Huh!Lalu kenapa? Arjuna ditakdirkan untuk lebih rendah darinya dalam kehidupan ini. Baik dalam hal senioritas, karier maupun kehidupan."Hm!"Pahan mengangguk, kemudian mengikuti Shaka keluar.Ada kereta kuda yang diparkir di depan pintu. Shaka menyewanya untuk mengantarkan Pahan.Di desa kecil itu, apa pun yang terjadi, semua orang akan mengetahuinya. Apalagi Pahan datang sendiri membawa imbalan dari pengadilan kerajaan.Selain Shaka, ada banyak orang yang berkepung untuk melihat.Setelah mengantar sampai depan pintu, sebagian besar orang kembali ke rumah Shaka. Hanya Shaka yang bersikeras mengantar Pahan sampai gerbang desa."Shaka benar-benar hebat.""Memiliki dua putra berturut-turut, dia benar-benar beruntung.""Bukan hanya bisa memiliki anak laki-laki, tapi juga pintar belajar.""Begawan di Kuil Yamuna mana pernah berbohong?"Itulah alasan Shaka bersikeras mengantar Pahan ke gerbang desa. Jika tidak mengantar, bagaimana dia memperoleh tatapan iri yang lebih banyak dari warga des
Begitu Arjuna menoleh, Oki langsung memerintahnya. "Kembalikan uang tiga ratus sen itu kepada pamanmu. Seorang pengangguran tidak pantas mengambil begitu banyak uang.""Tidak akan," balas Arjuna dengan tegas.Tidak ada negosiasi mengenai masalah ini.Karena tiga ratus sen itu milik Disa dan Daisha.Arjuna hanya membantu mereka mendapatkannya kembali.Oki menunjuk Arjuna dengan marah. "Kamu!"Arjuna mendorong tangan Oki yang menunjuknya. "Apakah kakek dan nenek buyutku tidak pernah mengajari Kakek? Menunjuk orang lain seperti ini sangat tidak sopan."Dikatai tidak sopan oleh cucunya sendiri membuat Oki sangat marah hingga wajahnya memerah. "Dasar bajingan, tinggalkan uangnya!""Kalau aku tidak mau?"Arjuna mengatupkan kedua tangannya, kemudian mengerahkan tenaga.Jari-jari saling bertautan dan berbunyi."Apa yang ingin kamu lakukan? Aku ini kakekmu." Oki pun melangkah mundur.Oki sudah mendengar bahwa anak ini menjadi hebat setelah jatuh ke jurang.Beberapa hari yang lalu, Raditya dihaj
Arjuna mengeluarkan sisa uang dan uang hasil penjualan ikan hari ini dari sakunya, kemudian berjalan ke dalam dapur.Dua bersaudari yang sedang fokus menghitung uang tidak menyadari bahwa Arjuna masuk ke dapur.Saat ini, mereka sudah menghitung hampir setengahnya.Arjuna melihat dari samping, dia tiba-tiba merasa senang."Tak, tak, tak!"Arjuna menuangkan semua koin yang ada di tangannya ke atas meja, mencampurkannya dengan koin tembaga yang memang ada di atas meja."Hei, Kak Disa! Apa yang kamu lakukan? Semuanya tercampur, kita harus menghitung dari awal."Daisha mengangkat kepalanya, menatap Disa dengan kesal, alhasil malah melihat wajah Arjuna yang tersenyum."Bukan ...."Disa, yang ingin menjelaskan kepada Daisha bahwa pelakunya bukan dia, juga mengangkat kepalanya pada saat yang bersamaan."Tuan!"Kedua perempuan itu berseru serempak.Arjuna menyengir sembari berkata, "Ya, aku.""Tuan, kita sudah hampir selesai menghitung." Daisha menghentakkan kakinya dengan kesal."Kalau begitu
