Share

Bab 62

Author: Abimana
Sebelum Raditya menyelesaikan kata-katanya, kayu bakar yang ada di tangan Arjuna sudah menghantam kepala Raditya dengan keras.

Ketika mengingat bagaimana Raditya menatap istrinya dengan tatapan cabul, Arjuna merasa bahwa satu kali pukulan tidak akan menghilangkan kemarahannya.

Raditya ingin menghindar, tetapi Arjuna bergerak lebih cepat darinya. Arjuna seolah bisa memprediksi pergerakan Raditya. Dia akan memukul ke mana pun Raditya menghindar.

Sama seperti saat berada di rumah Arjuna beberapa hari lalu, Raditya menjerit kesakitan.

Raditya sempat mencoba melawan, tetapi sebelum tinjunya dilayangkan, Arjuna sudah memukulnya dengan keras.

Arjuna mengincar luka lama pada kepala Raditya.

Setelah beberapa saat, darah mulai mengalir.

Raditya kesakitan hingga dia terpaksa memohon belas kasihan kepada Arjuna.

"Jangan pukul lagi, jangan pukul lagi, Bung!"

"Boleh, panggil aku 'tuan' dulu."

"Tuan, kamu adalah tuanku yang baik."

"Apa?" Arjuna menundukkan kepalanya. "Aku tidak bisa mendengarmu, kata
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 63

    "Jangan!"Daisha berteriak, berlutut di lantai, kemudian terus bergumam, "Jangan pukul aku, jangan pukul aku, Tuan."Sebagai seorang prajurit di medan perang, Arjuna tahu gangguan pasca trauma di zaman modern.Bagaimana dia memberi pelajaran kepada Raditya tadi mungkin mengingatkan Daisha akan kekejaman Arjuna yang sebelumnya terhadap dirinya."Daisha!"Arjuna membungkuk untuk memeluk Daisha."Tuan!"Daisha meronta secara naluriah, tetapi Arjuna tidak berniat melepaskannya. Makin kuat Daisha meronta, makin erat Arjuna memeluk.Trauma harus disembuhkan dari akar penyebabnya.Ketakutan Daisha harus diselesaikan oleh Arjuna.Arjuna memeluk Daisha, kemudian mencium keningnya dengan lembut. "Jangan takut, semuanya sudah berlalu. Semuanya sudah berlalu."Seiring Arjuna menenangkan, Daisha perlahan-lahan menjadi tenang dalam pelukan Arjuna.Arjuna sedikit menjauhkan Daisha, kemudian dengan lembut bertanya, "Apakah kamu sudah merasa lebih baik?""Hm," jawab Daisha."Tuan ...."Pada saat ini, D

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 64

    "Kalau begitu kamu memang salah, Dik Daisha."Disa lebih polos, dia sama sekali tidak memikirkan bagaimana air liur Daisha bisa membasahi wajah Arjuna.Sebagai orang yang paham, pemilik gerobak sapi pun tertawa terbahak-bahak."Anak Muda, gadismu begitu menarik. Kamu benar-benar beruntung.""Paman, apakah kamu tidak salah? Air liur adikku membasahi wajah Tuan, apanya yang menarik?"Disa membantah, kemudian dia menasihati Daisha. "Dik Daisha, kamu tidak boleh ceroboh walau sekarang Tuan memperlakukanmu dengan baik, mengerti?""Aku mengerti, Kak Disa."Disa benar-benar tidak menyadari bahwa adiknya merasa malu hingga rasanya ingin ditelan Bumi saja."Anak Muda, semua barang sudah diturunkan. Aku tidak akan mengganggu lagi."Setelah pemilik gerobak sapi pergi, Arjuna mengajak Daisha dan Disa untuk memindahkan kayu bakar ke rumah paling barat.Lima belas ikat kayu bakar dibuka ternyata cukup banyak, memenuhi separuh rumah kecil itu.Kayu bakar sebanyak ini cukup untuk sebulan lebih.Kekura

