Kraghh..! Kraghh..! Kraghh..!Tiga orang security Bank langsung menghadap ke penciptanya. Hanya dengan 3 kali gerakkan sisi tangan sosok misterius, yang menghantam leher ketiganya hingga patah berderak. Sosok itu langsung menghantam perangkat CCTV, yang memonitor bagian luar kantor. Braghh..!! Perangkat CCTV luar itu langsung hancur berkeping, dan 4 layar monitor di posko itu pun hanya mengeluarkan gambar semut. Sosok berhelm itu melesat kembali, ke pagar gerbang Bank itu dan langsung meremas hancur gembok pagar. Lalu dia membuka pagar itu lebar-lebar. Klaakh..!! Klangg..! Secara beriringan masuk 7 sepeda motor yang kesemuanya berboncengan. Hingga jumlah totalnya 14 orang yang kesemuanya memakai helm. Masuk pula sebuah APV hitam dan sebuah truk box kosong, yang masing-masing kendaraan itu berisi 2 orang, supir dan asistennya. Sosok pembuka jalan itu lalu melesat, dan menghantam pintu masuk Bank dengan kedua telapak tangannya, Braaaghk...!! Praankhh..!! Pintu masuk yang terb
"Hidup Bos Permadi...!!" "Jaya GASStreet..!!" Seruan gegap gempita terdengar di sebuah ruang dalam rumah kosong, yang jauh dari tetangga kiri kanannya. Rumah itu terlihat sepi dan kosong pada siang hari, namun ramai orang pada malam hari. Dinding ruang khusus itu memang dilapisi dengan pengedap suara, bagai studio musik berukuran cukup luas. Sehingga suara sekeras apa pun tidak akan terdengar hingga ke luar ruangan itu. Kamar kedap suara itu berfungsi sebagai tempat pembicaraan, pertemuan, serta pematangan perencanaan aksi-aksi GASStreet. Ruangan itu juga berfungsi sebagai tempat penampungan sementara, dari hasil aksi GASStreet. Sebelum akhirnya didistribusikan pada para anggota, atau Divisi Pencucian Uang. Ya, malam ini adalah malam perayaan keberhasilan, atas 'aksi cukup besar' mereka. Malam ini GASStreet melakukan dua aksi sekaligus dalam waktu hampir bersamaan, dan kedua aksi mereka berhasil dengan gemilang. Aksi pertama yang di pimpin langsung oleh Permadi di Bank ABC,
Nampak wajah Nanako selalu tersenyum gembira, karena bisa pergi berduaan bersama pemuda idolanya. Setelah kejadian 'lumatan lembut' di Chishima Park dan di kediaman Keina. Nanako memang punya kebiasaan baru, jika dia sedang menyepi di kamarnya. Kebiasaan barunya adalah 'memegangi bibir'nya sendiri, sambil tersenyum-senyum membayangkan saat dirinya 'berciuman' dengan Elang. Hehe. Elang setuju saja dengan usulan Nanako, untuk berjalan-jalan di Ginza. Ginza merupakan suatu distrik di Chuo, Tokyo. Dan menjadi salah satu tempat wisata terkenal di Tokyo. Tempat ini merupakan pusat perbelanjaan kelas atas, tempat hiburan dan makan, serta terdapat berbagai macam pertokoan, butik, galeri seni, restoran, dan kafe. Di Ginza, wisatawan dapat menemukan berbagai macam mode dan kosmetik terkenal. Mayoritas toko di Ginza buka setiap hari dalam waktu seminggu. "Mas Elang, dari Ginza nanti kita ke Shinjuku Gyoen National Garden yuk. Pemandangan di sana cukup indah lho Mas Elang," ajak Nanako deng
