Share

Bab 226.

Author: BayS
last update Last Updated: 2025-04-06 01:52:38

'Hmm. Selama 7 jam mereka tak akan sadarkan diri. Situasi terkendali', bathin Sanada.

Sanada segera keluar dari hotel itu, untuk kembali menuju kediaman Hiroshi. Sanada dengan diam-diam membayangi ketiga anggota keluarga Kimura, yang baru saja dibebaskannya dari penyanderaan.

Sementara itu di kediaman Hiroshi.

Nampak Elang masuk ke dalam mobil Bugatti La Voiture Noire hitam, yang dikendarai sendiri oleh Keina.

Setelah Hiroshi berangkat ke kantornya, Keina memang mengajak Elang jalan-jalan ke kebun binatang Tennoji Park.

Mobil itu pun meluncur keluar dari gerbang kediaman Keina. Dan tak sampai 1 jam kemudian, mereka sudah tiba di gerbang masuk Ten-Shiba.

Kebun binatang ini berdiri pada tahun 1915, dan menjadi rumah bagi lebih dari ribuan satwa dari 230 jenis. Lahan kebun binatang itu luasnya kurang lebih 11 hektar.

Terdapat dua pintu masuk utama menuju kebun binatang itu, yaitu Shinsekai dan Ten-Shiba.

Kebun Binatang Tennoji ini menempatkan satwa dalam beberapa wilayah. Terdap
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
FrismaMungil
sangat bagus critanya kerennnnnn
goodnovel comment avatar
FrismaMungil
lanjutttt mas elang
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 227.

    "A-apa.?! Mas Elang..! Ahh, baik..!" Keina nampak sangat terkejut dan gugup. Lalu akhirnya dia sadar, kalau Elang tidak mau identitas dirinya terekspose ke publik. Segera dia menuruti ajakan Elang, untuk segera meninggalkan lokasi itu. "Keina, apakah ada rumah makan indonesia di sekitar sini..?" tanya Elang, dia sudah kangen dengan dengan masakan negeri sendiri. "Ahh iya Mas Elang. Keina pernah baca ada restoran Bagus Indonesia di daerah Nakatsu. Kita makan siang ke sana yuk," ajak Keina bersemangat, sudah lama dia hanya bepergian seorang diri. Kini hatinya begitu senang ada Elang yang menemaninya. "Wahh, mantap Keina. Ayuk, tak jauh kan dari sini Keina?" tanya Elang. "Sekitar 20 menit dari sini ke sana mas Elang," sahut Keina. "Sedanglah itu. Kita ke sana saja ok Keina..?" "Siap Bos Elang. Hihihii," seloroh Keina, sambil langsung meluncurkan mobilnya ke arah Nakatsu. "Bisa saja kau Keina. Hehe," balas Elang terkekeh. Hatinya senang, melihat Keina sudah melupakan penolakkanny

    Last Updated : 2025-04-06
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 228.

    "Ahhh..!!" teriakkan tertahan serentak mereka. Semua mata mereka melirik ke arah Elang, sambil menutupi mulut mereka dengan tangan masing-masing.Elang kini hanya bisa tersenyum kecut, dia tak bisa mengelak lagi dari pandangan Hiromi. Keina yang tanggap dengan isi hati Elang segera berkata. "Ibu, pria itu memang Mas Elang. Kami baru saja jalan-jalan ke Tennoji Zoo. Bisakah ibu merahasiakan hal ini..? Karena Mas Elang tak mau hal ini tersebar, dan membuat rencananya membantu masalah Ayah gagal karena dikenali musuh," Keina berkata serius untuk meyakinkan Hiromi. Padahal hal itu sama sekali tak ada hubungannya, dengan rencana Elang dan Hiroshi. Keina hanya ingin ibunya merahasiakan hal ini.Mendengar 'tersebar'nya kabar itu, bakal mengganggu rencana penyelesaian kemelut perusahaan suaminya. Hiromi langsung mengangguk tanggap. Dia segera mendekati para pelayannya, yang sepertinya juga sudah menebak 'Elang'lah pria misterius di kebun binatang itu. Hiromi nampak berbicara serius denga

    Last Updated : 2025-04-06
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 229.