"Kak Disa, apa yang paling ingin kamu beli setelah menghasilkan uang?""Mana perlu ditanyakan lagi? Tentu saja membeli anak panah."Kedua kakak beradik yang bekerja itu mulai memikirkan bagaimana menghabiskan uang setelah memiliki uang."Aku ingin membeli sekotak pemerah pipi. Selain pemerah pipi, aku juga ingin ....""Apa lagi yang kamu inginkan?"Daisha tiba-tiba berhenti berbicara, Arjuna yang merasa sedih mendengarnya pun bertanya kepadanya."Ti ... tidak ada."Daisha menggelengkan kepalanya berulang kali. Mungkin takut Arjuna akan terus bertanya, jadi dia menambahkan, "Aku belum kepikiran."Arjuna langsung tahu bahwa Daisha sedang berbohong.Bukan hanya suasana hati Daisha yang berubah, tetapi begitu pula suasana hati Disa.Entah kepikiran apa, kedua kakak beradik itu agak murung sekarang.Arjuna juga samar-samar ingat bahwa ada sesuatu yang harus diselesaikan, tetapi dia tidak dapat mengingat apa itu.Keesokan harinya, langit masih belum sepenuhnya terang.Arjuna pergi mengetuk p
"Aku benar-benar tidak tega melihat putriku bernasib seperti Alsava bersaudari."Arkana bergumam pada dirinya sendiri, tetapi Arjuna bisa mendengarnya dengan jelas.Arjuna menatap Arkana dengan kosong, tidak bisa berkata-kata untuk waktu yang lama.Arkana jelas mengatakan keburukan Arjuna, tetapi Arjuna tidak marah sama sekali.Sebaliknya, dia merasa sesak.Dalam ingatannya, ada adegan Alsava bersaudari dipukul dan dimarahi oleh Arjuna yang dulu. Terutama adegan di mana kaki Daisha dipukul sampai patah."Arjuna!"Melati yang mendengar suara pun keluar."Tante mohon, pikirkanlah masa depan adik sepupumu."Usai berbicara, Melati pun ingin berlutut."Tante."Arjuna buru-buru menahan Melati.Ya Tuhan, apa-apaan yang dia hadapi hari ini?Arjuna adalah senior Arkana dan Melati, tetapi mereka malah berlutut pada Arjuna demi putri mereka.Semua orang tua di dunia memang sangat berwelas asih.Untuk menghilangkan kecurigaan pasangan ini, Arjuna langsung mengeluarkan sepuluh sen, lalu menyerahkan
Arjuna pergi ke toko besi untuk membayar utang, kemudian mengambil jaring dan rak besi yang dia pesan kemarin. Setelah itu, dia pergi membeli jintan dan merica sebelum kembali ke pasar.Kios ikan bakar belum didirikan, tetapi sudah banyak orang yang mengelilinginya.Kemarin banyak orang yang tidak kebagian, jadi mereka datang lebih awal untuk mengantre. Sedangkan yang sudah beli kemarin, ingin membeli lagi hari ini. Karena itu sangat ramai.Apalagi mereka yang berasal dari keluarga kaya. Mereka langsung meminta pembantu mereka membawa kotak makan, sekaligus membeli sepuluh ekor.Sepuluh ekor ikan bakar harganya tiga puluh sen. Bagi keluarga kaya, tiga puluh sen sama sekali tidak seberapa.Sebelum siang, ikan Arjuna sudah terjual habis.Setelah sibuk sepanjang pagi, mereka bertiga pun lapar.Arjuna membawa Daisha dan Disa ke kedai mi untuk makan mi. Dia memesan tiga porsi mi goreng dan meminta penjual untuk menambahkan daging."Mi goreng sudah mahal, apalagi ditambah daging. Tiga mangku
Kemarin, begitu banyak orang datang ke rumah Shaka. Orang desa suka bergosip. Jika ada sesuatu, akan segera menyebar ke seluruh desa. Sekarang semua orang di desa tahu bahwa Arjuna memiliki tiga ratus sen."Ting, ting, ting!"Lonceng tembaga di leher sapi mengeluarkan bunyi nyaring saat sapi bergerak.Penduduk desa yang mendengar suara pun keluar dari rumah.Wow, sapi yang kuat. Gerobak di belakangnya penuh dengan kayu bakar.Satu gerobak penuh kayu bakar. Siapa yang begitu kaya?Selain beberapa keluarga kaya di Desa Embun, mayoritas keluarga pergi ke gunung untuk menebang sendiri.Seikat kayu bakar harganya sepuluh sen.Banyak orang kelaparan, mana punya uang untuk membeli kayu bakar?"Aku melihat jendela kayu dan kertas minyak di gerobak itu." Seorang penduduk desa yang bermata tajam dengan cepat menemukan jendela kayu dan kertas minyak di dalam gerobak sapi itu."Astaga, kertas minyak? Sepertinya di desa kita hanya jendela rumah kepala desa yang dilapisi kertas minyak.""Kalau begit
