Share

Bab 227.

Author: BayS
last update Last Updated: 2025-04-06 13:39:19

"A-apa.?! Mas Elang..! Ahh, baik..!" Keina nampak sangat terkejut dan gugup. Lalu akhirnya dia sadar, kalau Elang tidak mau identitas dirinya terekspose ke publik.

Segera dia menuruti ajakan Elang, untuk segera meninggalkan lokasi itu.

"Keina, apakah ada rumah makan indonesia di sekitar sini..?" tanya Elang, dia sudah kangen dengan dengan masakan negeri sendiri.

"Ahh iya Mas Elang. Keina pernah baca ada restoran Bagus Indonesia di daerah Nakatsu. Kita makan siang ke sana yuk," ajak Keina bersemangat, sudah lama dia hanya bepergian seorang diri.

Kini hatinya begitu senang ada Elang yang menemaninya.

"Wahh, mantap Keina. Ayuk, tak jauh kan dari sini Keina?" tanya Elang.

"Sekitar 20 menit dari sini ke sana mas Elang," sahut Keina.

"Sedanglah itu. Kita ke sana saja ok Keina..?"

"Siap Bos Elang. Hihihii," seloroh Keina, sambil langsung meluncurkan mobilnya ke arah Nakatsu.

"Bisa saja kau Keina. Hehe," balas Elang terkekeh. Hatinya senang, melihat Keina sudah melupakan penolakkanny
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 228.

    "Ahhh..!!" teriakkan tertahan serentak mereka. Semua mata mereka melirik ke arah Elang, sambil menutupi mulut mereka dengan tangan masing-masing.Elang kini hanya bisa tersenyum kecut, dia tak bisa mengelak lagi dari pandangan Hiromi. Keina yang tanggap dengan isi hati Elang segera berkata. "Ibu, pria itu memang Mas Elang. Kami baru saja jalan-jalan ke Tennoji Zoo. Bisakah ibu merahasiakan hal ini..? Karena Mas Elang tak mau hal ini tersebar, dan membuat rencananya membantu masalah Ayah gagal karena dikenali musuh," Keina berkata serius untuk meyakinkan Hiromi. Padahal hal itu sama sekali tak ada hubungannya, dengan rencana Elang dan Hiroshi. Keina hanya ingin ibunya merahasiakan hal ini.Mendengar 'tersebar'nya kabar itu, bakal mengganggu rencana penyelesaian kemelut perusahaan suaminya. Hiromi langsung mengangguk tanggap. Dia segera mendekati para pelayannya, yang sepertinya juga sudah menebak 'Elang'lah pria misterius di kebun binatang itu. Hiromi nampak berbicara serius denga

    Last Updated : 2025-04-06
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 229.

    "Salam Bibi Yukari, Arata, dan Haruto. Saya Elang, teman Keina," Elang turut memberi hormat dan memperkenalkan dirinya, pada ketiga keluarga pak Kimura ini. "Terimakasih Elang," Yukari nampak tersenyum ramah, membalas penghormatan Elang. Hal yang diikuti pula oleh Arata dan Haruto. Mereka bertiga lalu melanjutkan melangkah mengikuti Hiromi, menuju ke kamar tamu yang telah disiapkan oleh Hiromi untuk mereka. "Mas Elang, saya kembali ke kamar dulu ya," ucap Keina, dia beranjak ke kamarnya dan ingin rebah sejenak di sana. "Silahkan Keina," sahut Elang, dia pun langsung menuju ke gazebo halaman belakang rumah. Ya, karena Elang telah merasakan energi Sanada di sana. Benar saja saat Elang tiba di gazebo itu, dilihatnya Sanada tengah duduk di sana. Nampak di meja kecil dalam Gazebo terdapat sebotol Mugi Shochu (minuman keras Jepang berkadar alkohol 25% - 37%), dan sebuah gelas kecil terbuat dari kayu (Riyo). Entah darimana Sanada mendapatkan itu semua, mungkin dia membelinya di toko m

    Last Updated : 2025-04-06
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 230.