    "Salam Bibi Yukari, Arata, dan Haruto. Saya Elang, teman Keina," Elang turut memberi hormat dan memperkenalkan dirinya, pada ketiga keluarga pak Kimura ini. "Terimakasih Elang," Yukari nampak tersenyum ramah, membalas penghormatan Elang. Hal yang diikuti pula oleh Arata dan Haruto. Mereka bertiga lalu melanjutkan melangkah mengikuti Hiromi, menuju ke kamar tamu yang telah disiapkan oleh Hiromi untuk mereka. "Mas Elang, saya kembali ke kamar dulu ya," ucap Keina, dia beranjak ke kamarnya dan ingin rebah sejenak di sana. "Silahkan Keina," sahut Elang, dia pun langsung menuju ke gazebo halaman belakang rumah. Ya, karena Elang telah merasakan energi Sanada di sana. Benar saja saat Elang tiba di gazebo itu, dilihatnya Sanada tengah duduk di sana. Nampak di meja kecil dalam Gazebo terdapat sebotol Mugi Shochu (minuman keras Jepang berkadar alkohol 25% - 37%), dan sebuah gelas kecil terbuat dari kayu (Riyo). Entah darimana Sanada mendapatkan itu semua, mungkin dia membelinya di toko m

    Last Updated : 2025-04-06
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 230.

    Sethh..!! Staaphh..!!! Splaashh.!! Taph..!"Hahhh...?! A-apa..?!" Sanada berseru kaget bukan kepalang. Dia melihat seberkas sinar matahari masuk melalui celah di pilar balok gazebo, bekas titik shurikennya di lesatkan. Ya, shurikennya berhasil menembus balok pilar setebal 20cm x 20cm itu dengan mudahnya. Hal yang tak akan dicapainya sendiri dalam 2-3 tahun latihan se intensif apapun. Oleh karenanya Sanada langsung membungkuk penuh hormat, tanpa bisa berkata-kata pada Elang. Kini dalam hatinya sudah tunduk, dan menganggap Elang adalah guru ketiganya. "Sudahlah Tuan Sanada, saya hanya membuka simpul yang belum terbuka. Sepenuhnya dasar tenaga dalam tuan Sanada memang hebat," Elang berkata rikuh, mendapat perlakuan yang membingungkannya itu. "Elang, mulai sekarang panggil saja saya Paman. Dan di hatiku kau adalah guru ketigaku Elang," Sanada berucap penuh haru. Ya, bagi seorang petarung, tiadalah yang lebih berharga daripada peningkatan ilmunya. Dan hanya dalam waktu sepeminuman te

    Last Updated : 2025-04-07
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 231.

    Jelas sudah kini, apa sebenarnya motif Yutaka Kobayashi menawar 'dokumen cetak biru' itu. Ya, dia ingin mempertahankan tekhnologi Jepang, agar tak keluar dari negerinya. Dia ingin Jepang semakin maju, dengan 'tekhnologi' yang semakin canggih. Bahkan dia bersedia berkorban harta dan nyawa, demi menjaga hal itu. Sungguh luar biasa memang, rasa 'nasionalisme' yang tertanam dalam jiwa Yutaka dan keluarganya. Sungguh dalam hatinya, dia sangat ingin menghabisi Hakeda di kediamannya tadi. Saat Hakeda menyatakan telah juga menwarkan 'cetak biru' itu, pada pihak Rusia dan Amerika. Yutaka bagai sedang menatap seorang 'pengkhianat negara', saat berhadapan dengan Hakeda. Oleh karenanya dia tak betah berlama-lama di kediaman Hakeda. "Baik ayah..!" Nanako menjawab tegas. Bukan tanpa alasan Yutaka mengutus putrinya yang cantik itu dalam misi berbahaya. Leluhurnya Fujibayashi Nagato, adalah seorang pemimpin ninja Iga di era abad ke 16. Secara turun temurun dari generasi ke generasi, keluarga

    Last Updated : 2025-04-07
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 232.

