Share

Bab 80

Author: Abimana
"Apa yang kau lakukan? Mundur!" marah Tamael.

Satpam itu menatap Tamael dengan bingung.

"Bos, kamu memarahinya, bukankah artinya memintaku untuk mengusir mereka?"

"Pergi, pergi!" Tamael melambaikan tangannya dengan tidak sabar, lalu menarik Arjuna untuk duduk di sebelahnya.

"Arjuna, bagaimana kamu melakukannya? Bagaimana kamu bisa memasak ikan seperti ini? Sial, ini enak sekali!"

"Fillet ikannya sama sekali tidak amis, justru lembut dan empuk, diiris begitu tipis hingga tulangnya pun tidak perlu dibuang. Masakan ini banyak minyak, tapi tidak terasa berminyak. Aku biasanya tidak suka asinan kubis, tapi asinan kubis ini enak sekali."

"Bagaimana kamu melakukannya? Sial, benar-benar enak!"

Arjuna tak bisa berkata-kata mendengar kata "sial" keluar dari mulut Tamael berkali-kali.

Tampaknya dia salah telah mengatakan Tamael terdidik.

Mungkin saja tidak ada ilmu di dalam otak Tamael.

"Acar kubis itu diasinkan dengan baik oleh kokimu, aku tidak berani menerima pujian untuk itu."

Koki di Restora
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 81

    "Dua ratus delapan tael." Tamael menggerakkan jarinya. "Selain itu, kelak kamu yang memasok ikan. Selama harga ikan mentah tidak terlalu tinggi, aku bisa menerimanya. Itu saja. Hanya setinggi itu yang dapat kuberikan kepadamu."Arjuna menoleh sambil tersenyum. "Tuan Tamael memang orang yang menyenangkan."Dua ratus delapan tael. Seratus tael lebih banyak dari yang diharapkan. Arjuna yang memasok ikan dan menentukan harganya. Seharusnya tidak ada orang lain yang dapat menawarkan syarat seperti ini di Kabupaten Damai yang kecil.Tamael memelototi Arjuna. "Sudahlah, kamu paling pandai menjebak orang!""Aku tidak akan membiarkan Tuan Tamael membayar dengan sia-sia."Kedua hidangan ini akan memberi Tamael lebih dari dua ratus delapan tael.Sebelumnya, Arjuna berpikir untuk menghasilkan lebih banyak uang di pasar dan membuka restoran di kota kabupaten ini. Namun, waktu tidak menunggunya, jadi dia tidak punya pilihan selain bekerja sama dengan Tamael.Kerja sama tentu bukan sekadar omongan be

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 82

    "Setelah aku jatuh ke jurang dan tidak sadarkan diri, aku mengalami mimpi yang sangat panjang. Aku pergi ke dunia yang sangat ajaib. Dunia itu sama sekali berbeda dengan dunia yang kita tinggali sekarang. Di dunia mimpi itu, aku mempelajari banyak hal yang tidak ada di sini."Arjuna tidak menyebutkan soal mengalami transmigrasi zaman.Karena sepintar apa pun kedua perempuan ini, mereka masih hidup di zaman kuno. Fenomena seperti ini bahkan tak bisa dijelaskan oleh ilmu zaman modern, apalagi orang zaman kuno."Jadi, aku yang sekarang masih aku yang sama, tapi juga aku yang baru.""Tuan, seperti apa dunia yang ada dalam mimpimu? Bisa-bisanya dunia itu mengajarkanmu banyak hal."Mata Daisha berkedip, wajahnya penuh dengan penasaran."Dunia itu sangat ajaib dan menarik. Lain kali akan aku ceritakan pelan-pelan.""Aku tidak mau mendengarkan, lagi pula aku juga tidak dapat pergi ke sana."Disa membalas dengan suara yang manis dan jernih.Angin sepoi-sepoi bertiup.Arjuna refleks menoleh ....

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 83

    Lihatlah rumah ini. Apakah rumah ini bisa bertahan selama musim dingin? Kalau dia benar-benar menghasilkan uang, dia pasti sudah mulai merenovasi rumah ini.""Kemarin lusa dia meminta uang kepadaku secara paksa. Dia dimarahi oleh beberapa paman kami. Mereka bilang Arjuna tidak punya kemampuan sama sekali dan selalu membuat masalah. Paman-paman kami juga bilang kalau dia terus-terusan begini, Arjuna akan diusir dari keluarga.""Anak itu tidak mau mengakui kesalahannya dan pergi begitu saja di depan paman-paman kami.""Awalnya kami mengira dia akan merenungkan kesalahannya setelah pulang ke rumah, tak disangka dia menggunakan uang dariku untuk pamer. Dia ingin pamer kepada paman-paman kami bahwa dia punya kemampuan.""Hal yang tidak aku duga adalah warga desa yang tidak tahu hal ini ternyata mengira dia benar-benar punya kemampuan dan memohon bantuannya.""Bagaimana mungkin dia memiliki kemampuan itu? Sebenarnya kalau dipikir-pikir, semua orang tidak mungkin makan ikan. Bagaimana mungkin

