Teknologi pengelasan pada zaman ini belum ada, jadi oven modern pasti tidak bisa dibuat, tetapi Arjuna bisa membuat jaring besi yang tidak terlalu tipis.Arjuna bertanya apakah dia boleh membayar deposit sepuluh sen terlebih dahulu.Uang yang dia peroleh hari ini jelas tidak cukup untuk membeli sepotong jaring besi. Selain itu, dia belum melihat produk jadinya. Seandainya cukup, Arjuna tidak mau langsung melunasinya.Zaman itu belum ada konsep deposit, tetapi si bos langsung setuju.Mereka sama-sama berbisnis. Ikan bakar Arjuna terjual habis di pasar, bos ini sudah mengetahuinya.Selain itu, dia juga pergi membelinya. Ikan bakar Arjuna memang enak dan Arjuna terlihat tulus. Dia tidak takut Arjuna mengutang tanpa membayar.Ketika Arjuna kembali dari toko besi, dia menemukan bahwa kedua istrinya telah berkemas dan sedang berbisik-bisik.Ketika melihat Arjuna kembali, mereka segera berhenti dan berdiri untuk menyambut Arjuna."Tuan, kamu kembali!""Ya, aku melihat kalian mengobrol dengan
Hanya sedikit hal yang bisa dilakukan pada musim dingin. Pahan saja sudah menganggur, apalagi Shaka yang merupakan wakil.Dari kemarin hingga awal musim semi, Pahan menyuruh Shaka untuk tidak masuk lagi. Katanya, fokus bersekolah saja untuk mempersiapkan ujian anak setelah musim semi.Hanya setelah lulus ujian anak baru dapat mengikuti ujian sarjana. Tidak ada batasan usia untuk ujian anak.Sebenarnya, Shaka belum terlalu tua.Orang-orang zaman dahulu menikah lebih awal. Shaka dan Arjuna lahir di tahun yang sama. Mereka berdua baru berusia 19 tahun pada tahun ini.Hari ini, Shaka sudah gajian. Pahan sendiri yang mengantar gaji dan hadiah untuk kelahiran putra Shaka ke Desa Embun. Pahan disindir oleh istrinya ketika hendak keluar. "Apakah kamu tidak malu mengantarkan gaji dan hadiah untuk wakilmu?"Pahan langsung marah, "Kamu seorang wanita, tahu apa? Bukankah kamu biasanya suka keluar dan mendengar gosip setiap hari? Apakah kamu tidak mendengar apa yang dikatakan begawan di Kuil Yamuna
Daisha menundukkan kepalanya dengan rendah diri.Arjuna yang melihatnya pun merasakan kemarahan muncul di hatinya.Siapa wanita ini? Mengapa dia datang ke rumahnya dan berteriak-teriak?"Tuan, kamu pulang!"Melihat Arjuna mendorong pintu hingga terbuka, Daisha berlari ke arah Arjuna seolah-olah dia telah diselamatkan.Wanita sombong itu juga berjalan mendekat.Ketika Arjuna hendak bertanya siapa wanita itu, Disa berbicara lebih dulu."Tante Praya!""Hm!" Praya mendengus pelan, mengangkat dagunya tinggi-tinggi.Karena tidak melahirkan anak laki-laki, Praya telah lama ditindas oleh Naura. Setelah ditindas, Praya suka melampiaskan amarahnya pada Daisha dan Disa.Karena Arjuna yang dulu terlalu tidak berguna dan memiliki status yang sangat rendah di Keluarga Kusumo. Meskipun Praya dan Naura telah menindas Alsava bersaudari, Arjuna yang dulu juga berpura-pura tidak menyadarinya.Jika Alsava bersaudari mengeluh dan mengucapkan beberapa kata kebencian, Arjuna bahkan akan memukuli mereka dan m
