"Setelah aku jatuh ke jurang dan tidak sadarkan diri, aku mengalami mimpi yang sangat panjang. Aku pergi ke dunia yang sangat ajaib. Dunia itu sama sekali berbeda dengan dunia yang kita tinggali sekarang. Di dunia mimpi itu, aku mempelajari banyak hal yang tidak ada di sini."Arjuna tidak menyebutkan soal mengalami transmigrasi zaman.Karena sepintar apa pun kedua perempuan ini, mereka masih hidup di zaman kuno. Fenomena seperti ini bahkan tak bisa dijelaskan oleh ilmu zaman modern, apalagi orang zaman kuno."Jadi, aku yang sekarang masih aku yang sama, tapi juga aku yang baru.""Tuan, seperti apa dunia yang ada dalam mimpimu? Bisa-bisanya dunia itu mengajarkanmu banyak hal."Mata Daisha berkedip, wajahnya penuh dengan penasaran."Dunia itu sangat ajaib dan menarik. Lain kali akan aku ceritakan pelan-pelan.""Aku tidak mau mendengarkan, lagi pula aku juga tidak dapat pergi ke sana."Disa membalas dengan suara yang manis dan jernih.Angin sepoi-sepoi bertiup.Arjuna refleks menoleh ....
Lihatlah rumah ini. Apakah rumah ini bisa bertahan selama musim dingin? Kalau dia benar-benar menghasilkan uang, dia pasti sudah mulai merenovasi rumah ini.""Kemarin lusa dia meminta uang kepadaku secara paksa. Dia dimarahi oleh beberapa paman kami. Mereka bilang Arjuna tidak punya kemampuan sama sekali dan selalu membuat masalah. Paman-paman kami juga bilang kalau dia terus-terusan begini, Arjuna akan diusir dari keluarga.""Anak itu tidak mau mengakui kesalahannya dan pergi begitu saja di depan paman-paman kami.""Awalnya kami mengira dia akan merenungkan kesalahannya setelah pulang ke rumah, tak disangka dia menggunakan uang dariku untuk pamer. Dia ingin pamer kepada paman-paman kami bahwa dia punya kemampuan.""Hal yang tidak aku duga adalah warga desa yang tidak tahu hal ini ternyata mengira dia benar-benar punya kemampuan dan memohon bantuannya.""Bagaimana mungkin dia memiliki kemampuan itu? Sebenarnya kalau dipikir-pikir, semua orang tidak mungkin makan ikan. Bagaimana mungkin
Kereta itu tampaknya bukan milik kepala desa.Kereta akhirnya berhenti di antara rumah Shaka dan Arjuna.Apakah ini orang yang datang untuk mencari Shaka?Seharusnya begitu. Mungkin Pahan mengirimkan beberapa barang lagi untuk Shaka."Dengar-dengar, Pak Pahan menyukai Shaka dan ingin menikahkan putrinya dengan Shaka.""Aku juga pernah mendengarnya. Aku juga mendengar dari murid di sekolah bilang, Shaka menulis banyak puisi dalam beberapa hari terakhir. Guru saja memujinya. Dia bilang, musim semi berikutnya, Shaka pasti akan lulus ujian dan mungkin mendapat peringkat tertinggi.""Kalau memang begitu, aku pun ingin menikahkan putriku dengannya seandainya aku adalah Pahan."Di bawah tatapan iri orang-orang, Shaka berjalan menuju kereta.Dia berdiri di depan kereta, membungkuk sedikit, menyambut turunnya orang di dalam kereta.Tirai kereta dibuka dari dalam.Banyak orang berdiri berjinjit untuk melihat hadiah apa yang akan diberikan Pahan kepada Shaka kali ini. Atau selain Pahan, siapa lag
