Share

Bab 229.

Author: BayS
last update Last Updated: 2025-04-06 16:28:34

"Salam Bibi Yukari, Arata, dan Haruto. Saya Elang, teman Keina," Elang turut memberi hormat dan memperkenalkan dirinya, pada ketiga keluarga pak Kimura ini.

"Terimakasih Elang," Yukari nampak tersenyum ramah, membalas penghormatan Elang. Hal yang diikuti pula oleh Arata dan Haruto.

Mereka bertiga lalu melanjutkan melangkah mengikuti Hiromi, menuju ke kamar tamu yang telah disiapkan oleh Hiromi untuk mereka.

"Mas Elang, saya kembali ke kamar dulu ya," ucap Keina, dia beranjak ke kamarnya dan ingin rebah sejenak di sana.

"Silahkan Keina," sahut Elang, dia pun langsung menuju ke gazebo halaman belakang rumah.

Ya, karena Elang telah merasakan energi Sanada di sana.

Benar saja saat Elang tiba di gazebo itu, dilihatnya Sanada tengah duduk di sana. Nampak di meja kecil dalam Gazebo terdapat sebotol Mugi Shochu (minuman keras Jepang berkadar alkohol 25% - 37%), dan sebuah gelas kecil terbuat dari kayu (Riyo).

Entah darimana Sanada mendapatkan itu semua, mungkin dia membelinya di toko m
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rika Bohayy Bohayy99
wawwwww keren keren lanjut kan mas elang semngt up yg buwanyakkkkkkk
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 230.

    Sethh..!! Staaphh..!!! Splaashh.!! Taph..!"Hahhh...?! A-apa..?!" Sanada berseru kaget bukan kepalang. Dia melihat seberkas sinar matahari masuk melalui celah di pilar balok gazebo, bekas titik shurikennya di lesatkan. Ya, shurikennya berhasil menembus balok pilar setebal 20cm x 20cm itu dengan mudahnya. Hal yang tak akan dicapainya sendiri dalam 2-3 tahun latihan se intensif apapun. Oleh karenanya Sanada langsung membungkuk penuh hormat, tanpa bisa berkata-kata pada Elang. Kini dalam hatinya sudah tunduk, dan menganggap Elang adalah guru ketiganya. "Sudahlah Tuan Sanada, saya hanya membuka simpul yang belum terbuka. Sepenuhnya dasar tenaga dalam tuan Sanada memang hebat," Elang berkata rikuh, mendapat perlakuan yang membingungkannya itu. "Elang, mulai sekarang panggil saja saya Paman. Dan di hatiku kau adalah guru ketigaku Elang," Sanada berucap penuh haru. Ya, bagi seorang petarung, tiadalah yang lebih berharga daripada peningkatan ilmunya. Dan hanya dalam waktu sepeminuman te

    Last Updated : 2025-04-07
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 231.

    Jelas sudah kini, apa sebenarnya motif Yutaka Kobayashi menawar 'dokumen cetak biru' itu. Ya, dia ingin mempertahankan tekhnologi Jepang, agar tak keluar dari negerinya. Dia ingin Jepang semakin maju, dengan 'tekhnologi' yang semakin canggih. Bahkan dia bersedia berkorban harta dan nyawa, demi menjaga hal itu. Sungguh luar biasa memang, rasa 'nasionalisme' yang tertanam dalam jiwa Yutaka dan keluarganya. Sungguh dalam hatinya, dia sangat ingin menghabisi Hakeda di kediamannya tadi. Saat Hakeda menyatakan telah juga menwarkan 'cetak biru' itu, pada pihak Rusia dan Amerika. Yutaka bagai sedang menatap seorang 'pengkhianat negara', saat berhadapan dengan Hakeda. Oleh karenanya dia tak betah berlama-lama di kediaman Hakeda. "Baik ayah..!" Nanako menjawab tegas. Bukan tanpa alasan Yutaka mengutus putrinya yang cantik itu dalam misi berbahaya. Leluhurnya Fujibayashi Nagato, adalah seorang pemimpin ninja Iga di era abad ke 16. Secara turun temurun dari generasi ke generasi, keluarga

    Last Updated : 2025-04-07
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 232.