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 84

    Kereta itu tampaknya bukan milik kepala desa.Kereta akhirnya berhenti di antara rumah Shaka dan Arjuna.Apakah ini orang yang datang untuk mencari Shaka?Seharusnya begitu. Mungkin Pahan mengirimkan beberapa barang lagi untuk Shaka."Dengar-dengar, Pak Pahan menyukai Shaka dan ingin menikahkan putrinya dengan Shaka.""Aku juga pernah mendengarnya. Aku juga mendengar dari murid di sekolah bilang, Shaka menulis banyak puisi dalam beberapa hari terakhir. Guru saja memujinya. Dia bilang, musim semi berikutnya, Shaka pasti akan lulus ujian dan mungkin mendapat peringkat tertinggi.""Kalau memang begitu, aku pun ingin menikahkan putriku dengannya seandainya aku adalah Pahan."Di bawah tatapan iri orang-orang, Shaka berjalan menuju kereta.Dia berdiri di depan kereta, membungkuk sedikit, menyambut turunnya orang di dalam kereta.Tirai kereta dibuka dari dalam.Banyak orang berdiri berjinjit untuk melihat hadiah apa yang akan diberikan Pahan kepada Shaka kali ini. Atau selain Pahan, siapa lag

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 85

    Dia adalah pemilik kereta itu. Dia tidak memperhatikan jalan saat mengemudi dan menabrak batu sehingga menyebabkan rokoknya jatuh ke jalan.Setelah kereta berhenti, dia mengatakan sesuatu kepada Arjuna, kemudian pergi mencarinya.Setelah kembali dari mencari rokok, dia melihat sekelompok orang mengepungi keretanya."Minggir, kami akan menangkap pencuri kereta!" Raditya ingin mendorong pria paruh baya itu agar menjauh dari kereta."Apa?"Pria paruh baya itu berdiri di samping. Karena sering menarik kereta, tubuhnya jadi kekar.Dia mendorong Raditya hingga terjatuh."Pencuri kereta apa? Di mana dia?""Kak, tolong tenang." Shaka berkata dengan lembut. "Pencurinya adalah pria yang ada di dalam kereta. Kami semua tahu situasinya. Dia tidak mampu menyewa kereta seperti itu.""Oh." Pria paruh baya itu mengangguk. "Kereta ini memang tak disewa anak ini.""Aish!" Mendengar ucapan pria paruh baya itu, Shaka langsung menghela napas dan berkata dengan sedih. "Kami sangat menyesali munculnya anak p

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 86

    Dengan pemikiran modernnya, Arjuna menggendong Daisha yang cacat keluar dari kereta.Saat dia hendak menurunkan Daisha, dia mendapati wajah Daisha terkubur dalam pelukannya. Tubuh mungil Daisha bergetar, separuh wajahnya yang terekspos begitu merah.Uh ....Arjuna tidak bisa menahan senyumnya.Untuk sesaat dia lupa bahwa ini adalah zaman kuno.Daisha mungkin tak bisa berjalan pulang sendiri.Lantas ....Arjuna langsung menggendong Daisha berlari ke rumah."Tuan, sudah bisakah kamu menurunkanku?"Arjuna menundukkan kepalanya, menatap Daisha yang meringkuk dalam pelukannya seperti anak kucing.Dia terkekeh, kemudian menurunkan Daisha.Begitu kaki Daisha menyentuh tanah, dia segera berlari ke dalam rumah untuk bersembunyi.Pada saat ini, sekalipun ada guntur di dalam rumah, dia kemungkinan tidak akan keluar.Biarkan saja dia.Arjuna masih harus keluar untuk mencari tahu apa yang terjadi di luar.Di luar, Shaka dan Oki telah diam-diam menyelinap kembali ke rumah ketika Arjuna menggendong D

