Share

Bab 61

Author: Abimana
Tidak ada yang menanggapi perkataan Raditya.

Berdasarkan kepribadian Arjuna sebelumnya, bila dia punya uang, dia pasti akan menggunakannya untuk membeli makanan, arak atau berjudi. Dia tidak akan peduli dengan apa yang kurang di rumah, apalagi kehidupan Disa dan Daisha.

Melihat tidak ada yang membantahnya, Raditya merasa sedikit bangga.

"Tidak ada seorang pun di desa ini yang mengenal Arjuna lebih baik daripada aku. Apakah kalian tidak memperhatikannya? Kedua istri Arjuna berekspresi muram. Pasti Arjuna membawa mereka keluar untuk dijual."

"Aku tidak melihat Alsava bersaudari berekspresi muram, kurasa mereka sedang tersenyum," bantah seorang penduduk desa yang berani.

"Kamu tahu apa?"

"Bagaimana denganmu? Sebelumnya kamu bilang, kurang dari tiga hari Arjuna akan menyeret Daisha ke Rumah Bordil Prianka. Sekarang sudah beberapa hari berlalu, bukankah Daisha masih di Desa Embun?"

Sejak insiden di mana Arjuna menghajar Raditya, rasa takut penduduk desa terhadap Raditya mulai berkurang.

"Se
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 62

    Sebelum Raditya menyelesaikan kata-katanya, kayu bakar yang ada di tangan Arjuna sudah menghantam kepala Raditya dengan keras.Ketika mengingat bagaimana Raditya menatap istrinya dengan tatapan cabul, Arjuna merasa bahwa satu kali pukulan tidak akan menghilangkan kemarahannya.Raditya ingin menghindar, tetapi Arjuna bergerak lebih cepat darinya. Arjuna seolah bisa memprediksi pergerakan Raditya. Dia akan memukul ke mana pun Raditya menghindar.Sama seperti saat berada di rumah Arjuna beberapa hari lalu, Raditya menjerit kesakitan.Raditya sempat mencoba melawan, tetapi sebelum tinjunya dilayangkan, Arjuna sudah memukulnya dengan keras.Arjuna mengincar luka lama pada kepala Raditya.Setelah beberapa saat, darah mulai mengalir.Raditya kesakitan hingga dia terpaksa memohon belas kasihan kepada Arjuna."Jangan pukul lagi, jangan pukul lagi, Bung!""Boleh, panggil aku 'tuan' dulu.""Tuan, kamu adalah tuanku yang baik.""Apa?" Arjuna menundukkan kepalanya. "Aku tidak bisa mendengarmu, kata

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 63

    "Jangan!"Daisha berteriak, berlutut di lantai, kemudian terus bergumam, "Jangan pukul aku, jangan pukul aku, Tuan."Sebagai seorang prajurit di medan perang, Arjuna tahu gangguan pasca trauma di zaman modern.Bagaimana dia memberi pelajaran kepada Raditya tadi mungkin mengingatkan Daisha akan kekejaman Arjuna yang sebelumnya terhadap dirinya."Daisha!"Arjuna membungkuk untuk memeluk Daisha."Tuan!"Daisha meronta secara naluriah, tetapi Arjuna tidak berniat melepaskannya. Makin kuat Daisha meronta, makin erat Arjuna memeluk.Trauma harus disembuhkan dari akar penyebabnya.Ketakutan Daisha harus diselesaikan oleh Arjuna.Arjuna memeluk Daisha, kemudian mencium keningnya dengan lembut. "Jangan takut, semuanya sudah berlalu. Semuanya sudah berlalu."Seiring Arjuna menenangkan, Daisha perlahan-lahan menjadi tenang dalam pelukan Arjuna.Arjuna sedikit menjauhkan Daisha, kemudian dengan lembut bertanya, "Apakah kamu sudah merasa lebih baik?""Hm," jawab Daisha."Tuan ...."Pada saat ini, D

