Tidak ada yang menanggapi perkataan Raditya.Berdasarkan kepribadian Arjuna sebelumnya, bila dia punya uang, dia pasti akan menggunakannya untuk membeli makanan, arak atau berjudi. Dia tidak akan peduli dengan apa yang kurang di rumah, apalagi kehidupan Disa dan Daisha.Melihat tidak ada yang membantahnya, Raditya merasa sedikit bangga."Tidak ada seorang pun di desa ini yang mengenal Arjuna lebih baik daripada aku. Apakah kalian tidak memperhatikannya? Kedua istri Arjuna berekspresi muram. Pasti Arjuna membawa mereka keluar untuk dijual.""Aku tidak melihat Alsava bersaudari berekspresi muram, kurasa mereka sedang tersenyum," bantah seorang penduduk desa yang berani."Kamu tahu apa?""Bagaimana denganmu? Sebelumnya kamu bilang, kurang dari tiga hari Arjuna akan menyeret Daisha ke Rumah Bordil Prianka. Sekarang sudah beberapa hari berlalu, bukankah Daisha masih di Desa Embun?"Sejak insiden di mana Arjuna menghajar Raditya, rasa takut penduduk desa terhadap Raditya mulai berkurang."Se
Sebelum Raditya menyelesaikan kata-katanya, kayu bakar yang ada di tangan Arjuna sudah menghantam kepala Raditya dengan keras.Ketika mengingat bagaimana Raditya menatap istrinya dengan tatapan cabul, Arjuna merasa bahwa satu kali pukulan tidak akan menghilangkan kemarahannya.Raditya ingin menghindar, tetapi Arjuna bergerak lebih cepat darinya. Arjuna seolah bisa memprediksi pergerakan Raditya. Dia akan memukul ke mana pun Raditya menghindar.Sama seperti saat berada di rumah Arjuna beberapa hari lalu, Raditya menjerit kesakitan.Raditya sempat mencoba melawan, tetapi sebelum tinjunya dilayangkan, Arjuna sudah memukulnya dengan keras.Arjuna mengincar luka lama pada kepala Raditya.Setelah beberapa saat, darah mulai mengalir.Raditya kesakitan hingga dia terpaksa memohon belas kasihan kepada Arjuna."Jangan pukul lagi, jangan pukul lagi, Bung!""Boleh, panggil aku 'tuan' dulu.""Tuan, kamu adalah tuanku yang baik.""Apa?" Arjuna menundukkan kepalanya. "Aku tidak bisa mendengarmu, kata
"Jangan!"Daisha berteriak, berlutut di lantai, kemudian terus bergumam, "Jangan pukul aku, jangan pukul aku, Tuan."Sebagai seorang prajurit di medan perang, Arjuna tahu gangguan pasca trauma di zaman modern.Bagaimana dia memberi pelajaran kepada Raditya tadi mungkin mengingatkan Daisha akan kekejaman Arjuna yang sebelumnya terhadap dirinya."Daisha!"Arjuna membungkuk untuk memeluk Daisha."Tuan!"Daisha meronta secara naluriah, tetapi Arjuna tidak berniat melepaskannya. Makin kuat Daisha meronta, makin erat Arjuna memeluk.Trauma harus disembuhkan dari akar penyebabnya.Ketakutan Daisha harus diselesaikan oleh Arjuna.Arjuna memeluk Daisha, kemudian mencium keningnya dengan lembut. "Jangan takut, semuanya sudah berlalu. Semuanya sudah berlalu."Seiring Arjuna menenangkan, Daisha perlahan-lahan menjadi tenang dalam pelukan Arjuna.Arjuna sedikit menjauhkan Daisha, kemudian dengan lembut bertanya, "Apakah kamu sudah merasa lebih baik?""Hm," jawab Daisha."Tuan ...."Pada saat ini, D