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 87

    Mengenai apakah Arjuna dapat membawa mereka menghasilkan uang, mereka sebenarnya sudah tidak berharap lagi.Ketenangan semalam serta ejekan Raditya dan yang lainnya menyadarkan mereka.Tidak mudah untuk menghasilkan uang, apalagi pada musim dingin."Kak Arjuna, apakah kamu mengatakan yang sebenarnya?" Bibir Ravin bergetar saking gembiranya."Benar," kata Arjuna sambil tersenyum. "Aku tidak bisa mengatakan kalau aku bisa membantumu menghasilkan banyak uang, tapi aku bisa memastikan istri dan anakmu bisa dihidupi pada musim dingin ini.""Kak Magano, aku tidak tahu berapa banyak uang yang dihabiskan untuk obat ibumu, tapi aku akan berusaha sekuat tenaga untuk membantumu menghasilkan lebih banyak uang."Alasan Arjuna berjanji kemarin adalah karena Magano dan Ravin.Magano adalah seorang pria yang tinggi dan kuat, biasanya dia terlihat galak.Dalam ingatannya, Magano dan Arjuna yang dulu tidak akur. Akan tetapi demi ibunya, dia mengesampingkan dendam masa lalu dan memohon dengan rendah hati

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 88

    "Raditya, kenapa mulutmu begitu jahat!" Disa benar-benar kesal ketika orang lain berkata buruk tentang Arjuna.Arjuna menarik tangan Disa. "Tahu mulutnya jahat, untuk apa kamu meladeninya? Ayo pulang."Semua orang bubar, sisa keluarga Arkana di depan pintu rumah Arjuna."Paman, kamu tidak terlihat panik sama sekali. Apakah kamu tidak takut kamu tidak akan kembali?"Arkana tersenyum lalu bertanya, "Kenapa aku harus panik? Kamu memberi kami uang dan daging selama beberapa hari terakhir. Kalau bukan tulus pada kami, apa yang kamu incar?""Tapi ...." Arkana berhenti tersenyum. "Kalian pulang begitu malam hari ini, kami benar-benar khawatir, khawatir terjadi sesuatu pada kalian di luar.""Aish ... sudahlah, yang penting kalian kembali." Arkana kemudian menoleh ke arah istrinya, Melati."Arjuna dan yang lainnya baru saja kembali. Mereka pasti lelah dan lapar. Cepat bawa Vian masuk, masak untuk mereka.""Oke."Melati mengangguk, kemudian membawa Vian ke dapur rumah Arjuna.Dia menenteng keran

Latest chapter

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 212

    "Oh."Dinda berjalan ke luar dengan murung."Aish!" Daisha menggelengkan kepalanya. "Anak itu makin nakal saja. Semua karenamu, Tuan.""Adakah?""Kenapa tidak ....""Daisha, apakah kamu ingin belajar cara membuat sup tahu kepala ikan yang baru saja aku buat? Aku akan mengajarimu besok.""Tuan, kamu mengalihkan topik lagi.""Jadi, apakah kamu ingin belajar? Aku akan berhitung sampai tiga, kalau kamu tidak mau belajar, ya sudah.""Satu, dua, ....""Mau, tentu saja aku mau belajar!""Kalau begitu, berhentilah mengomeliku.""Tuan ...." Daisha cemberut sambil mengerutkan kening.Daisha tampak sangat lucu dan menawan sehingga Arjuna ingin menciumnya.Namun, hari ini bukan waktu yang tepat. Dia memiliki hal yang lebih penting untuk dilakukan.Arjuna memasak beberapa hidangan lagi.Dia mengambil semangkuk sup ikan, lalu menaruhnya di atas nampan."Kalian makan dulu saja, tidak perlu menungguku."Arjuna membawa sup ikan yang ada di atas nampan ke kamar samping.Setelah meletakkan sup ikan di at

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 211

    Bulan yang berbaring di atas tungku masih belum sadar.Arjuna membungkuk untuk mengamati Bulan.Denyut nadi Bulan kuat, napasnya teratur, jadi seharusnya tidak ada masalah. Beberapa saat kemudian, Bulan akan bangun dengan sendirinya."Disa, Daisha, kalian berdua temani Tante tidur di kamar ini malam ini."Arjuna takut Bulan akan mencoba bunuh diri lagi bila dia tersadar pada tengah malam.Disa pandai bertarung sehingga dia dapat menghentikan Bulan dari melakukan hal-hal bodoh.Namun, Disa memiliki kepribadian pemarah dan terus terang, mudah impulsif, tidak dapat menghibur atau membujuk orang lain.Jika Bulan bersikeras melakukan hal bodoh, mengingat kepribadian Disa, dia akan membuat Bulan pingsan lagi.Dia tidak terlatih sehingga tak bisa mengendalikan kekuatannya.Daisha berbeda. Dia memiliki kepribadian yang lembut, teliti, suara yang lembut dan menyenangkan. Dia adalah orang yang paling cocok untuk menghibur Bulan."Aku juga mau menemani Tante."Sebelum Arjuna menyetujuinya, Dinda

