Tampak di teras rumah Nanako. Tengah duduk Yutaka Kobayashi dan istrinya Mayumi, yang nampak masih cantik di usianya yang menginjak 47 tahun. Yutaka menatap tajam pada Elang. Dia sudah mendengar kabar tentang kemampuan pemuda itu, yang bahkan dikatakan oleh putrinya memiliki kemampuan bak dewa. Kabar itu tentu saja membuat dia menjadi penasaran, dan ingin bertemu langsung dengan Elang. Karena sebagian jiwa Yutaka adalah seorang pendekar ninja, yang tentunya sangat senang bertukar pengalaman dan kemampuan dengan pendekar lainnya. 'Hmm. Langkahnya sungguh ringan, dan aura gelombang powernya memang luar biasa. Pantass.. pantas..!' gumam bathin Yutaka kagum. Namun dia masih merasa penasaran, dan ingin memastikan kemampuan sesungguhnya dari Elang. Saat Elang dan Nanako hendak mencapai tangga teras, Sethh..! Setthh..! Dua buah shuriken melesat sangat cepat ke arah Elang. Nanako yang melihat hal itu langsung melesat, menghindar ke arah samping. "Awas Mas Elang..!" seru Nanako mengin
"Ayo Elang, kita makan bersama," ajak Tatsuya, sambil merangkul pundak Elang. 'Sungguh keluarga yang hangat', bathin Elang terkesan. Acara makan siang bersama di keluarga Yutaka berlangsung hangat dan menyenangkan. Elang seperti merasakan bagian dari keluarga itu. Semua saling tersenyum dan saling menawarkan menu yang tersaji siang itu. Selesai makan siang bersama, Yukata mengajak Elang ke teras halaman belakang rumahnya. Sementara Tatsuya bergegas ke kamarnya, untuk berganti pakaian dan berjanji menyusul ayahnya dan Elang. Yukata mempersilahkan Elang duduk di teras, yang menghadap ke arah halaman belakang rumah itu.Nampak halaman belakang rumah Yukata masih sangat luas. Banyak juga terdapat berbagai tanaman di sana, seperti pinus jepang (Matsu), pohon Sakura, cemara, dan beberapa tanaman lain yang nampak tertata rapih dan indah. "Elang, selagi kau disini maukah kamu memberiku beberapa petunjuk agar aku bisa meningkatkan kemampuanku..?" Yutaka bertanya penuh harap pada Elang.
"Gilaa..!!" teriakkan keras penuh kekagetan terlontar dari mulut Tatsuya. Matanya terbelalak ngeri namun juga terpesona kagum, melihat 'power' ayahnya kini. "Haahh..!! A..apaaa..?!" seru keras Yutaka, seperti tak percaya pada apa yang baru dilakukannya. Matanya terbelalak dan menatap bergantian, pada kepalan tangannya dan pohon cemara yang telah tumbang itu. Tampak Nanako dan ibunya Mayumi keluar dari dalam rumah, menuju ke tempat tumbangnya pohon cemara itu. Bagi mereka adalah hal biasa, melihat sebuah pohon cemara tumbang di tangan ayah dan suami mereka. "Ada apa Ayah, Kak Tatsuya. Kenapa kalian berteriak keras..?! Mengagetkan saja..!" sungut Nanako, yang tak tahu proses tumbangnya pohon cemara itu. "Luar biasa Nanako..! Kini Ayah memiliki energi yang mengerikkan..!" seru Tatsuya, masih dengan perasaan kagetnya. "Mengerikkan bagaimana Kak Tatsuya..?!" seru Nanako. "Ayah memukul roboh pohon cemara itu dari jarak 2 meter, tanpa menyentuhnya Nanako..!" seru Tatsuya menjelaskan