    "Ohh, kau dari Indonesia. Apakah kau menginap di hotel sekitar sini..?" tanya wanita cantik itu, tanpa menjawab pertanyaan Elang. Dia tak merasa perlu memperkenalkan namanya pada orang asing ini. "Iya benar," sahut Elang. Dan semakin di pandangnya, maka makin banyak kesamaan wajah wanita cantik itu, dengan gadis yang selalu berada di hati Elang, Nadya.! Bentuk wajah, alis mata, hidung, serta bibirnya yang merah merekah sangat mirip dengan Nadya. Hanya warna kulit dan matanya saja yang berbeda. Karena wanita ini berkulit lebih putih, dan matanya sedikit lebih sipit dari Nadya. "Sedang apa kau di sini..?" tanya wanita itu lagi, dengan tatapan tajam menyelidik. "Sedang menikmati pemandangan malam di Chishima Park ini, Nona," sahut Elang tersenyum ramah. Elang diam-diam menyelidiki tingkatan energi gadis cantik itu. Dan Elang mendapati, bahwa tingkat energi nona cantik itu masih di bawah Sanada. Dan hati Elang berharap, wanita ini tidak bersebrangan dengan dirinya.'Sayang sekali

    Last Updated : 2025-04-07
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 233.

    Nanako tengah mengamati keempat sosok yang berada di depannya, jaraknya sekitar 40 meter dari posisinya. Tujuannya kini tak jauh beda dengan Elang, menangkap atau menghabisi orang-orang Hakeda pada saat yang tepat. Namun Nanako tak menyadari, kalau Elang berada tak sampai 10 meter dibelakangnya. Nampak di bawah sana area bundaran air mancur, yang merupakan area parkir taman. Masuk sebuah mobil Mercedes-Benz Maybach Exelero hitam milik Hiroshi. Hiroshi nampak langsung turun dan berjalan dengan membawa sebuah koper berukuran sedang, menuju lokasi agak di tengah taman. Hiroshi berhenti tak jauh dari sebuah tiang jam besar, yang tampak pula beberapa kursi kosong di sana. Hiroshi langsung duduk di salah satu kursi itu. Pada malam hari Chishima Park memang nampak sepi. Tak lama kemudian masuk pula Porsche Cayman hitam, dengan Kimura di dalamnya. Nampak Kimura juga langsung turun, dan berjalan menuju lokasi yang sudah disepakati bersama Hiroshi. Tak lama kemudian merekapun bertemu da

    Last Updated : 2025-04-07
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 234.

    Sethh..! Sosok Nanako melesat dan berdiri tegak di depan mereka berdua. Ninja hitam yang masih bugar segera melesat ke kanan, sambil melepaskan kunainya. Nanako mengikuti arah lesatan ninja itu, dia melesat sejajar ke arah kiri, sambil juga melepaskan kunainya pada lawan. Maka terjadilah duel saling melepaskan kunai dan shuriken, dalam posisi berhadapan dengan jarak sekitar 10 meteran. Seth..! ... Seth..!! Mereka terus saling melesat dan menghindar, sambil saling melempar senjata masing-masing. Hingga akhirnya ...Siinngghh...! Senjata Kusarigama di keluarkan oleh lawan Nanako. Kusarigama adalah senjata berbentuk rantai, yang ujungnya di pasangkan kama (sabit bergagang). Senjata yang bisa berfungsi untuk jarak dekat maupun jauh. Srakkgh...! Tak mau kalah, Nanako menggunakan Tekko-Kagi (Cakar bermata lima pisau yang melekat pada telapak tangannya)nya. Kini kedua tangannya bagai cakar beruang besi bermata pisau. Dengan mengandalkan kecepatan tubuhnya, yang tingkatnya di atas

    Last Updated : 2025-04-07

Latest chapter

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 247.