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 64

    "Kalau begitu kamu memang salah, Dik Daisha."Disa lebih polos, dia sama sekali tidak memikirkan bagaimana air liur Daisha bisa membasahi wajah Arjuna.Sebagai orang yang paham, pemilik gerobak sapi pun tertawa terbahak-bahak."Anak Muda, gadismu begitu menarik. Kamu benar-benar beruntung.""Paman, apakah kamu tidak salah? Air liur adikku membasahi wajah Tuan, apanya yang menarik?"Disa membantah, kemudian dia menasihati Daisha. "Dik Daisha, kamu tidak boleh ceroboh walau sekarang Tuan memperlakukanmu dengan baik, mengerti?""Aku mengerti, Kak Disa."Disa benar-benar tidak menyadari bahwa adiknya merasa malu hingga rasanya ingin ditelan Bumi saja."Anak Muda, semua barang sudah diturunkan. Aku tidak akan mengganggu lagi."Setelah pemilik gerobak sapi pergi, Arjuna mengajak Daisha dan Disa untuk memindahkan kayu bakar ke rumah paling barat.Lima belas ikat kayu bakar dibuka ternyata cukup banyak, memenuhi separuh rumah kecil itu.Kayu bakar sebanyak ini cukup untuk sebulan lebih.Kekura

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 65

    "Dik Daisha, Dik Daisha!"Panggilan Disa menyadarkan Daisha yang melamun."Kak Disa.""Kamu terlihat aneh, apakah kamu baik-baik saja?"Daisha tersadar, kemudian menemukan bahwa bukan hanya Disa, tetapi Arjuna juga sedang menatapnya.Arjuna juga bertanya dengan perhatian. "Apakah kamu tidak enak badan?""Tidak, tidak, aku baik-baik saja. Aku ... aku akan memasak untuk kalian."Sebelum menyelesaikan kata-katanya, Daisha sudah bergegas ke dapur."Ada apa dengan Dik Daisha?" Disa tampak bingung.Arjuna menggelengkan kepala, yang artinya dia juga tidak tahu.Dengan mempekerjakan keluarga Arkana untuk menangkap ikan, Arjuna tidak perlu menangkap ikan dalam kegelapan.Setelah makan, langit belum gelap, jadi Arjuna pergi jalan-jalan. Pedesaan zaman kuno pada musim dingin benar-benar membosankan. Karena itu, baru berjalan sebentar, Arjuna sudah pulang.Kedua istri Arjuna duduk di atas perapian, menghitung pendapatan hari ini dengan kepala berdekatan.Melihat Arjuna masuk, Disa segera turun dar

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 66

    "Tapi kita tidak perlu membeli jendela kayu, yang biasa saja juga bisa digunakan. Lalu kertas minyak, sebenarnya juga tidak perlu dibeli. Satu lembar harganya 50 sen, terlalu mahal. Padahal kita bisa menggunakan kertas kasar. Terlalu berlebihan kalau kita menggunakan kertas minyak."Saat ini, Disa telah selesai mencuci muka dan kaki Arjuna.Arjuna bersandar pada selimut di atas tempat perapian sambil menatap Daisha dengan tenang.Rasanya seperti kembali ke rumahnya di zaman modern.Setiap kali ayahnya membeli sesuatu yang besar, ibunya juga mengocehi ayahnya seperti ini.Dulu Arjuna tidak mengerti mengapa ayahnya tidak marah.Sekarang dia baru mengerti bahwa diocehi istri sebenarnya juga semacam kebahagiaan.Mendengar Arjuna terkekeh, Daisha pun cemberut. "Tuan, kenapa kamu masih bisa tertawa?""Istriku begitu cantik, tentu saja aku bisa tertawa.""..."Begitu digoda oleh Arjuna, Daisha pun tidak bisa memegang penanya dengan stabil.Dia tampak tersipu dan malu, kikuk.Arjuna tidak bern

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 67

    "Kamu menghentakkan kaki lagi. Jangan lakukan itu, kakimu belum sembuh. Kamu ingin menghabiskan lebih banyak uang?"Daisha langsung berhenti ketika dia mendengar akan menghabiskan lebih banyak uang."Begitu, dong." Arjuna berkata sambil tersenyum. "Uang itu tak habis dicari, kesehatan lebih penting."Sebenarnya, menjual seratus ekor ikan sama sekali tidak masalah. Arjuna bisa menyuruh Daisha dan Disa beristirahat, dia bisa mengerjakannya sendiri.Dia tidak ingin memberi tahu Daisha alasan sebenarnya.Karena tidak ingin mereka khawatir.Delapan ratus ekor ikan tidak akan habis terjual. Jika dirata-ratakan, hari ini mereka menjual enam ratusan ekor sudah menghabiskan waktu hampir empat kali lipat dibandingkan kemarin ketika menjual tiga ratusan ekor.Penjualan mereka sudah melemah.Selain itu, hari ini sudah hari ketiga mereka menjual ikan bakar di pasar.Kemungkinan besok akan ada kedai kedua yang menjual ikan bakar.Intinya, besok bukan hanya tidak akan terjual delapan ratus ekor, teta