Kraghh..! Kraghh..! Kraghh..!Tiga orang security Bank langsung menghadap ke penciptanya. Hanya dengan 3 kali gerakkan sisi tangan sosok misterius, yang menghantam leher ketiganya hingga patah berderak. Sosok itu langsung menghantam perangkat CCTV, yang memonitor bagian luar kantor. Braghh..!! Perangkat CCTV luar itu langsung hancur berkeping, dan 4 layar monitor di posko itu pun hanya mengeluarkan gambar semut. Sosok berhelm itu melesat kembali, ke pagar gerbang Bank itu dan langsung meremas hancur gembok pagar. Lalu dia membuka pagar itu lebar-lebar. Klaakh..!! Klangg..! Secara beriringan masuk 7 sepeda motor yang kesemuanya berboncengan. Hingga jumlah totalnya 14 orang yang kesemuanya memakai helm. Masuk pula sebuah APV hitam dan sebuah truk box kosong, yang masing-masing kendaraan itu berisi 2 orang, supir dan asistennya. Sosok pembuka jalan itu lalu melesat, dan menghantam pintu masuk Bank dengan kedua telapak tangannya, Braaaghk...!! Praankhh..!! Pintu masuk yang terb
"Hidup Bos Permadi...!!" "Jaya GASStreet..!!" Seruan gegap gempita terdengar di sebuah ruang dalam rumah kosong, yang jauh dari tetangga kiri kanannya. Rumah itu terlihat sepi dan kosong pada siang hari, namun ramai orang pada malam hari. Dinding ruang khusus itu memang dilapisi dengan pengedap suara, bagai studio musik berukuran cukup luas. Sehingga suara sekeras apa pun tidak akan terdengar hingga ke luar ruangan itu. Kamar kedap suara itu berfungsi sebagai tempat pembicaraan, pertemuan, serta pematangan perencanaan aksi-aksi GASStreet. Ruangan itu juga berfungsi sebagai tempat penampungan sementara, dari hasil aksi GASStreet. Sebelum akhirnya didistribusikan pada para anggota, atau Divisi Pencucian Uang. Ya, malam ini adalah malam perayaan keberhasilan, atas 'aksi cukup besar' mereka. Malam ini GASStreet melakukan dua aksi sekaligus dalam waktu hampir bersamaan, dan kedua aksi mereka berhasil dengan gemilang. Aksi pertama yang di pimpin langsung oleh Permadi di Bank ABC,
Nampak wajah Nanako selalu tersenyum gembira, karena bisa pergi berduaan bersama pemuda idolanya. Setelah kejadian 'lumatan lembut' di Chishima Park dan di kediaman Keina. Nanako memang punya kebiasaan baru, jika dia sedang menyepi di kamarnya. Kebiasaan barunya adalah 'memegangi bibir'nya sendiri, sambil tersenyum-senyum membayangkan saat dirinya 'berciuman' dengan Elang. Hehe. Elang setuju saja dengan usulan Nanako, untuk berjalan-jalan di Ginza. Ginza merupakan suatu distrik di Chuo, Tokyo. Dan menjadi salah satu tempat wisata terkenal di Tokyo. Tempat ini merupakan pusat perbelanjaan kelas atas, tempat hiburan dan makan, serta terdapat berbagai macam pertokoan, butik, galeri seni, restoran, dan kafe. Di Ginza, wisatawan dapat menemukan berbagai macam mode dan kosmetik terkenal. Mayoritas toko di Ginza buka setiap hari dalam waktu seminggu. "Mas Elang, dari Ginza nanti kita ke Shinjuku Gyoen National Garden yuk. Pemandangan di sana cukup indah lho Mas Elang," ajak Nanako deng
Yudha :"Video ini sementara belum disebar luaskan Mas Elang. Karena masih dalam penyelidikkan lebih lanjut, baru kamu orang dari luar kepolisian yang melihat rekaman CCTV ini." Elang menyimak dengan serius, video yang diputar di ponselnya. Merasa penasaran, Nanako ternyata juga ikut melihat video di ponsel Elang. "Ahh..!" seruan Elang terdengar, saat dia melihat sosok penjahat berhelm itu kebal peluru. Mata bathin Elang melihat adanya aura kebiruan menyelimuti sosok itu, saat ia di tembak oleh dua orang security di dalam video itu. Suatu aura energi yang sangat kuat, tak kalah dengan aura perisai sukma miliknya yang berwarna hijau. "Luar biasa orang ini," gumam Elang, saat melihat sosok penjahat itu menjebol pintu besi brankas setebal 30 cm itu. Bagi Elang, bukan jebolnya pintu besi itu yang membuatnya kagum, karena Elang juga bisa melakukannya. Namun Elang melihat jelas, bahwa sosok itu belum mengerahkan seluruh 'power'nya. Saat dia menjebol pintu besi itu. Dan itu adalah dahsy