Tidak ada yang menanggapi perkataan Raditya.Berdasarkan kepribadian Arjuna sebelumnya, bila dia punya uang, dia pasti akan menggunakannya untuk membeli makanan, arak atau berjudi. Dia tidak akan peduli dengan apa yang kurang di rumah, apalagi kehidupan Disa dan Daisha.Melihat tidak ada yang membantahnya, Raditya merasa sedikit bangga."Tidak ada seorang pun di desa ini yang mengenal Arjuna lebih baik daripada aku. Apakah kalian tidak memperhatikannya? Kedua istri Arjuna berekspresi muram. Pasti Arjuna membawa mereka keluar untuk dijual.""Aku tidak melihat Alsava bersaudari berekspresi muram, kurasa mereka sedang tersenyum," bantah seorang penduduk desa yang berani."Kamu tahu apa?""Bagaimana denganmu? Sebelumnya kamu bilang, kurang dari tiga hari Arjuna akan menyeret Daisha ke Rumah Bordil Prianka. Sekarang sudah beberapa hari berlalu, bukankah Daisha masih di Desa Embun?"Sejak insiden di mana Arjuna menghajar Raditya, rasa takut penduduk desa terhadap Raditya mulai berkurang."Se
Arjuna berdiri lalu membungkuk pada Eshan. Setelah itu, dia tersenyum sambil berkata kepada orang-orang yang menertawakannya. "Terima kasih atas pujian kalian.""Terima kasih? Dia tidak benar-benar menganggap kita sedang memujinya saat kita mengatakan bahwa dia merawat istri-istrinya menjadi cantik, 'kan?""Lihatlah ekspresi konyolnya itu, mungkin saja benar.""Dasar kutu buku.""Yang Mulia, masakan yang aku masak sering dipuji oleh istriku, aku juga merasa masakanku cukup enak. Aku bersedia untuk bertanding dengan calon koki istana kaisar ini."Arjuna menoleh untuk melihat Lujain, tetapi Lujain malah membuang muka dengan jijik. Ada sedikit ekspresi kesal di wajahnya.Jika dia tahu bahwa orang yang maju dari Kabupaten Damai adalah Arjuna, dia tidak akan turun tangan.Arjuna tidak layak bersaing dengannya.Sering mendapat pujian dari istrinya? Dengan beberapa pujian dari para wanita rendahan itu, Arjuna pikir dirinya sangat hebat memasak?Bodoh sekali.Dia sering mendengar orang mengata
"Ini jelas-jelas penindasan!""Jangan bicara lagi. Mereka memang sengaja menindas kita dan kita hanya bisa menerima.""Aish, semua karena kita terlalu miskin."Para pedagang dari Kabupaten Damai menggelengkan kepala sambil menghela napas."Kami telah memiliki kandidat untuk ronde kedua, Kak Eshan." Sugi memberi isyarat mengundang. "Sekarang giliranmu."Eshan menoleh, tetapi sebelum dia bertanya, para pengusaha yang mengelola penginapan dan restoran menundukkan kepala mereka, seolah mereka takut akan dipilih oleh Eshan untuk bersaing dengan Lujain."Setiap babak kompetisi memiliki hadiah. Ronde kedua juga sama. Kalau kalian menang, Restoran Kebon Sirih akan menjadi milik kalian. Kalau kalian kalah, Restoran Dapur Rempah Lujain harus diizinkan membuka cabang di Kabupaten Damai."Setelah mendengar ucapan Sugi, semua orang dari Kabupaten Damai menjadi makin marah.Sugi benar-benar tidak tahu malu. Restoran Kebon Sirih memang milik Kabupaten Damai, dia malah menggunakannya sebagai taruhan.