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 65

    "Dik Daisha, Dik Daisha!"Panggilan Disa menyadarkan Daisha yang melamun."Kak Disa.""Kamu terlihat aneh, apakah kamu baik-baik saja?"Daisha tersadar, kemudian menemukan bahwa bukan hanya Disa, tetapi Arjuna juga sedang menatapnya.Arjuna juga bertanya dengan perhatian. "Apakah kamu tidak enak badan?""Tidak, tidak, aku baik-baik saja. Aku ... aku akan memasak untuk kalian."Sebelum menyelesaikan kata-katanya, Daisha sudah bergegas ke dapur."Ada apa dengan Dik Daisha?" Disa tampak bingung.Arjuna menggelengkan kepala, yang artinya dia juga tidak tahu.Dengan mempekerjakan keluarga Arkana untuk menangkap ikan, Arjuna tidak perlu menangkap ikan dalam kegelapan.Setelah makan, langit belum gelap, jadi Arjuna pergi jalan-jalan. Pedesaan zaman kuno pada musim dingin benar-benar membosankan. Karena itu, baru berjalan sebentar, Arjuna sudah pulang.Kedua istri Arjuna duduk di atas perapian, menghitung pendapatan hari ini dengan kepala berdekatan.Melihat Arjuna masuk, Disa segera turun dar

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 66

    "Tapi kita tidak perlu membeli jendela kayu, yang biasa saja juga bisa digunakan. Lalu kertas minyak, sebenarnya juga tidak perlu dibeli. Satu lembar harganya 50 sen, terlalu mahal. Padahal kita bisa menggunakan kertas kasar. Terlalu berlebihan kalau kita menggunakan kertas minyak."Saat ini, Disa telah selesai mencuci muka dan kaki Arjuna.Arjuna bersandar pada selimut di atas tempat perapian sambil menatap Daisha dengan tenang.Rasanya seperti kembali ke rumahnya di zaman modern.Setiap kali ayahnya membeli sesuatu yang besar, ibunya juga mengocehi ayahnya seperti ini.Dulu Arjuna tidak mengerti mengapa ayahnya tidak marah.Sekarang dia baru mengerti bahwa diocehi istri sebenarnya juga semacam kebahagiaan.Mendengar Arjuna terkekeh, Daisha pun cemberut. "Tuan, kenapa kamu masih bisa tertawa?""Istriku begitu cantik, tentu saja aku bisa tertawa.""..."Begitu digoda oleh Arjuna, Daisha pun tidak bisa memegang penanya dengan stabil.Dia tampak tersipu dan malu, kikuk.Arjuna tidak bern

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 67

    "Kamu menghentakkan kaki lagi. Jangan lakukan itu, kakimu belum sembuh. Kamu ingin menghabiskan lebih banyak uang?"Daisha langsung berhenti ketika dia mendengar akan menghabiskan lebih banyak uang."Begitu, dong." Arjuna berkata sambil tersenyum. "Uang itu tak habis dicari, kesehatan lebih penting."Sebenarnya, menjual seratus ekor ikan sama sekali tidak masalah. Arjuna bisa menyuruh Daisha dan Disa beristirahat, dia bisa mengerjakannya sendiri.Dia tidak ingin memberi tahu Daisha alasan sebenarnya.Karena tidak ingin mereka khawatir.Delapan ratus ekor ikan tidak akan habis terjual. Jika dirata-ratakan, hari ini mereka menjual enam ratusan ekor sudah menghabiskan waktu hampir empat kali lipat dibandingkan kemarin ketika menjual tiga ratusan ekor.Penjualan mereka sudah melemah.Selain itu, hari ini sudah hari ketiga mereka menjual ikan bakar di pasar.Kemungkinan besok akan ada kedai kedua yang menjual ikan bakar.Intinya, besok bukan hanya tidak akan terjual delapan ratus ekor, teta

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 68

    "Tuan, kita lewat gang saja."Mereka sudah dikepung sekali kemarin, Daisha tidak terlibat masalah lagi."Apakah kamu takut? Jangan takut. Ada aku, aku tidak akan membiarkan siapa pun menyentuh kalian.""Bukan." Daisha menggelengkan kepalanya. "Tuan, aku tidak takut, aku mengkhawatirkanmu.""Apa yang harus dikhawatirkan? Siapa yang berani menyentuhku?""Akut takut orang-orang di desa akan salah paham terhadapmu. Kamu bukan orang yang keji sekarang. Kamu adalah kepala keluarga yang baik."Mata besar Daisha yang bersinar penuh dengan kekhawatiran dan cinta untuk Arjuna.Benar-benar berbeda dengan tatapan ketakutan dan asing saat Arjuna baru mengalami transmigrasi zaman.Arjuna selalu merasa bahwa dirinya adalah seorang pria dewasa, dia tidak akan mudah terharu.Sekarang ketika dia menghadapi kekhawatiran dan pembelaan istrinya terhadap dirinya ...."Mereka tidak mengerti maka akan bicara sembarangan. Akan kulihat siapa lagi yang berani bicara sembarangan, aku akan langsung memanah mereka.