""Seranganku nanti malam akan melemahkan mental keluarga Yutaka, Nyonya Kairi. Serangan ini hanya akan terasa, jika ada seseorang berkekuatan 'ghaib' tinggi di keluarga mereka. Sepertinya tidak ada kan Nyonya Kairi..?" tanya Aung Min, sang paranormal dari Myanmar. "Sepertinya tak ada Aung Min. Mereka hanya memiliki kekuatan bathin biasa seorang ninja," sahut Kairi senang. Ya, jika mental keluarga Yutaka sudah 'down', maka akan mudah bagi mereka menghabisi keluarga itu besok malamnya. Begitulah pikir Aung Min dan Kairin.*** Sementara di saat yang sama, di sebuah kamar suite hotel bintang 5 di Solo. Seorang wanita jelita berubuh polos menggiurkan nampak tengah 'menunggangi' seorang pria gagah, yang tak asing lagi bagi kita, Permadi.!"Ahks..! Mas Permadi..! Seruni ma..u sam..pai lagi..! Uhksgghh..!" Seruni mendesah terbata, seraya bergoyang makin hot dan cepat. Wajahnya terlihat seksi sekali, dengan sedikit keringat di dahinya yang mulus. Bibirnya tampak menganga indah merekah
Ingin rasanya Elang bertemu kembali, dan bertanya pada 'Ki Buyut Sandaka'. 'Apakah ada suatu tanda atau petunjuk, jika dia telah menemukan cinta sejatinya alias jodohnya..? Adakah sesuatu yang belum diketahuinya mengenai kutukkan Naga Asmara..? Atau ke arah mana Elang harus mencari cinta sejatinya di dunia yang luas ini..? Apakah kutukkan Naga Asmara ini akan terus menempel padanya hingga dia mati, jika tak jua menemukan jodohnya..?'Seribu tanya terlintas di benak Elang, namun satu jawab pun tak terungkap..?! Akhirnya dengan di iringi suasana haru dan sedih, dari Yukata dan keluarganya. Dan juga mata beriak basah dari Nanako. Elang pun langsung melesat lenyap, menerapkan puncak dari ilmu 'Pintas Bumi'nya. Elang menolak untuk di antarkan ke stasiun Tokyo, oleh Nanako. Dia lebih memilih ke stasiun seorang diri sambil berjalan-jalan. "Mas Elang. Aku pasti datang ke Indonesia, setelah semua urusan pengadilan selesai," begitu ucapan terakhir Nanako serak, saat Elang pamit tadi. El
"Tak penting darimana aku tahu hal itu. Yang penting sekarang, cepatlah kau pergi tinggalkan negeri ini..! Keluargamu menanti di sana," ucap Elang tegas dan tenang. "Baik..! Terimakasih semuanya..!" Sethh...! Hong Li langsung melesat dengan 'ginkang'nya yang lumayan tinggi. Perlahan sosoknya lenyap di rerimbunan pohon. "Sekarang kalian..! Siapa nama kalian..?" seru Elang. "S-saya Dong Min.." "S-sya Gunadi..' "Kalian berdua harus mau menjadi saksi bagi kami di pengadilan. Katakan, bahwa kalian disuruh oleh Kairi dan Hitoshi, untuk mencelakai keluarga pak Yutaka..! Kami tak akan menuntut kalian. Kami hanya ingin dalang dari semua ini 'divonis bersalah dan dihukum'..! Namun jika kalian menolak. Maka kami jamin kalian akan kami tuntut dan ikut mendekam di penjara bersama Kairi..! Kalian mengerti..?!" sentak Elang tegas. "Ba..baikk..!! Kami mengerti..!" sahut mereka berdua hampir bersamaan. "Gunadi..! Untuk apa kau ikut-ikutan kelompok ini..? Kamu di mana di Indonesia..?" tanya E
