แชร์

Bab 67

ผู้เขียน: Abimana
"Kamu menghentakkan kaki lagi. Jangan lakukan itu, kakimu belum sembuh. Kamu ingin menghabiskan lebih banyak uang?"

Daisha langsung berhenti ketika dia mendengar akan menghabiskan lebih banyak uang.

"Begitu, dong." Arjuna berkata sambil tersenyum. "Uang itu tak habis dicari, kesehatan lebih penting."

Sebenarnya, menjual seratus ekor ikan sama sekali tidak masalah. Arjuna bisa menyuruh Daisha dan Disa beristirahat, dia bisa mengerjakannya sendiri.

Dia tidak ingin memberi tahu Daisha alasan sebenarnya.

Karena tidak ingin mereka khawatir.

Delapan ratus ekor ikan tidak akan habis terjual. Jika dirata-ratakan, hari ini mereka menjual enam ratusan ekor sudah menghabiskan waktu hampir empat kali lipat dibandingkan kemarin ketika menjual tiga ratusan ekor.

Penjualan mereka sudah melemah.

Selain itu, hari ini sudah hari ketiga mereka menjual ikan bakar di pasar.

Kemungkinan besok akan ada kedai kedua yang menjual ikan bakar.

Intinya, besok bukan hanya tidak akan terjual delapan ratus ekor, teta
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 68

    "Tuan, kita lewat gang saja."Mereka sudah dikepung sekali kemarin, Daisha tidak terlibat masalah lagi."Apakah kamu takut? Jangan takut. Ada aku, aku tidak akan membiarkan siapa pun menyentuh kalian.""Bukan." Daisha menggelengkan kepalanya. "Tuan, aku tidak takut, aku mengkhawatirkanmu.""Apa yang harus dikhawatirkan? Siapa yang berani menyentuhku?""Akut takut orang-orang di desa akan salah paham terhadapmu. Kamu bukan orang yang keji sekarang. Kamu adalah kepala keluarga yang baik."Mata besar Daisha yang bersinar penuh dengan kekhawatiran dan cinta untuk Arjuna.Benar-benar berbeda dengan tatapan ketakutan dan asing saat Arjuna baru mengalami transmigrasi zaman.Arjuna selalu merasa bahwa dirinya adalah seorang pria dewasa, dia tidak akan mudah terharu.Sekarang ketika dia menghadapi kekhawatiran dan pembelaan istrinya terhadap dirinya ...."Mereka tidak mengerti maka akan bicara sembarangan. Akan kulihat siapa lagi yang berani bicara sembarangan, aku akan langsung memanah mereka.

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 69

    Naya baru berusia delapan tahun, masih kekanak-kanakan. Ketika dia mendengar orang lain mengatai keluarganya, dia langsung membalas si Herman.Dia bilang, mereka menangkap ikan bukan untuk dimakan, melainkan untuk dijual.Mendengar perkataan Naya, Herman tertawa makin keras.Memangnya ikan bisa dijual?Herman mengatakan bahwa Naya tidak bisa apa-apa, hanya bisa membual.Naya langsung menangis dan mengatakan bahwa dia tidak membual. Arjuna memberi keluarga mereka lima puluh sen sehari. Naya keceplosan sehingga Arkana tidak sempat menghentikannya.Tentu saja Herman tidak percaya, dia menggelengkan kepalanya, lalu pergi sambil tertawa.Tidak lama setelah dia kembali ke desa, dia mendengar gosip orang-orang di desa.Katanya, sekarang Arjuna telah menghasilkan banyak uang.Arjuna menjual ikan bakar di kabupaten, semua orang rebutan untuk membelinya.Magano-lah yang mengatakan.Tidak ada yang meragukan kata-kata Magano.Karena begitu dia mengatakannya, orang-orang langsung bersaksi.Hari ini

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 70

    "Aku juga minta maaf.""Aku juga minta maaf.""Kalian ...." Arjuna agak malu saat mereka meminta maaf padanya.Tampaknya, dia tidak bisa melontarkan penolakan saat ini."Kalian semua mau membantuku menangkap ikan, masalahnya aku tidak bisa menjual ikan sebanyak itu dalam sehari. Biar aku pikirkan apakah ada cara untuk menjual lebih banyak ikan sehingga aku bisa mempekerjakan kalian semua.""Arjuna, pekerjakan aku. Aku hanya butuh tiga sen sehari," ujar pria yang baru saja menjadi ayah itu.Arjuna dengan cepat berkata, "Jangan!"Jika involusi terus berlanjut, orang-orang ini mungkin akan mulai berkelahi.Begitu dia selesai berbicara, beberapa orang mengatakan bahwa mereka juga bisa menangkap ikan untuk Arjuna dengan bayaran 3 sen sehari. Ada pula yang melontarkan protes.Penduduk desa menjadi makin ribut. Satu per satu tampak marah.Arjuna mengangkat tangannya untuk memberi isyarat agar semua orang diam."Sudah, diam. Arjuna ingin mengatakan sesuatu." Magano, yang bisa melihat situasi,