    "Hidup Bos Permadi...!!" "Jaya GASStreet..!!" Seruan gegap gempita terdengar di sebuah ruang dalam rumah kosong, yang jauh dari tetangga kiri kanannya. Rumah itu terlihat sepi dan kosong pada siang hari, namun ramai orang pada malam hari. Dinding ruang khusus itu memang dilapisi dengan pengedap suara, bagai studio musik berukuran cukup luas. Sehingga suara sekeras apa pun tidak akan terdengar hingga ke luar ruangan itu. Kamar kedap suara itu berfungsi sebagai tempat pembicaraan, pertemuan, serta pematangan perencanaan aksi-aksi GASStreet. Ruangan itu juga berfungsi sebagai tempat penampungan sementara, dari hasil aksi GASStreet. Sebelum akhirnya didistribusikan pada para anggota, atau Divisi Pencucian Uang. Ya, malam ini adalah malam perayaan keberhasilan, atas 'aksi cukup besar' mereka. Malam ini GASStreet melakukan dua aksi sekaligus dalam waktu hampir bersamaan, dan kedua aksi mereka berhasil dengan gemilang. Aksi pertama yang di pimpin langsung oleh Permadi di Bank ABC,

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 246.

    Kraghh..! Kraghh..! Kraghh..!Tiga orang security Bank langsung menghadap ke penciptanya. Hanya dengan 3 kali gerakkan sisi tangan sosok misterius, yang menghantam leher ketiganya hingga patah berderak. Sosok itu langsung menghantam perangkat CCTV, yang memonitor bagian luar kantor. Braghh..!! Perangkat CCTV luar itu langsung hancur berkeping, dan 4 layar monitor di posko itu pun hanya mengeluarkan gambar semut. Sosok berhelm itu melesat kembali, ke pagar gerbang Bank itu dan langsung meremas hancur gembok pagar. Lalu dia membuka pagar itu lebar-lebar. Klaakh..!! Klangg..! Secara beriringan masuk 7 sepeda motor yang kesemuanya berboncengan. Hingga jumlah totalnya 14 orang yang kesemuanya memakai helm. Masuk pula sebuah APV hitam dan sebuah truk box kosong, yang masing-masing kendaraan itu berisi 2 orang, supir dan asistennya. Sosok pembuka jalan itu lalu melesat, dan menghantam pintu masuk Bank dengan kedua telapak tangannya, Braaaghk...!! Praankhh..!! Pintu masuk yang terb

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 245.

    "Gilaa..!!" teriakkan keras penuh kekagetan terlontar dari mulut Tatsuya. Matanya terbelalak ngeri namun juga terpesona kagum, melihat 'power' ayahnya kini. "Haahh..!! A..apaaa..?!" seru keras Yutaka, seperti tak percaya pada apa yang baru dilakukannya. Matanya terbelalak dan menatap bergantian, pada kepalan tangannya dan pohon cemara yang telah tumbang itu. Tampak Nanako dan ibunya Mayumi keluar dari dalam rumah, menuju ke tempat tumbangnya pohon cemara itu. Bagi mereka adalah hal biasa, melihat sebuah pohon cemara tumbang di tangan ayah dan suami mereka. "Ada apa Ayah, Kak Tatsuya. Kenapa kalian berteriak keras..?! Mengagetkan saja..!" sungut Nanako, yang tak tahu proses tumbangnya pohon cemara itu. "Luar biasa Nanako..! Kini Ayah memiliki energi yang mengerikkan..!" seru Tatsuya, masih dengan perasaan kagetnya. "Mengerikkan bagaimana Kak Tatsuya..?!" seru Nanako. "Ayah memukul roboh pohon cemara itu dari jarak 2 meter, tanpa menyentuhnya Nanako..!" seru Tatsuya menjelaskan

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 244.