Perlawanan Mois kebetulan sesuai dengan keinginan Sugi.Bawahan yang membantah atasan merupakan kesalahan serius. Sugi dapat melaporkannya kepada gubernur, kemudian meminta menjatuhkan hukuman kepada Mois.Jika Mois tak ada lagi, Eshan akan seperti kehilangan satu tangan.Sekretaris daerah berikutnya yang ditunjuk pasti tidak akan sehati dengan Eshan.Karena Sugi pasti telah melakukan sesuatu. Meskipun itu bukan orang Sugi, orang itu pasti orang yang tidak cocok dengan Eshan."Kenapa?" Sugi terus memprovokasi Mois. "Kamu tampaknya sangat tidak puas denganku. Baiklah, kalau begitu kita bisa meminta keadilan dari gubernur daripada aku dibilang menggunakan statusku sebagai atasan untuk menindasmu."Eshan meremas lengan Mois dengan kuat sambil berkata kepada Sugi dengan nada menyanjung. "Terima, terima. Bagaimana mungkin dia tidak terima?"Sugi setingkat dengannya, tetapi Eshan tidak bisa membantah. Apakah Eshan tidak merasa terhina?Tentu saja bukan begitu.Dia sangat merasa terhina.Akan
"Hm?" Arjuna mengangkat kelopak matanya, kemudian berkata dengan malas. "Curang? Bagaimana bisa dikatakan curang? Apakah aku melarangmu membuka toko? Apakah aku melakukan bisnis yang melanggar hukum Dinasti Bratajaya?""Kamu tidak tahu malu, tercela!" Wajah Bani memerah karena marah.Mendengar perkataan Bani, Arjuna tertawa. "Kalau bicara soal tidak tahu malu dan tercela, bagaimana aku bisa dibandingkan dengan kalian? Kalian mengandalkan kekayaan Kabupaten Sentosa dan perhatian gubernur kepada kepala daerah kalian untuk menjebak kami demi menguasai semua bisnis di Kabupaten Damai.""Arjuna benar!"Irwan angkat bicara untuk mendukung. Meskipun dia masih memandang rendah Arjuna, dia adalah bagian dari Kabupaten Damai.Terhadap internal, mereka dapat bertarung sampai mati.Terhadap eksternal, mereka harus kompak untuk melawan.Irwan lanjut berkata, "Apa pun yang dijual kedua belah pihak, yang penting tidak melanggar hukum Bratajaya. Syarat ini bukan diajukan oleh Arjuna maupun Yang Mulia
Satu batu dapat menimbulkan riak.Perkataan petugas pemerintah itu mengejutkan semua orang."Apakah kamu salah bicara? Bagaimana mungkin barangku tidak terjual satu pun? Pasti barang dia yang tidak terjual satu pun."Wajah Bani memerah, dia sangat marah.Perlengkapan pernikahan keluarga Bani dibuat dengan sangat teliti dan dirancang dengan sangat indah. Perlengkapan tersebut terkenal tidak hanya di Kabupaten Sentosa, tetapi juga di seluruh Kota Perai.Setelah kabar diskon 10% tersebar, orang-orang mulai mengantre sejak tengah malam. Bagaimana mungkin tidak ada satu pun yang terjual?"Pak, apakah kamu sedang bercanda? Seharusnya semua produk keluarga Bani dibeli hingga tak tersisa satu pun, 'kan?"Seorang pedagang dari Kabupaten Sentosa melangkah maju untuk memastikan."Benar." Hendra juga berdiri. "Pasti dibeli sampai tak tersisa satu pun. Petugas ini ingin bercanda, tapi waktunya tidak tepat.""Katakan dengan benar!" Sugi memelotot petugas yang datang melapor itu."Yang Mulia, memang
"Seharusnya tidak secepat itu." Sejujurnya, Arjuna benar-benar tidak ingin Daisha hamil secepat itu. Dia masih terlalu muda."Kenapa? Apakah kesehatan Dik Daisha tidak baik? Kalau begitu, aku harus segera membawanya ke tabib.""Bukan." Arjuna menatap dua orang yang sedang kejar-kejaran dan berkelahi di halaman. "Daisha masih kecil, jadi tunggu nanti baru melahirkan.""Tidak, tidak boleh nanti, orang-orang itu akan ...."Hm? Arjuna mengernyit, bertanya-tanya mengapa Disa tidak melanjutkan omongannya.Saat Arjuna mengangkat kepalanya, wajah Disa yang marah nan sedih menarik perhatiannya.Berapa banyak pria yang tahan melihat pemandangan seperti itu, melihat seorang gadis yang kesal sekaligus sedih?Sensasi berdenyut menyebar di dada Arjuna."Akan apa?" Suara Arjuna sedikit serak, nadanya pun menurun tanpa sadar.Suara Arjuna enak didengar, terutama saat dia berbicara dengan suara serak.Suara yang serak, rendah, hangat dan dangkal masuk ke telinga Disa, membuat dia merasa seluruh tubuhny