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 71

    "Apa maksudnya harus menunggu Paman Shaka masuk desa dulu baru masuk? Tidak jelas. Apakah pikirannya bermasalah?"Disa, yang memiliki temperamen berapi-api, berbicara dengan ketus seperti biasa."Saat penduduk desa mengepung kita tadi, aku sepertinya melihat Paman Shaka melewati kita," kata Daisha lembut dari samping."Hah?"Disa makin bingung. Ketika dia berbicara lagi, suaranya menjadi lebih agresif. Dia berjinjit, kemudian berteriak ke rumah sebelah."Memangnya gerbang desa itu rumahnya? Kenapa harus membiarkan dia lewat dulu?""Dasar wanita agresif! Memang benar, suami seperti apa, maka istri akan menjadi seperti apa juga!" Terdengar teriakan marah Shaka dari dinding sebelah.Tak mau kalah, Disa langsung membalas, "Cih! Ujian saja belum, sudah mulai berlagak seperti seorang cendekiawan.""Dasar orang tak berpendidikan! Dasar orang tak berpendidikan! Dasar orang tak berpendidikan!" Shaka jelas-jelas marah. Dia mengatakan hal yang sama tiga kali berturut-turut."Sudah." Arjuna beruja

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 72

    Meskipun Shaka tidak mengatakan apa-apa, dia berdiri dengan sikap tegak.Dalam hati, dia merasa bangga sekali."Oh!" Paman kedua Naura mengangguk berulang kali. "Aku sering mendengar kalau di Desa Embun selalu ada orang yang meminta piring dan sendok kepada Shaka. Tampaknya itu benar.""Aish ...." Naura melambai tangan. "Piring dan sendok di rumah kami sudah diganti beberapa kali."Naura memang tidak melebih-lebihkan.Ada adat di Kabupaten Damai, yaitu jika muncul seseorang bernasib baik atau hebat dalam belajar di desa, maka penduduk desa akan pergi meminta alat makan dari orang itu.Dengan harapan, nasib mereka juga bisa berubah. Kalau ada pelajar di rumah, mereka berharap anak mereka bisa hebat dalam belajar.Untuk seseorang seperti Shaka, yang memiliki dua putra berturut-turut dan merupakan cendekiawan yang diramalkan oleh begawan Kuil Yamuna. Tentu saja ada banyak sekali orang yang datang ke rumah mereka untuk meminta piring dan sendok."Masih banyak warga di desa ini yang belum m

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 73

    Naura tentu tidak akan mengatakan bahwa Shaka adalah seorang playboy dan berutang pada Rumah Bordil Prianka.Dia hanya bisa berpura-pura bahagia.Tadi dia makan banyak daging di rumah orang tuanya.Sudah lama sekali dia tidak makan daging enak seperti itu.Paman kedua yang mendengar pun mengungkapkan pujiannya. "Shaka memang unggul. Pintar belajar, juga memiliki gaji tinggi."Saat berbicara, dia menatap Arjuna yang hendak mereka hampiri."Ada bajingan seperti itu di rumah, dia pasti sering meminta uang kepada kalian, 'kan?""Tentu saja!" Saat berbicara tentang Arjuna, wajah Naura dipenuhi dengan rasa superioritas."Kami tinggal bersebelahan, dia sering datang ke rumah kami. Dia begitu miskin hingga kedua istrinya hampir mati kelaparan."Begitu Naura selesai berbicara, mereka telah tiba di belakang Arjuna yang dikelilingi oleh penduduk desa."Semuanya!"Shaka mengatupkan tangannya kepada penduduk desa lalu berkata, "Anak berandal keluarga kami telah menyinggung kalian lagi. Semoga kalia