    "Ohh, kau dari Indonesia. Apakah kau menginap di hotel sekitar sini..?" tanya wanita cantik itu, tanpa menjawab pertanyaan Elang. Dia tak merasa perlu memperkenalkan namanya pada orang asing ini. "Iya benar," sahut Elang. Dan semakin di pandangnya, maka makin banyak kesamaan wajah wanita cantik itu, dengan gadis yang selalu berada di hati Elang, Nadya.! Bentuk wajah, alis mata, hidung, serta bibirnya yang merah merekah sangat mirip dengan Nadya. Hanya warna kulit dan matanya saja yang berbeda. Karena wanita ini berkulit lebih putih, dan matanya sedikit lebih sipit dari Nadya. "Sedang apa kau di sini..?" tanya wanita itu lagi, dengan tatapan tajam menyelidik. "Sedang menikmati pemandangan malam di Chishima Park ini, Nona," sahut Elang tersenyum ramah. Elang diam-diam menyelidiki tingkatan energi gadis cantik itu. Dan Elang mendapati, bahwa tingkat energi nona cantik itu masih di bawah Sanada. Dan hati Elang berharap, wanita ini tidak bersebrangan dengan dirinya.'Sayang sekali

    Last Updated : 2025-04-07
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 233.

    Nanako tengah mengamati keempat sosok yang berada di depannya, jaraknya sekitar 40 meter dari posisinya. Tujuannya kini tak jauh beda dengan Elang, menangkap atau menghabisi orang-orang Hakeda pada saat yang tepat. Namun Nanako tak menyadari, kalau Elang berada tak sampai 10 meter dibelakangnya. Nampak di bawah sana area bundaran air mancur, yang merupakan area parkir taman. Masuk sebuah mobil Mercedes-Benz Maybach Exelero hitam milik Hiroshi. Hiroshi nampak langsung turun dan berjalan dengan membawa sebuah koper berukuran sedang, menuju lokasi agak di tengah taman. Hiroshi berhenti tak jauh dari sebuah tiang jam besar, yang tampak pula beberapa kursi kosong di sana. Hiroshi langsung duduk di salah satu kursi itu. Pada malam hari Chishima Park memang nampak sepi. Tak lama kemudian masuk pula Porsche Cayman hitam, dengan Kimura di dalamnya. Nampak Kimura juga langsung turun, dan berjalan menuju lokasi yang sudah disepakati bersama Hiroshi. Tak lama kemudian merekapun bertemu da

    Last Updated : 2025-04-07
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 234.

    Sethh..! Sosok Nanako melesat dan berdiri tegak di depan mereka berdua. Ninja hitam yang masih bugar segera melesat ke kanan, sambil melepaskan kunainya. Nanako mengikuti arah lesatan ninja itu, dia melesat sejajar ke arah kiri, sambil juga melepaskan kunainya pada lawan. Maka terjadilah duel saling melepaskan kunai dan shuriken, dalam posisi berhadapan dengan jarak sekitar 10 meteran. Seth..! ... Seth..!! Mereka terus saling melesat dan menghindar, sambil saling melempar senjata masing-masing. Hingga akhirnya ...Siinngghh...! Senjata Kusarigama di keluarkan oleh lawan Nanako. Kusarigama adalah senjata berbentuk rantai, yang ujungnya di pasangkan kama (sabit bergagang). Senjata yang bisa berfungsi untuk jarak dekat maupun jauh. Srakkgh...! Tak mau kalah, Nanako menggunakan Tekko-Kagi (Cakar bermata lima pisau yang melekat pada telapak tangannya)nya. Kini kedua tangannya bagai cakar beruang besi bermata pisau. Dengan mengandalkan kecepatan tubuhnya, yang tingkatnya di atas

    Last Updated : 2025-04-07
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 235.