    Sethh..!! Staaphh..!!! Splaashh.!! Taph..!"Hahhh...?! A-apa..?!" Sanada berseru kaget bukan kepalang. Dia melihat seberkas sinar matahari masuk melalui celah di pilar balok gazebo, bekas titik shurikennya di lesatkan. Ya, shurikennya berhasil menembus balok pilar setebal 20cm x 20cm itu dengan mudahnya. Hal yang tak akan dicapainya sendiri dalam 2-3 tahun latihan se intensif apapun. Oleh karenanya Sanada langsung membungkuk penuh hormat, tanpa bisa berkata-kata pada Elang. Kini dalam hatinya sudah tunduk, dan menganggap Elang adalah guru ketiganya. "Sudahlah Tuan Sanada, saya hanya membuka simpul yang belum terbuka. Sepenuhnya dasar tenaga dalam tuan Sanada memang hebat," Elang berkata rikuh, mendapat perlakuan yang membingungkannya itu. "Elang, mulai sekarang panggil saja saya Paman. Dan di hatiku kau adalah guru ketigaku Elang," Sanada berucap penuh haru. Ya, bagi seorang petarung, tiadalah yang lebih berharga daripada peningkatan ilmunya. Dan hanya dalam waktu sepeminuman te

    Last Updated : 2025-04-07
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 231.

    Jelas sudah kini, apa sebenarnya motif Yutaka Kobayashi menawar 'dokumen cetak biru' itu. Ya, dia ingin mempertahankan tekhnologi Jepang, agar tak keluar dari negerinya. Dia ingin Jepang semakin maju, dengan 'tekhnologi' yang semakin canggih. Bahkan dia bersedia berkorban harta dan nyawa, demi menjaga hal itu. Sungguh luar biasa memang, rasa 'nasionalisme' yang tertanam dalam jiwa Yutaka dan keluarganya. Sungguh dalam hatinya, dia sangat ingin menghabisi Hakeda di kediamannya tadi. Saat Hakeda menyatakan telah juga menwarkan 'cetak biru' itu, pada pihak Rusia dan Amerika. Yutaka bagai sedang menatap seorang 'pengkhianat negara', saat berhadapan dengan Hakeda. Oleh karenanya dia tak betah berlama-lama di kediaman Hakeda. "Baik ayah..!" Nanako menjawab tegas. Bukan tanpa alasan Yutaka mengutus putrinya yang cantik itu dalam misi berbahaya. Leluhurnya Fujibayashi Nagato, adalah seorang pemimpin ninja Iga di era abad ke 16. Secara turun temurun dari generasi ke generasi, keluarga

    Last Updated : 2025-04-07
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 232.

    "Ohh, kau dari Indonesia. Apakah kau menginap di hotel sekitar sini..?" tanya wanita cantik itu, tanpa menjawab pertanyaan Elang. Dia tak merasa perlu memperkenalkan namanya pada orang asing ini. "Iya benar," sahut Elang. Dan semakin di pandangnya, maka makin banyak kesamaan wajah wanita cantik itu, dengan gadis yang selalu berada di hati Elang, Nadya.! Bentuk wajah, alis mata, hidung, serta bibirnya yang merah merekah sangat mirip dengan Nadya. Hanya warna kulit dan matanya saja yang berbeda. Karena wanita ini berkulit lebih putih, dan matanya sedikit lebih sipit dari Nadya. "Sedang apa kau di sini..?" tanya wanita itu lagi, dengan tatapan tajam menyelidik. "Sedang menikmati pemandangan malam di Chishima Park ini, Nona," sahut Elang tersenyum ramah. Elang diam-diam menyelidiki tingkatan energi gadis cantik itu. Dan Elang mendapati, bahwa tingkat energi nona cantik itu masih di bawah Sanada. Dan hati Elang berharap, wanita ini tidak bersebrangan dengan dirinya.'Sayang sekali

    Last Updated : 2025-04-07
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 233.

    Nanako tengah mengamati keempat sosok yang berada di depannya, jaraknya sekitar 40 meter dari posisinya. Tujuannya kini tak jauh beda dengan Elang, menangkap atau menghabisi orang-orang Hakeda pada saat yang tepat. Namun Nanako tak menyadari, kalau Elang berada tak sampai 10 meter dibelakangnya. Nampak di bawah sana area bundaran air mancur, yang merupakan area parkir taman. Masuk sebuah mobil Mercedes-Benz Maybach Exelero hitam milik Hiroshi. Hiroshi nampak langsung turun dan berjalan dengan membawa sebuah koper berukuran sedang, menuju lokasi agak di tengah taman. Hiroshi berhenti tak jauh dari sebuah tiang jam besar, yang tampak pula beberapa kursi kosong di sana. Hiroshi langsung duduk di salah satu kursi itu. Pada malam hari Chishima Park memang nampak sepi. Tak lama kemudian masuk pula Porsche Cayman hitam, dengan Kimura di dalamnya. Nampak Kimura juga langsung turun, dan berjalan menuju lokasi yang sudah disepakati bersama Hiroshi. Tak lama kemudian merekapun bertemu da

    Last Updated : 2025-04-07
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 234.