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 68

    "Tuan, kita lewat gang saja."Mereka sudah dikepung sekali kemarin, Daisha tidak terlibat masalah lagi."Apakah kamu takut? Jangan takut. Ada aku, aku tidak akan membiarkan siapa pun menyentuh kalian.""Bukan." Daisha menggelengkan kepalanya. "Tuan, aku tidak takut, aku mengkhawatirkanmu.""Apa yang harus dikhawatirkan? Siapa yang berani menyentuhku?""Akut takut orang-orang di desa akan salah paham terhadapmu. Kamu bukan orang yang keji sekarang. Kamu adalah kepala keluarga yang baik."Mata besar Daisha yang bersinar penuh dengan kekhawatiran dan cinta untuk Arjuna.Benar-benar berbeda dengan tatapan ketakutan dan asing saat Arjuna baru mengalami transmigrasi zaman.Arjuna selalu merasa bahwa dirinya adalah seorang pria dewasa, dia tidak akan mudah terharu.Sekarang ketika dia menghadapi kekhawatiran dan pembelaan istrinya terhadap dirinya ...."Mereka tidak mengerti maka akan bicara sembarangan. Akan kulihat siapa lagi yang berani bicara sembarangan, aku akan langsung memanah mereka.

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 69

    Naya baru berusia delapan tahun, masih kekanak-kanakan. Ketika dia mendengar orang lain mengatai keluarganya, dia langsung membalas si Herman.Dia bilang, mereka menangkap ikan bukan untuk dimakan, melainkan untuk dijual.Mendengar perkataan Naya, Herman tertawa makin keras.Memangnya ikan bisa dijual?Herman mengatakan bahwa Naya tidak bisa apa-apa, hanya bisa membual.Naya langsung menangis dan mengatakan bahwa dia tidak membual. Arjuna memberi keluarga mereka lima puluh sen sehari. Naya keceplosan sehingga Arkana tidak sempat menghentikannya.Tentu saja Herman tidak percaya, dia menggelengkan kepalanya, lalu pergi sambil tertawa.Tidak lama setelah dia kembali ke desa, dia mendengar gosip orang-orang di desa.Katanya, sekarang Arjuna telah menghasilkan banyak uang.Arjuna menjual ikan bakar di kabupaten, semua orang rebutan untuk membelinya.Magano-lah yang mengatakan.Tidak ada yang meragukan kata-kata Magano.Karena begitu dia mengatakannya, orang-orang langsung bersaksi.Hari ini

Pinakabagong kabanata

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 456

    Andi tidak melarang Firhan. Dia ingin Danis mendengarnya. Betapa konyolnya Danis menggunakan Arjuna.Danis berdiri dengan tenang tanpa ekspresi, dia tidak senang maupun marah. Tidak ada seorang pun yang tahu bagaimana suasana hatinya saat ini.Akan tetapi, bohong jika mengatakan bahwa dia tidak khawatir."Yang Mulia, suruh para prajurit mundur ke depan perkemahan pemanah, bagi mereka menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama gunakan perisai untuk melindungi para pemanah, suruh para pemanah terus menembak. Kelompok kedua gunakan pedang untuk menggali zona isolasi di tempat.""Zona isolasi yang aku tandai di meja pasir. Lebarnya sekitar dua setengah meter."Arjuna memberi isyarat dengan tangannya. Dia tidak menandai lebarnya di atas meja pasir karena dia tidak menyangka Firhan akan datang membawa pasukan."Kelompok terakhir, bawa orang yang terluka turun dengan tertib."Mendengar suara Arjuna yang mendesak, tetapi tenang, ekspresi Danis yang awalnya tidak menunjukkan emosi pun, menunjukkan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 455

    Danis melambaikan tangannya. "Bercanda atau bukan, aku bisa tentukan sendiri."Ketika Danis melihat Arjuna memimpin sekelompok wanita, dia juga merasa gelisah.Namun, jangan mempekerjakan orang yang kamu ragukan, jangan meragukan orang yang kamu pekerjakan. Itu adalah prinsipnya.Arjuna mengangkat tangannya.Melihat gerakan Arjuna, Disa yang memimpin tim pun berteriak, "Semuanya, berhenti!"Gadis-gadis itu segera berhenti bergerak maju, mereka berdiri tegak dalam lima baris.Meskipun mereka semua perempuan, Eshan merasa jauh lebih nyaman melihat mereka daripada tiga ribu prajurit pria yang dipimpin oleh Firhan.Selama beberapa hari terakhir, Arjuna meminta gadis-gadis itu untuk melakukan tiga hal: menggali lubang, berbaris, serta melempar karung pasir.Danis juga merasa sangat tertarik.Memimpin sekelompok wanita saja sudah cukup aneh, perintah formasinya juga aneh.Namun biarpun anehnya, formasi dan perintahnya membuat seluruh tim terlihat sangat energik.Jika wanita saja bisa begitu

