Lihatlah rumah ini. Apakah rumah ini bisa bertahan selama musim dingin? Kalau dia benar-benar menghasilkan uang, dia pasti sudah mulai merenovasi rumah ini.""Kemarin lusa dia meminta uang kepadaku secara paksa. Dia dimarahi oleh beberapa paman kami. Mereka bilang Arjuna tidak punya kemampuan sama sekali dan selalu membuat masalah. Paman-paman kami juga bilang kalau dia terus-terusan begini, Arjuna akan diusir dari keluarga.""Anak itu tidak mau mengakui kesalahannya dan pergi begitu saja di depan paman-paman kami.""Awalnya kami mengira dia akan merenungkan kesalahannya setelah pulang ke rumah, tak disangka dia menggunakan uang dariku untuk pamer. Dia ingin pamer kepada paman-paman kami bahwa dia punya kemampuan.""Hal yang tidak aku duga adalah warga desa yang tidak tahu hal ini ternyata mengira dia benar-benar punya kemampuan dan memohon bantuannya.""Bagaimana mungkin dia memiliki kemampuan itu? Sebenarnya kalau dipikir-pikir, semua orang tidak mungkin makan ikan. Bagaimana mungkin
Kereta itu tampaknya bukan milik kepala desa.Kereta akhirnya berhenti di antara rumah Shaka dan Arjuna.Apakah ini orang yang datang untuk mencari Shaka?Seharusnya begitu. Mungkin Pahan mengirimkan beberapa barang lagi untuk Shaka."Dengar-dengar, Pak Pahan menyukai Shaka dan ingin menikahkan putrinya dengan Shaka.""Aku juga pernah mendengarnya. Aku juga mendengar dari murid di sekolah bilang, Shaka menulis banyak puisi dalam beberapa hari terakhir. Guru saja memujinya. Dia bilang, musim semi berikutnya, Shaka pasti akan lulus ujian dan mungkin mendapat peringkat tertinggi.""Kalau memang begitu, aku pun ingin menikahkan putriku dengannya seandainya aku adalah Pahan."Di bawah tatapan iri orang-orang, Shaka berjalan menuju kereta.Dia berdiri di depan kereta, membungkuk sedikit, menyambut turunnya orang di dalam kereta.Tirai kereta dibuka dari dalam.Banyak orang berdiri berjinjit untuk melihat hadiah apa yang akan diberikan Pahan kepada Shaka kali ini. Atau selain Pahan, siapa lag
Dia adalah pemilik kereta itu. Dia tidak memperhatikan jalan saat mengemudi dan menabrak batu sehingga menyebabkan rokoknya jatuh ke jalan.Setelah kereta berhenti, dia mengatakan sesuatu kepada Arjuna, kemudian pergi mencarinya.Setelah kembali dari mencari rokok, dia melihat sekelompok orang mengepungi keretanya."Minggir, kami akan menangkap pencuri kereta!" Raditya ingin mendorong pria paruh baya itu agar menjauh dari kereta."Apa?"Pria paruh baya itu berdiri di samping. Karena sering menarik kereta, tubuhnya jadi kekar.Dia mendorong Raditya hingga terjatuh."Pencuri kereta apa? Di mana dia?""Kak, tolong tenang." Shaka berkata dengan lembut. "Pencurinya adalah pria yang ada di dalam kereta. Kami semua tahu situasinya. Dia tidak mampu menyewa kereta seperti itu.""Oh." Pria paruh baya itu mengangguk. "Kereta ini memang tak disewa anak ini.""Aish!" Mendengar ucapan pria paruh baya itu, Shaka langsung menghela napas dan berkata dengan sedih. "Kami sangat menyesali munculnya anak p