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 69

    Naya baru berusia delapan tahun, masih kekanak-kanakan. Ketika dia mendengar orang lain mengatai keluarganya, dia langsung membalas si Herman.Dia bilang, mereka menangkap ikan bukan untuk dimakan, melainkan untuk dijual.Mendengar perkataan Naya, Herman tertawa makin keras.Memangnya ikan bisa dijual?Herman mengatakan bahwa Naya tidak bisa apa-apa, hanya bisa membual.Naya langsung menangis dan mengatakan bahwa dia tidak membual. Arjuna memberi keluarga mereka lima puluh sen sehari. Naya keceplosan sehingga Arkana tidak sempat menghentikannya.Tentu saja Herman tidak percaya, dia menggelengkan kepalanya, lalu pergi sambil tertawa.Tidak lama setelah dia kembali ke desa, dia mendengar gosip orang-orang di desa.Katanya, sekarang Arjuna telah menghasilkan banyak uang.Arjuna menjual ikan bakar di kabupaten, semua orang rebutan untuk membelinya.Magano-lah yang mengatakan.Tidak ada yang meragukan kata-kata Magano.Karena begitu dia mengatakannya, orang-orang langsung bersaksi.Hari ini

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 70

    "Aku juga minta maaf.""Aku juga minta maaf.""Kalian ...." Arjuna agak malu saat mereka meminta maaf padanya.Tampaknya, dia tidak bisa melontarkan penolakan saat ini."Kalian semua mau membantuku menangkap ikan, masalahnya aku tidak bisa menjual ikan sebanyak itu dalam sehari. Biar aku pikirkan apakah ada cara untuk menjual lebih banyak ikan sehingga aku bisa mempekerjakan kalian semua.""Arjuna, pekerjakan aku. Aku hanya butuh tiga sen sehari," ujar pria yang baru saja menjadi ayah itu.Arjuna dengan cepat berkata, "Jangan!"Jika involusi terus berlanjut, orang-orang ini mungkin akan mulai berkelahi.Begitu dia selesai berbicara, beberapa orang mengatakan bahwa mereka juga bisa menangkap ikan untuk Arjuna dengan bayaran 3 sen sehari. Ada pula yang melontarkan protes.Penduduk desa menjadi makin ribut. Satu per satu tampak marah.Arjuna mengangkat tangannya untuk memberi isyarat agar semua orang diam."Sudah, diam. Arjuna ingin mengatakan sesuatu." Magano, yang bisa melihat situasi,

Latest chapter

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 99

    Arjuna tidak mengantar pada hari pertama, jadi dia pikir Arjuna akan mengantarkannya pada hari kedua.Alhasil, pada hari ketiga, keempat, kelima, Arjuna tak kunjung datang.Sebelumnya di rumah Shaka, dia mengatakan Arjuna tidak berguna. Sekarang seingin apa pun, Oki tak bisa menurunkan harga dirinya untuk pergi meminta."Aku cerewet? Memangnya mendidik cucu seperti itu salahku?"Ranjani menjadi lebih marah."Kenapa bukan salahmu? Dulu aku menyuruhmu untuk jangan terlalu jahat padanya.""Jahat? Aku?"Ranjani dan Oki berdebat tanpa henti....Setelah makan malam, Arkana dan keluarganya kembali ke rumah. Disa dan Daisha berada di dapur, bergumam untuk waktu yang lama, tidak kunjung keluar.Wanita banyak bicara, tetapi Arjuna tidak peduli. Dia mengatakan sesuatu kepada dua saudara perempuan di dapur, lalu keluar.Magano bilang, dia menemukan sebuah danau baru dan meminta Arjuna untuk pergi melihat apakah kualitas ikan di danau itu bagus.Ketika Arjuna pulang, rumah sudah sepi. Kedua istrin

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 98

    Di bawah tekanan kuat dari semua orang, Raditya hanya bisa menundukkan kepalanya, meminta maaf kepada Arjuna, kemudian ...."Guk, guk, guk!""Mirip sekali!""Hahaha! Kurasa Raditya mungkin memang seekor anjing di kehidupan sebelumnya."Ketika Arjuna membawa iga pulang, dia mendengar suara tiruan anjing menggonggong dan suara tawa di belakangnya.Di tengah kerumunan yang tertawa, Raditya melihat punggung Arjuna dengan tatapan tajam.Kamu tunggu saja, Arjuna!'...Daisha tidak tahu cara memasak iga, jadi Arjuna yang menjadi koki untuk malam ini.Aroma yang menggugah selera terus tercium dari dapur.Daisha mencium aroma harum sambil menatap Arjuna yang sedang sibuk di depan kompor. Rasa bahagia muncul di hatinya."Kak Arjuna!"Hari ini Arjuna mengundang keluarga Arkana untuk makan bersama. Begitu mereka tiba di rumah Arjuna, Naya bergegas ke dapur karena mencium aroma makanan lezat. Dia bertanya apa yang sedang Arjuna masak.Melati menggelengkan kepalanya. "Gadis ini makin tidak terkendal