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 74

    Maura tidak melihat betapa muramnya wajah Shaka yang berjalan di depan Naura.Naura awalnya ingin memberi tahu Maura untuk berhenti berbicara, tetapi paman keduanya berbicara lagi."Seharusnya memang sehebat itu. Kemarin aku mendengar ada seorang penjual ikan bakar muncul di pasar kabupaten. Ikan bakarnya sangat enak. Seorang pria kaya di desa pergi membelinya kemarin dan pergi lagi hari ini.""Ada yang bertanya kenapa dia terburu-buru. Dia bilang dia takut tidak kebagian ikan bakar.""Benarkah?" Naura membuka mulutnya lebar-lebar. "Apakah dia benar-benar mengatakan itu?""Ya, aku ada di sana dan mendengarnya dengan jelas.""Kalau begitu, Arjuna adalah pria yang sangat hebat. Kenapa tadi Kakak bilang dia begitu miskin hingga kedua istrinya hampir mati kelaparan?"Saat ini, Naura sangat menyesal membiarkan adiknya ikut bersamanya.Dia awalnya ingin pamer, membiarkan Maura melihat betapa megahnya rumahnya yang baru direnovasi.Alhasil malah ...."Kak, itu 50 sen per hari. Bagaimana kalau

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 75

    "Tapi ...."Zafa, yang berusia tiga tahun, tidak berpikir terlalu banyak. Dia bergumam, "Sekarang aku lapar dan ingin makan makanan enak."Malam ini, Shaka mengalami tidur terburuk dalam tiga tahun terakhir.Arjuna, yang tinggal di sebelahnya, juga tidak bisa tidur nyenyak.Orang-orang di desa ingin dia mengajak mereka menjadi kaya bersama.Arjuna juga menginginkannya.Karena dengan tingkat penghasilan saat ini, dia tidak akan mampu mendapatkan uang untuk memperbaiki rumah sebelum musim dingin.Akan tetapi, bagaimana dia bisa menghasilkan banyak uang dalam sepuluh hari dan membawa serta penduduk desa?Sekarang sudah masuk musim dingin.Banyak hal tidak bisa dilakukan.Berburu juga tidak bisa. Arjuna tidak mungkin membawa penduduk desa ke Gunung Harimau untuk berburu harimau.Sekalipun Arjuna berpikir demikian, orang lain belum tentu mau pergi bersamanya.Menciptakan sesuatu. Dia baru datang ke zaman ini kurang dari sebulan, jadi dia belum sempat memahami produk apa saja yang bisa dibua

บทล่าสุด

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 270

    Hanya ada setengah batang dupa waktu tersisa sebelum memasuki ruang ujian.Bagian luar ruang ujian sudah dipenuhi siswa yang datang untuk mengikuti ujian.Ini adalah ujian yang menyangkut nasib kehidupan seseorang. Ada yang gugup, ada yang cemas, ada yang penuh percaya diri.Sebagian orang masih memegang buku untuk belajar, sebagian lainnya mengatupkan tangan sambil bergumam, "Semoga Nabi Konfusius memberkatiku, semoga Tuhan memberkatiku."Makin dekat dengan waktu masuk ruang ujian, makin Arjuna menyadari bahwa Disa yang ada di sampingnya gemetar.Saat pertama kali melihat harimau di Gunung Harimau, dia tidak gemetar sedikit pun."Rileks, rileks!" Arjuna mencubit kedua bahu Disa dengan tangannya."Tuan, aku tidak bisa mengendalikan tubuhku. Tubuhku gemetar sendiri." Disa mengepalkan tangannya erat-erat, mencoba menenangkan diri.Namun makin dia mencoba menenangkan diri, makin sulit jadinya."Kamu ini gugup. Jangan gugup. Aku yang masuk ruang ujian, bukan kamu.""Aku juga tahu, tapi aku

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 269

    Ketika langit baru terang, Kabupaten Damai sudah ramai.Hari ini adalah hari dimulainya ujian musim semi tahunan.Masih ada waktu sebelum ujian dimulai. Restoran Kebon Sirih dekat dengan tempat ujian, jadi tidak perlu terburu-buru ke lokasi ujian.Arjuna duduk di bangku santai dekat jendela sambil minum teh. Begitu minum setengah, Arjuna akhirnya tidak tahan. Dia meletakan cangkir teh."Hanya tiga batang kuas, sebuah tempat tinta dan sekotak tinta. Kenapa kamu menghitungnya berulang kali? Apakah barangnya bertambah setiap kali kamu berhitung?"Jika Arjuna ingat dengan benar, ini adalah keenam kalinya Disa menghitung barang yang ada di dalam keranjang bambu.Saat Arjuna sedang menanyainya, Disa menuang keluar barang-barang di dalam keranjang bambu, kemudian menghitungnya lagi. Dia juga bergumam, "Dik Daisha sudah berpesan. Katanya, ingatanku buruk dan suka ketinggalan sesuatu. Jadi, aku harus hitung beberapa kali agar tidak ada terlewat."Setelah Disa memasukkan barang ke keranjang bamb

