wanita itu. Sebelum pergi meninggalkan Ato dan Desi. Jodi dan teman-temannya memindahkan mereka berdua pada tempat yang lebih sempit. Pemindahan itu dilakukan Jodi karena ia merasa tempat sebelumnya sangat terbuka. Hingga Jodi mengkhawatirkan akan ada orang lain yang mengetahui keberadaan Ato dan Desi. "Eeemmmmmmp! Emmmp!" terdengar beberapa kali Desi mengulang isyaratnya, hal itu semata ia lakukan agar Ato segera menolongnya, kemudian melepaskan jeratan
Setelah Ato mendengarkan beberapa penjelasan Desi, dirinya mulai bisa menyimpulkan. Siapa sebenarnya Jodi itu?Ternyata Jodi si lelaki berumur 46 tahun itu, merupakan orang yang masih terbilang baru di Perusahaan tempat Ato bekerja.3 tahun lalu, Jodi bergabung di Perusahaan tempat Ato bekerja. Saat Jodi dinyatakan sebagai tangan kanan perusahaan, ramailah orang-orang terus membicarakannya."Aneh! memangnya dia bisa apa? Kok tiba-tiba seakan berkuasa ditempat ini!""Orang itu sombong sekali, semenjak dia datang ke tempat ini. Belum ada yang berbicara dengannya, kecuali Pak Ruslan!""Orang genit! seenaknya saja colak colek pantat!"Bahkan, beberapa orang karyawan, nekad melakukan protes pada pihak perusahaan.Aksi protes itu, dilakukan mereka hanya untuk memberikan saran supaya pihak Perusahaan tidak menjadikan Jodi sebagai tangan kanan Perusahaan.Namun hasil kerjanya yang bisa dirasakan Perusahaan dalam waktu singk
"Sepertinya aku harus pergi sekarang!" Desi langsung berdiri dari tempatnya duduk. Tapi saat dirinya berjalan beberapa langkah, pandangan mata seakan disilaukan oleh cahaya.Badan yang tegakpun tiba-tiba oleng tak karuan. Sepertinya Desi mengidap penyakit anemia, atau wanita itu banyak kehilangan cairan tubuh. Setelah terus terjaga seharian penuh.Rasa takut yang terus menyelimutinya, menjadikan Desi tidak bisa meregangkan otot dan pikiran. Hingga akhirnya Desi harus membuka mata, tanpa tidur sekejap pun.Ato yang melihat Desi sempoyongan, langsung berdiri dan mendekapnya.Setelah Ato, memandang Desi. Nampaknya wanita itu berwajah pucat pasi. Dengan sigap Ato langsung memboyong Desi untuk dibaringkan pada tempat duduknya semula."Hei! apa kamu baik-baik saja?" tanya Ato sembari memukulkan telapak tangan pada pipi Desi dengan perlahan.Dalam situasi seperti itu, Ato langsung mengedarkan pandangannya. Mencari sesuatu untuk dijadikan bahan pert
Dengan susah payah Ato mencari tempat persembunyian, tapi ia tak kunjung mendapatkan tempat yang cukup nyaman. Pada akhirnya Ato memilih ruangan kecil yang menurutnya bisa dijadikan persembunyian sementara. Tak lama setelah Ato bersembunyi, datanglah puluhan orang yang hendak mencarinya. "Dimana mereka?" "Apa kamu yakin? wanita itu dalam keadaan terikat." "Mereka pasti masih disini!" "Jika mereka lolos?" "Aku akan tetap menghabisi mereka berdua, karena sudah mengetahui banyak hal!" Terdengar beberapa orang sedang membicarakan seseorang yang hendak dicarinya. Mereka itu tak lain adalah Jodi dan teman-temannya. Dengan membawa sesuatu memanjang yang ditutupi kain. Jodi hendak mengeluskan tangannya pada benda yang berada dibalik kain itu. Saat ini, Ato dan Desi sudah berada ditempat persembunyian yang terbilang sangat berbahaya. Karena tempat persembunyian itu merupakan ruang sempit, jika mereka berdua salah langkah atau mengenai k
Tak pernah disangka, jika Perusahaan milik Ruslan itu, menjadi tempat terakhir seorang wanita cantik bertubuh ramping bernama Ratna. Mungkin, siapapun yang melihat wanita itu ... akan segera tergoda dan ingin memilikinya! Enam tahun lalu! Anugrah yang dimiliki Ratna, seperti alis mata centik, bibir tipis merah merona dan selalu berpenampilan glowing. Menjadikan dirinya dikejar para lelaki. Begitupun dengan Jodi, dirinya terus berusaha untuk mendapatkan wanita itu. Hingga berbagai cara ia lakukan agar bisa menjadikan Ratna sebagai kekasihnya. Entah bisikan atau keinginan sendiri, Jodi langsung mendatangi seorang ahli perdukunan. Tujuan dari kedatangan Jodi tersebut, tak lain hanyalah meminta untuk diberikan ilmu kejayaan dan ilmu pemikat. Masing-masing dari ilmu itu akan digunakannya untuk beberapa maksud tertentu. Ilmu kejayaan, ia gunakan untuk memudahkannya meraih pangkat dalam setiap pekerjaan. Lalu ilmu pemikat, ia gunakan agar setiap oran