Hari ini mereka menerima 208 tael untuk mengajarkan keterampilan memasak ikan, 201 sen untuk menjual 67 ekor ikan bakar. Ditambah sisa 400 sen dari sebelumnya, seharusnya mereka memperoleh 208 tael 601 sen hari ini.Dia membayar keluarga Arkana 50 sen untuk memancing, menghabiskan 30 tael untuk membeli kereta, serta menghabiskan 3 tael untuk membeli gandum, daging, minyak dan kebutuhan sehari-hari lainnya.Saldo di rekening mereka sekarang adalah 175 tael 551 sen."Hm."Arjuna mengangguk puas. "Kita punya cukup uang untuk memperbaiki lima rumah.""Ya!" Daisha juga sangat senang. "Nanti aku dan Kak Disa bisa tidur di kamar lain.""Hm?"Arjuna tiba-tiba membuka matanya.Ada yang salah!"Kenapa? Kalian tidak mau tidur sekamar denganku?"Kalau begitu untuk apa dia merenovasi begitu banyak kamar?Dia harus merenovasi tiga kamar seperti yang direncanakan semula. Satu kamar tidur, satu ruang utilitas dan satu dapur sudah cukup."Bukan, bukan!" Daisha menggelengkan kepalanya berulang kali, kem
Gembira karena Arjuna akan mempekerjakan mereka untuk menangkap ikan.Cemas karena tidak yakin apakah Arjuna benar-benar punya uang untuk membayar mereka."Kenapa kalian datang pagi-pagi sekali? Kenapa tidak mengetuk pintu? Di luar begitu dingin."Banyak orang kedinginan hingga mukanya memerah dan badannya menggigil."Uh ...." Magano menggaruk kepalanya dengan malu. "Karena takut membangunkanmu."Orang-orang ini tidak tidur nyenyak tadi malam. Ketika Arjuna melihat mereka, mereka telah berjongkok di luar selama setidaknya setengah jam."Ya, takut membangunkan kalian." Ravin tersenyum polos, tangannya merah karena kedinginan."Aish, kalian ...."Arjuna buru-buru mendorong pintu rumahnya selebar mungkin."Semuanya, masuklah, di luar dingin."Disa dan Daisha yang mendengar suara pun turun dari tempat perapian, kemudian keluar dari kamar."Disa, Daisha, cepat buat dua api unggun."Tidak ada cukup bangku di rumah, jadi Arjuna ingin meminta Disa dan Daisha untuk memindahkan kayu bakar dari r
"Hari ini ada sembilan belas orang. Masing-masing dari kalian harus menangkap tiga puluh ekor ikan kap dan enam ekor ikan koan."Artinya ada 570 ekor ikan kap dan 114 ekor koan.Jumlah ikan harus lebih banyak dari kebutuhan sebenarnya. Karena Arjuna memasak ikan hidup, beberapa ikan mungkin saja mati di perjalanan.Selain itu, Tamael bukanlah tipe pengusaha yang tidak akan membayar jika pesanannya sedikit lebih dari yang seharusnya.Begitu Arjuna selesai berbicara, Magano dan yang lainnya langsung menghitung, "Tiga puluh ikan kap, lima ekor satu sen. Enam ikan koan, satu ekor satu sen ...."Orang-orang yang datang pada dasarnya adalah orang-orang miskin di desa yang kurang banyak belajar berhitung. Mereka berhitung bersama dalam waktu yang lama."Aduh, lama sekali," protes Vian."Tiga puluh ikan kap, tiap orang mendapat enam sen. Enam ikan koan, tiap orang juga mendapat enam sen. Kalau ditotal, kalian bisa mendapat dua belas sen sehari.""Dua belas sen?!"Penduduk desa mendongak, menat
