Home / Urban / Sang PENEMBUS Batas / Bab 050. HASRAT DAN SESAL

Share

Bab 050. HASRAT DAN SESAL

Author: BayS
last update Last Updated: 2025-02-14 14:54:07

"Namanya anak, apalagi kamu itu sedang hamil. Harusnya kamu nggak perlu pergi jauh-jauh dari rumah Marini..!

Orangtuamu pasti mengerti kondisimu. Rawan untuk bepergian jarak jauh saat hamil muda Marini.

Dan lagi, nggak harus setiap ke sana kamu membawa uang banyak kan Marini.?

Uang modal akang bisa habis terpakai nanti. Apakah kamu senang, jika toko akang bangkrut..?!” sentak Barja.

Mendadak Marini terdiam. Dia merasa heran, kenapa ‘susuk bunga kantil’nya tidak lagi manjur meluluhkan hati Barja..?

'Apakah ‘susuk’ dari Ki Suwita mempunyai masa pakai dalam jangka waktu tertentu, dan harus di perkuat lagi..?' begitu pikir Marini.

Dia tidak tahu, bahwa kini tubuh Barja telah diselimuti aura aji Pedot Roso, yang membuat Barja lepas dari pengaruh ‘susuk bunga kantil’nya.

Akhirnya Marini terpaksa diam, dan berniat menunda kepergiannya ke Jakarta besok.

Ya, dia harus pergi ke kediaman Ki Suwita dulu di Jatibarang besok.

***

Krtkh! Krrtekk..! Duarr..!!

Hujan deras kembali tercurah me
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 051. SIAPA YANG MANDUL

    Namun Barja tak sadar, saat ada sepasang mata yang penuh kebencian menatap dirinya, dari balik korden kamar. Ya, tentu saja itu adalah sepasang mata milik Marini. Marini sangat jelas mendengar ucapan Barja tadi. Dan dia merasa yakin kini, bahwa pengaruh ‘susuk’nya memang sudah benar-benar lenyap. ‘Aku harus ke tempat Ki Suwita besok’, gumam bathin Marini. Dia tak ingin Barja lepas dari kendalinya, dan menjemput Sekar kembali ke rumah ini. Karena bagi Marini, hal itu sama saja dengan menggagalkan rencananya, yang sudah lama di susunnya bersama kang Jaka. “Marinii..!” seru Barja memanggil Marini dari ruang tamu. “Ya Kang Barja,” sahut lembut Marini, berusaha untuk bermanis muka di hadapan Barja. Marini pun datang menghampiri Barja, dengan senyum termanis yang dia punya. “Bikinkan aku kopi hitam,” ucap Barja, dia kini bersikap acuh pada Marini. “Ba..baik Kang,” ucap Marini agak gagap. Karena selama ini, Sekarlah yang melayani segala perintah Barja dan dirinya. Barja tadinya bah

    Last Updated : 2025-02-14
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 052. TERBONGKAR DAN MURKA

    Pagi harinya, di rumah Barja sudah terdengar suara pertengkaran di dalamnya, “Tidak boleh Marini..! Kamu tak boleh keluar dari rumah lagi..! Jaga kandunganmu baik-baik! Berani kamu keluar dari rumah ini, maka jangan pernah kamu kembali lagi..!” seru Barja tegas pada Marini, yang berniat keluar dan meminta uang pada Barja. “Tapi aku mau memeriksa kandungan Kang Barja..! Apa Akang tak ingin mengetahui kondisi janin di perut Marini..!” seru Marini membalas. “Tak ada yang melarang kau periksa kandungan Marini. Tapi ini masih terlalu pagi, untuk ke klinik ataupun puskesmas..! Bahkan kopi untukku juga belum kau buatkan..! Cepat buatkan aku kopi hitam..!” seru Barja tak ingin dibantah. Barja merasa ada sesuatu yang aneh dan mencurigakan, pada niat Marini keluar rumah pagi-pagi sekali. “Baik Kang Barja. Aku akan ke klinik nanti agak siangan,” ucap Marini melembut. Dia pun beranjak ke belakang, untuk membuatkan kopi buat Barja. ‘Hhh..! Makin kesini kok rasanya semua prilaku Marini maki