"Kalau begitu kamu memang salah, Dik Daisha."Disa lebih polos, dia sama sekali tidak memikirkan bagaimana air liur Daisha bisa membasahi wajah Arjuna.Sebagai orang yang paham, pemilik gerobak sapi pun tertawa terbahak-bahak."Anak Muda, gadismu begitu menarik. Kamu benar-benar beruntung.""Paman, apakah kamu tidak salah? Air liur adikku membasahi wajah Tuan, apanya yang menarik?"Disa membantah, kemudian dia menasihati Daisha. "Dik Daisha, kamu tidak boleh ceroboh walau sekarang Tuan memperlakukanmu dengan baik, mengerti?""Aku mengerti, Kak Disa."Disa benar-benar tidak menyadari bahwa adiknya merasa malu hingga rasanya ingin ditelan Bumi saja."Anak Muda, semua barang sudah diturunkan. Aku tidak akan mengganggu lagi."Setelah pemilik gerobak sapi pergi, Arjuna mengajak Daisha dan Disa untuk memindahkan kayu bakar ke rumah paling barat.Lima belas ikat kayu bakar dibuka ternyata cukup banyak, memenuhi separuh rumah kecil itu.Kayu bakar sebanyak ini cukup untuk sebulan lebih.Kekura
"Dik Daisha, Dik Daisha!"Panggilan Disa menyadarkan Daisha yang melamun."Kak Disa.""Kamu terlihat aneh, apakah kamu baik-baik saja?"Daisha tersadar, kemudian menemukan bahwa bukan hanya Disa, tetapi Arjuna juga sedang menatapnya.Arjuna juga bertanya dengan perhatian. "Apakah kamu tidak enak badan?""Tidak, tidak, aku baik-baik saja. Aku ... aku akan memasak untuk kalian."Sebelum menyelesaikan kata-katanya, Daisha sudah bergegas ke dapur."Ada apa dengan Dik Daisha?" Disa tampak bingung.Arjuna menggelengkan kepala, yang artinya dia juga tidak tahu.Dengan mempekerjakan keluarga Arkana untuk menangkap ikan, Arjuna tidak perlu menangkap ikan dalam kegelapan.Setelah makan, langit belum gelap, jadi Arjuna pergi jalan-jalan. Pedesaan zaman kuno pada musim dingin benar-benar membosankan. Karena itu, baru berjalan sebentar, Arjuna sudah pulang.Kedua istri Arjuna duduk di atas perapian, menghitung pendapatan hari ini dengan kepala berdekatan.Melihat Arjuna masuk, Disa segera turun dar
"Tapi kita tidak perlu membeli jendela kayu, yang biasa saja juga bisa digunakan. Lalu kertas minyak, sebenarnya juga tidak perlu dibeli. Satu lembar harganya 50 sen, terlalu mahal. Padahal kita bisa menggunakan kertas kasar. Terlalu berlebihan kalau kita menggunakan kertas minyak."Saat ini, Disa telah selesai mencuci muka dan kaki Arjuna.Arjuna bersandar pada selimut di atas tempat perapian sambil menatap Daisha dengan tenang.Rasanya seperti kembali ke rumahnya di zaman modern.Setiap kali ayahnya membeli sesuatu yang besar, ibunya juga mengocehi ayahnya seperti ini.Dulu Arjuna tidak mengerti mengapa ayahnya tidak marah.Sekarang dia baru mengerti bahwa diocehi istri sebenarnya juga semacam kebahagiaan.Mendengar Arjuna terkekeh, Daisha pun cemberut. "Tuan, kenapa kamu masih bisa tertawa?""Istriku begitu cantik, tentu saja aku bisa tertawa.""..."Begitu digoda oleh Arjuna, Daisha pun tidak bisa memegang penanya dengan stabil.Dia tampak tersipu dan malu, kikuk.Arjuna tidak bern
"Kamu menghentakkan kaki lagi. Jangan lakukan itu, kakimu belum sembuh. Kamu ingin menghabiskan lebih banyak uang?"Daisha langsung berhenti ketika dia mendengar akan menghabiskan lebih banyak uang."Begitu, dong." Arjuna berkata sambil tersenyum. "Uang itu tak habis dicari, kesehatan lebih penting."Sebenarnya, menjual seratus ekor ikan sama sekali tidak masalah. Arjuna bisa menyuruh Daisha dan Disa beristirahat, dia bisa mengerjakannya sendiri.Dia tidak ingin memberi tahu Daisha alasan sebenarnya.Karena tidak ingin mereka khawatir.Delapan ratus ekor ikan tidak akan habis terjual. Jika dirata-ratakan, hari ini mereka menjual enam ratusan ekor sudah menghabiskan waktu hampir empat kali lipat dibandingkan kemarin ketika menjual tiga ratusan ekor.Penjualan mereka sudah melemah.Selain itu, hari ini sudah hari ketiga mereka menjual ikan bakar di pasar.Kemungkinan besok akan ada kedai kedua yang menjual ikan bakar.Intinya, besok bukan hanya tidak akan terjual delapan ratus ekor, teta
