Share

Bab 70

Author: Abimana
"Aku juga minta maaf."

"Aku juga minta maaf."

"Kalian ...." Arjuna agak malu saat mereka meminta maaf padanya.

Tampaknya, dia tidak bisa melontarkan penolakan saat ini.

"Kalian semua mau membantuku menangkap ikan, masalahnya aku tidak bisa menjual ikan sebanyak itu dalam sehari. Biar aku pikirkan apakah ada cara untuk menjual lebih banyak ikan sehingga aku bisa mempekerjakan kalian semua."

"Arjuna, pekerjakan aku. Aku hanya butuh tiga sen sehari," ujar pria yang baru saja menjadi ayah itu.

Arjuna dengan cepat berkata, "Jangan!"

Jika involusi terus berlanjut, orang-orang ini mungkin akan mulai berkelahi.

Begitu dia selesai berbicara, beberapa orang mengatakan bahwa mereka juga bisa menangkap ikan untuk Arjuna dengan bayaran 3 sen sehari. Ada pula yang melontarkan protes.

Penduduk desa menjadi makin ribut. Satu per satu tampak marah.

Arjuna mengangkat tangannya untuk memberi isyarat agar semua orang diam.

"Sudah, diam. Arjuna ingin mengatakan sesuatu." Magano, yang bisa melihat situasi,
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 71

    "Apa maksudnya harus menunggu Paman Shaka masuk desa dulu baru masuk? Tidak jelas. Apakah pikirannya bermasalah?"Disa, yang memiliki temperamen berapi-api, berbicara dengan ketus seperti biasa."Saat penduduk desa mengepung kita tadi, aku sepertinya melihat Paman Shaka melewati kita," kata Daisha lembut dari samping."Hah?"Disa makin bingung. Ketika dia berbicara lagi, suaranya menjadi lebih agresif. Dia berjinjit, kemudian berteriak ke rumah sebelah."Memangnya gerbang desa itu rumahnya? Kenapa harus membiarkan dia lewat dulu?""Dasar wanita agresif! Memang benar, suami seperti apa, maka istri akan menjadi seperti apa juga!" Terdengar teriakan marah Shaka dari dinding sebelah.Tak mau kalah, Disa langsung membalas, "Cih! Ujian saja belum, sudah mulai berlagak seperti seorang cendekiawan.""Dasar orang tak berpendidikan! Dasar orang tak berpendidikan! Dasar orang tak berpendidikan!" Shaka jelas-jelas marah. Dia mengatakan hal yang sama tiga kali berturut-turut."Sudah." Arjuna beruja

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 72

    Meskipun Shaka tidak mengatakan apa-apa, dia berdiri dengan sikap tegak.Dalam hati, dia merasa bangga sekali."Oh!" Paman kedua Naura mengangguk berulang kali. "Aku sering mendengar kalau di Desa Embun selalu ada orang yang meminta piring dan sendok kepada Shaka. Tampaknya itu benar.""Aish ...." Naura melambai tangan. "Piring dan sendok di rumah kami sudah diganti beberapa kali."Naura memang tidak melebih-lebihkan.Ada adat di Kabupaten Damai, yaitu jika muncul seseorang bernasib baik atau hebat dalam belajar di desa, maka penduduk desa akan pergi meminta alat makan dari orang itu.Dengan harapan, nasib mereka juga bisa berubah. Kalau ada pelajar di rumah, mereka berharap anak mereka bisa hebat dalam belajar.Untuk seseorang seperti Shaka, yang memiliki dua putra berturut-turut dan merupakan cendekiawan yang diramalkan oleh begawan Kuil Yamuna. Tentu saja ada banyak sekali orang yang datang ke rumah mereka untuk meminta piring dan sendok."Masih banyak warga di desa ini yang belum m

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 73

    Naura tentu tidak akan mengatakan bahwa Shaka adalah seorang playboy dan berutang pada Rumah Bordil Prianka.Dia hanya bisa berpura-pura bahagia.Tadi dia makan banyak daging di rumah orang tuanya.Sudah lama sekali dia tidak makan daging enak seperti itu.Paman kedua yang mendengar pun mengungkapkan pujiannya. "Shaka memang unggul. Pintar belajar, juga memiliki gaji tinggi."Saat berbicara, dia menatap Arjuna yang hendak mereka hampiri."Ada bajingan seperti itu di rumah, dia pasti sering meminta uang kepada kalian, 'kan?""Tentu saja!" Saat berbicara tentang Arjuna, wajah Naura dipenuhi dengan rasa superioritas."Kami tinggal bersebelahan, dia sering datang ke rumah kami. Dia begitu miskin hingga kedua istrinya hampir mati kelaparan."Begitu Naura selesai berbicara, mereka telah tiba di belakang Arjuna yang dikelilingi oleh penduduk desa."Semuanya!"Shaka mengatupkan tangannya kepada penduduk desa lalu berkata, "Anak berandal keluarga kami telah menyinggung kalian lagi. Semoga kalia