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 268

    "Siapa dia?"Perhatian orang-orang kembali ke Arjuna."Dia hanya orang biasa, tidak ada yang spesial.""Aku mengenalnya. Dia adalah Arjuna dari Desa Embun.""Oh, ternyata dia!"Banyak orang memasang ekspresi "aku mengerti".Tentu saja, banyak juga orang yang masih belum mengerti. Mereka bertanya kepada orang yang mengenal Arjuna. "Siapa Arjuna ini? Dia tampaknya cukup terkenal.""Memang terkenal ...."Orang-orang mulai berlomba-lomba membicarakan kejadian Arjuna di sekolah."Haha, syair macam apa itu!""Hahaha!"Terdengar suara gelak tawa di aula peramal."Kita benar-benar salah paham dengan diaken. Bagaimana kartu ramalan orang ini bisa ditafsirkan?""Benar sekali. Kalau diaken mengatakan bahwa kartunya adalah ramalan sangat baik, tetapi nanti dia tidak lulus, diaken akan dibilang membohonginya. Kalau diaken bilang kartunya adalah ramalan sangat buruk, itu akan membuatnya terpuruk.""Diaken benar-benar susah payah. Dia adalah diaken yang baik."Suasana di aula peramal terasa damai, pa

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 267

    "Tuan."Diaken itu tiba-tiba berdiri, lalu membungkuk kepada Arjuna."Astaga! Apa yang terjadi? Diaken sampai berdiri!""Aku datang ke Kuil Konfusius ini selama sepuluh tahun berturut-turut dan tidak pernah melihat diaken berdiri.""Dia bahkan membungkuk kepada orang itu. Jangan-jangan itu ramalan terbaik sepanjang masa?""Mungkin.""Siapa dia? Dari desa mana dia?"Ketika orang-orang sedang berdiskusi, diaken itu angkat bicara. "Kartu ramalan ini ....""Hei, diamlah, diaken sudah bersuara."Ruang ramalan yang semula riuh, tiba-tiba menjadi sunyi. Semua orang menahan napas untuk mendengarkan dengan saksama.Diaken mengembalikan kartu tersebut kepada Arjuna. "Maaf, aku tidak bisa menafsirkan kartu ramalan ini.""...""!!!""???"Semua orang yang ada di aula ramalan saling memandang dengan bingung. Mereka takut telinga mereka yang bermasalah."Apakah kamu mendengarnya? Diaken bilang dia tidak bisa menafsirkannya.""Aku juga mendengarnya."Selama bertahun-tahun, orang-orang hanya pernah me

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 266

    Pada saat ini, diaken dikelilingi oleh para pelajar yang akan mengikuti ujian besok.Entah karena tidak ingin merusak kepercayaan diri siswa terhadap ujian atau karena uang sumbangan. Mayoritas orang memperoleh ramalan bagus, bahkan sangat bagus. Hampir tidak ada ramalan buruk, apalagi sangat buruk.Mungkin dua-duanya.Kuil mendapat uang sumbangan, sedangkan para pelajar memperoleh ramalan bagus, menambah kepercayaan diri.Simbiosis mutualisme.Shaka, yang biasanya terlihat lembut dan sopan, tiba-tiba menjadi sangat kuat. Setelah beberapa saat, dia tiba di depan diaken."Ramalan yang sangat bagus! Kali ini, Anda pasti lulus ujian dan menjadi siswa unggul!"...Orang-orang di sekitar memandang Shaka dengan iri.Meskipun mereka juga mendapat ramalan yang bagus atau bahkan sangat terbaik. Diaken itu hanya mengatakan bahwa ujian musim semi mereka akan berjalan lancar, tidak mengatakan bahwa mereka pasti akan lulus ujian dan menjadi siswa unggul."Terima kasih, Pak! Terima kasih, Pak!"Shak