Dia akan membuka toko di tanah rendah sebelah Rumah Bordil Mawar. Dia tidak akan membukanya jika itu bukan tanah rendah.Karena ....Tanah itu adalah lokasi yang bagus untuk membuka toko."Kurasa apa yang dikatakan Yang Mulia Eshan dan Yang Mulia Mois benar. Kenapa kamu begitu keras kepala, Tuan? Bersikeras menjual toko Tante Buana dan membeli tanah di sebelah Rumah Bordil Mawar untuk membuka toko."Setelah Eshan dan yang lainnya pergi, Disa pun mulai mengoceh.Arjuna bersandar di kursi dekat jendela, meletakkan buku yang ada di tangannya, kemudian menatap Daisha yang sedang memijat kakinya."Daisha.""Apakah aku memijat terlalu kuat, Tuan?" tanya Daisha mengangkat kepalanya kepada Arjuna."Tidak, tenagamu pas.""Kalau begitu ...." Mata Daisha yang besar penuh dengan kelembutan. "Apakah ada yang ingin kamu katakan kepadaku?""Tidak, aku hanya ingin bertanya, kenapa kamu tidak menceramahiku?"Biasanya, jika Arjuna membeli beberapa meter kain atau beberapa potong daging, Daisha bisa meng
"Persetan dengan teh!" Eshan tiba-tiba mengumpat. "Apakah aku terlihat seperti sedang ingin minum? Tiga ratus tael perak! Kamu menjual sebuah toko, lalu membeli tanah kosong di sebelah Rumah Bordil Mawar? Kamu bilang kamu bisa mengalahkan Bani hanya dengan sebuah toko. Ternyata begitu cara!"Setelah Eshan selesai berbicara, dia meletakkan tangannya di pinggangnya. Wajahnya memerah karena marah."Yang Mulia, jangan marah dulu. Marah tidak baik untuk kesehatan. Minum teh dulu."Arjuna lanjut berbicara sambil menyengir.Namun apa pun yang dia katakan, Eshan mengabaikannya. Sekelompok pengusaha yang ada di belakang Eshan juga memandangnya dengan ekspresi dingin."Arjuna." Akhirnya sekretaris daerah, Mois, yang memecah keheningan. "Kesampingkan soal pertandingan. Kamu menjual toko itu seharga 300 tael, itu terlalu murah.""Toko itu dekat Rumah Bordil Prianka. Seribu tael perak saja masih tergolong murah, apalagi tiga ratus tael.""Aish, seorang kutu buku miskin tahu apa? Tiga ratus tael pas
Bukan hanya warga Kabupaten Sentosa saja yang mencari Arjuna, warga Kabupaten Damai juga turut mencarinya."Dia tidak kabur, 'kan?""Dia pasti sudah melarikan diri. Aish, Yang Mulia Eshan seharusnya tidak menyuruh Sekretaris Daerah untuk mencarinya di Desa Embun."Para pedagang di Kabupaten Damai berbisik-bisik. Meskipun Eshan sangat kesal, dia tidak bisa mengatakan apa-apa.Jika dia tahu bahwa Arjuna tidak mau meminjamkan lencana perak, dia pasti tidak akan membiarkan Mois pergi mencari Arjuna."Apa? Kamu yakin tidak salah dengar? Arjuna menjual toko kecilnya, lalu membeli tanah kosong di sebelah barat Rumah Bordil Mawar?" tanya Bani kepada pelayannya dengan ekspresi tidak percaya.Saat malam hari, akhirnya ada berita tentang Arjuna.Entah itu disengaja atau tidak, tetapi Bani adalah orang pertama yang mendapat kabar tentang Arjuna.Tanpa menunggu jawaban pelayan, Bani langsung bertanya, "Apakah dia mengatakan alasan dia membelinya?""Orang-orang kita mendengar dia memberi tahu istrin