    "Jangan sombong kau Sanada..! Hiyahh..!" wukhh..!! weshh..!" Shaburo memaki sambil melayangkan dua serangan. Kaki kanannya menendang ke arah kepala Sanada, sementara kaki kirinya lagi menjejak ke arah perut Sanada. Seth..! Sanada menghindari dua serangan itu dengan melakukan loncatan ke atas sambil bersalto. Lalu dia menukik dengan kaki kanan mengibas ke arah kepala Shaburo. Dakhh..! Shaburo menagkis tendangan Sanada dengan kedua hasta tangannya. Namun tetap saja Shaburo terdorong, searah kibasan kaki Sanada yang begitu kuat. Dan duel pun berlanjut seru, saling tangkis dan saling serang terjadi, dengan kecepatan yang mengagumkan. Keduanya memiliki kecepatan dan ketangkasan yang berimbang. Namun Elang melihat, bahwa Sanada masih belum melambari serangannya dengan kekuatan penuh tenaga dalamnya. Elang pun mengerti, Sanada tidak ingin terburu-buru mengakhiri pertarungannya, yang seharusnya sudah selesai sejak tadi. Karena jika Sanada mengalirkan tenaga dalam penuh pada serangann

    Last Updated : 2025-04-08
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 236.

    Tok, tok, tok..! Klekh..! "Masuklah Elang," suara seorang wanita terdengar dari dalam kamar, dan dia adalah Nanako. "Rencana kita berhasil dengan baik Nanako," ucap Elang puas, sambil memperlihatkan dokumen-dokumen rahasia milik Hiroshi. Elang juga langsung melepas pakaian ninja Shaburo yang dipakainya. "Aku sudah mendengar pembicaraan kalian, dari alat penyadapku di ruangan itu Elang," Nanako berkata tersenyum, manis sekali. "Wahh, hebat sekali Nanako," Elang terkejut mendengar kabar itu. Elang sendiri telah merekam semua perkataan dari Hakeda tadi, selama dia berada di ruangan pribadinya. Karena Elang telah mengaktifkan rekaman suara di ponselnya, sebelum sampai di kediaman Hakeda. "Nanako, apakah hukum di negeri ini membolehkan, dan mengakui data elektronik sebagai alat bukti di pengadilan?" tanya Elang. "Tentu saja Elang. Di jepang ini mengakui adanya bukti elektronik, sebagai alat bukti di pengadilan," sahut Nanako. "Ohh, berarti hasil rekaman alat sadapmu dan rekaman s

    Last Updated : 2025-04-08
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 237.

    "Masuklah Nona Nanako, Elang. Mari kita bicara di dalam ruang pribadiku," ajak Hiroshi mempersilahkan. Elang, Nanako, dan tak ketinggalan Keina ikut menuju ruang pribadi Hiroshi. Nanako nampak canggung, saat melihat Keina langsung menggandeng tangan Elang. Sesampainya di dalam ruangan, mereka pun langsung duduk di sofa. "Elang, bagaimana dengan rencana kita..?" tanya Hiroshi. "Rencana berjalan baik Pak Hiroshi, ini dokumen-dokumen rahasia 'Yoshida Corporation' yang mereka curi," sahut Elang, sambil menyerahkan dokumen-dokumen rahasia Hiroshi yang hilang. Hiroshi menerimanya dan langsung memeriksa dokumen-dokumen itu, wajahnya tampak berseri gembira sekali. "Ahh..! Terimakasih Elang. Semua dokumen masih lengkap tak kurang satupun. Sungguh aku berhutang budi padamu Elang. Dokumen-dokumen ini bagai nafas bagi perusahaanku," Hiroshi berkata sambil menunduk hormat pada Elang. Dan beban berat yang menghantui hati dan jiwanya, seakan terangkat lepas saat itu juga. Bahkan di dalam do

    Last Updated : 2025-04-08

Latest chapter

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 321.