    Last Updated : 2025-02-15
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 053. DUKUN NAKAL

    Elang kembali bangun agak kesiangan hari ini, dilihatnya jam pada ponselnya menunjukkan pukul 7:15 pagi. Bergegas Elang beranjak bangkit dari ranjangnya, mengambil handuk dan perlengkapan mandinya, lalu langsung menuju kamar mandi. Dilihatnya Sekar yang sedang memasak telur dadar. Sekilas Sekar menoleh ke arah Elang dan tersenyum malu. ‘Wanita yang menggemaskan’, bathin Elang, sambil balas tersenyum pada Sekar. Lalu Elang pun meneruskan langkahnya menuju kamar mandi. Usai mandi dan berganti pakaian, Elang langsung menuju ruang tamu. Di sana dilihatnya ibu Sekar sedang minum teh dan camilan, sambil memandang ke arah luar rumahnya. “Pagi Bu, sudah merasa baikkan belum Bu..?” tanya Elang, sambil duduk di dekat sang ibu. “Ehh, Elang. Ibu sudah pulih kok, rasanya ibu ingin dagang saja Elang,” sahut ibu Sekar. Dia merasa sayang, jika hari terlewatkan begitu saja tanpa berdagang. “Syukurlah jika Ibu sudah merasa pulih. Ibu sebaiknya jangan terlalu lelah dulu ya. Istirahat saja di rum

    Last Updated : 2025-02-15
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 054. SARAN SEORANG SAHABAT

    Dan permainan sang dukun nakal pun dimulai. Dengan cepat Ki Suwita membuka pakaiannya hingga polos. "Aihh..!" Marini pun terperangah kaget. Melihat terong Ki Suwita yang nampak masih kokoh dan panjang , seolah mengintimidasinyaUkurannya bahkan melebihi milik kang Jaka. Perlahan Marini membuka pakaiannya. Karena tak sabar, Ki Suwita membantu melucuti Marini hingga polos. Selanjutnya Marini benar-benar dibikin megap-megap, dan merintih tak karuan. Merasakan kepiawaian teknik bercinta Ki Suwita. Hingga...“Akhss Kii...! Oughss..!” desah nikmat Marini, tubuhnya mengejang dalam layangan rasa nikmat tak bertepi. 'Gila si Aki ini..! Enaks banget..!’ seru bathin Marini. Marini terbelalak takjub, merasakan kenikmatan puncak yang belum pernah dirasakan senikmat permainan Ki Suwita. Dua kali sudah Marini mencapai kenikmatan klimaksnya, hingga..“Marini ohhks..! Aki sampai nihhs..! Akhss..!” pancaran air kenikmatan dari Ki Suwita begitu deras dirasa Marini. Tubuhnya mengejang dan menekan h

    Last Updated : 2025-02-15
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 055. DATANG DAN MINTA MAAF

    “Brengsek memang dia..!” maki Barja pada Marini. “Ok Barja. Beritahu aku secepatnya, jika Marini hendak berangkat ke Jakarta ya,” ucap Rasto. “Baik Rasto. Terimakasih sobat,” ucap Barja mengakhiri percakapannya. Klik.! Barja bergegas memakai kembali baju yang tadi di pakainya berangkat ke Toko. Dia pun membereskan alat make up Marini, yang tercecer di lantai kamarnya. Lalu meletakkan kembali ponsel Marini pada tempatnya semula. Dan Barja pun kembali keluar rumah dengan Fortuner miliknya. Barja berniat datang ke rumah ibu Sekar. Bermaksud untuk meminta maaf pada Sekar dan ibunya. Dia juga berniat menceritakan semua tindak tanduk Marini, yang berencana membunuhnya setelah menyingkirkan Sekar dari rumahnya. Tak lama kemudian Barja sampai di depan rumah ibu Sekar. Dia memarkirkan mobilnya di tepi jalan, karena halaman rumah ibu Sekar tak cukup luas untuk parkir mobilnya. Barja juga meihat sebuah motor sport biru terparkir di halaman rumah ibu Sekar. ‘Milik siapa motor itu..? Ak