"Hei, istrinya Arjuna, kenapa kalian masih di sini? Cepat bantu di dapur!"Seorang wanita berteriak pada Disa dan Daisha.Orang ini adalah neneknya Arjuna, Ranjani."Baik, Nenek, kami akan membantu."Disa dan Daisha buru-buru meninggalkan Arjuna menuju ke dapur.Arjuna tidak menghentikan mereka. Di era ini, kata-kata orang tua begitu kuat sehingga mengakar kuat di tulang setiap orang. Dalam lingkungan seperti itu, dia baru saja tiba, jadi dia harus beradaptasi terlebih dahulu.Setelah para istri pergi, Arjuna dengan cermat mengamati neneknya.Dia tampak seperti berusia lima puluhan. Ada kerutan di dahi dan di sudut matanya, serta bekas kerja jangka panjang di masa mudanya pada kedua tangannya, tetapi tetap bersih.Pakaiannya sebagian besar berwarna abu-abu muda, dengan sulaman kuning di bagian leher, juga jepit rambut emas di rambut.Bisa dilihat bahwa Ranjani sangat mementingkan perjamuan hari ini.Sebagai petani, semua itu sudah merupakan barangnya yang paling berharga.Orang-orang z
Arjuna memiliki ingatan yang sangat baik. Daisha tadi menjelaskan, dia sudah mengingat nama orang-orang ini.Hidangan di meja pria lebih kaya dan bervariasi dibandingkan hidangan di meja wanita.Meski Shaka kini terkenal, kursi utama tetaplah diduduki oleh ayahnya, Oki.Oki tampak sedikit lebih tua dari istrinya, Ranjani. Dia diperkirakan berusia hampir enam puluh tahun, tetapi tubuhnya masih kuat.Di kiri dan kanan Oki ada Pahan dan kepala desa.Sekarang mereka berkumpul, selain karena Naura melahirkan seorang putra, alasan yang lebih besar tentu saja karena ramalan dari begawan Kuil Yamuna.Siapa yang tidak ingin menyanjung orang sukses sebelum dia menjadi orang sukses? Ketika Shaka menjadi sukses, mereka tidak akan bisa menyanjungnya lagi.Shaka duduk di sebelah Pahan. Dia mengenakan pakaian baru hari ini.Pakaiannya adalah sejenis kemeja berkerah biru, seragam siswa kuno.Kerajaan Bratajaya memiliki peraturan bahwa hanya siswa yang lulus ujian anak yang boleh memakai seragam berker
Dia adalah Alan Kusumo, putra dari paman ketiga.Alan memegang kitab "Baratayuda", nada serta sikapnya sangat arogan. Sebagai seorang junior, dia tidak menghormati Arjuna dan Arkana."Maaf, kami akan segera menyingkir." Senyum rendah hati muncul di wajah Arkana, dia menarik Arjuna untuk menyingkir."Pecundang seharusnya tidak muncul di sini dan mempermalukan Keluarga Kusumo."Setelah melewati Arjuna dan Arkana, Alan masih memaki."Apa katamu?" Arjuna tiba-tiba berdiri."Apa kataku? Huh!" Alan mencibir. "Pada jamuan makan ini, kami akan membahas kitab. Jadi menyingkir, mengerti?""Cepat menyingkir! Memalukan!"Sebelum Arjuna mengatakan apa pun, Oki berteriak pada Arjuna dengan marah."Arjuna, jangan menimbulkan masalah. Ayo kita menyingkir." Arkana buru-buru menarik Arjuna ke pojok yang lebih rendah dari meja wanita.Alan menunjukkan senyum mencemooh. "Benar, pecundang memang harus duduk di pojok."Shaka hanya menonton kejadian tersebut dengan rasa superior, seolah tidak ada kaitannya d
Arjuna terlalu berani.Kata-katanya tidak hanya mengejek Alan, tetapi juga Shaka.Shaka bukan hanya yang terbaik dalam keluarga, tetapi juga salah satu yang terbaik di sekolah.Arjuna, sebaliknya, adalah seorang pecundang buta huruf yang menganggur sepanjang hari.Bisa-bisanya seorang pecundang mengatakan bahwa siswa terbaik salah.Oki, yang memasang ekspresi buruk, pun membanting cangkir teh. "Dasar bajingan, Paman Shaka-mu dan yang lainnya sedang membaca kitab. Kamu tahu apa? Jangan menyela sembarangan.""Aku tidak mengerti apa-apa, tapi halaman kedua puluh ....""Haha, halaman dua puluh apanya? Itu adalah lembar kedua puluh, lembar saja tidak tahu ....""Buta huruf tapi sok pintar." Begitu Arjuna bersuara, beberapa anak muda langsung menertawainya."Semua anggota Keluarga Kusumo percaya bahwa Arjuna salah, tidak ada yang mencoba mencari tahu."Pergilah, jangan mempermalukanku di sini." Oki, yang tidak menyukai Arjuna, mulai mengusir Arjuna."Arjuna, kamu benar-benar mengecewakanku.