    "Ampun Ayahanda Prabu. Rasanya telah lama Ratih tak mengetahui kehidupan di luar istana. Ini juga adalah kesempatan bagi Ratih. Untuk meluaskan pengalaman dan mengenal kondisi rakyat yang sebenarnya, di wilayah Kalpataru saat ini," sahut Ratih memperjelas keinginannya. "Baiklah Nanda Ratih, kuperintahkan kau mulai besok. Untuk ikut menemani Elang dalam pengembaraannya, mencari 5 Panglima Petaka..!" turun sudah titah dari sang Prabu, untuk putrinya Ratih Kencana. Dan Elang pun terlongong tak mampu berbuat apa-apa. Karena itu adalah perintah sang Prabu. Sesuatu yang tak mungkin ditolak atau dihindari Elang. Karena pasti akan menimbulkan 'gejolak' saat itu juga, jika dia mengemukakan penolakannya. "Baik Ayahanda Prabu. Ratih akan mengemban tugas itu sebaik-baiknya," ucap Ratih tegas, seraya memberi hormat dan mencium tangan sang Prabu. Lalu Ratih pun beranjak keluar meninggalkan istana dalem. Wajahnya nampak berseri, menuju kembali ke keputren. Ratih hendak mempersiapkan penyamaran

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 320.

    "Hahh..?! Sungguh ajaib..! Benda itu bisa mengeluarkan cahaya dan gambar..!" seru sang Mahapatih, yang kembali menghampiri Elang. Dia kembali meminta ponsel di tangan Elang. "Kemarikan 'benda' itu Patih Basutama..!" seru sang Prabu penasaran. Basudewa segera menyerahkan benda itu pada sang Prabu. Walau sebenarnya dia juga masih penasaran, dengan benda bernama 'ponsel' itu. "Elang mendekatlah. Beritahu dan jelaskan padaku cara kerja 'benda' ini," ucap sang Prabu, namun matanya tetap tak bergeming dari 'ponsel' yang digenggamnya. "Baik Gusti Prabu," akhirnya Elang beranjak mendekat ke arah sang Prabu. Kali ini tak ada yang berani menghalanginya, karena memang atas perintah sang Prabu sendiri. Elang pun menjelaskan fungsi 'ponsel' sebagai alat komunikasi jarak jauh di masanya, serta garis besar penggunannya. Walau terbatas hanya keterangan saja, karena memang tak ada jaringan di masa itu. Namun Elang berhasil membuat sang Prabu dan seluruh orang, yang berada di istana saat itu terk

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 319.

    “Ahh, pastinya kamu juga menguasai ilmu kanuragan dan kadigjayaan, seperti Ayahandamu ya adik Cendani,” ujar Elang memperkirakan. “Hanya sedikit bisa saja kok Mas Elang. O iya, apakah Mas Elang memang berasal dari alam masa depan seperti kata Eyang?” Cendani mulai mengeluarkan pertanyaan, yang mengganjal di hatinya. “Sepertinya begitu Adik Cendani. Masa-masa kerajaan sudah tak ada lagi di alamku berada. Tapi aku percaya pasti ada ‘makna’ dari Yang Maha Kuasa. Yang menyebabkan aku sampai di masa silam ini adik Cendani,” sahut Elang tenang. Diam-diam Elang memuji kecantikkan alami Cendani ini. 'Sungguh benar-benar seorang dara yang menarik, lembut, dan sopan penuh etika', pikir Elang. Elang tiba-tiba berdiri dari kursinya, dan menghadapkan dirinya ke arah gerbang masuk kediaman Ki Jagadnata. Karena dia mendengar beberapa langkah kaki mendekat, dari arah luar gapura pintu. Cendani pun menjadi kaget dengan sikap Elang. Namun beberapa saat kemudian dia pun menjadi maklum. Masuk beb

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 318.