Dengan pemikiran modernnya, Arjuna menggendong Daisha yang cacat keluar dari kereta.Saat dia hendak menurunkan Daisha, dia mendapati wajah Daisha terkubur dalam pelukannya. Tubuh mungil Daisha bergetar, separuh wajahnya yang terekspos begitu merah.Uh ....Arjuna tidak bisa menahan senyumnya.Untuk sesaat dia lupa bahwa ini adalah zaman kuno.Daisha mungkin tak bisa berjalan pulang sendiri.Lantas ....Arjuna langsung menggendong Daisha berlari ke rumah."Tuan, sudah bisakah kamu menurunkanku?"Arjuna menundukkan kepalanya, menatap Daisha yang meringkuk dalam pelukannya seperti anak kucing.Dia terkekeh, kemudian menurunkan Daisha.Begitu kaki Daisha menyentuh tanah, dia segera berlari ke dalam rumah untuk bersembunyi.Pada saat ini, sekalipun ada guntur di dalam rumah, dia kemungkinan tidak akan keluar.Biarkan saja dia.Arjuna masih harus keluar untuk mencari tahu apa yang terjadi di luar.Di luar, Shaka dan Oki telah diam-diam menyelinap kembali ke rumah ketika Arjuna menggendong D
Mengenai apakah Arjuna dapat membawa mereka menghasilkan uang, mereka sebenarnya sudah tidak berharap lagi.Ketenangan semalam serta ejekan Raditya dan yang lainnya menyadarkan mereka.Tidak mudah untuk menghasilkan uang, apalagi pada musim dingin."Kak Arjuna, apakah kamu mengatakan yang sebenarnya?" Bibir Ravin bergetar saking gembiranya."Benar," kata Arjuna sambil tersenyum. "Aku tidak bisa mengatakan kalau aku bisa membantumu menghasilkan banyak uang, tapi aku bisa memastikan istri dan anakmu bisa dihidupi pada musim dingin ini.""Kak Magano, aku tidak tahu berapa banyak uang yang dihabiskan untuk obat ibumu, tapi aku akan berusaha sekuat tenaga untuk membantumu menghasilkan lebih banyak uang."Alasan Arjuna berjanji kemarin adalah karena Magano dan Ravin.Magano adalah seorang pria yang tinggi dan kuat, biasanya dia terlihat galak.Dalam ingatannya, Magano dan Arjuna yang dulu tidak akur. Akan tetapi demi ibunya, dia mengesampingkan dendam masa lalu dan memohon dengan rendah hati
"Raditya, kenapa mulutmu begitu jahat!" Disa benar-benar kesal ketika orang lain berkata buruk tentang Arjuna.Arjuna menarik tangan Disa. "Tahu mulutnya jahat, untuk apa kamu meladeninya? Ayo pulang."Semua orang bubar, sisa keluarga Arkana di depan pintu rumah Arjuna."Paman, kamu tidak terlihat panik sama sekali. Apakah kamu tidak takut kamu tidak akan kembali?"Arkana tersenyum lalu bertanya, "Kenapa aku harus panik? Kamu memberi kami uang dan daging selama beberapa hari terakhir. Kalau bukan tulus pada kami, apa yang kamu incar?""Tapi ...." Arkana berhenti tersenyum. "Kalian pulang begitu malam hari ini, kami benar-benar khawatir, khawatir terjadi sesuatu pada kalian di luar.""Aish ... sudahlah, yang penting kalian kembali." Arkana kemudian menoleh ke arah istrinya, Melati."Arjuna dan yang lainnya baru saja kembali. Mereka pasti lelah dan lapar. Cepat bawa Vian masuk, masak untuk mereka.""Oke."Melati mengangguk, kemudian membawa Vian ke dapur rumah Arjuna.Dia menenteng keran
Aish ....Keluarga ini ....Arjuna merasa tidak berdaya sekaligus terharu."Naya, sini, bantu Kak Arjuna makan telur." Arjuna menaruh telur goreng ke dalam piring Naya."Kak Arjuna ...."Naya menatap orang tuanya, tidak berani menyentuh telur goreng yang ada di dalam piringnya."Paman, Tante, aku tahu maksud kalian, tapi Naya masih dalam masa pertumbuhan. Dia butuh makan telur." Lagi pula, bukankah tadi Tante bilang kita ini keluarga? Bagaimana bisa sebuah keluarga terpecah belah?"Usai mendengar