"Aku tidak!"Karel biasanya anak yang sangat lincah, tetapi ketika berbicara tentang Vian, dia mulai gagap."Aku ... aku malas bicara dengan kalian. Aku akan membawa uang pulang untuk ibuku beli beras."Usai berbicara, Karel pun berlari keluar.Saat berlari, satu tangan Karel memegang erat sakunya. Ada dua belas sen yang baru saja dia terima di dalam saku."Aku juga mau pulang, istriku sedang menunggu.""Ayahku juga sedang menunggu. Saat aku meninggalkan rumah pagi ini, dia memarahiku, katanya Arjuna pasti menipu kita. Aku akan membawa uang pulang, lihat apa yang bisa dia katakan lagi.""Aku juga. Aku tak hanya memberi tahu keluargaku, tapi aku akan memberi tahu semua orang kalau Arjuna memberi kita uang. Sekarang Arjuna adalah orang yang baik.""Ya, ya, ya!"Penduduk desa yang menerima uang mengucapkan terima kasih kepada Arjuna, kemudian pulang."Kak Magano, Ravin!"Arjuna menghentikan Magano dan Ravin.Setelah ikan dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah mengantar.Untuk mengurangi
Sudahlah. Jangan bawal lagi, kalian berdua. Cepat pulang, lalu bawa tangki air dan gerobak kemari. Aku harus mengantar ikan ke kabupaten.""Oke, oke, kami dengarkanmu.""Kami dengarkan Kak Arjuna."Di bawah tatapan iri semua orang, Magano dan Ravin segera berlari pulang.Ravin dapat memperoleh penghasilan tambahan sepuluh sen sehari, Magano dapat penghasilan tambahan dua puluh sen.Kedua pria ini adalah tulang punggung keluarga, mereka diam-diam menyeka air mata selama dua hari terakhir.Mereka akhirnya membuat kehidupan keluarga mereka lebih baik.Semua penduduk desa yang membantu Arjuna menangkap ikan menerima uang dari rumah Arjuna dan pulang dengan gembira.Orang-orang yang berdiri di luar rumah Arjuna menyaksikan kesenangan itu.Melihat penduduk desa yang menerima uang dan pulang ke rumah, tidak ada seorang pun yang berani mengatakan apa pun. Mereka pulang dengan lesu.Beberapa orang bahkan disalahkan oleh istrinya ketika mereka kembali ke rumah.Katanya, mereka seharusnya tidak m
Pembeli itu adalah Ravin. Dia memperoleh uang dari membantu Arjuna menangkap ikan hari ini, jadi dia ingin membeli daging paha depan untuk istrinya yang sedang dalam masa nifas setelah melahirkan.Sebelum hari ini, Ravin adalah seorang pria miskin yang terkenal di Desa Embun. Sebagai seorang tukang daging yang berkeliling dari desa ke desa, Anan tentu mengetahui situasi keluarga Ravin.Jangankan daging bagian perut, bagian daging termurah saja, Ravin tak sanggup membelinya."Anan, apakah ada lemak daging?"Orang kedua yang datang ke hadapan Anan adalah Magano. Keluarganya telah makan nasi tanpa minyak selama tiga bulan. Mereka begitu menginginkannya. Lauk apa pun akan terasa enak bila diberi minyak.Anan memandang Ravin dan Magano yang berdiri di depannya.Dia merasa kesal, memandang Ravin dan Magano dengan sinis.Nasib buruk apa yang dialaminya hari ini?Begitu datang, dia bertemu dengan dua orang miskin dari Desa Embun.Selain itu, apa yang dikatakan oleh dua pria miskin ini?Yang sa
"Siapa yang kamu maki, Anan?""Buk!"Tinju Magano menghantam wajah Anan dengan keras.Tadi Anan memperlakukannya dengan buruk dan menghinanya, dia bisa menoleransinya.Namun, Anan mengatai Arjuna.Magano tidak bisa terima.Tanpa Arjuna, bagaimana dia bisa punya uang untuk membeli lemak daging?"Magano, kamu ....""Buk!"Tinju lainnya menghantam wajah Anan dengan keras, kali ini Ravin yang melakukannya."Buk, buk, buk!"Ravin yang muda tidak hanya melontarkan satu pukulan."Bisa-bisanya Anan menghina Kak Arjuna. Kurasa dia minta dihajar. Kawan-kawan, ayo kita hajar!"Ketika Ravin berteriak, seluruh penduduk desa yang menangkap ikan untuk Arjuna pun bergegas maju.Anan dihajar dengan sangat parah hingga wajahnya memar dan bengkak. Dia terus memohon belas kasihan, barulah semua orang dengan berat hati melepaskannya."Buk!"Magano melempar sebuah kantong kain kecil di atas talenan daging Anan. "Dasar manusia sombong! Hitung saja uang di dalamnya dan lihat apakah aku sanggup membeli setenga