    Sethh..! Sosok Nanako melesat dan berdiri tegak di depan mereka berdua. Ninja hitam yang masih bugar segera melesat ke kanan, sambil melepaskan kunainya. Nanako mengikuti arah lesatan ninja itu, dia melesat sejajar ke arah kiri, sambil juga melepaskan kunainya pada lawan. Maka terjadilah duel saling melepaskan kunai dan shuriken, dalam posisi berhadapan dengan jarak sekitar 10 meteran. Seth..! ... Seth..!! Mereka terus saling melesat dan menghindar, sambil saling melempar senjata masing-masing. Hingga akhirnya ...Siinngghh...! Senjata Kusarigama di keluarkan oleh lawan Nanako. Kusarigama adalah senjata berbentuk rantai, yang ujungnya di pasangkan kama (sabit bergagang). Senjata yang bisa berfungsi untuk jarak dekat maupun jauh. Srakkgh...! Tak mau kalah, Nanako menggunakan Tekko-Kagi (Cakar bermata lima pisau yang melekat pada telapak tangannya)nya. Kini kedua tangannya bagai cakar beruang besi bermata pisau. Dengan mengandalkan kecepatan tubuhnya, yang tingkatnya di atas

    Last Updated : 2025-04-07
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 235.

    "Jangan sombong kau Sanada..! Hiyahh..!" wukhh..!! weshh..!" Shaburo memaki sambil melayangkan dua serangan. Kaki kanannya menendang ke arah kepala Sanada, sementara kaki kirinya lagi menjejak ke arah perut Sanada. Seth..! Sanada menghindari dua serangan itu dengan melakukan loncatan ke atas sambil bersalto. Lalu dia menukik dengan kaki kanan mengibas ke arah kepala Shaburo. Dakhh..! Shaburo menagkis tendangan Sanada dengan kedua hasta tangannya. Namun tetap saja Shaburo terdorong, searah kibasan kaki Sanada yang begitu kuat. Dan duel pun berlanjut seru, saling tangkis dan saling serang terjadi, dengan kecepatan yang mengagumkan. Keduanya memiliki kecepatan dan ketangkasan yang berimbang. Namun Elang melihat, bahwa Sanada masih belum melambari serangannya dengan kekuatan penuh tenaga dalamnya. Elang pun mengerti, Sanada tidak ingin terburu-buru mengakhiri pertarungannya, yang seharusnya sudah selesai sejak tadi. Karena jika Sanada mengalirkan tenaga dalam penuh pada serangann

    Last Updated : 2025-04-08

Latest chapter

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 239.

    "Luka ini akan membekas lama Mas Elang," ucap Nanako, dengan tatapan bersalah. "Tak apa Nanako, anggap saja bekas luka ini sebagai kenang-kenangan dari ninja cantik di Jepang. Hehe," Elang hanya bermaksud bergurau saat mengatakan itu. Namun bagi Nanako yang sama sekali hijau dengan gurauan seperti itu, ucapan Elang di artikannya sebagai pujian serius Elang atas kecantikkannya. 'Degh..!' Hati Nanako bagai melayang ke 'zona fantasi' terindah dalam hidupnya. Dia merasa bahagia sekali, mendengar pujian dari Elang itu. "Benarkah aku cantik Mas Elang..?" tanya Nanako pelan dengan wajah tertunduk kemerahan. Dia merasa tersipu sekaligus senang sekali mendengar ucapan Elang. Ya, karena di keluarga Kobayashi memang lelaki mendominasi. Hingga suasananya serba kaku dan terkesan dingin. Sangat jarang bahkan hampir tak pernah Nanako mendapatkan pujian, dan perlakuan lembut serta hangat dari keluarganya. Elang terdiam sejenak, dia tak menduga gurauannya akan mendatangkan pertanyaan serius d

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 238.

    "Terimakasih Nona Keina, selamat malam Mas Elang," balas Nanako ramah dan tak lupa menyapa Elang yang masih bersama mereka. Nanako pun langsung masuk ke kamar itu, dan menutup pintunya. Namun dia sempat melihat Elang balas tersenyum padanya. 'Deghh.!' Hati Keina langsung panas, saat mendengar Nanako ikut memanggil 'mas' pada Elang. 'Huhh..! Apakah kau sudah merasa dekat dengan Mas Elang, Nanako..?!' seru bathin Keina kesal. "Mari Mas Elang, kita ke kamarmu..!" ucap Keina agak keras, agar terdengar oleh Nanako di dalam kamar. 'Degh..!' Kini hati Nanako yang berdegup keras, mendengar ucapan Keina di depan pintu kamarnya. 'Apakah Keina ikut masuk ke kamar Elang..? Seberapa dekat hubungan mereka?' bathin Nanako gelisah. Berpikir begitu Nanako segera menuju ke arah balkon kamarnya, dilihatnya berselisih dua kamar darinya sebuah balkon kamar menyala lampunya. 'Disana rupanya kamarmu Elang', bisik bathinnya. Sebagai ninja, mencapai balkon kamar Elang bukanlah hal 'rumit' bagi Nana

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 237.