    Last Updated : 2025-02-15
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 056. TANTANGAN DUEL

    "Hahh..! K-kamu pengendara motor yang mogok di jalan kemarin kan.?!” seru Barja yang kaget saat melihat Elang. “Benar Kang Barja, kemarin saya mencoba memagari Kang Barja dari pengaruh susuk Marini. Syukurlah akhirnya Kang Barja bisa berpikir sehat kembali saat tiba di rumah,” sahut Elang tersenyum. “Kapan dan dengan apa kamu memagari aku, Elang ?” tanya Barja, yang merasa Elang tak melakukan apa-apa padanya kemarin. “Saat saya memegang pundakmu Kang Barja,” sahut Elang tenang. “Dan saat ini, pagaran yang saya buat sedang di serang oleh sesuatu yang cukup mengerikkan Kang Barja. Apakah Marini tidak berada di rumah sekarang ?” tanya Elang. “Dia sudah keluar rumah sejak jam 8 pagi, dan belum pulang saat aku datang ke sini Elang,” jawab Barja agak bingung. “Hmm. Sepertinya dia pergi ke orang pintar yang memasang ‘susuk’nya. Dia bermaksud melenyapkan ‘pagaran’ yang saya buat pada Kang Barja. Apakah sekarang tubuh kang Barja seperti di tusuk-tusuk dengan hawa dingin ?” tanya Elang.

    Last Updated : 2025-02-16
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 057. TAHAN EMOSI DAN PERSIAPAN

    “Ahh, itu siasat yang bagus sekali kang Barja. Benar kata teman Kang Barja, jalankan saja rencana itu Kang Barja,” ucap Elang. “Baik Elang, akan kujalankan rencana itu. Kalau begitu saya pamit dulu,” ucap Barja. Usai berpamitan, Barja pun lalu beranjak menaiki mobilnya, untuk kembali ke rumahnya. *** Marini telah sampai di rumah, beberapa saat setelah Barja pergi ke rumah ibu Sekar. Dia benar-benar tak sadar, kalau Barja telah pulang ke rumah sebelumnya. Tiin.. Tiin..! Barja membunyikan klaksonnya di halaman rumah. Tak lama kemudian pintu rumahnya pun terbuka. Nampak Marini muncul dan tersenyum manis ke arahnya di depan pintu. ‘Huhh..! Senyummu palsu Marini..!’, maki kesal Barja, dalam hatinya. Barja turun dari mobilnya dan dia pun bersandiwara dengan membalas senyum Marini padanya. Barja membiarkan tangannya dicium oleh Marini, saat dia mau masuk ke dalam rumahnya. “Capek ya Kang Barja..?” tanya basa basi Marini, dia bermaksud mengetes reaksi Barja padanya. Ki Suwita ta

    Last Updated : 2025-02-16
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 058. DATANG DAN HARAPAN

    "Tak ada yang berlebihan, untuk nilai persaudaraan kita dan juga buatmu Elang. Uang 2 miliar masih terlalu sedikit, dibanding nilai persahabatan dan bantuanmu pada Paman, Elang. Terimalah dan pergunakan sebaik-baiknya dalam perantauanmu Elang,” ucap pak Bernard. “Baik Paman. Terimakasih,” ucap Elang terharu. “Baiklah Elang. Jagalah dirimu baik-baik di perantauan anakku. Dan cepatlah kembali jika sudah menemukan apa yang kau cari. Paman selalu berdo’a untukmu,” ucap Bernard. Klik.!Elang termenung sesaat, setelah menerima telepon dari pak Bernard, yang kini sudah dianggap Paman olehnya. Elang juga terpikir untuk mentranfer dana ke pantinya. Sebagai bukti rasa sayang dan terimakasih dirinya pada orang-orang panti, setelah urusannya di desa Gunungsari ini selesai. Elang sangat ingin, agar adik-adiknya bisa mengenyam pendidikan hingga ke perguruan tinggi. Dan tidak seperti dirinya, yang hanya tamatan SMA. ‘Akan kumasukkan uang 10 miliar rupiah pada rekening panti besok’, janji hat

    Last Updated : 2025-02-16

Latest chapter

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 307.