Di bawah tekanan kuat dari semua orang, Raditya hanya bisa menundukkan kepalanya, meminta maaf kepada Arjuna, kemudian ...."Guk, guk, guk!""Mirip sekali!""Hahaha! Kurasa Raditya mungkin memang seekor anjing di kehidupan sebelumnya."Ketika Arjuna membawa iga pulang, dia mendengar suara tiruan anjing menggonggong dan suara tawa di belakangnya.Di tengah kerumunan yang tertawa, Raditya melihat punggung Arjuna dengan tatapan tajam.Kamu tunggu saja, Arjuna!'...Daisha tidak tahu cara memasak iga, jadi Arjuna yang menjadi koki untuk malam ini.Aroma yang menggugah selera terus tercium dari dapur.Daisha mencium aroma harum sambil menatap Arjuna yang sedang sibuk di depan kompor. Rasa bahagia muncul di hatinya."Kak Arjuna!"Hari ini Arjuna mengundang keluarga Arkana untuk makan bersama. Begitu mereka tiba di rumah Arjuna, Naya bergegas ke dapur karena mencium aroma makanan lezat. Dia bertanya apa yang sedang Arjuna masak.Melati menggelengkan kepalanya. "Gadis ini makin tidak terkendal
Hanya ada setengah batang dupa waktu tersisa sebelum memasuki ruang ujian.Bagian luar ruang ujian sudah dipenuhi siswa yang datang untuk mengikuti ujian.Ini adalah ujian yang menyangkut nasib kehidupan seseorang. Ada yang gugup, ada yang cemas, ada yang penuh percaya diri.Sebagian orang masih memegang buku untuk belajar, sebagian lainnya mengatupkan tangan sambil bergumam, "Semoga Nabi Konfusius memberkatiku, semoga Tuhan memberkatiku."Makin dekat dengan waktu masuk ruang ujian, makin Arjuna menyadari bahwa Disa yang ada di sampingnya gemetar.Saat pertama kali melihat harimau di Gunung Harimau, dia tidak gemetar sedikit pun."Rileks, rileks!" Arjuna mencubit kedua bahu Disa dengan tangannya."Tuan, aku tidak bisa mengendalikan tubuhku. Tubuhku gemetar sendiri." Disa mengepalkan tangannya erat-erat, mencoba menenangkan diri.Namun makin dia mencoba menenangkan diri, makin sulit jadinya."Kamu ini gugup. Jangan gugup. Aku yang masuk ruang ujian, bukan kamu.""Aku juga tahu, tapi aku
Ketika langit baru terang, Kabupaten Damai sudah ramai.Hari ini adalah hari dimulainya ujian musim semi tahunan.Masih ada waktu sebelum ujian dimulai. Restoran Kebon Sirih dekat dengan tempat ujian, jadi tidak perlu terburu-buru ke lokasi ujian.Arjuna duduk di bangku santai dekat jendela sambil minum teh. Begitu minum setengah, Arjuna akhirnya tidak tahan. Dia meletakan cangkir teh."Hanya tiga batang kuas, sebuah tempat tinta dan sekotak tinta. Kenapa kamu menghitungnya berulang kali? Apakah barangnya bertambah setiap kali kamu berhitung?"Jika Arjuna ingat dengan benar, ini adalah keenam kalinya Disa menghitung barang yang ada di dalam keranjang bambu.Saat Arjuna sedang menanyainya, Disa menuang keluar barang-barang di dalam keranjang bambu, kemudian menghitungnya lagi. Dia juga bergumam, "Dik Daisha sudah berpesan. Katanya, ingatanku buruk dan suka ketinggalan sesuatu. Jadi, aku harus hitung beberapa kali agar tidak ada terlewat."Setelah Disa memasukkan barang ke keranjang bamb