"Seharusnya kita tidak menyuruhnya kemari, dia akan berulah.""Keluarga kita punya bajingan pecundang seperti ini, benar-benar memalukan!""Benar. Setiap kali membahas Keluarga Kusumo di luar, orang lain akan bertanya apakah Keluarga Kusumo yang ada Arjuna itu? Aku sampai tidak tahu bagaimana menjawabnya.""Dia bagaikan noda bagi Keluarga Kusumo."Anggota keluarga yang ada di sekitar Arjuna mulai berbisik.Tanpa kecuali, mereka menyalahkan Arjuna telah mempermalukan mereka.Alis Shaka juga berkerut. Alasan dia memanggil Arjuna ke rumahnya adalah untuk pamer, sekaligus membuat Arjuna memujanya.Tak disangka, akhirnya dia malah ditempatkan di posisi yang mencanggungkan oleh Arjuna. Shaka akan mengesampingkan masalah ini, tetapi jika Arjuna berulah lagi, Shaka akan benar-benar sial."Dasar pecundang, berlututlah! Apa pun yang sudah kamu lakukan, segera minta maaf kepada Pak Pahan!"Oki dengan marah menghardik Arjuna."Memangnya apa yang sudah aku lakukan? Suruh aku berlutut? Yang benar sa
Arjuna berdiri lalu membungkuk pada Eshan. Setelah itu, dia tersenyum sambil berkata kepada orang-orang yang menertawakannya. "Terima kasih atas pujian kalian.""Terima kasih? Dia tidak benar-benar menganggap kita sedang memujinya saat kita mengatakan bahwa dia merawat istri-istrinya menjadi cantik, 'kan?""Lihatlah ekspresi konyolnya itu, mungkin saja benar.""Dasar kutu buku.""Yang Mulia, masakan yang aku masak sering dipuji oleh istriku, aku juga merasa masakanku cukup enak. Aku bersedia untuk bertanding dengan calon koki istana kaisar ini."Arjuna menoleh untuk melihat Lujain, tetapi Lujain malah membuang muka dengan jijik. Ada sedikit ekspresi kesal di wajahnya.Jika dia tahu bahwa orang yang maju dari Kabupaten Damai adalah Arjuna, dia tidak akan turun tangan.Arjuna tidak layak bersaing dengannya.Sering mendapat pujian dari istrinya? Dengan beberapa pujian dari para wanita rendahan itu, Arjuna pikir dirinya sangat hebat memasak?Bodoh sekali.Dia sering mendengar orang mengata
"Ini jelas-jelas penindasan!""Jangan bicara lagi. Mereka memang sengaja menindas kita dan kita hanya bisa menerima.""Aish, semua karena kita terlalu miskin."Para pedagang dari Kabupaten Damai menggelengkan kepala sambil menghela napas."Kami telah memiliki kandidat untuk ronde kedua, Kak Eshan." Sugi memberi isyarat mengundang. "Sekarang giliranmu."Eshan menoleh, tetapi sebelum dia bertanya, para pengusaha yang mengelola penginapan dan restoran menundukkan kepala mereka, seolah mereka takut akan dipilih oleh Eshan untuk bersaing dengan Lujain."Setiap babak kompetisi memiliki hadiah. Ronde kedua juga sama. Kalau kalian menang, Restoran Kebon Sirih akan menjadi milik kalian. Kalau kalian kalah, Restoran Dapur Rempah Lujain harus diizinkan membuka cabang di Kabupaten Damai."Setelah mendengar ucapan Sugi, semua orang dari Kabupaten Damai menjadi makin marah.Sugi benar-benar tidak tahu malu. Restoran Kebon Sirih memang milik Kabupaten Damai, dia malah menggunakannya sebagai taruhan.