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 97

    "Siapa yang kamu maki, Anan?""Buk!"Tinju Magano menghantam wajah Anan dengan keras.Tadi Anan memperlakukannya dengan buruk dan menghinanya, dia bisa menoleransinya.Namun, Anan mengatai Arjuna.Magano tidak bisa terima.Tanpa Arjuna, bagaimana dia bisa punya uang untuk membeli lemak daging?"Magano, kamu ....""Buk!"Tinju lainnya menghantam wajah Anan dengan keras, kali ini Ravin yang melakukannya."Buk, buk, buk!"Ravin yang muda tidak hanya melontarkan satu pukulan."Bisa-bisanya Anan menghina Kak Arjuna. Kurasa dia minta dihajar. Kawan-kawan, ayo kita hajar!"Ketika Ravin berteriak, seluruh penduduk desa yang menangkap ikan untuk Arjuna pun bergegas maju.Anan dihajar dengan sangat parah hingga wajahnya memar dan bengkak. Dia terus memohon belas kasihan, barulah semua orang dengan berat hati melepaskannya."Buk!"Magano melempar sebuah kantong kain kecil di atas talenan daging Anan. "Dasar manusia sombong! Hitung saja uang di dalamnya dan lihat apakah aku sanggup membeli setenga

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 96

    Pembeli itu adalah Ravin. Dia memperoleh uang dari membantu Arjuna menangkap ikan hari ini, jadi dia ingin membeli daging paha depan untuk istrinya yang sedang dalam masa nifas setelah melahirkan.Sebelum hari ini, Ravin adalah seorang pria miskin yang terkenal di Desa Embun. Sebagai seorang tukang daging yang berkeliling dari desa ke desa, Anan tentu mengetahui situasi keluarga Ravin.Jangankan daging bagian perut, bagian daging termurah saja, Ravin tak sanggup membelinya."Anan, apakah ada lemak daging?"Orang kedua yang datang ke hadapan Anan adalah Magano. Keluarganya telah makan nasi tanpa minyak selama tiga bulan. Mereka begitu menginginkannya. Lauk apa pun akan terasa enak bila diberi minyak.Anan memandang Ravin dan Magano yang berdiri di depannya.Dia merasa kesal, memandang Ravin dan Magano dengan sinis.Nasib buruk apa yang dialaminya hari ini?Begitu datang, dia bertemu dengan dua orang miskin dari Desa Embun.Selain itu, apa yang dikatakan oleh dua pria miskin ini?Yang sa

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 95

    Sudahlah. Jangan bawal lagi, kalian berdua. Cepat pulang, lalu bawa tangki air dan gerobak kemari. Aku harus mengantar ikan ke kabupaten.""Oke, oke, kami dengarkanmu.""Kami dengarkan Kak Arjuna."Di bawah tatapan iri semua orang, Magano dan Ravin segera berlari pulang.Ravin dapat memperoleh penghasilan tambahan sepuluh sen sehari, Magano dapat penghasilan tambahan dua puluh sen.Kedua pria ini adalah tulang punggung keluarga, mereka diam-diam menyeka air mata selama dua hari terakhir.Mereka akhirnya membuat kehidupan keluarga mereka lebih baik.Semua penduduk desa yang membantu Arjuna menangkap ikan menerima uang dari rumah Arjuna dan pulang dengan gembira.Orang-orang yang berdiri di luar rumah Arjuna menyaksikan kesenangan itu.Melihat penduduk desa yang menerima uang dan pulang ke rumah, tidak ada seorang pun yang berani mengatakan apa pun. Mereka pulang dengan lesu.Beberapa orang bahkan disalahkan oleh istrinya ketika mereka kembali ke rumah.Katanya, mereka seharusnya tidak m