"Ahhh..! Ampunnn...!! Saya mengaku kalah..!" seru Gomchen Yeshe, tak berani lagi menatap Elang. Nampak kepala Yeshe tertunduk malu dan lemah tanpa daya. Habis sudah kebanggaannya sebagai pertapa agung. Dia selama ini merasa tak ada lawan baginya, kecuali gurunya sendiri. Dia teringat pada gurunya, Gomchen Karpala. Gurunya pernah mengatakan padanya, bahwa ada beberapa pusaka semesta di bumi ini. Dan hanya orang-orang terpilihlah, yang mampu mewarisinya. Pusaka-pusaka itu berasal dari langit, laut, dan bumi.Splaasshhk..!! Elang melepas kembali aji Guntur Jagad tingkat ketujuh nya. Cambuk Tujuh Petir pun kembali melesat, dan lenyap di pusaran dahsyat awan hitam di langit. Dan perlahan pusaran awan hitam di atas langit itu pun lenyap. Cahaya rembulan kembali menerangi area itu. Dan sesungguhnya memang tiada maksud bagi Elang, untuk melenyapkan atau menggunakan cambuk 7 lidah petirnya. Dia hanya ingin mengintimidasi 'kesombong'an, yang bercokol di hati Gomchen Yeshe. Ya, menghad
"Baik..! Tapi jika kau keterlaluan dan tak sadar diri. Maka jangan salahkan saya menunjukkan kekuatan sejati saya..!" kali ini hampir habis kesabaran Elang, menghadapi pertapa bandel ini. Memang agak 'degil' si Yeshe ini. Sudah beberapa kali Elang mengingatkan dengan halus, bahwa tingkat kemampuan Yeshe masih 'dibawahnya'. Namun hal ini tak juga membuat Yeshe ini sadar diri, serta masih tak mau mengakui kekurangannya. Entah ini karena Yeshe penasaran, atau memang dia keras kepala, dan tak mau melihat kelebihan lawan. Agak tergetar juga hati Yeshe, saat melihat sekilas kilatan tajam merah dari mata Elang. Hal yang seolah memberi warning padanya. Gomchen Yeshe segera duduk bersila, perlahan tubuhnya melayang dalam keadaan bersila. Matanya tajam berkilat dan tampak memancarkan kekuatan magis. Matanya memandang ke arah dua buah pohon cemara, yang letaknya bersebelahan. Kragghh...!! Kraghh..!! Byarrrghhh..!! "A-apaa..?!" "Hahh..!!" "Ya Tuhan..!!" Seruan kaget, ngeri, dan cemas t
"Buktikan kemampuan itu.! Jika tidak ingin aku mencapmu cuma seorang 'pembohong'..!" teriak gomchen Yeshe murka. Ya, dia merasa seperti anak kecil yang sedang di bohongi oleh Elang. Elang langsung menerapkan aji 'Wisik Sukmanya' kembali, ditatapnya Gomchen Yeshe dengan tajam. 'Ilmu seperti itu sudah punah..! Mustahil orang yang sosoknya masih lebih muda dariku bisa menguasainya. Aku.. Yeshe..! Berpuluh tahun aku telah mengasah bathinku. Namun tetap saja masih jauh dari kemampuan itu..!' bathin Yeshe. "Hmm. Pak Tua, terkadang takdir melawan kenyataan. Kau bilang ilmu itu sudah punah..? Namun takdir membuat saya bisa mewarisi ilmu itu. Apakah takdir memilih usia muda ataupun tua, Pak Yeshe..?" perkataan Elang seolah menjawab bisikkan hati Gomchen Yeshe. Elang bahkan menegaskan lagi, dengan menyebut nama Yeshe. "A-apa.?! Amitabha.!" bagai di setrum listrik ribuan volt, Gomchen Yeshe berseru keras. Lalu dia langsung melintangkan telapak tangannya, dalam posisi berdiri di tengah da
"Nanako. Hadapi petarung wanita yang berambut panjang itu, sepertinya dia dari China. Jangan bunuh dia, lumpuhkan saja," bisik Elang pada Nanako di sebelahnya. "Pak Yutaka, hadapi saja Ninja Emas itu. Tatsuya hadapi yang di bawah," ucap Elang cepat. "Baik..!" seru ketiganya mantap. Ninja emas langsung melesat dari atap rumah ke arah mereka, sambil melesatkan 2 buah shuriken emasnya. Sethh..! Werrshh..!Yutaka cepat melesatkan juga 2 shurikennya, memapaki serangan shuriken dari Ninja Emas, Tinngg..!! Criingg..!! Dua buah shuriken yang dilepaskan Ninja Emas langsung terpental jauh, saat bentrok dengan shuriken yang dilepaskan Yutaka. Sementara shuriken Yutaka terus melesat cepat ke arah sosok Ninja Emas. "Hahh.?! Gila..!" Ninja Emas terkejut bukan kepalang, melihat shurikennya terpental jauh, oleh shuriken lawan. Sethh..! ... Taph..! Ninja Emas langsung melesat ke samping, dan menggulingkan dirinya ke tanah lalu berdiri kembali. Dari sini dia pun menyadari. Bahwa tenaga dala