    "Ohh..! B-baik Eyang," Cendani terkejut dan gugup, mendengar teguran sang Eyang. Dia segera beranjak kembali ke dalam rumah, dengan wajah memerah tersipu malu. Sedangkan Elang hanya tersenyum ramah, seraya anggukkan kepalanya pada Cendani. Ya, tentu saja Cendani terpana, melihat seorang pemuda gagah namun berpakaian aneh dan tak lazim di masanya itu. 'Namanya Elang, tapi darimana asalnya? Kenapa pakaiannya sangat aneh begitu..? Tapi gagah juga dia', bathin Cendani seraya menuju ke bekas kamar ayahnya. "Elang ketahuilah. Lima murid dari Resi Mahapala yang kamu cari adalah Surapati berjuluk Panglima Badai, Kampala berjuluk Panglima Es, Bhasura berjuluk Panglima Api, Lamhot berjuluk Panglima Awan, serta Gardika yang berjuluk Panglima Surya," ujar Ki Jagadnata menjelaskan. "Baik Eyang. Elang akan mengingat nama dan julukkan mereka. Dan jika mereka tak mau mengatakan tujuan sebenarnya, dari Resi Mahapala masuk ke dimensi Elang. Maka Elang juga tak akan segan, untuk bersikap keras pad

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 317.

    ‘Pemuda asing bedebah! Jika kau berani mencuri hati putri Ratih Kencana. Maka kau akan berhadapan denganku, Senopati Singayudha! Kau akan mati di tanah ini!’ bathin Senopati itu, mengancam Elang. ‘Ahh! Rupanya hanya gara-gara putri cantik bernama Ratih Kencana itu. Hehe’, bathin Elang terkekeh. Setelah mengetahui penyebab Senopati itu menatapnya dengan pandangan dingin, dan penuh kebencian itu. Ya, rupanya Senopati muda itu juga memperhatikan, saat putri Ratih Kencana beberapa kali mencuri pandang ke arah Elang. Selama pertemuan itu berlangsung. Dan tentu saja Senopati Singayudha bisa menilai. Bahwa tatapan penasaran dari putri jelita itu terhadap Elang, akan bisa berubah menjadi ‘suatu’ rasa yang berbeda. “Baiklah..! Kuputuskan sementara ini kita akan mengirimkan 10 telik sandi (mata-mata). Untuk memantau pergerakan 5 Panglima Petaka bawahan Resi Mahapala yang telah menyusup di ke 5 kerajaan bagian Kalpataru. Yaitu, kerajaan Dhaka, Pangkah, Shaba, Marapat, dan Galuga. Untuk pe

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 316.

    "Para Penasehat, Patih, dan juga para Senopati. Terbukti sudah kini ramalan Resi Salopa. Huru hara di tlatah Kalpataru telah dimulai. Tak lama lagi, menurut wangsit yang kuterima. Lautan darah akan menghempas bergelombang dari 5 kerajaan bagian, di bawah naungan kerajaan Kalpataru ini,” ujar sang Prabu, dengan hati masygul dan geram. “Sekarang aku meminta pendapat pada kalian semua. Apa yang harus kerajaan ini lakukan, dalam menghadapi kemelut yang sebentar lagi pasti terjadi ini?” tanya sang Prabu. Ruang paseban agung hening seketika, setelah mendengar pertanyaan Prabu Mahendra Wijaya. Mereka semua berusaha memeras akal, untuk menjawab pertanyaan sang Prabu. Para penasehat rata-rata berpikir seraya membelai jenggotnya, Maha Patih Basutama terlihat terpekur menatap lantai paseban, dengan mata bergerak-gerak. Sedangkan para Senopati terlihat menunduk, dengan jari tangan sesekali menggaruk pelan paha mereka. Lama tak ada suara jawaban terdengar, saat ... “Mohon maaf Gusti Prabu. K

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 315.