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 454

    "Oke." Danis menyerahkan lencananya kepada Arjuna. "Mulai sekarang, prajurit penjaga Kota Perai berada di bawah komandomu!"Mata Andi dan Firhan membelalak. Melihat lencana itu bagaikan melihat Danis sendiri.Dengan adanya lencana tersebut, Arjuna tidak hanya dapat memimpin prajurit penjaga Kota Perai, tetapi juga Pasukan Serigala yang melindungi Bratajaya."Yang Mulia, aku tidak membutuhkan lencanamu. Tidak butuh prajurit penjaga Kota Perai untuk menyerang bandit."Arjuna berkata sambil berlari menuruni gunung. "Disa!"Setelah Andi menyerahkan tugas menumpas bandit kepada Firhan, Arjuna meminta Disa untuk membawa seratusan gadis tersebut untuk beristirahat di kaki gunung."Arjuna!"Melihat Arjuna yang berlari menjauh, Eshan begitu cemas hingga ingin menghentakkan kakinya.Anak bodoh, lencana Marsekal Agung adalah benda yang agung. Biarpun lain kali harus dikembalikan, setidaknya Arjuna pernah memegang lencana Marsekal Agung dan memimpin tiga ribu prajurit penjaga Kota Perai. Dia bisa

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 453

    "Arjuna? Dia hanya seorang pelajar, bagaimana mungkin dia punya ide? Apa idenya? Menggunakan kendi-kendi anggurnya?"Firhan berlidah tajam. Jangankan ketika dia tidak percaya bahwa Arjuna punya ide, seandainya Arjuna benar-benar bisa menangani situasi ini, Firhan tidak mungkin membiarkan Arjuna melakukannya.Dia, seorang kapten yang membawa tiga ribu prajurit, membiarkan seorang pelajar membantunya. Bukankah hal itu akan menjadi lelucon?Selain itu ....Firhan merasa sedikit gelisah.Walaupun Arjuna tidak mungkin bisa menangani situasi ini, anak itu sangat licik.Firhan sudah menyaksikannya sendiri ketika dia dan Fauzi pergi ke Desa Embun untuk menangkap Arjuna.Arjuna jelas-jelas baru belajar selama dua bulan, tetapi dia menduduki peringkat teratas. Arjuna jelas-jelas masih muda, tetapi dia telah membaca lebih banyak buku daripada Bima. Arjuna jelas-jelas seorang pelajar yang lemah, tetapi dia dapat menghindari penangkapan para polisi.Bila hal ajaib terjadi pada anak itu lagi. Bila A

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 452

    Ratusan prajurit yang sekujur tubuhnya terbakar berguling-guling, berlarian kesakitan. Sedangkan prajurit yang tidak terbakar berlarian kembali.Di tengah kekacauan, banyak prajurit yang berlarian terjatuh sehingga terinjak.Mayoritas orang bukan mati terbakar atau tertembak panah dari bandit, tetapi mati terinjak oleh rekannya sendiri."Saudara-saudara yang tidak terluka, cepat berdiri, bunuh bajingan-bajingan itu!"Di Kampung Seruni, Naga Bermata Satu berteriak dengan keras."Bunuh bajingan-bajingan itu.""Lepaskan anak panah!"Anak panah yang tak terhitung jumlahnya ditembakkan dari benteng gunung."Dorong batu!"Satu demi satu batu besar berguling turun dari kampung.Anak panah yang tadi ditembakkan oleh para prajurit kini menjadi sumber anak panah bagi para bandit.Batu-batu tembok kampung yang runtuh berubah menjadi batu-batu yang tak habis digunakan."Saudara-saudara, ikut aku!" teriak Rajo, lalu mendorong kereta bola api untuk mendobrak gerbang desa yang telah terbakar hingga m