    "Mas Elang, mmhh.." Nadya langsung mencium tangan Elang lalu memeluknya. Tak lama kemudian, Elang pun pamit kembali ke rumah sang Nenek. Dia ingin beristirahat sejenak, dari kesibukkannya yang melelahkan akhir-akhir ini. Hari menjelang senja, saat dia tiba di rumah sang Nenek. Diparkirkannya motor sport biru, yang baru dibelinya dua hari yang lalu, di garasi samping rumah sang Nenek. Kemarin sebelum keberangkatannya ke Bogor, Elang memang menitipkan motor itu di rumah Nadya. Ya, Elang menganggap tak perlu lagi mengambil motornya di rumah Reva. 'Biarlah, motor itu jadi kenang-kenangan untuk Reva', bathinnya. "Ehh, Om Elang sudah pulang," Wiwik yang melihat Elang pulang langsung menghampiri, dan mencium tangan Elang. Elang langsung masuk dan mencium tangan sang Nenek dan Bibinya. Lalu dia melangkah masuk ke kamarnya. Namun baru saja Elang hendak merebahkan dirinya di ranjang, 'Elang, apakah kau sedang sibuk..?' suara bathin Permadi menyapanya, dari kediamannya di Surabaya. Ela

  • Sang PENEMBUS Batas   Bsb 306.

    "Hahhhh...!!!" seruan kaget terdengar serentak, dari seluruh anggota GASStreet di pertemuan itu. "Boss Permadi, jangan tinggalkan kami...!!" terdengar beberapa teriakkan dari mereka. "Kami akan tetap ikut bos Permadi, walau GASStreet dibubarkan..!!" "Kami siap mati untukmu Boss..! Jangan pergi..!!" Kini bahkan ada sebagian yang hadir mulai berteriak dengan suara serak dan mata berair. Ya, bagi mereka semua, Permadi adalah pendobrak pintu 'kejayaan'. Sosok yang memberikan mereka rasa keyakinan dan kebanggaan diri, untuk bergerak lebih maju ke depannya. Dengan dibubarkannya GASStreet dan mundurnya Permadi. Maka mereka semua bagai merasakan, 'pintu kejayaan dan kebanggaan' tertutup kembali untuk mereka. 'Suram..!' pikir mereka semua. Kembali Permadi mengangkat tangannya, dan suasana kembali hening seketika. "Namun saya juga membuka pintu. Bagi kalian yang masih ingin bergabung dengan usaha yang akan saya rintis. Saya dan sahabat saya akan membuka sebuah usaha yang bergerak di b

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 305.

    "Baik Ibu, Elang pamit dulu. Jaga juga kesehatan Ibu ya," ucap Elang, sambil beranjak meninggalkan panti. Diiringi lambaian tangan dan ucapan selamat jalan dari penghuni panti. Elang pun balas lambaikan tangannya, dan tersenyum pada mereka. Akhirnya dia masuk ke mobil, yang akan membawanya ke bandara Soetta, lalu naik pesawat menuju bandara Adisucipto di Jogja. Setibanya di area kedatangan bandara Adisucipto, sudah menunggu Yudha Satria dan Ahmad Syauban di sana. Rupanya kemarin mereka telah mendapat kabar dari Bambang, tentang Elang yang sudah kembali ke Jogjakarta. Maka segera saja Yudha dan Ahmad cus ke Jogjakarta, dan menanti Elang di Bandara. Karena mendapat kabar dari Bambang, bahwa Elang sedang dalam perjalanan kembali ke Jogjakarta. Ya, Elang memang belum sempat menyimpan kembali kontak-kontaknya, setelah ponselnya hancur dalam pertarungan di selat Naruto lalu. Padahal dia sudah membeli ponsel baru, tepat setelah Elang membeli lahan kosong tempat makam Ayah Bimo. Persi

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 304.