Dia adalah pemilik kereta itu. Dia tidak memperhatikan jalan saat mengemudi dan menabrak batu sehingga menyebabkan rokoknya jatuh ke jalan.Setelah kereta berhenti, dia mengatakan sesuatu kepada Arjuna, kemudian pergi mencarinya.Setelah kembali dari mencari rokok, dia melihat sekelompok orang mengepungi keretanya."Minggir, kami akan menangkap pencuri kereta!" Raditya ingin mendorong pria paruh baya itu agar menjauh dari kereta."Apa?"Pria paruh baya itu berdiri di samping. Karena sering menarik kereta, tubuhnya jadi kekar.Dia mendorong Raditya hingga terjatuh."Pencuri kereta apa? Di mana dia?""Kak, tolong tenang." Shaka berkata dengan lembut. "Pencurinya adalah pria yang ada di dalam kereta. Kami semua tahu situasinya. Dia tidak mampu menyewa kereta seperti itu.""Oh." Pria paruh baya itu mengangguk. "Kereta ini memang tak disewa anak ini.""Aish!" Mendengar ucapan pria paruh baya itu, Shaka langsung menghela napas dan berkata dengan sedih. "Kami sangat menyesali munculnya anak p
Dengan pemikiran modernnya, Arjuna menggendong Daisha yang cacat keluar dari kereta.Saat dia hendak menurunkan Daisha, dia mendapati wajah Daisha terkubur dalam pelukannya. Tubuh mungil Daisha bergetar, separuh wajahnya yang terekspos begitu merah.Uh ....Arjuna tidak bisa menahan senyumnya.Untuk sesaat dia lupa bahwa ini adalah zaman kuno.Daisha mungkin tak bisa berjalan pulang sendiri.Lantas ....Arjuna langsung menggendong Daisha berlari ke rumah."Tuan, sudah bisakah kamu menurunkanku?"Arjuna menundukkan kepalanya, menatap Daisha yang meringkuk dalam pelukannya seperti anak kucing.Dia terkekeh, kemudian menurunkan Daisha.Begitu kaki Daisha menyentuh tanah, dia segera berlari ke dalam rumah untuk bersembunyi.Pada saat ini, sekalipun ada guntur di dalam rumah, dia kemungkinan tidak akan keluar.Biarkan saja dia.Arjuna masih harus keluar untuk mencari tahu apa yang terjadi di luar.Di luar, Shaka dan Oki telah diam-diam menyelinap kembali ke rumah ketika Arjuna menggendong D
Mengenai apakah Arjuna dapat membawa mereka menghasilkan uang, mereka sebenarnya sudah tidak berharap lagi.Ketenangan semalam serta ejekan Raditya dan yang lainnya menyadarkan mereka.Tidak mudah untuk menghasilkan uang, apalagi pada musim dingin."Kak Arjuna, apakah kamu mengatakan yang sebenarnya?" Bibir Ravin bergetar saking gembiranya."Benar," kata Arjuna sambil tersenyum. "Aku tidak bisa mengatakan kalau aku bisa membantumu menghasilkan banyak uang, tapi aku bisa memastikan istri dan anakmu bisa dihidupi pada musim dingin ini.""Kak Magano, aku tidak tahu berapa banyak uang yang dihabiskan untuk obat ibumu, tapi aku akan berusaha sekuat tenaga untuk membantumu menghasilkan lebih banyak uang."Alasan Arjuna berjanji kemarin adalah karena Magano dan Ravin.Magano adalah seorang pria yang tinggi dan kuat, biasanya dia terlihat galak.Dalam ingatannya, Magano dan Arjuna yang dulu tidak akur. Akan tetapi demi ibunya, dia mengesampingkan dendam masa lalu dan memohon dengan rendah hati
"Raditya, kenapa mulutmu begitu jahat!" Disa benar-benar kesal ketika orang lain berkata buruk tentang Arjuna.Arjuna menarik tangan Disa. "Tahu mulutnya jahat, untuk apa kamu meladeninya? Ayo pulang."Semua orang bubar, sisa keluarga Arkana di depan pintu rumah Arjuna."Paman, kamu tidak terlihat panik sama sekali. Apakah kamu tidak takut kamu tidak akan kembali?"Arkana tersenyum lalu bertanya, "Kenapa aku harus panik? Kamu memberi kami uang dan daging selama beberapa hari terakhir. Kalau bukan tulus pada kami, apa yang kamu incar?""Tapi ...." Arkana berhenti tersenyum. "Kalian pulang begitu malam hari ini, kami benar-benar khawatir, khawatir terjadi sesuatu pada kalian di luar.""Aish ... sudahlah, yang penting kalian kembali." Arkana kemudian menoleh ke arah istrinya, Melati."Arjuna dan yang lainnya baru saja kembali. Mereka pasti lelah dan lapar. Cepat bawa Vian masuk, masak untuk mereka.""Oke."Melati mengangguk, kemudian membawa Vian ke dapur rumah Arjuna.Dia menenteng keran