    "Masuklah Nona Nanako, Elang. Mari kita bicara di dalam ruang pribadiku," ajak Hiroshi mempersilahkan. Elang, Nanako, dan tak ketinggalan Keina ikut menuju ruang pribadi Hiroshi. Nanako nampak canggung, saat melihat Keina langsung menggandeng tangan Elang. Sesampainya di dalam ruangan, mereka pun langsung duduk di sofa. "Elang, bagaimana dengan rencana kita..?" tanya Hiroshi. "Rencana berjalan baik Pak Hiroshi, ini dokumen-dokumen rahasia 'Yoshida Corporation' yang mereka curi," sahut Elang, sambil menyerahkan dokumen-dokumen rahasia Hiroshi yang hilang. Hiroshi menerimanya dan langsung memeriksa dokumen-dokumen itu, wajahnya tampak berseri gembira sekali. "Ahh..! Terimakasih Elang. Semua dokumen masih lengkap tak kurang satupun. Sungguh aku berhutang budi padamu Elang. Dokumen-dokumen ini bagai nafas bagi perusahaanku," Hiroshi berkata sambil menunduk hormat pada Elang. Dan beban berat yang menghantui hati dan jiwanya, seakan terangkat lepas saat itu juga. Bahkan di dalam do

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 236.

    Tok, tok, tok..! Klekh..! "Masuklah Elang," suara seorang wanita terdengar dari dalam kamar, dan dia adalah Nanako. "Rencana kita berhasil dengan baik Nanako," ucap Elang puas, sambil memperlihatkan dokumen-dokumen rahasia milik Hiroshi. Elang juga langsung melepas pakaian ninja Shaburo yang dipakainya. "Aku sudah mendengar pembicaraan kalian, dari alat penyadapku di ruangan itu Elang," Nanako berkata tersenyum, manis sekali. "Wahh, hebat sekali Nanako," Elang terkejut mendengar kabar itu. Elang sendiri telah merekam semua perkataan dari Hakeda tadi, selama dia berada di ruangan pribadinya. Karena Elang telah mengaktifkan rekaman suara di ponselnya, sebelum sampai di kediaman Hakeda. "Nanako, apakah hukum di negeri ini membolehkan, dan mengakui data elektronik sebagai alat bukti di pengadilan?" tanya Elang. "Tentu saja Elang. Di jepang ini mengakui adanya bukti elektronik, sebagai alat bukti di pengadilan," sahut Nanako. "Ohh, berarti hasil rekaman alat sadapmu dan rekaman s

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 235.

    "Jangan sombong kau Sanada..! Hiyahh..!" wukhh..!! weshh..!" Shaburo memaki sambil melayangkan dua serangan. Kaki kanannya menendang ke arah kepala Sanada, sementara kaki kirinya lagi menjejak ke arah perut Sanada. Seth..! Sanada menghindari dua serangan itu dengan melakukan loncatan ke atas sambil bersalto. Lalu dia menukik dengan kaki kanan mengibas ke arah kepala Shaburo. Dakhh..! Shaburo menagkis tendangan Sanada dengan kedua hasta tangannya. Namun tetap saja Shaburo terdorong, searah kibasan kaki Sanada yang begitu kuat. Dan duel pun berlanjut seru, saling tangkis dan saling serang terjadi, dengan kecepatan yang mengagumkan. Keduanya memiliki kecepatan dan ketangkasan yang berimbang. Namun Elang melihat, bahwa Sanada masih belum melambari serangannya dengan kekuatan penuh tenaga dalamnya. Elang pun mengerti, Sanada tidak ingin terburu-buru mengakhiri pertarungannya, yang seharusnya sudah selesai sejak tadi. Karena jika Sanada mengalirkan tenaga dalam penuh pada serangann

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 234.