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 74

    Maura tidak melihat betapa muramnya wajah Shaka yang berjalan di depan Naura.Naura awalnya ingin memberi tahu Maura untuk berhenti berbicara, tetapi paman keduanya berbicara lagi."Seharusnya memang sehebat itu. Kemarin aku mendengar ada seorang penjual ikan bakar muncul di pasar kabupaten. Ikan bakarnya sangat enak. Seorang pria kaya di desa pergi membelinya kemarin dan pergi lagi hari ini.""Ada yang bertanya kenapa dia terburu-buru. Dia bilang dia takut tidak kebagian ikan bakar.""Benarkah?" Naura membuka mulutnya lebar-lebar. "Apakah dia benar-benar mengatakan itu?""Ya, aku ada di sana dan mendengarnya dengan jelas.""Kalau begitu, Arjuna adalah pria yang sangat hebat. Kenapa tadi Kakak bilang dia begitu miskin hingga kedua istrinya hampir mati kelaparan?"Saat ini, Naura sangat menyesal membiarkan adiknya ikut bersamanya.Dia awalnya ingin pamer, membiarkan Maura melihat betapa megahnya rumahnya yang baru direnovasi.Alhasil malah ...."Kak, itu 50 sen per hari. Bagaimana kalau

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 75

    "Tapi ...."Zafa, yang berusia tiga tahun, tidak berpikir terlalu banyak. Dia bergumam, "Sekarang aku lapar dan ingin makan makanan enak."Malam ini, Shaka mengalami tidur terburuk dalam tiga tahun terakhir.Arjuna, yang tinggal di sebelahnya, juga tidak bisa tidur nyenyak.Orang-orang di desa ingin dia mengajak mereka menjadi kaya bersama.Arjuna juga menginginkannya.Karena dengan tingkat penghasilan saat ini, dia tidak akan mampu mendapatkan uang untuk memperbaiki rumah sebelum musim dingin.Akan tetapi, bagaimana dia bisa menghasilkan banyak uang dalam sepuluh hari dan membawa serta penduduk desa?Sekarang sudah masuk musim dingin.Banyak hal tidak bisa dilakukan.Berburu juga tidak bisa. Arjuna tidak mungkin membawa penduduk desa ke Gunung Harimau untuk berburu harimau.Sekalipun Arjuna berpikir demikian, orang lain belum tentu mau pergi bersamanya.Menciptakan sesuatu. Dia baru datang ke zaman ini kurang dari sebulan, jadi dia belum sempat memahami produk apa saja yang bisa dibua

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 76

    "Benar. Bagaimana ikan bakar mereka bisa dibandingkan dengan ikan bakarmu?"Selain merasa tidak adil untuk Arjuna, Jono dan penjual panekuk juga memikirkan kepentingan diri sendiri.Bisnis Arjuna berkurang, maka bisnis mereka juga menurun."Terima kasih atas perhatian kalian, tapi hari ini aku ada urusan, jadi aku harus pergi dulu," ucap Arjuna....Saat Arjuna berjalan menuju pasar, Desa Embun pun mengalami keributan."Kalian sungguh naif, bisa-bisanya percaya pada orang seperti Arjuna.""Kemarin, kalian semua pergi memohon padanya pula. Kalian benar-benar lucu. Sekarang apa? Dia kabur begitu saja."Raditya dan penduduk desa yang tidak memohon kepada Arjuna kemarin terus mengejek penduduk desa yang mengelilingi Arjuna kemarin."Kamulah yang kabur." Magano membalas Raditya. "Kemarin lusa, kamu dihajar oleh Arjuna hingga tak bisa berdiri, 'kan?"Kemarin lusa, Raditya dipukul oleh Arjuna di depan banyak orang.Itu adalah pengalaman paling memalukan dalam hidup Raditya.Setelah Magano men