"Baik Elang, terimakasih," sahut Yutaka, Tatsuya, dan Mayumi serentak. "Terimakasih Mas Elang," ucap Nanako, dengan mata beriak basah. Dia merasa sangat berhutang budi pada Elang, yang telah menyelamatkan keluarganya dari ancaman kematian. Rasa sayang dan respeknya terhadap Elang semakin menjadi. "Sudahlah Nanako. Mari saya buka beberapa simpul energimu," Elang mempersilahkan Nanako bersila. Tak lama kemudian, beberapa simpul energi Nanako pun berhasil di buka oleh Elang. Elang merasa energi Nanako kini bahkan paling bersinar dan paling kuat, di antara keluarganya. Karena pada dasarnya, Nanako memang memiliki bakat yang terbaik diantara keluarganya. Dan Elang tak merasa begitu cemas lagi, atas keselamatan Nanako nanti malam. Rupanya pelayan Yutaka di rumah itu cukup tanggap. Mengetahui keluarga Tuannya datang, mereka pun langsung memasak agak spesial siang itu. Maka siang itu mereka pun makan siang bersama, dengan suasana yang cukup hangat. Hati mereka tak lagi cemas seperti
"Baik kita bersiap ke sana sekarang juga. Untuk mengatur rencana bersama, ajaklah ibu dan Nanako serta pak Yutaka," ucap Elang, menyepakati tempat kepindahan sementara mereka. Agak kesulitan juga Yutaka dan Tatsuya, untuk mengajak Mayumi dan Nanako. Karena dua wanita ini masih terpengaruh, oleh serangan ghaib Aung Min. Namun setelah bantu dijelaskan oleh Elang , Nanako dan Mayumi pun tak bisa menolak lagi. Akhirnya dengan mengendarai dua buah mobil, mereka pun meluncur menuju ke Denenchofu. Denenchofu adalah sebuah perumahan elit, yang rata-rata rumahnya bergaya Eropa. Rumah ini adalah kediaman keluarga Yutaka, sebelum mereka pindah ke area Futako-Tamagawa. Yutaka dan Tatsuya sendiri yang bertindak sebagai driver. Yutaka semobil bersama Elang, sedangkan Nanako dan Mayumi bersama Tatsuya. Mereka membiarkan para pelayan dan para penjaga gerbang tetap di posnya. Agar tak menimbulkan kecurigaan bagi pihak lawan. Tak lama kemudian iringan dua buah mobil itu tiba, di area pemukiman
"Gomchen. Jika memang orang berpower luar biasa itu, adalah orang bayaran Yutaka. Seharusnya dia bisa membuyarkan atau memblok serangan saya saat ini. Saya yakin andai pun memang ada pemilik energi ghaib luar biasa itu. Dia tak ada hubungannya dengan keluarga Yutaka," sanggah Aung Min. "Hei..! Saya juga tadi merasakan power luar biasa sepintas lalu, saat saya kembali ke sini dari kediqman Yutaka. Namun saya tak melihat sosok apa pun. Mungkinkah power itu milik orang yang baru saja masuk ke kediaman nyonya..?" Ninja Emas berseru kaget. Dia teringat saat merasakan powee luar biasa yang hanya sekejap saja dirasakannya di jalan tadi. "Apakah sosok itu berjasad manusia Ninja Emas..?" tanya gomchen Yeshe. "Tidak Gomchen. Saya hanya merasakan getar powernya saja yang luar biasa. Saya sama sekali tak melihat sosok manusia di sekitar saya saat itu Gomchen," jelas Ninja Emas. "Persis.! Karena sosok yang saya lihat berupa sosok ghaib berenergi luar biasa. Dia bahkan bisa menembus dind