Aish ....Keluarga ini ....Arjuna merasa tidak berdaya sekaligus terharu."Naya, sini, bantu Kak Arjuna makan telur." Arjuna menaruh telur goreng ke dalam piring Naya."Kak Arjuna ...."Naya menatap orang tuanya, tidak berani menyentuh telur goreng yang ada di dalam piringnya."Paman, Tante, aku tahu maksud kalian, tapi Naya masih dalam masa pertumbuhan. Dia butuh makan telur." Lagi pula, bukankah tadi Tante bilang kita ini keluarga? Bagaimana bisa sebuah keluarga terpecah belah?"Usai mendengar ucapan Arjuna, Melati langsung berkata, "Naya, itu dari Kak Arjuna, makanlah."Melati dan Arkana tidak memiliki putra, tidak memiliki kekayaan, pernikahan putri sulung mereka juga gagal.Keluarganya tidak akan bisa bangkit seumur hidup ini.Ketika penduduk desa memiliki keuntungan, mereka tidak akan pernah memikirkan mereka. Siapa pun yang ingin memberi keuntungan bagi Keluarga Kusumo akan lari ke rumah Shaka.Namun, Arjuna yang telah menghasilkan uang, tidak pergi ke rumah Shaka, juga tidak m
Arjuna sibuk di pabrik pengolahan ikan sepanjang hari. Saat dia hampir tiba di rumah, dia mendengar bunyi terompet, gong dan genderang. Alunannya sangat meriah.Dalam situasi yang kurang baik selama beberapa tahun terakhir, suara-suara meriah seperti itu sudah jarang terdengar. Bahkan Daisha, yang biasa lembut dan pendiam, sangat senang mendengarnya. Dia mengangkat tirai, kemudian bertanya kepada Disa yang mengemudi kereta kuda."Kak Disa, dari rumah mana suara-suara itu?""Tidak tahu, rasanya sangat dekat dengan rumah kita.""Nada terompet sangat ceria. Mungkin ada gadis yang menikah dengan pria baik.""Kerajaan Bratajaya sudah berbeda dari sebelumnya. Dulu menikah, pihak mempelai pria yang meniup terompet. Setelah jumlah pria menipis, jadi pihak perempuan yang meniup terompet.""Bagus sekali!"Kedua saudari itu menunjukkan tatapan iri pada saat yang sama. Mereka mengingat kembali saat mereka dialokasikan untuk Arjuna, mereka berpelukan sambil menangis.Menangis karena ketidakadilan t
Jantungnya yang berdebar-debar sejak lima hari lalu kini mencelos.Saat ibunya menariknya ke hadapan Arjuna, dia telah jatuh cinta pada pria ini.Lima hari terakhir adalah lima hari terbahagia dalam hidupnya.Karena dia akan menikah dengan pria yang dia cintai.Pertanyaan Putri Delapan membuat gadis-gadis yang sudah dan sedang naik ke kereta langsung tertegun.Mereka begitu senang hingga melupakan hal ini.Perempuan adalah spesies yang peka. Mereka dapat melihat bahwa Arjuna adalah pria yang baik.Putri Delapan bukan satu-satunya perempuan yang menyukai Arjuna.Mereka semua ingin menikahi Arjuna. Sangat, sangat ingin."Aku tidak sebaik yang kamu bayangkan. Lain kali kerjalah dengan baik, akan ada pria yang lebih menyayangimu menikahimu."Kata-kata seperti itu sangat normal di zaman modern, tetapi ...."Tuk!"Putri Delapan berlutut di depan Arjuna."Hari ini, aku sudah masuk ke Kediaman Kusumo dengan seutas benang merah yang diikatkan di kepalaku. Dalam kehidupan ini, baik hidup maupun