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 451

    Pada saat ini, di Kampung Seruni yang Firhan bilang akan dia hancurkan."Rizal!" Melihat batu-batu yang jauh lebih akurat dan kuat dari sebelumnya, Galih mengangkat kepalanya, lalu bertanya dengan suara keras. "Apakah mereka mendorong katapel lebih dekat?""Ya, Tuan. Mereka dorong setidaknya sepuluh meter lebih dekat." Suara Rizal terdengar dari atas gua."Bagus!" Mata Galih tiba-tiba berbinar. "Bunuh mereka semua!""Tidak masalah, Tuan. Lihat aku.""Wusss, wusss, wusss!"Satu demi satu anak panah yang cepat dan kuat melayang melewati atas kepala Galih."Bagus sekali! Selanjutnya kita tinggal menunggu Tuhan."Galih mengangkat tangannya, membiarkannya tergantung di udara.Dua menit kemudian, senyum muncul di sudut mulutnya, lalu sedikit demi sedikit melebar."Arah angin telah berubah, arah angin telah berubah.Galih memandang gerbang desa yang masih terbakar, tembok desa yang telah hancur berkeping-keping, serta suara-suara teriakan yang makin dekat. Senyum di wajahnya pun berubah menja

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 450

    Naga Bermata Satu memimpin sebagian besar bandit untuk menjaga gerbang desa, serta membunuh prajurit yang memanjat ke atas menggunakan tangga.Di udara, anak panah yang melesat dari gunung bagaikan bunga yang disebarkan oleh para peri.Dengan adanya perisai, panah-panah itu tidak menyebabkan banyak kerusakan pada Naga Bermata Satu dan anak buahnya.Akan tetapi ....Batu yang dilemparkan dari katapel berbeda. Tidak hanya lebih akurat dari sebelumnya, tetapi juga jauh lebih kuat. Batu-batu berjatuhan, menghancurkan gerbang desa satu demi satu.Bagaimanapun, mereka adalah bandit yang menguasai pegunungan dan memiliki perisai yang terbatas. Sebagian besar digunakan untuk menangkis anak panah yang jatuh dari langit. Tanpa gerbang desa sebagai penutup, mereka akan menjadi sasaran hidup.Kampung Seruni tidak mampu menahan serangan Firhan, hampir tidak memiliki kemampuan untuk melawan."Bunuh mereka!"Suara pembunuhan di kaki gunung makin keras dan makin dekat.Tampaknya Kampung Seruni akan di

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 449

    Komandan pertahanan kotanya tidak kalah dari para prajurit Marsekal."Yang Mulia!"Sebelum Firhan menjawab Andi, wakil jenderalnya berlari mendekat. Wakil jenderal itu diselimuti kabut hitam dan asap, tampak sangat mengenaskan."Para bandit tidak menembakkan anak panah atau mendorong batu kali ini. Mereka melempar bola api yang menyala dari gerbang benteng. Semua prajurit terbakar. Kita menderita kerugian besar, tidak dapat menyerang lagi!""Bola api?" Firhan mengerutkan kening, lalu menggertakkan giginya sambil berujar, "Bandit sialan, licik sekali!"Ketika Firhan datang untuk menumpas para bandit beberapa kali sebelumnya, Galih tidak pernah menggunakan serangan api. Jadi, Firhan belum pernah melihat trik ini."Ah!""Ahhh!"Teriakan terus terdengar di atas gunung."Firhan, apa yang terjadi? Bukankah kamu bilang padaku bahwa kamu sangat yakin kali ini?" Andi murka."Marsekal sedang mengawasi. Firhan, kamu hanya boleh berhasil kali ini, tidak boleh gagal.""Yang Mulia, jangan khawatir.

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 448

    Saat Andi dan Firhan berbicara, mereka sengaja melirik prajurit tua yang sedang merebus air.Apa yang mereka katakan sebenarnya ditujukan kepada si prajurit tua.Prajurit tua itu tidak mendongak, dia hanya fokus memasak air dengan kepala menunduk.Dari sudut yang tidak terlihat oleh Andi dan Firhan, senyum acuh tak acuh muncul di wajah prajurit tua tersebut.Gaya serangan Firhan memang membuat Naga Bermata Satu lengah.Di Kampung Seruni, terjadi kerugian besar. Hampir seratus orang tewas atau terluka.Hanya ada tiga ratusan orang di seluruh Kampung Seruni.Hal yang paling parah adalah batu-batu yang dilempar katapel membuat tembok desa berlubang-lubang.Tanpa perlindungan tembok desa, itu seperti kehilangan baju zirah di medan perang, nyawa bandit-bandit bisa terancam kapan saja."Wusss, wusss, wusss!"Pelemparan batu berhenti, tetapi anak panah tidak berhenti. Anak panah masih berjatuhan ke Kampung Seruni dari langit bagaikan bunga yang ditebarkan oleh para peri."Gawat!" Galih berter

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status