    Sethh..! Sosok Nanako melesat dan berdiri tegak di depan mereka berdua. Ninja hitam yang masih bugar segera melesat ke kanan, sambil melepaskan kunainya. Nanako mengikuti arah lesatan ninja itu, dia melesat sejajar ke arah kiri, sambil juga melepaskan kunainya pada lawan. Maka terjadilah duel saling melepaskan kunai dan shuriken, dalam posisi berhadapan dengan jarak sekitar 10 meteran. Seth..! ... Seth..!! Mereka terus saling melesat dan menghindar, sambil saling melempar senjata masing-masing. Hingga akhirnya ...Siinngghh...! Senjata Kusarigama di keluarkan oleh lawan Nanako. Kusarigama adalah senjata berbentuk rantai, yang ujungnya di pasangkan kama (sabit bergagang). Senjata yang bisa berfungsi untuk jarak dekat maupun jauh. Srakkgh...! Tak mau kalah, Nanako menggunakan Tekko-Kagi (Cakar bermata lima pisau yang melekat pada telapak tangannya)nya. Kini kedua tangannya bagai cakar beruang besi bermata pisau. Dengan mengandalkan kecepatan tubuhnya, yang tingkatnya di atas

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 233.

    Nanako tengah mengamati keempat sosok yang berada di depannya, jaraknya sekitar 40 meter dari posisinya. Tujuannya kini tak jauh beda dengan Elang, menangkap atau menghabisi orang-orang Hakeda pada saat yang tepat. Namun Nanako tak menyadari, kalau Elang berada tak sampai 10 meter dibelakangnya. Nampak di bawah sana area bundaran air mancur, yang merupakan area parkir taman. Masuk sebuah mobil Mercedes-Benz Maybach Exelero hitam milik Hiroshi. Hiroshi nampak langsung turun dan berjalan dengan membawa sebuah koper berukuran sedang, menuju lokasi agak di tengah taman. Hiroshi berhenti tak jauh dari sebuah tiang jam besar, yang tampak pula beberapa kursi kosong di sana. Hiroshi langsung duduk di salah satu kursi itu. Pada malam hari Chishima Park memang nampak sepi. Tak lama kemudian masuk pula Porsche Cayman hitam, dengan Kimura di dalamnya. Nampak Kimura juga langsung turun, dan berjalan menuju lokasi yang sudah disepakati bersama Hiroshi. Tak lama kemudian merekapun bertemu da

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 232.

    "Ohh, kau dari Indonesia. Apakah kau menginap di hotel sekitar sini..?" tanya wanita cantik itu, tanpa menjawab pertanyaan Elang. Dia tak merasa perlu memperkenalkan namanya pada orang asing ini. "Iya benar," sahut Elang. Dan semakin di pandangnya, maka makin banyak kesamaan wajah wanita cantik itu, dengan gadis yang selalu berada di hati Elang, Nadya.! Bentuk wajah, alis mata, hidung, serta bibirnya yang merah merekah sangat mirip dengan Nadya. Hanya warna kulit dan matanya saja yang berbeda. Karena wanita ini berkulit lebih putih, dan matanya sedikit lebih sipit dari Nadya. "Sedang apa kau di sini..?" tanya wanita itu lagi, dengan tatapan tajam menyelidik. "Sedang menikmati pemandangan malam di Chishima Park ini, Nona," sahut Elang tersenyum ramah. Elang diam-diam menyelidiki tingkatan energi gadis cantik itu. Dan Elang mendapati, bahwa tingkat energi nona cantik itu masih di bawah Sanada. Dan hati Elang berharap, wanita ini tidak bersebrangan dengan dirinya.'Sayang sekali

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 231.

    Jelas sudah kini, apa sebenarnya motif Yutaka Kobayashi menawar 'dokumen cetak biru' itu. Ya, dia ingin mempertahankan tekhnologi Jepang, agar tak keluar dari negerinya. Dia ingin Jepang semakin maju, dengan 'tekhnologi' yang semakin canggih. Bahkan dia bersedia berkorban harta dan nyawa, demi menjaga hal itu. Sungguh luar biasa memang, rasa 'nasionalisme' yang tertanam dalam jiwa Yutaka dan keluarganya. Sungguh dalam hatinya, dia sangat ingin menghabisi Hakeda di kediamannya tadi. Saat Hakeda menyatakan telah juga menwarkan 'cetak biru' itu, pada pihak Rusia dan Amerika. Yutaka bagai sedang menatap seorang 'pengkhianat negara', saat berhadapan dengan Hakeda. Oleh karenanya dia tak betah berlama-lama di kediaman Hakeda. "Baik ayah..!" Nanako menjawab tegas. Bukan tanpa alasan Yutaka mengutus putrinya yang cantik itu dalam misi berbahaya. Leluhurnya Fujibayashi Nagato, adalah seorang pemimpin ninja Iga di era abad ke 16. Secara turun temurun dari generasi ke generasi, keluarga

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status