Yudha :"Video ini sementara belum disebar luaskan Mas Elang. Karena masih dalam penyelidikkan lebih lanjut, baru kamu orang dari luar kepolisian yang melihat rekaman CCTV ini." Elang menyimak dengan serius, video yang diputar di ponselnya. Merasa penasaran, Nanako ternyata juga ikut melihat video di ponsel Elang. "Ahh..!" seruan Elang terdengar, saat dia melihat sosok penjahat berhelm itu kebal peluru. Mata bathin Elang melihat adanya aura kebiruan menyelimuti sosok itu, saat ia di tembak oleh dua orang security di dalam video itu. Suatu aura energi yang sangat kuat, tak kalah dengan aura perisai sukma miliknya yang berwarna hijau. "Luar biasa orang ini," gumam Elang, saat melihat sosok penjahat itu menjebol pintu besi brankas setebal 30 cm itu. Bagi Elang, bukan jebolnya pintu besi itu yang membuatnya kagum, karena Elang juga bisa melakukannya. Namun Elang melihat jelas, bahwa sosok itu belum mengerahkan seluruh 'power'nya. Saat dia menjebol pintu besi itu. Dan itu adalah dahsy
""Seranganku nanti malam akan melemahkan mental keluarga Yutaka, Nyonya Kairi. Serangan ini hanya akan terasa, jika ada seseorang berkekuatan 'ghaib' tinggi di keluarga mereka. Sepertinya tidak ada kan Nyonya Kairi..?" tanya Aung Min, sang paranormal dari Myanmar. "Sepertinya tak ada Aung Min. Mereka hanya memiliki kekuatan bathin biasa seorang ninja," sahut Kairi senang. Ya, jika mental keluarga Yutaka sudah 'down', maka akan mudah bagi mereka menghabisi keluarga itu besok malamnya. Begitulah pikir Aung Min dan Kairin.*** Sementara di saat yang sama, di sebuah kamar suite hotel bintang 5 di Solo. Seorang wanita jelita berubuh polos menggiurkan nampak tengah 'menunggangi' seorang pria gagah, yang tak asing lagi bagi kita, Permadi.!"Ahks..! Mas Permadi..! Seruni ma..u sam..pai lagi..! Uhksgghh..!" Seruni mendesah terbata, seraya bergoyang makin hot dan cepat. Wajahnya terlihat seksi sekali, dengan sedikit keringat di dahinya yang mulus. Bibirnya tampak menganga indah merekah
"Elang. Sekali lagi keluarga Kobayashi mengucapkan terimakasih mendalam padamu. Sungguh suatu anugerah tak terhingga bagi kami, menerima petunjuk darimu. Terimalah hormat kami sekeluarga atas kemurahan hatimu Elang," Yutaka langsung membungkukkan dalam-dalam badannya di hadapan Elang, yang diikuti oleh istri, Nanako, dan Tatsuya. Bahkan para pelayan yang kebetulan melintas, saat mereka melihat hal itu juga langsung membungkuk dalam ke arah Elang. "Baiklah Pak Yutaka sekeluarga, saya juga mengucapkan terimakasih atas penerimaan baik kalian terhadapku di rumah ini," Elang lalu membalas penghormatan mereka semua. Malam sudah agak larut, saat Elang sedang berbicara dengan Tatsuya di teras belakang rumah. Tiba-tiba Elang merasakan suatu gelombang energi ghaib, yang perlahan bergerak bagai gumpalan kabut menyelimuti kediaman Yutaka. "Elang, badanku terasa lesu sekali. Sebaiknya aku masuk ke kamar dulu ya," ucap Tatsuya, yang tiba-tiba badannya terasa sangat lesu dan tak bergairah. "
Slaphh...! 'Hmm. Orang sepuh ini adalah musuh paling berbahaya, bagi keluarga Yutaka besok. Power bathinnya mumpuni, dia bisa merasakan kehadiranku', bisik bathin Elang. Sukma Elang melesat cepat kembali ke raganya di sebuah gazebo milk tetangga jauh Hitoshi. Sementara di kamarnya, Gomchen Yeshe sangat terkejut. Dia merasakan dan melihat sebuah energi aneh yang luar biasa, melintas masuk ke kamarnya. Namun power luar biasa itu kembali melesat lenyap. Gomchen Yeshe pun sempat berkelebat keluar kamarnya melalui jendela. Namun kecepatan sukma Elang jangan dikatakan lagi. Bahkan aura energi Elang pun, seketika jadi tak terdeteksi sama sekali oleh gomchen Yeshe.'Energi luar biasa siapa itu..? Tidak ada energi seperti itu dalam diri rekan-rekanku. Apakah itu energi dari orang bayaran Yutaka..? Jika benar, maka serangan besok malam akan sulit. Tapi semoga saja bukan itu', bisik hati Gomchen Yeshe berharap. Ya, menjadi salah seorang dari pengawal Kairi, adalah sebuah keterpaksaan b