"Tuan, kita lewat gang saja."Mereka sudah dikepung sekali kemarin, Daisha tidak terlibat masalah lagi."Apakah kamu takut? Jangan takut. Ada aku, aku tidak akan membiarkan siapa pun menyentuh kalian.""Bukan." Daisha menggelengkan kepalanya. "Tuan, aku tidak takut, aku mengkhawatirkanmu.""Apa yang harus dikhawatirkan? Siapa yang berani menyentuhku?""Akut takut orang-orang di desa akan salah paham terhadapmu. Kamu bukan orang yang keji sekarang. Kamu adalah kepala keluarga yang baik."Mata besar Daisha yang bersinar penuh dengan kekhawatiran dan cinta untuk Arjuna.Benar-benar berbeda dengan tatapan ketakutan dan asing saat Arjuna baru mengalami transmigrasi zaman.Arjuna selalu merasa bahwa dirinya adalah seorang pria dewasa, dia tidak akan mudah terharu.Sekarang ketika dia menghadapi kekhawatiran dan pembelaan istrinya terhadap dirinya ...."Mereka tidak mengerti maka akan bicara sembarangan. Akan kulihat siapa lagi yang berani bicara sembarangan, aku akan langsung memanah mereka.
"Oh."Dinda berjalan ke luar dengan murung."Aish!" Daisha menggelengkan kepalanya. "Anak itu makin nakal saja. Semua karenamu, Tuan.""Adakah?""Kenapa tidak ....""Daisha, apakah kamu ingin belajar cara membuat sup tahu kepala ikan yang baru saja aku buat? Aku akan mengajarimu besok.""Tuan, kamu mengalihkan topik lagi.""Jadi, apakah kamu ingin belajar? Aku akan berhitung sampai tiga, kalau kamu tidak mau belajar, ya sudah.""Satu, dua, ....""Mau, tentu saja aku mau belajar!""Kalau begitu, berhentilah mengomeliku.""Tuan ...." Daisha cemberut sambil mengerutkan kening.Daisha tampak sangat lucu dan menawan sehingga Arjuna ingin menciumnya.Namun, hari ini bukan waktu yang tepat. Dia memiliki hal yang lebih penting untuk dilakukan.Arjuna memasak beberapa hidangan lagi.Dia mengambil semangkuk sup ikan, lalu menaruhnya di atas nampan."Kalian makan dulu saja, tidak perlu menungguku."Arjuna membawa sup ikan yang ada di atas nampan ke kamar samping.Setelah meletakkan sup ikan di at
Bulan yang berbaring di atas tungku masih belum sadar.Arjuna membungkuk untuk mengamati Bulan.Denyut nadi Bulan kuat, napasnya teratur, jadi seharusnya tidak ada masalah. Beberapa saat kemudian, Bulan akan bangun dengan sendirinya."Disa, Daisha, kalian berdua temani Tante tidur di kamar ini malam ini."Arjuna takut Bulan akan mencoba bunuh diri lagi bila dia tersadar pada tengah malam.Disa pandai bertarung sehingga dia dapat menghentikan Bulan dari melakukan hal-hal bodoh.Namun, Disa memiliki kepribadian pemarah dan terus terang, mudah impulsif, tidak dapat menghibur atau membujuk orang lain.Jika Bulan bersikeras melakukan hal bodoh, mengingat kepribadian Disa, dia akan membuat Bulan pingsan lagi.Dia tidak terlatih sehingga tak bisa mengendalikan kekuatannya.Daisha berbeda. Dia memiliki kepribadian yang lembut, teliti, suara yang lembut dan menyenangkan. Dia adalah orang yang paling cocok untuk menghibur Bulan."Aku juga mau menemani Tante."Sebelum Arjuna menyetujuinya, Dinda