    Agak lama suasana paseban pertemuan itu menjadi sunyi. Semua penasehat yang berjumlah 5 orang itu termenung, dan berpikir keras mencari cara terbaik. Untuk menghadapi 'puncak kemelut' yang sudah diramalkan Resi Salopa akan terjadi, pada 7 tahun mendatang dari sekarang. "Ampun Kanda Prabu. Bukankah Resi Salopa dulu juga meramalkan, akan adanya 'gerbang dimensi' yang terbuka. Pada saat 'kemelut puncak' itu terjadi. Gerbang dimensi yang diramalkan Resi Salopa, akan mendatangkan sosok dari peradaban di masa mendatang dan masuk ke negeri ini. Apakah putra angkatku Srenggana Maruthi perlu kutempatkan bertapa di sana. Untuk menjaga gerbang dimensi, agar tidak dimasuki orang yang salah Kanda Prabu..? Karena kita tidak tahu, apakah 'orang dari peradaban masa depan' itu akan menjadi lawan atau kawan, bagi negeri Kalpataru ini Kanda Prabu. Kita harus memastikannya dulu Kanda Prabu," ucap Ki Jagadnata, seorang penasehat yang mumpuni di bidang kanuragan dan kesaktian. Dia jugalah yang menja

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 303.

    Awalnya, setelah mendengar kisah Permadi. Seruni merasa sangat shock dan marah pada Permadi. Namun setelah Seruni bèrpikir kembali. Awal kisah percintaannya dengan Permadi, juga bukanlah berawal dari sesuatu yang baik. Perlahan Seruni pun bisa menerima cerita itu, dan segera mengajak Permadi untuk menengok rumahnya di Surabaya. 'Biarlah ini menjadi hukuman dan pencucian atas dosa-dosa kami Ya Allah. Ijinkan kami membenahi ini semua Ya Rabb', rintih bathin Seruni. Dan betapa terkejutnya mereka, saat tiba di kediaman Permadi. Mereka mendapati kondisi Shara, yang lemah terbaring tanpa daya di pembaringan. Tubuh Shara yang dulu nampak sekal dan aduhai, kini berganti kurus tanpa gairah hidup. Bahkan sepertinya jika mereka terlambat datang 3 hari kemudian, Shara mungkin hanya tinggal nama saja. Nampak mata Shara berbinar gembira, walau tubuhnya tak mampu bergerak saking lemahnya. Bi Sutri yang menjaganya siang malam, saat itu hanya bisa terisak sedih. Menangisi kepedihan dan keputus

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 302.

    "Hahaha..! Baiklah Nak Permadi, kamu sudah dengar sendiri jawaban dari Seruni. Kini tinggal menentukan hari baik untuk pernikahan kalian. Dan sebaiknya kau mencari orang yang bisa kau percaya, sebagai teman pendamping untuk pernikahanmu Nak Permadi. Karena bagi laki-laki, tak ada wali pun pernikahan kalian sesungguhnya akan tetap syah," ujar Pak Jatmiko menjelaskan. "Baik Ayah, Ibu. Kalau begitu Permadi mohon diri dulu," ucap Permadi yang sudah mulai berkeringat, walau hawa ruang tamu cukup sejuk berAc. Namun Permadi langsung mendapat isyarat kedipan mata, sambil menggelengkan kepala dari Seruni. Karena langsung pulang setelah melamar, itu tidak sopan menurut Seruni. Karuan Permadi yang baru setengah berdiri, dia langsung duduk kembali di kursinya. Hehe. "Ahh, Nak Permadi jangan buru-buru pulang dulu. Ibu sudah menyiapkan makan malam bersama untuk kita. Kita makan bersama dulu ya. Hihihi," ucap Riyanti sang ibu, seraya terkikik kecil, melihat kekikukkan Permadi. Ya, Riyanti se

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 301.