"Siapa dia?"Perhatian orang-orang kembali ke Arjuna."Dia hanya orang biasa, tidak ada yang spesial.""Aku mengenalnya. Dia adalah Arjuna dari Desa Embun.""Oh, ternyata dia!"Banyak orang memasang ekspresi "aku mengerti".Tentu saja, banyak juga orang yang masih belum mengerti. Mereka bertanya kepada orang yang mengenal Arjuna. "Siapa Arjuna ini? Dia tampaknya cukup terkenal.""Memang terkenal ...."Orang-orang mulai berlomba-lomba membicarakan kejadian Arjuna di sekolah."Haha, syair macam apa itu!""Hahaha!"Terdengar suara gelak tawa di aula peramal."Kita benar-benar salah paham dengan diaken. Bagaimana kartu ramalan orang ini bisa ditafsirkan?""Benar sekali. Kalau diaken mengatakan bahwa kartunya adalah ramalan sangat baik, tetapi nanti dia tidak lulus, diaken akan dibilang membohonginya. Kalau diaken bilang kartunya adalah ramalan sangat buruk, itu akan membuatnya terpuruk.""Diaken benar-benar susah payah. Dia adalah diaken yang baik."Suasana di aula peramal terasa damai, pa
"Tuan."Diaken itu tiba-tiba berdiri, lalu membungkuk kepada Arjuna."Astaga! Apa yang terjadi? Diaken sampai berdiri!""Aku datang ke Kuil Konfusius ini selama sepuluh tahun berturut-turut dan tidak pernah melihat diaken berdiri.""Dia bahkan membungkuk kepada orang itu. Jangan-jangan itu ramalan terbaik sepanjang masa?""Mungkin.""Siapa dia? Dari desa mana dia?"Ketika orang-orang sedang berdiskusi, diaken itu angkat bicara. "Kartu ramalan ini ....""Hei, diamlah, diaken sudah bersuara."Ruang ramalan yang semula riuh, tiba-tiba menjadi sunyi. Semua orang menahan napas untuk mendengarkan dengan saksama.Diaken mengembalikan kartu tersebut kepada Arjuna. "Maaf, aku tidak bisa menafsirkan kartu ramalan ini.""...""!!!""???"Semua orang yang ada di aula ramalan saling memandang dengan bingung. Mereka takut telinga mereka yang bermasalah."Apakah kamu mendengarnya? Diaken bilang dia tidak bisa menafsirkannya.""Aku juga mendengarnya."Selama bertahun-tahun, orang-orang hanya pernah me
Pada saat ini, diaken dikelilingi oleh para pelajar yang akan mengikuti ujian besok.Entah karena tidak ingin merusak kepercayaan diri siswa terhadap ujian atau karena uang sumbangan. Mayoritas orang memperoleh ramalan bagus, bahkan sangat bagus. Hampir tidak ada ramalan buruk, apalagi sangat buruk.Mungkin dua-duanya.Kuil mendapat uang sumbangan, sedangkan para pelajar memperoleh ramalan bagus, menambah kepercayaan diri.Simbiosis mutualisme.Shaka, yang biasanya terlihat lembut dan sopan, tiba-tiba menjadi sangat kuat. Setelah beberapa saat, dia tiba di depan diaken."Ramalan yang sangat bagus! Kali ini, Anda pasti lulus ujian dan menjadi siswa unggul!"...Orang-orang di sekitar memandang Shaka dengan iri.Meskipun mereka juga mendapat ramalan yang bagus atau bahkan sangat terbaik. Diaken itu hanya mengatakan bahwa ujian musim semi mereka akan berjalan lancar, tidak mengatakan bahwa mereka pasti akan lulus ujian dan menjadi siswa unggul."Terima kasih, Pak! Terima kasih, Pak!"Shak
Sebelum Arjuna mengatakan sepatah kata pun, Shaka tanpa malu-malu masuk ke dalam kamar Arjuna terlebih dahulu.Selain ingin makan gratis, Shaka juga punya tujuan lain, yaitu ingin melihat kamar khusus di Restoran Kebon Sirih.Kamar khusus di Restoran Kebon Sirih terkenal di Kabupaten Damai, hanya ada lima.Orang-orang yang tinggal di kamar khusus biasanya bangsawan kaya.Pelajar seperti mereka tidak bisa tinggal di kamar khusus seandainya mereka punya uang, kecuali mereka lulus ujian dan menjadi siswa unggul.Dengan kata lain, sekalipun Shaka lulus ujian dan menjadi seorang siswa unggul, dia tidak bisa tinggal di kamar khusus bila tak punya uang.Ketika dia mengetahui bahwa Tamael membiarkan Arjuna tinggal di kamar khusus, dia begitu iri.Saat dia masuk ke kamar khusus, mata Shaka langsung terbelalak.Kemewahan kamar khusus ini seratus kali lebih baik dari yang Shaka bayangkan.Arjuna hanya seorang pedagang ikan. Atas dasar apa dia menerima semua ini?Tamael membiarkan Arjuna tinggal d