    "Ayo Elang, kita makan bersama," ajak Tatsuya, sambil merangkul pundak Elang. 'Sungguh keluarga yang hangat', bathin Elang terkesan. Acara makan siang bersama di keluarga Yutaka berlangsung hangat dan menyenangkan. Elang seperti merasakan bagian dari keluarga itu. Semua saling tersenyum dan saling menawarkan menu yang tersaji siang itu. Selesai makan siang bersama, Yukata mengajak Elang ke teras halaman belakang rumahnya. Sementara Tatsuya bergegas ke kamarnya, untuk berganti pakaian dan berjanji menyusul ayahnya dan Elang. Yukata mempersilahkan Elang duduk di teras, yang menghadap ke arah halaman belakang rumah itu.Nampak halaman belakang rumah Yukata masih sangat luas. Banyak juga terdapat berbagai tanaman di sana, seperti pinus jepang (Matsu), pohon Sakura, cemara, dan beberapa tanaman lain yang nampak tertata rapih dan indah. "Elang, selagi kau disini maukah kamu memberiku beberapa petunjuk agar aku bisa meningkatkan kemampuanku..?" Yutaka bertanya penuh harap pada Elang.

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 243.

    Tampak di teras rumah Nanako. Tengah duduk Yutaka Kobayashi dan istrinya Mayumi, yang nampak masih cantik di usianya yang menginjak 47 tahun. Yutaka menatap tajam pada Elang. Dia sudah mendengar kabar tentang kemampuan pemuda itu, yang bahkan dikatakan oleh putrinya memiliki kemampuan bak dewa. Kabar itu tentu saja membuat dia menjadi penasaran, dan ingin bertemu langsung dengan Elang. Karena sebagian jiwa Yutaka adalah seorang pendekar ninja, yang tentunya sangat senang bertukar pengalaman dan kemampuan dengan pendekar lainnya. 'Hmm. Langkahnya sungguh ringan, dan aura gelombang powernya memang luar biasa. Pantass.. pantas..!' gumam bathin Yutaka kagum. Namun dia masih merasa penasaran, dan ingin memastikan kemampuan sesungguhnya dari Elang. Saat Elang dan Nanako hendak mencapai tangga teras, Sethh..! Setthh..! Dua buah shuriken melesat sangat cepat ke arah Elang. Nanako yang melihat hal itu langsung melesat, menghindar ke arah samping. "Awas Mas Elang..!" seru Nanako mengin

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 242.

    "Saya sekarang di Nagoya, Nanako. Sudah seminggu lebih saya keluar dari Osaka," sahut Elang tenang. "Ohh, kalau begitu apa tidak sebaiknya Mas Elang datang ke Tokyo hari ini..?" tanya Nanako berharap. "Ya Nanako, saya memang bermaksud pergi ke Tokyo hari ini," sahut Elang lagi. "Asik. Kalau begitu kabarkan ke Nanako ya. Mas Elang berangkat naik kereta jam berapa dari Nagoya nanti..? Biar Nanako sendiri yang akan menjemput Mas Elang," suara riang Nanako terdengar. "Ahh, Nanako. Sebaiknya jangan merepotkan diri. Saya bisa datang sendiri ke rumah Nanako nanti," ucap Elang merasa rikuh. "Aishh..! Sama sekali tak merepotkan Mas Elang. Nanako malah senang sekalian jalan-jalan bersama Mas Elang nanti," sergah Nanako dengan cepat, memang hatinya merasa sangat gembira saat itu. "Baiklah Nanako, saya akan berangkat dari stasiun Nagoya jam 10:36 dengan kereta Nozomi 6," ucap Elang. "Baik Mas Elang, Nanako akan stand by di stasiun Tokyo jam 12 siang nanti." "Terimakasih Nanako." Klik.!