    Spraath! Sprath! ... Spraaths..!!! Puluhan anak panah berapi melesat serentak ke arah Elang. Sementara Elang hanya tersenyum saja melihat hal itu. Tapi diam-diam dia mengerahkan aji ‘Perisai Sukma’nya. Selimut cahaya hijau segera muncul menyelimuti sosok Elang. Kini tubuhnya telah di lindungi, oleh lapisan energi tenaga dalam dan bathinnya. Trakh! Trakh! Taghk! ... Taghk..!!! Semua anak panah yang mengenai selimut cahaya hijau sosok Elang, patah dan luruh dengan api padam seketika. “Hahh..!! Di-dia k-kebal panah..!!” seru terkejut pasukkan Sarkala, yang menyaksikan hal tersebut. “Hiahh..!" Seth..! Sarkala berseru keras seraya melesat ke arah Elang. Rupanya dia memiliki ilmu meringankan tubuh yang lumayan tinggi. Dan setelah jaraknya hanya 4 meter, dari sosok Elang. “Hiah..!" Wesshk..! Sarkala berseru seraya hantamkan ajian andalannya ‘Sawer Wisa’. Selarik asap hitam pun melabrak selimut cahaya hijau, yang melapisi sosok Elang. ‘Sawer Wisa’ adalah Ajian yang bisa membuat l

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 314.

    “Ayo kita lebih cepat lagi..!" Slaph..! Ki Jagadnata memberi arahan, seraya sosoknya melesat semakin pesat bak meteor. Menuju ke arah asap hitam yang membumbung tinggi itu. Slaph..! Elang pun melesat bagai lenyap, dan tak terlihat lagi oleh Srenggana, yang tertinggal di belakang. “Uedan. !” seru Srenggana terkejut. Karena dia kini hanya bisa melihat sosok sang Guru di depannya, sedangkan Elang entah lenyap ke mana. “Tutup gerbang kota..! Jangan sampai para pemberontak itu masuk..!” seru sang pemimpin sebuah pasukan, yang tampak tengah terdesak mundur. Sosoknya telah berdarah-darah dan terluka disana sini. Namun dia tetap bertahan, seraya bergerak mundur ke arah gerbang. Nampak pasukan yang dipimpinnya hanya tersisa puluhan prajurit saja, sedangkan pasukan musuh mereka berjumlah 4 kali lipat dari pasukkan mereka. Dengan beringas dan tanpa ampun, pasukan musuh menghabisi puluhan prajurit kerajaan yang masih tersisa, satu demi satu. “Senopati Hanggada..! Masuklah..! Gerbang aka

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 313.

    "Tahan anak muda..!" Wush..! Sebuah gelombang energi dahsyat bercahaya kebiruan, melesat cepat ke arah Elang. Diiringi lesatan secepat kilat sosok putih, yang langsung menyambar sosok Srenggana, lalu meletakkan sosok manusia kera itu di tempat aman. Seth..! Taph..! Elang pun sontak melenting ke atas, lalu bersalto beberapa kali. Untuk menghindari gelombang pukulan sosok putih itu. Hingga akhirnya dia mendarat ringan, di sebuah puncak karang. Sepasang matanya langsung menatap tajam, ke arah sosok putih yang telah membokongnya tadi. Blaargkhs..!! Tebing karang hitam meledak ambyar dan rompal. Terkena pukulan sosok putih yang melesat tadi. Bukit Karang Waja pun kembali berguncang keras, bak dilanda lindu. Pecahan karang berhamburan melesat ke segala arah. Asap putih pun nampak mengepul, di sekitar ledakkan itu. Dan saat asap putih itu pudar tertiup angin. Maka nampaklah sebuah cekungan melesak sedalam setengah meter, di bekas pukulan itu. Dahsyat..! “Hei, pemuda asing..! Mengap

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status