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 210

    "Tuan, kamu mau pergi ke mana?"Daisha mengejar Arjuna."Tuan." Disa yang sedang memotong kayu di halaman, menghentikan Arjuna."Oh ya!"Arjuna menggunakan kesempatan itu untuk menarik Disa. "Disa, ikut aku.""Ke mana?""Gunung belakang.""Untuk apa ke sana?""Aku juga tidak tahu, kamu ikut saja." Arjuna berharap firasatnya salah.Setelah beberapa saat kemudian, Arjuna dan Disa tiba di persimpangan jalan."Sekarang kita mau ke arah mana, Tuan?"Arjuna mengangkat pandangannya, melihat ke depan.Ada dua arah jalan, keduanya mengarah ke gunung belakang desa. Satu di sebelah timur, satu lagi di sebelah barat."Di arah mana aku terjatuh ke jurang? Cepat bawa aku ke sana.""Kenapa kita pergi ke sana, Tuan?""Jangan tanya, cepat bawa aku ke sana!"Bahkan Arjuna sendiri tidak tahu mengapa dia ingin pergi ke sana.Hanya firasat."Tuan, apakah kamu baik-baik saja?" Disa tiba-tiba berhenti melangkah. Dia menatap Arjuna dengan bingung.Kenapa Arjuna mau pergi ke tempat itu?Apakah dia ingin jatuh

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 209

    Ketika Arjuna sadar kembali, dia mendapati wajahnya basah.Dia menangis.Arjuna yang dulu mulai merusak dirinya sendiri setelah Bulan menikah.Sebelum jatuh ke jurang, Arjuna yang dulu selalu menghindari Bulan setiap kali Bulan pulang ke rumah orang tuanya.Dia tahu bahwa perilakunya tidak baik dan takut Bulan akan kecewa padanya.Karena Arjuna selalu menghindari Bulan sebelumnya.Ketika Bulan pulang kali ini, Oki hanya memanggil Keluarga Arkana, tidak memanggil Arjuna untuk kumpul bersama.Anak perempuan yang sudah menikah tidak boleh bermalam di rumah orang tuanya.Setelah makan di rumah Shaka, Bulan akan kembali ke rumah suaminya.Kali ini, Bulan bertindak sedikit tidak biasa. Dia membawa sebuah kantong besar menuju rumah Arjuna tanpa menghiraukan larangan Oki dan Shaka.Bulan berdiri di depan rumah Arjuna, melihat rumah yang baru saja direnovasi. Dia begitu gembira hingga menangis sambil bergumam sendiri."Benar, mereka tidak membohongiku. Arjuna benar-benar sudah menjadi baik. Dia

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 208

    Hari kedua sekolah diliburkan.Setelah berlatih kaligrafi selama setengah hari, Arjuna merasa punggung dan pinggangnya sedikit pegal. Dia meletakkan kuas di tangannya, kemudian berjalan ke halaman untuk meregangkan otot-ototnya.Tidak lama setelah tiba di halaman, Arjuna mendengar suara berisik dari sebelah.Pasti ada orang yang mengirim sesuatu untuk keluarga Shaka lagi.Berita bahwa syair Shaka sangat dipuji oleh Cakra, bersama dengan berita syair Arjuna, menyebar ke beberapa desa terdekat.Sementara semua orang mengolok-olok Arjuna, mereka juga memuji Shaka dan makin yakin bahwa Shaka akan diterima di sekolah menengah atas kelas.Orang-orang datang memberikan hadiah kepada Shaka sangat banyak seperti sebelumnya."Tante pulang! Tante pulang!"Suara putra sulung Shaka, Zafa, terdengar dan berhasil menghentikan Arjuna untuk masuk ke rumah.Tante?Tante Zafa berarti tante Arjuna juga.Bayangan seorang wanita bertubuh tinggi, berpakaian rapi dan anggun, serta bertatapan ramah muncul di b