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 241.

    Dan bisa dibayangkan betapa akan mengerikkan dan dahsyatnya sepak terjang GASStreet ke depannya di kota Surabaya dan sekitarnya. Pengaruh GASStreet di dunia hitam diperkirakan akan meluas, hingga ke seluruh kota-kota di negeri ini. Sungguh teramat rawan dan berbahaya. Jika tak muncul pula penegak-penegak kebenaran, yang sanggup menghadang mereka. Sepertinya para penegak hukum harus bersiaga..! Karena 'genderang perang' sudah ditabuh oleh GASStreet..! Ke esokkan paginya di kediaman Permadi. Nampak Rodent telah duduk dikursi teras rumah Permadi. Dia membawa sesuatu yang di pesan oleh Bosnya itu. Tak lama berselang Permadi muncul dari dalam rumah dan langsung duduk di depan Rodent. "Bos," sapa Rodent, sambil mengangguk hormat. "Bagaimana Rodent..? Sudah selesai barang yang kupesan..?" tanya Permadi langsung ke point. "Beres Bos," sahut Rodent sambil tersenyum bangga. Dia lalu menyerahkan sebuah passport dan visa, yang di inginkan oleh Bosnya itu. Permadi menerima pasport dan v

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 240.

    Klaankhh.!! Weshh..!! Sosok itu menarik lepas pintu mobil, dan melempar pintu itu ke tengah persawahan. Sungguh luar biasa tenaga sosok berhelm itu. Sementara 8 orang yang berada di 4 motor turun. Lalu mereka menyingkirkan polisi yang telah tewas dengan motornya itu, dengan melempar begitu saja ke tengah sawah. Dan mereka pun bergegas menghampiri mobil yang telah terbuka pintunya itu. Pengemudi dan seorang security dari pihak bank nampak terkulai pingsan di dalam mobil itu. Hal yang sungguh mujur bagi mereka. Karena jika mereka masih sadar, tentu pistol berperedam dari kawanan sadis ini akan mengirim nyawa mereka berdua ke pintu akhirat. Suasana sudah agak gelap, adzan magribh pun berkumandang saat itu. Dengan cekatan kedelapan orang itu menguras seluruh uang, yang ada di dalam mobil itu. Mereka memasukkan uang-uang itu ke dalam beberapa karung, yang telah disiapkan. Ciitt...! Datang sebuah mobil APV Luxury hitam, yang bagian kursi-kursi belakangnya sudah di angkat. Seorang

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 239.

    "Luka ini akan membekas lama Mas Elang," ucap Nanako, dengan tatapan bersalah. "Tak apa Nanako, anggap saja bekas luka ini sebagai kenang-kenangan dari ninja cantik di Jepang. Hehe," Elang hanya bermaksud bergurau saat mengatakan itu. Namun bagi Nanako yang sama sekali hijau dengan gurauan seperti itu, ucapan Elang di artikannya sebagai pujian serius Elang atas kecantikkannya. 'Degh..!' Hati Nanako bagai melayang ke 'zona fantasi' terindah dalam hidupnya. Dia merasa bahagia sekali, mendengar pujian dari Elang itu. "Benarkah aku cantik Mas Elang..?" tanya Nanako pelan dengan wajah tertunduk kemerahan. Dia merasa tersipu sekaligus senang sekali mendengar ucapan Elang. Ya, karena di keluarga Kobayashi memang lelaki mendominasi. Hingga suasananya serba kaku dan terkesan dingin. Sangat jarang bahkan hampir tak pernah Nanako mendapatkan pujian, dan perlakuan lembut serta hangat dari keluarganya. Elang terdiam sejenak, dia tak menduga gurauannya akan mendatangkan pertanyaan serius d

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status