Orang tua itu melangkah selangkah, lalu seketika mengurung niatnya.Dia berbalik lalu tersenyum. "Kamu benar, abaikan saja para pecundang itu."Lelaki tua itu naik ke kereta, kemudian menatap lantai tiga Restoran Kebon Sirih. "Menurutmu, apakah dia bisa menebak bahwa akulah yang mengusulkan agar semua siswa di Kabupaten Damai mengikuti ujian musim semi?""Kalau ...." Pelayan tersebut juga melihat lantai tiga penginapan. "Dia memang sepintar yang Tuan bilang, dia pasti menyadarinya.""Kalau begitu ...." Orang tua itu mengusap jenggotnya. "Akankah dia menyerahkan kertas kosong?"Pelayan itu mengangkat sebelah alisnya. "Menyerahkan kertas kosong? Bukankah itu sesuai dengan harapan Tuan?""Siapa bilang aku mengharapkannya?"Orang tua itu merasa agak malu karena pikirannya terbaca.Jika Arjuna menyerahkan kertas kosong, dia akan langsung tahu kertas mana milik Arjuna.Tidak peduli apa yang dia katakan atau lakukan, kepala daerah tidak berani menentang.Akan tetapi, dia yang menetapkan perat
Merinding.Mati rasa.Dorongan yang tidak dapat dijelaskan.Dia ingin ....Disa terkejut oleh pikirannya sendiri.Bisa-bisanya dia ingin memeluk Arjuna.Bisa-bisanya dia ingin memeluk Arjuna di depan umum.Gila! Dia benar-benar gila!|"Tuan, aku ....""Kenapa?" tanya Arjuna dengan perhatian. Suaranya rendah, mengandung godaan yang mematikan."Tidak ... tidak apa-apa, a ... aku akan kembali ke kamar dulu."Disa berlari seperti kelinci, dia menghilang dalam sekejap mata.Melihat koridor tempat Disa menghilang, Arjuna tersenyum.Dia melakukannya dengan sengaja. Tujuannya adalah untuk melihat reaksi gadis itu.Arjuna sangat puas dengan reaksi Disa.Siapa tahu dia benar-benar bisa "makan daging" dalam sebulan ini.Arjuna menyentuh perutnya yang rata. Dia benar-benar lapar."Sungguh menghina!""Tidak bermoral!""Abaikan dia. Dia tidak memenuhi standar.""Dia mengikuti ujian musim semi hanya untuk mempermalukan diri."Di tengah makian dan ejekan, Arjuna berjalan melewati lobi menuju dapur res
"Kakak-kakak dan teman-teman sekalian." Seseorang turun dari lantai dua, kemudian berjalan ke depan para pelajar dengan cepat.Orang ini adalah Shaka.Hari ini, dia mengenakan jubah brokat dan tampak sangat anggun. Dia menangkupkan tangan kepada para pelajar."Aku Shaka dari Desa Embun. Arjuna dan istri muda ini adalah keponakan dan keponakan menantuku.""Di sini." Shaka menangkupkan tangan kepada para pelajar lagi. "Aku minta maaf kepada semuanya. Keponakanku dan istrinya biasa menjual ikan. Kalian semua adalah murid Pak Cakra, tentu saja berbeda dengan keponakanku dan istrinya. Semoga kalian jangan perhitungan dengan mereka."Maksud Shaka adalah, Arjuna dan Disa hanyalah penjual ikan yang bodoh, sedangkan para pelajar menguasai kitab suci. Bagaimana mungkin Arjuna dapat dibandingkan dengan mereka?Inilah jahatnya Shaka.Dia tidak hanya menemukan jalan keluar bagi para pelajar, tetapi juga menginjak-injak Arjuna. Namun, Arjuna tidak bisa memarahinya, malah harus berterima kasih padany