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 77

    "Arjuna? Aku tidak melihatnya di pasar."Kepala desa juga mendengar tentang Arjuna yang berjualan ikan bakar. Setelah mengumpulkan uang, dia sengaja pergi ke pasar untuk membeli.Dia ingin melihat bagaimana Arjuna menjual ikan, alhasil dia tidak melihat Arjuna."Apa kubilang? Arjuna memang kabur."Raditya yang awalnya hendak pergi langsung bersemangat lagi saat mendengar kepala desa mengatakan bahwa dia tidak melihat Arjuna."Haha! Arjuna adalah Arjuna. Dia bahkan meminta uang dari pamannya dengan menodongkan pisau. Kalian percaya pada orang seperti itu? Haha, sekarang kalian telah ditipu olehnya, 'kan?""Paman, apakah Arjuna berjualan di tempat lain?"Magano masih tidak dapat memercayainya.Ego bukan masalah, biaya pengobatan ibunya lebih penting.Kemarin dia berpikir bahwa dengan mengandalkan Arjuna, dia bisa membayar obat ibunya. Tak disangka hasilnya akan seperti ini."Tidak!" Kepala desa menggelengkan kepalanya berulang kali. "Tantemu membeli banyak barang hari ini. Kami berkelili

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 78

    "Hm." Tamael mengangguk. "Sebenarnya, aku cukup menyukai kepribadianmu. Kamu orang yang terus terang dan tidak berbelit. Katakanlah bagaimana cara kerja samanya.""Aku akan mengajari koki di Restoran Kebon Sirih cara memasak ikan."Mata Tamael berbinar saat mendengarnya. "Bagus sekali, berapa harganya?"Arjuna mengulurkan jari telunjuknya."Satu tael perak?"Arjuna menggelengkan kepalanya."Kamu?!" Tamael duduk tegak, kemudian menatap jari telunjuk Arjuna. "Jangan bilang kamu menginginkan seratus tael."Arjuna mengangguk. "Benar!"Tamael memelototi Arjuna. "Aku baru saja memujimu. Sepertinya aku ceroboh. Asal kamu tahu, ikan bakarmu bukan hidangan yang sulit untuk dibuat. Setahuku, sekarang sudah ada beberapa orang yang menjualnya juga di pasar.""Meskipun sekarang buatan mereka masih kalah darimu, mereka akan membalapmu suatu hari. Aku cukup meminta kokimu melihat di kiosmu beberapa kali, kemudian membeli beberapa ekor ikan untuk mereka, maka mereka juga bisa membuatnya.""Bisa-bisany

Latest chapter

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 116

    Arjuna sibuk di pabrik pengolahan ikan sepanjang hari. Saat dia hampir tiba di rumah, dia mendengar bunyi terompet, gong dan genderang. Alunannya sangat meriah.Dalam situasi yang kurang baik selama beberapa tahun terakhir, suara-suara meriah seperti itu sudah jarang terdengar. Bahkan Daisha, yang biasa lembut dan pendiam, sangat senang mendengarnya. Dia mengangkat tirai, kemudian bertanya kepada Disa yang mengemudi kereta kuda."Kak Disa, dari rumah mana suara-suara itu?""Tidak tahu, rasanya sangat dekat dengan rumah kita.""Nada terompet sangat ceria. Mungkin ada gadis yang menikah dengan pria baik.""Kerajaan Bratajaya sudah berbeda dari sebelumnya. Dulu menikah, pihak mempelai pria yang meniup terompet. Setelah jumlah pria menipis, jadi pihak perempuan yang meniup terompet.""Bagus sekali!"Kedua saudari itu menunjukkan tatapan iri pada saat yang sama. Mereka mengingat kembali saat mereka dialokasikan untuk Arjuna, mereka berpelukan sambil menangis.Menangis karena ketidakadilan t

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 115

    Jantungnya yang berdebar-debar sejak lima hari lalu kini mencelos.Saat ibunya menariknya ke hadapan Arjuna, dia telah jatuh cinta pada pria ini.Lima hari terakhir adalah lima hari terbahagia dalam hidupnya.Karena dia akan menikah dengan pria yang dia cintai.Pertanyaan Putri Delapan membuat gadis-gadis yang sudah dan sedang naik ke kereta langsung tertegun.Mereka begitu senang hingga melupakan hal ini.Perempuan adalah spesies yang peka. Mereka dapat melihat bahwa Arjuna adalah pria yang baik.Putri Delapan bukan satu-satunya perempuan yang menyukai Arjuna.Mereka semua ingin menikahi Arjuna. Sangat, sangat ingin."Aku tidak sebaik yang kamu bayangkan. Lain kali kerjalah dengan baik, akan ada pria yang lebih menyayangimu menikahimu."Kata-kata seperti itu sangat normal di zaman modern, tetapi ...."Tuk!"Putri Delapan berlutut di depan Arjuna."Hari ini, aku sudah masuk ke Kediaman Kusumo dengan seutas benang merah yang diikatkan di kepalaku. Dalam kehidupan ini, baik hidup maupun