Sebuah mobil sedan yang membawa sepasang suami istri, dan seorang anak lelaki berusia 3 tahun nampak meluncur tak terkendali. Di depan mobil itu, terpampang sebuah kelokkan tajam lembah Cipanas yang curam dan dalam. Ya, akibat menghindari pengemudi motor yang ugal-ugalan di jalan. Rupanya Sukanta tak bisa melihat, bahwa di depannya terdapat tikungan tajam,“Awas Pahhh..!!” teriak panik dan ketakutan Wulandari sang istri. Sang suami berusaha mengendalikan mobilnya yang oleng. Dan tak sengaja dalam kepanikkannya melihat lembah curam di depannya, Sukanta malah menginjak gas dan rem bersamaan. Brrrmm...!! Ciitttt..!!“Huhuhuuu..! Elang takut Mahh, Pahh,” tangis sang anak, yang menyadari sesuatu yang buruk akan terjadi.“Pahh..! Innalillahi ...!!” teriak sang istri, wajahnya pucat pasi.“Astaghfirullahaladzim ....!!” seru sang suami keras. Dan tak ayal mobilnya menabrak pagar besi di bibir lembah. Braagghhh !! Pagar besi pun roboh. Sadar akan jatuh ke lembah curam yang tinggi, Wuland
Slaphh...! 'Hmm. Orang sepuh ini adalah musuh paling berbahaya, bagi keluarga Yutaka besok. Power bathinnya mumpuni, dia bisa merasakan kehadiranku', bisik bathin Elang. Sukma Elang melesat cepat kembali ke raganya di sebuah gazebo milk tetangga jauh Hitoshi. Sementara di kamarnya, Gomchen Yeshe sangat terkejut. Dia merasakan dan melihat sebuah energi aneh yang luar biasa, melintas masuk ke kamarnya. Namun power luar biasa itu kembali melesat lenyap. Gomchen Yeshe pun sempat berkelebat keluar kamarnya melalui jendela. Namun kecepatan sukma Elang jangan dikatakan lagi. Bahkan aura energi Elang pun, seketika jadi tak terdeteksi sama sekali oleh gomchen Yeshe.'Energi luar biasa siapa itu..? Tidak ada energi seperti itu dalam diri rekan-rekanku. Apakah itu energi dari orang bayaran Yutaka..? Jika benar, maka serangan besok malam akan sulit. Tapi semoga saja bukan itu', bisik hati Gomchen Yeshe berharap. Ya, menjadi salah seorang dari pengawal Kairi, adalah sebuah keterpaksaan b
"Elang. Sekali lagi keluarga Kobayashi mengucapkan terimakasih mendalam padamu. Sungguh suatu anugerah tak terhingga bagi kami, menerima petunjuk darimu. Terimalah hormat kami sekeluarga atas kemurahan hatimu Elang," Yutaka langsung membungkukkan dalam-dalam badannya di hadapan Elang, yang diikuti oleh istri, Nanako, dan Tatsuya. Bahkan para pelayan yang kebetulan melintas, saat mereka melihat hal itu juga langsung membungkuk dalam ke arah Elang. "Baiklah Pak Yutaka sekeluarga, saya juga mengucapkan terimakasih atas penerimaan baik kalian terhadapku di rumah ini," Elang lalu membalas penghormatan mereka semua. Malam sudah agak larut, saat Elang sedang berbicara dengan Tatsuya di teras belakang rumah. Tiba-tiba Elang merasakan suatu gelombang energi ghaib, yang perlahan bergerak bagai gumpalan kabut menyelimuti kediaman Yutaka. "Elang, badanku terasa lesu sekali. Sebaiknya aku masuk ke kamar dulu ya," ucap Tatsuya, yang tiba-tiba badannya terasa sangat lesu dan tak bergairah. "