"Sok misterius, aku pikir apa. Makanan itu biasanya kugunakan untuk memberi makan ayam dan bebek.""Oh?" Arjuna menatap Raditya dengan dingin. "Itulah alasan kamu tidak berguna. Kamu menggunakannya untuk memberi makan ayam, tapi aku bisa mengubahnya menjadi harta karun."Raditya langsung membantah, "Apakah itu harta karun memangnya tergantung katamu? Ikan kecil seperti itu ada banyak di perapian pegunungan. Beri makan hewan ternak saja, mereka tidak suka.""Raditya benar." Orang-orang setuju. Panen di daerah tersebut telah buruk dalam beberapa tahun terakhir. Banyak orang pernah coba memberi makan hewan ternak dengan ikan kecil, tetapi hewan-hewan ternak saja tidak suka."Enak atau tidak, kalian coba dulu saja." Arjuna menyodorkan piring ke depan orang-orang, meminta mereka mencicipinya.Orang-orang awalnya skeptis. Namun setelah beberapa orang mengambil inisiatif untuk makan, ikan-ikan kecil di dalam piring Arjuna pun habis dalam sekejap."Enak, enak sekali.""Arjuna, bagaimana kamu m
"Kalau itu aku, aku akan segera melaporkannya ke pihak berwenang. Kalau mereka tidak melakukan apa-apa, aku akan membuat onar di Restoran Kebon Sirih untuk menghentikan pasokan ikannya. Kalau tidak, orang yang dia celakai kelak akan makin banyak.""Arjuna, bukankah kamu seharusnya memberi kami penjelasan?" Keluarga gadis-gadis itu langsung menghadapi Arjuna. Jika Arjuna benar-benar ingin menikahi putri mereka, mereka tentu akan berterima kasih dan bersedia melakukan apa pun.Akan tetapi, jika Arjuna ingin menjual putri mereka ke Rumah Bordil Prianka, mereka pasti akan bertarung dengan Arjuna."Semuanya, tenang." Khawatir orang-orang itu akan menyakiti Arjuna, Magano buru-buru membawa Ravin dan yang lainnya untuk berdiri di depan Arjuna.Magano dengan marah berteriak, "Raditya, kamu menyebar rumor dan memfitnah!""Apakah aku menyebar rumor dan fitnah? Coba biar Arjuna menjawab, apakah dia menyuruh Tamael kemari untuk membawa gadis-gadis ini pergi?"Tamael memelototi Raditya. "Kamu pikir
Seorang pria berpakaian bagus melompat turun dari kereta, kemudian berjalan ke arah Arjuna."Arjuna, pabriknya sudah siap, besok sudah bisa mulai bekerja. Apakah karyawanmu sudah siap?""Hahaha! Ternyata begitu!"Raditya yang tadinya terusir, tiba-tiba berlari kembali sambil bertepuk tangan.Raditya menunjuk pria berpakaian bagus yang ada di depan Arjuna. "Apakah kalian tahu siapa dia?"Orang-orang menggelengkan kepala. Mereka semua adalah orang-orang termiskin, bagaimana mungkin mereka mengenal orang yang begitu kaya?"Aku beri tahu, namanya Tamael. Dia adalah pemilik Rumah Bordil Prianka.""Rumah Bordil Prianka?"Ketika menyebut Rumah Bordil Prianka, orang-orang menunjukkan tatapan mencemooh.Meskipun para pria gemar pergi ke rumah bordil, tempat-tempat itu kurang layak."Apa yang dia lakukan di sini?" Kedatangan Tamael membuat orang-orang menjadi bingung."Huft!"Raditya tertawa. "Kalian benar-benar lucu. Sebagai pemilik Rumah Bordil Prianka, tentu saja dia datang merekrut gadis-gad
Arjuna menyerahkan ayam kepada Magano, memintanya untuk mengambil lima tael perak dari Daisha, kemudian meminta seseorang mengantarkannya ke rumah Putri Delapan.Disa, Daisha dan keluarga Arkana dengan hangat menyambut para gadis dan keluarga mereka. Halaman rumah menjadi ramai, semua orang dipenuhi dengan kegembiraan."Menurutku, kalian jangan hanya fokus senang. Coba lihat rumah Arjuna, apakah ada tempat yang bisa ditinggali putri kalian?"Di luar pintu, suara Raditya memecahkan suasana gembira di halaman.Gadis-gadis itu barulah menyadari bahwa rumah Arjuna sama persis dengan apa yang mereka lihat lima hari lalu.Lima hari yang lalu, ketika mereka pergi, Arjuna menjanjikan mereka tempat tinggal baru."Dalam waktu lima hari, menantuku pasti tidak sempat menyiapkannya."Beberapa anggota keluarga membela Arjuna, beberapa keluarga meninggalkan mahar, lalu pergi. Setelah beberapa saat, mereka kembali dengan ekspresi tidak senang."Tidak ada rumah jerami di sekitar Desa Embun.""Hah? Kena