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 114

    "Sok misterius, aku pikir apa. Makanan itu biasanya kugunakan untuk memberi makan ayam dan bebek.""Oh?" Arjuna menatap Raditya dengan dingin. "Itulah alasan kamu tidak berguna. Kamu menggunakannya untuk memberi makan ayam, tapi aku bisa mengubahnya menjadi harta karun."Raditya langsung membantah, "Apakah itu harta karun memangnya tergantung katamu? Ikan kecil seperti itu ada banyak di perapian pegunungan. Beri makan hewan ternak saja, mereka tidak suka.""Raditya benar." Orang-orang setuju. Panen di daerah tersebut telah buruk dalam beberapa tahun terakhir. Banyak orang pernah coba memberi makan hewan ternak dengan ikan kecil, tetapi hewan-hewan ternak saja tidak suka."Enak atau tidak, kalian coba dulu saja." Arjuna menyodorkan piring ke depan orang-orang, meminta mereka mencicipinya.Orang-orang awalnya skeptis. Namun setelah beberapa orang mengambil inisiatif untuk makan, ikan-ikan kecil di dalam piring Arjuna pun habis dalam sekejap."Enak, enak sekali.""Arjuna, bagaimana kamu m

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 113

    "Kalau itu aku, aku akan segera melaporkannya ke pihak berwenang. Kalau mereka tidak melakukan apa-apa, aku akan membuat onar di Restoran Kebon Sirih untuk menghentikan pasokan ikannya. Kalau tidak, orang yang dia celakai kelak akan makin banyak.""Arjuna, bukankah kamu seharusnya memberi kami penjelasan?" Keluarga gadis-gadis itu langsung menghadapi Arjuna. Jika Arjuna benar-benar ingin menikahi putri mereka, mereka tentu akan berterima kasih dan bersedia melakukan apa pun.Akan tetapi, jika Arjuna ingin menjual putri mereka ke Rumah Bordil Prianka, mereka pasti akan bertarung dengan Arjuna."Semuanya, tenang." Khawatir orang-orang itu akan menyakiti Arjuna, Magano buru-buru membawa Ravin dan yang lainnya untuk berdiri di depan Arjuna.Magano dengan marah berteriak, "Raditya, kamu menyebar rumor dan memfitnah!""Apakah aku menyebar rumor dan fitnah? Coba biar Arjuna menjawab, apakah dia menyuruh Tamael kemari untuk membawa gadis-gadis ini pergi?"Tamael memelototi Raditya. "Kamu pikir

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 112

    Seorang pria berpakaian bagus melompat turun dari kereta, kemudian berjalan ke arah Arjuna."Arjuna, pabriknya sudah siap, besok sudah bisa mulai bekerja. Apakah karyawanmu sudah siap?""Hahaha! Ternyata begitu!"Raditya yang tadinya terusir, tiba-tiba berlari kembali sambil bertepuk tangan.Raditya menunjuk pria berpakaian bagus yang ada di depan Arjuna. "Apakah kalian tahu siapa dia?"Orang-orang menggelengkan kepala. Mereka semua adalah orang-orang termiskin, bagaimana mungkin mereka mengenal orang yang begitu kaya?"Aku beri tahu, namanya Tamael. Dia adalah pemilik Rumah Bordil Prianka.""Rumah Bordil Prianka?"Ketika menyebut Rumah Bordil Prianka, orang-orang menunjukkan tatapan mencemooh.Meskipun para pria gemar pergi ke rumah bordil, tempat-tempat itu kurang layak."Apa yang dia lakukan di sini?" Kedatangan Tamael membuat orang-orang menjadi bingung."Huft!"Raditya tertawa. "Kalian benar-benar lucu. Sebagai pemilik Rumah Bordil Prianka, tentu saja dia datang merekrut gadis-gad