ucapan Arjuna, Melati langsung berkata, "Naya, itu dari Kak Arjuna, makanlah."Melati dan Arkana tidak memiliki putra, tidak memiliki kekayaan, pernikahan putri sulung mereka juga gagal.Keluarganya tidak akan bisa bangkit seumur hidup ini.Ketika penduduk desa memiliki keuntungan, mereka tidak akan pernah memikirkan mereka. Siapa pun yang ingin memberi keuntungan bagi Keluarga Kusumo akan lari ke rumah Shaka.Namun, Arjuna yang telah menghasilkan uang, tidak pergi ke rumah Shaka, juga tidak m
"Ayah!" Vian mengangkat sembilan jarinya. "Kak Arjuna akan memberi kita sembilan tael perak setiap bulan.""Sem ... sembilan tael?!"Mata Arkana dan Melati membelalak bersamaan.Sembilan tael perak merupakan angka yang sangat besar bagi Arkana dan Melati.Mereka berdua tidak menghasilkan uang sebanyak itu bahkan selama sepuluh tahun pernikahan mereka.Arjuna, ini terlalu banyak, terlalu banyak. Aku tidak sanggup menahannya, aku tidak sanggup menahannya!"Benar, Arjuna." Melati menimpali ucapan Arkana. "Meskipun kami kekurangan uang, kami tidak bisa meminta uang kepadamu seperti ini.""Paman, Tante." Arjuna menyingkirkan senyumnya, lalu berkata dengan serius. "Uang ini sungguh tidak seberapa. Aku memberi kalian uang ini karena aku sangat membutuhkan kalian. Pekerjaan yang kalian lakukan sepadan dengan uang ini."Setelah Arjuna selesai berbicara, ruangan menjadi sangat sunyi.Keluarga Arkana tidak bisa menolak, tetapi juga sulit menerimanya."Aish ... baguslah punya banyak uang. Kelak Vi
"Yang sudah beli, tolong berikan ke yang belum. Tuan." Eshan tersenyum kepada pemuda yang berada paling dekat dengannya. "Kamu sudah pernah beli sebelumnya. Aku lihat kamu bahkan beli dua.""Dua saja tidak cukup. Total putriku ada dua belas. Dua cake sebelumnya sudah dihabiskan oleh ibu dan putraku, Aku, istri dan putriku belum makan.""Kalau begitu kamu harus beli setidaknya delapan sampai sepuluh cake. Tidak bisa, tidak bisa."Orang-orang di belakang bergegas maju, mendorong pemuda itu ke samping.Setelah beberapa waktu berlalu, Eshan didemo menggunakan uang, orang-orang rebutan kue."Jangan rebutan, jangan rebutan. Semuanya kebagian. Kalau masih kurang, aku akan minta Arjuna menyisakannya untuk dibawa ke sini." Eshan merasa tak berdaya."Sepakat ya. Kalau tidak disisakan, awas saja."Adegan macam apa ini? Orang-orang mengancam kepala daerah, kepala daerah malah tertawa.Raut wajah Sugi begitu muram. Dia melirik Lujain yang berekspresi sama muramnya."Semuanya! Semuanya!" Sugi berdir
Parahnya lagi, ada yang rela melakukan reservasi dan mengantre selama setengah tahun untuk menyantap hidangan yang Lujain masak.Sekarang orang-orang ini mengatakan bahwa mereka ingin makan kuenya Arjuna, tidak ingin makan masakannya!Apakah kue murahan itu benar-benar seenak itu?Para tamu di aula terus berceloteh."Benar sekali. Benar-benar menyebalkan. Menurutku Lujain hanya terkenal. Aku mencoba masakannya kemarin, rasanya begitu saja.""Aku datang ke sini dua hari lalu. Sejujurnya, rasanya cukup enak. Wajar saja kalau koki istana berminat padanya. Tapi, dibandingkan dengan cake buatan Arjuna, aku lebih menyukai cake Arjuna.""Apakah kalian semua sudah makan cake-nya? Aku sudah pergi ke banyak tempat hari ini dan mengantre lama, tapi tetap saja aku tidak dapat satu pun.""Aku juga tidak sempat makan. Anakku sangat tidak sabar. Katanya kalau aku tidak bisa membelinya hari ini, mereka tidak akan lagi mengakuiku sebagai ayah mereka.""Anakmu mengeluh padamu, kamu bisa saja memarahinya