"Bukankah sudah kukatakan kalau mereka bukan istri baruku, aku tidak akan menikahi mereka? Aish, nanti baru kujelaskan kepada kalian."Arjuna mengenakan sepatunya, lalu berjalan keluar untuk membuka gerbang rumah."Tuan, selamat pagi. Semoga Tuan selalu sehat."Begitu pintu terbuka, lima puluhan gadis di luar menyambut Arjuna secara bersamaan.Arjuna, yang telah menjalani dua kehidupan, telah banyak makan garam. Akan tetapi, dia tetap terkejut dengan pemandangan di hadapannya.Wah, lima puluhan gadis memberikan penghormatan bersamaan. Ini tidak kalah seru dengan adegan dalam drama di mana para selir memberikan penghormatan kepada kaisar.Pakaian gadis-gadis itu berbeda dari lima hari sebelumnya. Kebanyakan dari mereka mengenakan pakaian katun merah.Di Kerajaan Bratajaya, gaun pengantin kaum orang biasa berwarna merah. Kalau menikah pada musim panas, mereka akan mengenakan baju katun merah. Sedangkan pada musim dingin, mereka mengenakan mantel katun merah.Namun, mantel katun merah yan
"Aku tidak sedang bersikap keras kepala. Aku benar-benar punya tempat untuk mereka tinggal.""Benarkah? Di mana?" Melihat Arjuna begitu percaya diri, Arkana pun bingung. Jangan-jangan Arjuna diam-diam menemukan rumah di suatu tempat selama kurun waktu ini?"Hm ...." Arjuna menggaruk kepalanya, lalu menyengir. "Sekarang aku juga tidak yakin di mana mereka tinggal.""Arjuna, sudah begini kamu masih bercanda?" Arkana agak marah.Magano dan yang lainnya juga tampak sedikit tidak senang.Bagaimana Arjuna bisa menghadapi hal sebesar itu dengan sikap sesantai ini?Walaupun Arjuna tidak menerima gadis-gadis itu pada akhirnya, pemerintah tidak akan menghukumnya dengan keras. Hal itu akan memengaruhi reputasi Arjuna. Reputasi tidak dapat diukur dengan uang.Semua orang terlihat serius, Arjuna juga menjadi serius. "Aku benar-benar tidak bercanda. Ayo kita jual ikan."Pagi ini, ada banyak orang di jalan dari Desa Embun menuju kota kabupaten.Arjuna mengerti bahwa sebagian besar orang itu mengawasi
"Bagaimana kamu melakukannya, bukan kita. Kamu membenci Arjuna dan punya dendam dengannya, sedangkan aku tidak."Shaka menjauhkan diri dari masalah ini. Dia ingin menjatuhkan Arjuna, tetapi dia tidak akan terlibat secara pribadi.Raditya tertegun sejenak, kemudian dia mengumpat dalam hati.Bagus sekali, Shaka. Jelas-jelas kamu yang mencariku dan memberi ide dulu, sekarang malah bilang kamu tidak ingin membalas dendam terhadap Arjuna. Licik sekali.'Namun, lupakan saja. Selama bisa menjatuhkan Arjuna, Raditya tidak peduli walau Shaka tidak mau mengakuinya."Ya, aku sendiri."Shaka barulah merasa puas. Dia menatap tembok yang memisahkannya dari rumah Arjuna, kemudian dia berkata, "Langkah berikutnya mudah. Awasi dia, jangan beri dia kesempatan untuk melarikan diri. Selain itu, kalau kamu melihat dia melakukan gerakan apa pun, pikirkan cara untuk merusak rencananya.""Jangan khawatir soal itu." Raditya melambaikan tangannya, tampak acuh tak acuh. "Hanya lima hari. Memangnya dia benar-bena