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 94

    "Aku tidak!"Karel biasanya anak yang sangat lincah, tetapi ketika berbicara tentang Vian, dia mulai gagap."Aku ... aku malas bicara dengan kalian. Aku akan membawa uang pulang untuk ibuku beli beras."Usai berbicara, Karel pun berlari keluar.Saat berlari, satu tangan Karel memegang erat sakunya. Ada dua belas sen yang baru saja dia terima di dalam saku."Aku juga mau pulang, istriku sedang menunggu.""Ayahku juga sedang menunggu. Saat aku meninggalkan rumah pagi ini, dia memarahiku, katanya Arjuna pasti menipu kita. Aku akan membawa uang pulang, lihat apa yang bisa dia katakan lagi.""Aku juga. Aku tak hanya memberi tahu keluargaku, tapi aku akan memberi tahu semua orang kalau Arjuna memberi kita uang. Sekarang Arjuna adalah orang yang baik.""Ya, ya, ya!"Penduduk desa yang menerima uang mengucapkan terima kasih kepada Arjuna, kemudian pulang."Kak Magano, Ravin!"Arjuna menghentikan Magano dan Ravin.Setelah ikan dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah mengantar.Untuk mengurangi

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 93

    "Hari ini ada sembilan belas orang. Masing-masing dari kalian harus menangkap tiga puluh ekor ikan kap dan enam ekor ikan koan."Artinya ada 570 ekor ikan kap dan 114 ekor koan.Jumlah ikan harus lebih banyak dari kebutuhan sebenarnya. Karena Arjuna memasak ikan hidup, beberapa ikan mungkin saja mati di perjalanan.Selain itu, Tamael bukanlah tipe pengusaha yang tidak akan membayar jika pesanannya sedikit lebih dari yang seharusnya.Begitu Arjuna selesai berbicara, Magano dan yang lainnya langsung menghitung, "Tiga puluh ikan kap, lima ekor satu sen. Enam ikan koan, satu ekor satu sen ...."Orang-orang yang datang pada dasarnya adalah orang-orang miskin di desa yang kurang banyak belajar berhitung. Mereka berhitung bersama dalam waktu yang lama."Aduh, lama sekali," protes Vian."Tiga puluh ikan kap, tiap orang mendapat enam sen. Enam ikan koan, tiap orang juga mendapat enam sen. Kalau ditotal, kalian bisa mendapat dua belas sen sehari.""Dua belas sen?!"Penduduk desa mendongak, menat

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 92

    Gembira karena Arjuna akan mempekerjakan mereka untuk menangkap ikan.Cemas karena tidak yakin apakah Arjuna benar-benar punya uang untuk membayar mereka."Kenapa kalian datang pagi-pagi sekali? Kenapa tidak mengetuk pintu? Di luar begitu dingin."Banyak orang kedinginan hingga mukanya memerah dan badannya menggigil."Uh ...." Magano menggaruk kepalanya dengan malu. "Karena takut membangunkanmu."Orang-orang ini tidak tidur nyenyak tadi malam. Ketika Arjuna melihat mereka, mereka telah berjongkok di luar selama setidaknya setengah jam."Ya, takut membangunkan kalian." Ravin tersenyum polos, tangannya merah karena kedinginan."Aish, kalian ...."Arjuna buru-buru mendorong pintu rumahnya selebar mungkin."Semuanya, masuklah, di luar dingin."Disa dan Daisha yang mendengar suara pun turun dari tempat perapian, kemudian keluar dari kamar."Disa, Daisha, cepat buat dua api unggun."Tidak ada cukup bangku di rumah, jadi Arjuna ingin meminta Disa dan Daisha untuk memindahkan kayu bakar dari r

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 91

    Hari ini mereka menerima 208 tael untuk mengajarkan keterampilan memasak ikan, 201 sen untuk menjual 67 ekor ikan bakar. Ditambah sisa 400 sen dari sebelumnya, seharusnya mereka memperoleh 208 tael 601 sen hari ini.Dia membayar keluarga Arkana 50 sen untuk memancing, menghabiskan 30 tael untuk membeli kereta, serta menghabiskan 3 tael untuk membeli gandum, daging, minyak dan kebutuhan sehari-hari lainnya.Saldo di rekening mereka sekarang adalah 175 tael 551 sen."Hm."Arjuna mengangguk puas. "Kita punya cukup uang untuk memperbaiki lima rumah.""Ya!" Daisha juga sangat senang. "Nanti aku dan Kak Disa bisa tidur di kamar lain.""Hm?"Arjuna tiba-tiba membuka matanya.Ada yang salah!"Kenapa? Kalian tidak mau tidur sekamar denganku?"Kalau begitu untuk apa dia merenovasi begitu banyak kamar?Dia harus merenovasi tiga kamar seperti yang direncanakan semula. Satu kamar tidur, satu ruang utilitas dan satu dapur sudah cukup."Bukan, bukan!" Daisha menggelengkan kepalanya berulang kali, kem

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status