"Tuan, kamu mau pergi ke mana?"Daisha mengejar Arjuna."Tuan." Disa yang sedang memotong kayu di halaman, menghentikan Arjuna."Oh ya!"Arjuna menggunakan kesempatan itu untuk menarik Disa. "Disa, ikut aku.""Ke mana?""Gunung belakang.""Untuk apa ke sana?""Aku juga tidak tahu, kamu ikut saja." Arjuna berharap firasatnya salah.Setelah beberapa saat kemudian, Arjuna dan Disa tiba di persimpangan jalan."Sekarang kita mau ke arah mana, Tuan?"Arjuna mengangkat pandangannya, melihat ke depan.Ada dua arah jalan, keduanya mengarah ke gunung belakang desa. Satu di sebelah timur, satu lagi di sebelah barat."Di arah mana aku terjatuh ke jurang? Cepat bawa aku ke sana.""Kenapa kita pergi ke sana, Tuan?""Jangan tanya, cepat bawa aku ke sana!"Bahkan Arjuna sendiri tidak tahu mengapa dia ingin pergi ke sana.Hanya firasat."Tuan, apakah kamu baik-baik saja?" Disa tiba-tiba berhenti melangkah. Dia menatap Arjuna dengan bingung.Kenapa Arjuna mau pergi ke tempat itu?Apakah dia ingin jatuh
Ketika Arjuna sadar kembali, dia mendapati wajahnya basah.Dia menangis.Arjuna yang dulu mulai merusak dirinya sendiri setelah Bulan menikah.Sebelum jatuh ke jurang, Arjuna yang dulu selalu menghindari Bulan setiap kali Bulan pulang ke rumah orang tuanya.Dia tahu bahwa perilakunya tidak baik dan takut Bulan akan kecewa padanya.Karena Arjuna selalu menghindari Bulan sebelumnya.Ketika Bulan pulang kali ini, Oki hanya memanggil Keluarga Arkana, tidak memanggil Arjuna untuk kumpul bersama.Anak perempuan yang sudah menikah tidak boleh bermalam di rumah orang tuanya.Setelah makan di rumah Shaka, Bulan akan kembali ke rumah suaminya.Kali ini, Bulan bertindak sedikit tidak biasa. Dia membawa sebuah kantong besar menuju rumah Arjuna tanpa menghiraukan larangan Oki dan Shaka.Bulan berdiri di depan rumah Arjuna, melihat rumah yang baru saja direnovasi. Dia begitu gembira hingga menangis sambil bergumam sendiri."Benar, mereka tidak membohongiku. Arjuna benar-benar sudah menjadi baik. Dia
Hari kedua sekolah diliburkan.Setelah berlatih kaligrafi selama setengah hari, Arjuna merasa punggung dan pinggangnya sedikit pegal. Dia meletakkan kuas di tangannya, kemudian berjalan ke halaman untuk meregangkan otot-ototnya.Tidak lama setelah tiba di halaman, Arjuna mendengar suara berisik dari sebelah.Pasti ada orang yang mengirim sesuatu untuk keluarga Shaka lagi.Berita bahwa syair Shaka sangat dipuji oleh Cakra, bersama dengan berita syair Arjuna, menyebar ke beberapa desa terdekat.Sementara semua orang mengolok-olok Arjuna, mereka juga memuji Shaka dan makin yakin bahwa Shaka akan diterima di sekolah menengah atas kelas.Orang-orang datang memberikan hadiah kepada Shaka sangat banyak seperti sebelumnya."Tante pulang! Tante pulang!"Suara putra sulung Shaka, Zafa, terdengar dan berhasil menghentikan Arjuna untuk masuk ke rumah.Tante?Tante Zafa berarti tante Arjuna juga.Bayangan seorang wanita bertubuh tinggi, berpakaian rapi dan anggun, serta bertatapan ramah muncul di b
Setiap Festival Musim Semi, sebagian keluarga gembira, sementara sebagian lainnya murung.Karena tidak semua orang akan memperoleh hasil yang baik setelah bekerja keras selama setahun.Begitulah adanya. Saat orang masih kecil, mereka sangat menantikan Festival Musim Semi. Namun makin dewasa, mereka makin tak menyukai festival ini.Karena Festival Musim Semi itu memusingkan.Di awal musim, mereka menetapkan resolusi untuk menabung sejumlah uang, serta menyelesaikan hal-hal penting dalam tahap kehidupan tertentu.Hanya saja mayoritas orang melebih-lebihkan kemampuan mereka dan meremehkan kejamnya waktu.Waktu tidak akan berhenti untukmu hanya karena kamu miskin.Tidak peduli seberapa pagi kamu bangun dan seberapa larut kamu tidur, seberapa keras kamu bekerja setiap hari, hidupmu tetap tidak membaik dan kamu masih terus berjuang.Setelah setahun bekerja keras, kamu menoleh ke belakang, lalu menemukan bahwa kamu masih belum punya apa-apa.Namun, pemandangan di Desa Embun tahun ini sangat b