Ketika Eshan melihat papan di Restoran Kebon Sirih yang bertuliskan "Koki Utama Lujain, diskon 50%," Eshan masih khawatir.Alhasil, tak lama kemudian, orang-orang Sugi pun datang menemuinya dan mengatakan bahwa dia telah bertindak curang dengan melarang pelanggan masuk ke Restoran Kebon Sirih. Dia diminta untuk menjelaskannya kepada Sugi.Eshan yang semula marah karena seorang penasihat hukum tanpa jabatan resmi berani berbicara kepadanya seperti itu. Namun, dia tiba-tiba merasa lebih baik ketika mendengar bahwa Restoran Kebon Sirih tidak ada tamu.Eshan segera membalas penasihat hukum Sugi bahwa dia akan segera menjelaskannya kepada Sugi.Sugi menatap Eshan dengan marah. "Kenapa tidak ada orang di Restoran Kebon Sirih? Sebagai kepala daerah Kabupaten Damai, bukankah kamu mengetahuinya dengan jelas?"Eshan menggelengkan kepalanya dengan sedih. "Benar. Bisa-bisanya Restoran Kebon Sirih tidak ada orang ketika Yang Mulia Sugi dan Koki Utama Lujain yang mengelola. Sebagai kepala daerah, ak
"Beri tahu mereka bahwa orang yang mendesak tidak akan dilayani."Lujain mengucapkan kalimat itu, kemudian membuka pintu menuju halaman belakang dari dapur. Dia lelah setelah membuat begitu banyak saus, jadi dia ingin naik ke lantai atas untuk beristirahat sejenak."Tuan, bukan banyak orang, tapi ... tidak ada orang."Ketika pelayan itu mengucapkan kata "tidak ada orang", suaranya sangat kecil, bahkan bergetar.Nanti dia pasti akan dipukuli."Apa?"Lujain melepaskan gagang pintu, berbalik, lalu menampar wajah pelayan tersebut."Sungguh sia-sia keluargaku menafkahimu selama bertahun-tahun. Apakah kamu bahkan tidak bisa berbicara dengan jelas?"Tidak ada orang?Omongan apa itu? Bagaimana mungkin tidak ada seorang pun yang datang untuk mencicipi masakan seorang Lujain?Pelayan itu memegang sebelah wajahnya yang ditampar sambil berkata dengan takut-takut. "Tuan, benar-benar tidak ada seorang pun di luar.""Sepertinya ibuku sudah terlalu baik padamu. Kamu diberi makan terlalu banyak sehingg
"Yang Mulia Mois." Arjuna tersenyum, dia tampak bodoh lagi. "Masih terlalu awal untuk mengatakan mengalahkan Lujain, hasilnya masih belum diputuskan.""Ayolah, Nak, kamu ini memang sudah menipu orang dengan penampilan bodohmu ini."Suara Eshan terdengar, tubuh besarnya menyelip di antara Arjuna dan Mois."Yang Mulia, bagaimana boleh Anda berkata seperti itu? Hasilnya memang belum diputuskan." Arjuna mengungkapkan keluhannya."Sudah, sudah."Eshan sedikit bersemangat, tetapi karena dia tinggi, gerakannya terlihat sedikit lucu.Dia lanjut berkata, "Setelah selesai mengambil lapisan bawah cake, aku keluar untuk melihat. Ternyata kereta kuda yang datang untuk membeli cake bertambah banyak."Eshan sudah meminta semua istri dan putri petugas pemerintah, termasuk istri dan putrinya sendiri, untuk datang membantu. Namun, sekarang sudah mau kewalahan juga."Ngomong-ngomong ...." Eshan melirik antrean tak berujung di luar toko. "Arjuna, bagaimana pedagang dari daerah lain tahu kamu membuat cake?