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 207

    Setiap Festival Musim Semi, sebagian keluarga gembira, sementara sebagian lainnya murung.Karena tidak semua orang akan memperoleh hasil yang baik setelah bekerja keras selama setahun.Begitulah adanya. Saat orang masih kecil, mereka sangat menantikan Festival Musim Semi. Namun makin dewasa, mereka makin tak menyukai festival ini.Karena Festival Musim Semi itu memusingkan.Di awal musim, mereka menetapkan resolusi untuk menabung sejumlah uang, serta menyelesaikan hal-hal penting dalam tahap kehidupan tertentu.Hanya saja mayoritas orang melebih-lebihkan kemampuan mereka dan meremehkan kejamnya waktu.Waktu tidak akan berhenti untukmu hanya karena kamu miskin.Tidak peduli seberapa pagi kamu bangun dan seberapa larut kamu tidur, seberapa keras kamu bekerja setiap hari, hidupmu tetap tidak membaik dan kamu masih terus berjuang.Setelah setahun bekerja keras, kamu menoleh ke belakang, lalu menemukan bahwa kamu masih belum punya apa-apa.Namun, pemandangan di Desa Embun tahun ini sangat b

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 206

    Sekolah Pelita menerbitkan kisi-kisi setiap tahun. Soal dalam kisi-kisi sering kali memprediksi soal ujian tahun berikutnya. Meskipun tidak persis, jenis soalnya sangat mirip.Dapat dikatakan bahwa siswa yang mendapatkan kisi-kisi dari Sekolah Pelita seperti mendapat bantuan tambahan.Para pelajar dari sepenjuru Kerajaan Bratajaya berlomba-lomba mendapatkan kisi-kisi dari Sekolah Pelita. Akan tetapi, sekolah tersebut biasanya hanya memberikannya kepada pelajar di sekolah sendiri.Sekolah itu hanya menerima dua puluh siswa setiap tahun. Selain itu, mereka hanya menerima orang yang berjodoh.Sekalipun orang itu berkuasa, jika kepala sekolahnya merasa bahwa dia tidak berjodoh, maka dia akan ditolak."Benar, tapi kakakmu bilang itu bukan yang asli, hanya salinan.""Salinan juga tidak apa-apa. Ayah, cepat minta Kakak untuk mengantarnya kemari. Tidak!" Shaka segera menggelengkan kepala."Ayah, besok suruh seseorang untuk menyampaikannya kepada Kakak. Katakan bahwa aku menginginkannya besok.

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 205

    "Kalau begitu Kak Daisha, kamu benar-benar tidak marah karena Tuan menulis sembarangan?""Kenapa harus marah? Tuan menulis ini pasti ada maksudnya sendiri.""Kamu benar-benar tidak marah? Pak Guru meminta syair itu ditempel di depan rumah kita.""Kalau Tuan tidak mau menempelnya, aku baru marah." Suara maupun tubuh Daisha tampak rileks.Bisa dilihat bahwa syair yang ditulis Arjuna membuatnya sangat senang.Meskipun Daisha tidak mengerti apa yang dimaksud dengan "penyewa rumah" dan "pria lajang". Dia mengerti bagian "istri cantik" dan "penuh kegembiraan".Arjuna mengungkapkan bahwa dia sangat bahagia memiliki mereka. Itu adalah pernyataan cinta Arjuna kepada mereka.Arjuna bersikeras menempelkan syair ini di depan rumah untuk menunjukkan cintanya untuk mereka kepada semua orang.Tuan mereka mengungkapkan cintanya untuk mereka secara terbuka.Kenapa Daisha harus marah? Dia senang sekali.Arjuna, yang duduk di dalam kamar, mendengar percakapan antara Daisha dan Dinda. Hatinya akhirnya ten

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 204

    Jangan-jangan calon orang mulia dari Keluarga Kusumo yang dimaksud oleh begawan Kuil Yamuna ... adalah Arjuna?!Jika memang demikian ....Cakra mengangguk tanpa suara.Apa yang dikatakan begawan Kuil Yamuna kemungkinan benar.Cakra telah menjadi guru selama bertahun-tahun dan telah bertemu banyak orang.Meskipun Shaka sangat cerdas dan berprestasi secara akademis, Cakra tidak setuju bahwa dia adalah orang mulia.Bagaimanapun, Shaka kekurangan kualitas tertentu....Tidak ada acara hiburan di desa pegunungan kecil, jadi gosip menjadi satu-satunya hiburan di desa.Syair Arjuna dengan cepat menyebar dari sekolah. Dalam waktu satu jam, semua orang di desa sudah mengetahuinya.Selain keluarga kepala desa, Magano dan orang-orang yang menangkap ikan untuk Arjuna, sisanya menertawakan Arjuna.Disa dan Dinda, yang menunggu Arjuna di luar sekolah, tentu saja menjadi bahan ejekan juga.Mereka menjadi sasaran olok-olokan dan tertawaan para istri pelajar."Tuan!"Begitu Arjuna keluar dari sekolah,

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status