""Seranganku nanti malam akan melemahkan mental keluarga Yutaka, Nyonya Kairi. Serangan ini hanya akan terasa, jika ada seseorang berkekuatan 'ghaib' tinggi di keluarga mereka. Sepertinya tidak ada kan Nyonya Kairi..?" tanya Aung Min, sang paranormal dari Myanmar. "Sepertinya tak ada Aung Min. Mereka hanya memiliki kekuatan bathin biasa seorang ninja," sahut Kairi senang. Ya, jika mental keluarga Yutaka sudah 'down', maka akan mudah bagi mereka menghabisi keluarga itu besok malamnya. Begitulah pikir Aung Min dan Kairin.*** Sementara di saat yang sama, di sebuah kamar suite hotel bintang 5 di Solo. Seorang wanita jelita berubuh polos menggiurkan nampak tengah 'menunggangi' seorang pria gagah, yang tak asing lagi bagi kita, Permadi.!"Ahks..! Mas Permadi..! Seruni ma..u sam..pai lagi..! Uhksgghh..!" Seruni mendesah terbata, seraya bergoyang makin hot dan cepat. Wajahnya terlihat seksi sekali, dengan sedikit keringat di dahinya yang mulus. Bibirnya tampak menganga indah merekah
Yudha :"Video ini sementara belum disebar luaskan Mas Elang. Karena masih dalam penyelidikkan lebih lanjut, baru kamu orang dari luar kepolisian yang melihat rekaman CCTV ini." Elang menyimak dengan serius, video yang diputar di ponselnya. Merasa penasaran, Nanako ternyata juga ikut melihat video di ponsel Elang. "Ahh..!" seruan Elang terdengar, saat dia melihat sosok penjahat berhelm itu kebal peluru. Mata bathin Elang melihat adanya aura kebiruan menyelimuti sosok itu, saat ia di tembak oleh dua orang security di dalam video itu. Suatu aura energi yang sangat kuat, tak kalah dengan aura perisai sukma miliknya yang berwarna hijau. "Luar biasa orang ini," gumam Elang, saat melihat sosok penjahat itu menjebol pintu besi brankas setebal 30 cm itu. Bagi Elang, bukan jebolnya pintu besi itu yang membuatnya kagum, karena Elang juga bisa melakukannya. Namun Elang melihat jelas, bahwa sosok itu belum mengerahkan seluruh 'power'nya. Saat dia menjebol pintu besi itu. Dan itu adalah dahsy
Nampak wajah Nanako selalu tersenyum gembira, karena bisa pergi berduaan bersama pemuda idolanya. Setelah kejadian 'lumatan lembut' di Chishima Park dan di kediaman Keina. Nanako memang punya kebiasaan baru, jika dia sedang menyepi di kamarnya. Kebiasaan barunya adalah 'memegangi bibir'nya sendiri, sambil tersenyum-senyum membayangkan saat dirinya 'berciuman' dengan Elang. Hehe. Elang setuju saja dengan usulan Nanako, untuk berjalan-jalan di Ginza. Ginza merupakan suatu distrik di Chuo, Tokyo. Dan menjadi salah satu tempat wisata terkenal di Tokyo. Tempat ini merupakan pusat perbelanjaan kelas atas, tempat hiburan dan makan, serta terdapat berbagai macam pertokoan, butik, galeri seni, restoran, dan kafe. Di Ginza, wisatawan dapat menemukan berbagai macam mode dan kosmetik terkenal. Mayoritas toko di Ginza buka setiap hari dalam waktu seminggu. "Mas Elang, dari Ginza nanti kita ke Shinjuku Gyoen National Garden yuk. Pemandangan di sana cukup indah lho Mas Elang," ajak Nanako deng
"Hidup Bos Permadi...!!" "Jaya GASStreet..!!" Seruan gegap gempita terdengar di sebuah ruang dalam rumah kosong, yang jauh dari tetangga kiri kanannya. Rumah itu terlihat sepi dan kosong pada siang hari, namun ramai orang pada malam hari. Dinding ruang khusus itu memang dilapisi dengan pengedap suara, bagai studio musik berukuran cukup luas. Sehingga suara sekeras apa pun tidak akan terdengar hingga ke luar ruangan itu. Kamar kedap suara itu berfungsi sebagai tempat pembicaraan, pertemuan, serta pematangan perencanaan aksi-aksi GASStreet. Ruangan itu juga berfungsi sebagai tempat penampungan sementara, dari hasil aksi GASStreet. Sebelum akhirnya didistribusikan pada para anggota, atau Divisi Pencucian Uang. Ya, malam ini adalah malam perayaan keberhasilan, atas 'aksi cukup besar' mereka. Malam ini GASStreet melakukan dua aksi sekaligus dalam waktu hampir bersamaan, dan kedua aksi mereka berhasil dengan gemilang. Aksi pertama yang di pimpin langsung oleh Permadi di Bank ABC,