Sekolah Pelita menerbitkan kisi-kisi setiap tahun. Soal dalam kisi-kisi sering kali memprediksi soal ujian tahun berikutnya. Meskipun tidak persis, jenis soalnya sangat mirip.Dapat dikatakan bahwa siswa yang mendapatkan kisi-kisi dari Sekolah Pelita seperti mendapat bantuan tambahan.Para pelajar dari sepenjuru Kerajaan Bratajaya berlomba-lomba mendapatkan kisi-kisi dari Sekolah Pelita. Akan tetapi, sekolah tersebut biasanya hanya memberikannya kepada pelajar di sekolah sendiri.Sekolah itu hanya menerima dua puluh siswa setiap tahun. Selain itu, mereka hanya menerima orang yang berjodoh.Sekalipun orang itu berkuasa, jika kepala sekolahnya merasa bahwa dia tidak berjodoh, maka dia akan ditolak."Benar, tapi kakakmu bilang itu bukan yang asli, hanya salinan.""Salinan juga tidak apa-apa. Ayah, cepat minta Kakak untuk mengantarnya kemari. Tidak!" Shaka segera menggelengkan kepala."Ayah, besok suruh seseorang untuk menyampaikannya kepada Kakak. Katakan bahwa aku menginginkannya besok.
"Kalau begitu Kak Daisha, kamu benar-benar tidak marah karena Tuan menulis sembarangan?""Kenapa harus marah? Tuan menulis ini pasti ada maksudnya sendiri.""Kamu benar-benar tidak marah? Pak Guru meminta syair itu ditempel di depan rumah kita.""Kalau Tuan tidak mau menempelnya, aku baru marah." Suara maupun tubuh Daisha tampak rileks.Bisa dilihat bahwa syair yang ditulis Arjuna membuatnya sangat senang.Meskipun Daisha tidak mengerti apa yang dimaksud dengan "penyewa rumah" dan "pria lajang". Dia mengerti bagian "istri cantik" dan "penuh kegembiraan".Arjuna mengungkapkan bahwa dia sangat bahagia memiliki mereka. Itu adalah pernyataan cinta Arjuna kepada mereka.Arjuna bersikeras menempelkan syair ini di depan rumah untuk menunjukkan cintanya untuk mereka kepada semua orang.Tuan mereka mengungkapkan cintanya untuk mereka secara terbuka.Kenapa Daisha harus marah? Dia senang sekali.Arjuna, yang duduk di dalam kamar, mendengar percakapan antara Daisha dan Dinda. Hatinya akhirnya ten
Jangan-jangan calon orang mulia dari Keluarga Kusumo yang dimaksud oleh begawan Kuil Yamuna ... adalah Arjuna?!Jika memang demikian ....Cakra mengangguk tanpa suara.Apa yang dikatakan begawan Kuil Yamuna kemungkinan benar.Cakra telah menjadi guru selama bertahun-tahun dan telah bertemu banyak orang.Meskipun Shaka sangat cerdas dan berprestasi secara akademis, Cakra tidak setuju bahwa dia adalah orang mulia.Bagaimanapun, Shaka kekurangan kualitas tertentu....Tidak ada acara hiburan di desa pegunungan kecil, jadi gosip menjadi satu-satunya hiburan di desa.Syair Arjuna dengan cepat menyebar dari sekolah. Dalam waktu satu jam, semua orang di desa sudah mengetahuinya.Selain keluarga kepala desa, Magano dan orang-orang yang menangkap ikan untuk Arjuna, sisanya menertawakan Arjuna.Disa dan Dinda, yang menunggu Arjuna di luar sekolah, tentu saja menjadi bahan ejekan juga.Mereka menjadi sasaran olok-olokan dan tertawaan para istri pelajar."Tuan!"Begitu Arjuna keluar dari sekolah,