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 265

    Sebelum Arjuna mengatakan sepatah kata pun, Shaka tanpa malu-malu masuk ke dalam kamar Arjuna terlebih dahulu.Selain ingin makan gratis, Shaka juga punya tujuan lain, yaitu ingin melihat kamar khusus di Restoran Kebon Sirih.Kamar khusus di Restoran Kebon Sirih terkenal di Kabupaten Damai, hanya ada lima.Orang-orang yang tinggal di kamar khusus biasanya bangsawan kaya.Pelajar seperti mereka tidak bisa tinggal di kamar khusus seandainya mereka punya uang, kecuali mereka lulus ujian dan menjadi siswa unggul.Dengan kata lain, sekalipun Shaka lulus ujian dan menjadi seorang siswa unggul, dia tidak bisa tinggal di kamar khusus bila tak punya uang.Ketika dia mengetahui bahwa Tamael membiarkan Arjuna tinggal di kamar khusus, dia begitu iri.Saat dia masuk ke kamar khusus, mata Shaka langsung terbelalak.Kemewahan kamar khusus ini seratus kali lebih baik dari yang Shaka bayangkan.Arjuna hanya seorang pedagang ikan. Atas dasar apa dia menerima semua ini?Tamael membiarkan Arjuna tinggal d

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 264

    Orang tua itu melangkah selangkah, lalu seketika mengurung niatnya.Dia berbalik lalu tersenyum. "Kamu benar, abaikan saja para pecundang itu."Lelaki tua itu naik ke kereta, kemudian menatap lantai tiga Restoran Kebon Sirih. "Menurutmu, apakah dia bisa menebak bahwa akulah yang mengusulkan agar semua siswa di Kabupaten Damai mengikuti ujian musim semi?""Kalau ...." Pelayan tersebut juga melihat lantai tiga penginapan. "Dia memang sepintar yang Tuan bilang, dia pasti menyadarinya.""Kalau begitu ...." Orang tua itu mengusap jenggotnya. "Akankah dia menyerahkan kertas kosong?"Pelayan itu mengangkat sebelah alisnya. "Menyerahkan kertas kosong? Bukankah itu sesuai dengan harapan Tuan?""Siapa bilang aku mengharapkannya?"Orang tua itu merasa agak malu karena pikirannya terbaca.Jika Arjuna menyerahkan kertas kosong, dia akan langsung tahu kertas mana milik Arjuna.Tidak peduli apa yang dia katakan atau lakukan, kepala daerah tidak berani menentang.Akan tetapi, dia yang menetapkan perat

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 263

    Merinding.Mati rasa.Dorongan yang tidak dapat dijelaskan.Dia ingin ....Disa terkejut oleh pikirannya sendiri.Bisa-bisanya dia ingin memeluk Arjuna.Bisa-bisanya dia ingin memeluk Arjuna di depan umum.Gila! Dia benar-benar gila!|"Tuan, aku ....""Kenapa?" tanya Arjuna dengan perhatian. Suaranya rendah, mengandung godaan yang mematikan."Tidak ... tidak apa-apa, a ... aku akan kembali ke kamar dulu."Disa berlari seperti kelinci, dia menghilang dalam sekejap mata.Melihat koridor tempat Disa menghilang, Arjuna tersenyum.Dia melakukannya dengan sengaja. Tujuannya adalah untuk melihat reaksi gadis itu.Arjuna sangat puas dengan reaksi Disa.Siapa tahu dia benar-benar bisa "makan daging" dalam sebulan ini.Arjuna menyentuh perutnya yang rata. Dia benar-benar lapar."Sungguh menghina!""Tidak bermoral!""Abaikan dia. Dia tidak memenuhi standar.""Dia mengikuti ujian musim semi hanya untuk mempermalukan diri."Di tengah makian dan ejekan, Arjuna berjalan melewati lobi menuju dapur res

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 262

    "Kakak-kakak dan teman-teman sekalian." Seseorang turun dari lantai dua, kemudian berjalan ke depan para pelajar dengan cepat.Orang ini adalah Shaka.Hari ini, dia mengenakan jubah brokat dan tampak sangat anggun. Dia menangkupkan tangan kepada para pelajar."Aku Shaka dari Desa Embun. Arjuna dan istri muda ini adalah keponakan dan keponakan menantuku.""Di sini." Shaka menangkupkan tangan kepada para pelajar lagi. "Aku minta maaf kepada semuanya. Keponakanku dan istrinya biasa menjual ikan. Kalian semua adalah murid Pak Cakra, tentu saja berbeda dengan keponakanku dan istrinya. Semoga kalian jangan perhitungan dengan mereka."Maksud Shaka adalah, Arjuna dan Disa hanyalah penjual ikan yang bodoh, sedangkan para pelajar menguasai kitab suci. Bagaimana mungkin Arjuna dapat dibandingkan dengan mereka?Inilah jahatnya Shaka.Dia tidak hanya menemukan jalan keluar bagi para pelajar, tetapi juga menginjak-injak Arjuna. Namun, Arjuna tidak bisa memarahinya, malah harus berterima kasih padany

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status