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 111

    Arjuna menyerahkan ayam kepada Magano, memintanya untuk mengambil lima tael perak dari Daisha, kemudian meminta seseorang mengantarkannya ke rumah Putri Delapan.Disa, Daisha dan keluarga Arkana dengan hangat menyambut para gadis dan keluarga mereka. Halaman rumah menjadi ramai, semua orang dipenuhi dengan kegembiraan."Menurutku, kalian jangan hanya fokus senang. Coba lihat rumah Arjuna, apakah ada tempat yang bisa ditinggali putri kalian?"Di luar pintu, suara Raditya memecahkan suasana gembira di halaman.Gadis-gadis itu barulah menyadari bahwa rumah Arjuna sama persis dengan apa yang mereka lihat lima hari lalu.Lima hari yang lalu, ketika mereka pergi, Arjuna menjanjikan mereka tempat tinggal baru."Dalam waktu lima hari, menantuku pasti tidak sempat menyiapkannya."Beberapa anggota keluarga membela Arjuna, beberapa keluarga meninggalkan mahar, lalu pergi. Setelah beberapa saat, mereka kembali dengan ekspresi tidak senang."Tidak ada rumah jerami di sekitar Desa Embun.""Hah? Kena

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 110

    "Bukankah sudah kukatakan kalau mereka bukan istri baruku, aku tidak akan menikahi mereka? Aish, nanti baru kujelaskan kepada kalian."Arjuna mengenakan sepatunya, lalu berjalan keluar untuk membuka gerbang rumah."Tuan, selamat pagi. Semoga Tuan selalu sehat."Begitu pintu terbuka, lima puluhan gadis di luar menyambut Arjuna secara bersamaan.Arjuna, yang telah menjalani dua kehidupan, telah banyak makan garam. Akan tetapi, dia tetap terkejut dengan pemandangan di hadapannya.Wah, lima puluhan gadis memberikan penghormatan bersamaan. Ini tidak kalah seru dengan adegan dalam drama di mana para selir memberikan penghormatan kepada kaisar.Pakaian gadis-gadis itu berbeda dari lima hari sebelumnya. Kebanyakan dari mereka mengenakan pakaian katun merah.Di Kerajaan Bratajaya, gaun pengantin kaum orang biasa berwarna merah. Kalau menikah pada musim panas, mereka akan mengenakan baju katun merah. Sedangkan pada musim dingin, mereka mengenakan mantel katun merah.Namun, mantel katun merah yan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 109

    "Aku tidak sedang bersikap keras kepala. Aku benar-benar punya tempat untuk mereka tinggal.""Benarkah? Di mana?" Melihat Arjuna begitu percaya diri, Arkana pun bingung. Jangan-jangan Arjuna diam-diam menemukan rumah di suatu tempat selama kurun waktu ini?"Hm ...." Arjuna menggaruk kepalanya, lalu menyengir. "Sekarang aku juga tidak yakin di mana mereka tinggal.""Arjuna, sudah begini kamu masih bercanda?" Arkana agak marah.Magano dan yang lainnya juga tampak sedikit tidak senang.Bagaimana Arjuna bisa menghadapi hal sebesar itu dengan sikap sesantai ini?Walaupun Arjuna tidak menerima gadis-gadis itu pada akhirnya, pemerintah tidak akan menghukumnya dengan keras. Hal itu akan memengaruhi reputasi Arjuna. Reputasi tidak dapat diukur dengan uang.Semua orang terlihat serius, Arjuna juga menjadi serius. "Aku benar-benar tidak bercanda. Ayo kita jual ikan."Pagi ini, ada banyak orang di jalan dari Desa Embun menuju kota kabupaten.Arjuna mengerti bahwa sebagian besar orang itu mengawasi

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 108

    "Bagaimana kamu melakukannya, bukan kita. Kamu membenci Arjuna dan punya dendam dengannya, sedangkan aku tidak."Shaka menjauhkan diri dari masalah ini. Dia ingin menjatuhkan Arjuna, tetapi dia tidak akan terlibat secara pribadi.Raditya tertegun sejenak, kemudian dia mengumpat dalam hati.Bagus sekali, Shaka. Jelas-jelas kamu yang mencariku dan memberi ide dulu, sekarang malah bilang kamu tidak ingin membalas dendam terhadap Arjuna. Licik sekali.'Namun, lupakan saja. Selama bisa menjatuhkan Arjuna, Raditya tidak peduli walau Shaka tidak mau mengakuinya."Ya, aku sendiri."Shaka barulah merasa puas. Dia menatap tembok yang memisahkannya dari rumah Arjuna, kemudian dia berkata, "Langkah berikutnya mudah. Awasi dia, jangan beri dia kesempatan untuk melarikan diri. Selain itu, kalau kamu melihat dia melakukan gerakan apa pun, pikirkan cara untuk merusak rencananya.""Jangan khawatir soal itu." Raditya melambaikan tangannya, tampak acuh tak acuh. "Hanya lima hari. Memangnya dia benar-bena

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status