"Bagus!" Sugi segera berkata kepada penasihat yang ada di sampingnya. "Cepat tulis pengumuman, kemudian minta pelayan di restoran untuk menempelkannya."Lujain berbalik, lalu berjalan kembali ke Restoran Kebon Sirih."Tuan Penasihat, tadi kamu bilang, cake-nya Arjuna dibuat dengan dipanggang?" Lujain, yang sudah melangkah ke Restoran Kebon Sirih, tiba-tiba berbalik."Benar." Penasihat Sugi mengangguk cepat. "Ternyata sebelumnya mereka bermain lumpur untuk membuat tungku. Mereka membuat banyak tungku pemanggangan, cake-cake itu ....""Sudah!" Lujain mengibaskan tangannya. "Aku sudah tahu caranya, kamu tidak perlu memberitahuku."Menggoreng, merebus, mengukus, merebus dan memanggang. Tidak peduli metode masak mana pun, Lujain telah menguasainya sepenuhnya saat dia berusia sepuluh tahun.Sugi pernah menyelidiki Arjuna.Sebelumnya Arjuna tidak bisa memasak apa pun, tetapi setengah tahun yang lalu dia tiba-tiba menguasainya, kemudian membuat ikan bakar.Bagaimana mungkin seorang pecundang b
"Tungku pemanggangan!" Petugas tersebut membuat gerakan lagi. "Kue-kue itu dibuat secara massal di dalam beberapa tungku pemanggangan itu."Sugi menjadi makin bingung mendengar kata-kata petugas tersebut.Tungku pemanggangan?Tungku pemanggang yang bisa membuat kue?"Yang Mulia!" Jika penasihat Sugi tidak muncul tepat waktu, petugas pemerintah itu pasti sudah disiram teh panas lagi.Setelah sang penasihat membisikkan sesuatu kepada Sugi, ekspresi Sugi tiba-tiba menjadi gelap dan muram."Apakah kue bisa dijual semudah itu?" tanya Lujain yang sedari tadi diam.Akan tetapi, pertanyaannya terdengar agak malas.Apa itu tungku pemanggangan?Apa itu produksi massal?Sebagai calon koki istana kaisar, Lujain tidak peduli dengan hal-hal itu. Hal yang dia pedulikan hanya rasa makanan.Intinya, dia masih tidak percaya bahwa Arjuna bisa mengalahkannya dengan kue."Lujain, ayo kita lihat."Begitu keluar dari Restoran Kebon Sirih, Sugi melihat bagian luar toko Arjuna penuh dengan kereta kuda.Banyak
"Toko Arjuna sudah menjual sesuatu!"Mata Sugi membelalak marah. "Bukankah dia membuka toko untuk berjualan? Apa masalahnya?"Kehilangan harga diri di depan orang lain barulah merupakan masalah besar."Yang Mulia, toko Arjuna penuh dengan pedagang yang datang untuk membeli barang. Kue-kuenya laku keras!""Apa katamu?" Sugi menyipitkan matanya, menatap petugas yang berlutut di depannya dengan bingung.Lujain pun meletakkan cangkir tehnya, kemudian menatap juru sita dengan heran."Yang Mulia, Arjuna itu membuat semacam ...." Si pelayan membuat gerakan ketika menjelaskan. "Kue yang sangat istimewa. Kuenya tidak terlalu besar, kira-kira seukuran telapak tangan. Ada dua lapis, dengan buah di atasnya, lalu ....""Sudah, sudah!"Begitu mendengar kata "kue," ekspresi Sugi langsung menjadi rileks. Dia tidak ingin mendengarkan sisa kata-kata petugas itu. Dia mengibaskan tangannya dengan tidak sabar untuk menyela petugas itu."Bukankah itu hanya kue? Berapa harganya? Dia baru membuka toko hari in
"Apakah camilan yang aku buat tadi malam enak?" Arjuna menjawab pertanyaan itu dengan pertanyaan lain."Enak!"Suara jernih terdengar dari belakang Arjuna, kemudian wajah tembam Dinda muncul di depan mata Arjuna."Rasanya manis dan harum. Aku belum pernah makan makanan yang seenak itu."Ketika Dinda tersenyum, matanya seperti bulan sabit. Dia memiliki sepasang lesung pipit di wajahnya. Dia tampak seperti kucing kecil yang rakus.Lucu sekali sampai membuat hati orang meleleh."Hmm!" Arjuna dengan pelan mencubit wajah tembam Dinda.Saat pertama kali menemukannya, Dinda kurus kering seperti anak kucing. Sekarang dia gemuk sehingga Arjuna merasa sangat puas."Apakah teman-temanmu menyukainya?" Maksud Arjuna adalah gadis-gadis kecil yang dikurung bersama Dinda, yang telah dikirim ke Rumah Bordil Prianka untuk pelatihan setelah diselamatkan."Mereka juga sangat menyukainya. Bukan hanya mereka, tapi kakak-kakak mereka juga menyukainya."Suara Dinda yang jernih dan tajam terdengar lagi. Kakak-