Kraghh..! Kraghh..! Kraghh..!Tiga orang security Bank langsung menghadap ke penciptanya. Hanya dengan 3 kali gerakkan sisi tangan sosok misterius, yang menghantam leher ketiganya hingga patah berderak. Sosok itu langsung menghantam perangkat CCTV, yang memonitor bagian luar kantor. Braghh..!! Perangkat CCTV luar itu langsung hancur berkeping, dan 4 layar monitor di posko itu pun hanya mengeluarkan gambar semut. Sosok berhelm itu melesat kembali, ke pagar gerbang Bank itu dan langsung meremas hancur gembok pagar. Lalu dia membuka pagar itu lebar-lebar. Klaakh..!! Klangg..! Secara beriringan masuk 7 sepeda motor yang kesemuanya berboncengan. Hingga jumlah totalnya 14 orang yang kesemuanya memakai helm. Masuk pula sebuah APV hitam dan sebuah truk box kosong, yang masing-masing kendaraan itu berisi 2 orang, supir dan asistennya. Sosok pembuka jalan itu lalu melesat, dan menghantam pintu masuk Bank dengan kedua telapak tangannya, Braaaghk...!! Praankhh..!! Pintu masuk yang terb
"Gilaa..!!" teriakkan keras penuh kekagetan terlontar dari mulut Tatsuya. Matanya terbelalak ngeri namun juga terpesona kagum, melihat 'power' ayahnya kini. "Haahh..!! A..apaaa..?!" seru keras Yutaka, seperti tak percaya pada apa yang baru dilakukannya. Matanya terbelalak dan menatap bergantian, pada kepalan tangannya dan pohon cemara yang telah tumbang itu. Tampak Nanako dan ibunya Mayumi keluar dari dalam rumah, menuju ke tempat tumbangnya pohon cemara itu. Bagi mereka adalah hal biasa, melihat sebuah pohon cemara tumbang di tangan ayah dan suami mereka. "Ada apa Ayah, Kak Tatsuya. Kenapa kalian berteriak keras..?! Mengagetkan saja..!" sungut Nanako, yang tak tahu proses tumbangnya pohon cemara itu. "Luar biasa Nanako..! Kini Ayah memiliki energi yang mengerikkan..!" seru Tatsuya, masih dengan perasaan kagetnya. "Mengerikkan bagaimana Kak Tatsuya..?!" seru Nanako. "Ayah memukul roboh pohon cemara itu dari jarak 2 meter, tanpa menyentuhnya Nanako..!" seru Tatsuya menjelaskan
"Ayo Elang, kita makan bersama," ajak Tatsuya, sambil merangkul pundak Elang. 'Sungguh keluarga yang hangat', bathin Elang terkesan. Acara makan siang bersama di keluarga Yutaka berlangsung hangat dan menyenangkan. Elang seperti merasakan bagian dari keluarga itu. Semua saling tersenyum dan saling menawarkan menu yang tersaji siang itu. Selesai makan siang bersama, Yukata mengajak Elang ke teras halaman belakang rumahnya. Sementara Tatsuya bergegas ke kamarnya, untuk berganti pakaian dan berjanji menyusul ayahnya dan Elang. Yukata mempersilahkan Elang duduk di teras, yang menghadap ke arah halaman belakang rumah itu.Nampak halaman belakang rumah Yukata masih sangat luas. Banyak juga terdapat berbagai tanaman di sana, seperti pinus jepang (Matsu), pohon Sakura, cemara, dan beberapa tanaman lain yang nampak tertata rapih dan indah. "Elang, selagi kau disini maukah kamu memberiku beberapa petunjuk agar aku bisa meningkatkan kemampuanku..?" Yutaka bertanya penuh harap pada Elang.