    "Bimo. Om Elang bangga pada ketegaran Bimo, saat dulu kamu hidup di jalan seorang diri. Om tahu, sekarang kamu pasti sedang kangen sama Ibu dan Kakakmu di Madiun sana. Tapi Om juga kesal sama Bimo," ucap Elang pelan. "Om Elang kesal kenapa sama Bimo, Om..? Bimo minta maaf kalau sudah mengecewakan Om Elang," Bimo berkata penuh ketakutan. Ya, hal yang ditakuti oleh Bimo memang hanya satu. Yaitu mengecewakan Elang, orang terbaik yang selalu ada di hatinya dan menjadi teladannya itu. "Om kesal, karena Bimo tak pernah memberitahu pada Om, kalau makam ayah Bimo tidak dikubur di tempat yang layak. Sekarang katakan pada Om. Di mana tempat ayah Bimo dikubur..?" tanya Elang serius pada Bimo. "Bimo dan tukang rokok menguburkan Ayah di lahan kosong milik orang Om Elang. Lokasinya di pinggir jalan Tentara pelajar. Tapi sekarang tanah itu sedang dijual Om," sahut Bimo akhirnya terus terang. 'Bimo, tak kusangka kehidupan masa lalumu begitu pedih. Seusia kau menguburkan jenasah Ayahmu hanya b

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 300.

    "Tidak, Mas Elang tidak salah dengar. Itu memang murni keinginan Nadya, Mas. Tsk, tskk..!" sahut Nadya terisak. 'Andai Mas Elang menolak menikahi Nanako, maka aku juga tak akan menikah seumur hidupku..', desah bathin Nadya. Dan, itu semua 'terdengar jelas' oleh 'Wisik Sukma' Elang. "Hhhh. Nadya, sebenarnya seberapa dekat kau dengan Nanako..? Mas memang simpati padanya, tapi itu bukan berarti Mas cinta atau ingin menjadikannya istri, Nadya. Mas hanya mencintaimu Nadya, bukan yang lain. Soal Nanako memilih tak menikah seumur hidupnya, itu adalah pilihan jalan hidupnya. Takdir berada di atas semua itu. Jika Nanako ditakdirkan bersuami nantinya, maka pasti dia akan menikah juga, Nadya. Dan lagi, kamu juga belum bicara tentang hal ini pada kedua orangtuamu Nadya, pikirkanlah baik-baik. Biar bagaimana pun juga, orangtuamu harus tahu tentang 'keinginan anehmu' ini Nadya," Elang akhirnya berkata menjelaskan pada Nadya dengan tenang. Walau sebenarnya Elang agak kesal juga, dengan pola

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 299.

    "Katakanlah ini nyata, Mas Elang.." lirih sekali kata itu terucap dari Nadya, seraya tetap memandang wajah Elang. Ya, Nadya seolah takut wajah itu kembali menghilang, saat dia berkedip. Tanpa menjawab, perlahan Elang menundukkan wajahnya dan mengecup kening Nadya, lalu mengecup pula sejenak bibir Nadya. "Apakah kau masih merasa kecupanku hanya mimpi Nadya..?" ucap Elang lembut, di telinga Nadya. "Owhs..! Mas Elang..! Tsk, tskk.." kembali Nadya memeluk erat tubuh Elang, sambil terisak penuh kebahagiaan. 'Ternyata ini nyata. Terimakasih Tuhan', bisik hati Nadya, merasa bahagia dan bersyukur. "Nadya, kini sudah menjelang malam. Baiknya kita pulang dulu yuk. Tapi kita mampir dulu ke warung makan pinggir jalan ya," ajak Elang pada Nadya, yang langsung tersadar dengan keadaan saat itu. Kriyuukk..! Perut Elang berdemo, tepat saat dia selesai berkata. "Hihihii..! Mas Elang lapar rupanya ya. Hayuk kita makan sop sapi dulu kesukaan Mas Elang," Nadya terkikik geli, mendengar suara perut

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status