Perlawanan Mois kebetulan sesuai dengan keinginan Sugi.Bawahan yang membantah atasan merupakan kesalahan serius. Sugi dapat melaporkannya kepada gubernur, kemudian meminta menjatuhkan hukuman kepada Mois.Jika Mois tak ada lagi, Eshan akan seperti kehilangan satu tangan.Sekretaris daerah berikutnya yang ditunjuk pasti tidak akan sehati dengan Eshan.Karena Sugi pasti telah melakukan sesuatu. Meskipun itu bukan orang Sugi, orang itu pasti orang yang tidak cocok dengan Eshan."Kenapa?" Sugi terus memprovokasi Mois. "Kamu tampaknya sangat tidak puas denganku. Baiklah, kalau begitu kita bisa meminta keadilan dari gubernur daripada aku dibilang menggunakan statusku sebagai atasan untuk menindasmu."Eshan meremas lengan Mois dengan kuat sambil berkata kepada Sugi dengan nada menyanjung. "Terima, terima. Bagaimana mungkin dia tidak terima?"Sugi setingkat dengannya, tetapi Eshan tidak bisa membantah. Apakah Eshan tidak merasa terhina?Tentu saja bukan begitu.Dia sangat merasa terhina.Akan
"Hm?" Arjuna mengangkat kelopak matanya, kemudian berkata dengan malas. "Curang? Bagaimana bisa dikatakan curang? Apakah aku melarangmu membuka toko? Apakah aku melakukan bisnis yang melanggar hukum Dinasti Bratajaya?""Kamu tidak tahu malu, tercela!" Wajah Bani memerah karena marah.Mendengar perkataan Bani, Arjuna tertawa. "Kalau bicara soal tidak tahu malu dan tercela, bagaimana aku bisa dibandingkan dengan kalian? Kalian mengandalkan kekayaan Kabupaten Sentosa dan perhatian gubernur kepada kepala daerah kalian untuk menjebak kami demi menguasai semua bisnis di Kabupaten Damai.""Arjuna benar!"Irwan angkat bicara untuk mendukung. Meskipun dia masih memandang rendah Arjuna, dia adalah bagian dari Kabupaten Damai.Terhadap internal, mereka dapat bertarung sampai mati.Terhadap eksternal, mereka harus kompak untuk melawan.Irwan lanjut berkata, "Apa pun yang dijual kedua belah pihak, yang penting tidak melanggar hukum Bratajaya. Syarat ini bukan diajukan oleh Arjuna maupun Yang Mulia
Satu batu dapat menimbulkan riak.Perkataan petugas pemerintah itu mengejutkan semua orang."Apakah kamu salah bicara? Bagaimana mungkin barangku tidak terjual satu pun? Pasti barang dia yang tidak terjual satu pun."Wajah Bani memerah, dia sangat marah.Perlengkapan pernikahan keluarga Bani dibuat dengan sangat teliti dan dirancang dengan sangat indah. Perlengkapan tersebut terkenal tidak hanya di Kabupaten Sentosa, tetapi juga di seluruh Kota Perai.Setelah kabar diskon 10% tersebar, orang-orang mulai mengantre sejak tengah malam. Bagaimana mungkin tidak ada satu pun yang terjual?"Pak, apakah kamu sedang bercanda? Seharusnya semua produk keluarga Bani dibeli hingga tak tersisa satu pun, 'kan?"Seorang pedagang dari Kabupaten Sentosa melangkah maju untuk memastikan."Benar." Hendra juga berdiri. "Pasti dibeli sampai tak tersisa satu pun. Petugas ini ingin bercanda, tapi waktunya tidak tepat.""Katakan dengan benar!" Sugi memelotot petugas yang datang melapor itu."Yang Mulia, memang
"Seharusnya tidak secepat itu." Sejujurnya, Arjuna benar-benar tidak ingin Daisha hamil secepat itu. Dia masih terlalu muda."Kenapa? Apakah kesehatan Dik Daisha tidak baik? Kalau begitu, aku harus segera membawanya ke tabib.""Bukan." Arjuna menatap dua orang yang sedang kejar-kejaran dan berkelahi di halaman. "Daisha masih kecil, jadi tunggu nanti baru melahirkan.""Tidak, tidak boleh nanti, orang-orang itu akan ...."Hm? Arjuna mengernyit, bertanya-tanya mengapa Disa tidak melanjutkan omongannya.Saat Arjuna mengangkat kepalanya, wajah Disa yang marah nan sedih menarik perhatiannya.Berapa banyak pria yang tahan melihat pemandangan seperti itu, melihat seorang gadis yang kesal sekaligus sedih?Sensasi berdenyut menyebar di dada Arjuna."Akan apa?" Suara Arjuna sedikit serak, nadanya pun menurun tanpa sadar.Suara Arjuna enak didengar, terutama saat dia berbicara dengan suara serak.Suara yang serak, rendah, hangat dan dangkal masuk ke telinga Disa, membuat dia merasa seluruh tubuhny
Dia akan membuka toko di tanah rendah sebelah Rumah Bordil Mawar. Dia tidak akan membukanya jika itu bukan tanah rendah.Karena ....Tanah itu adalah lokasi yang bagus untuk membuka toko."Kurasa apa yang dikatakan Yang Mulia Eshan dan Yang Mulia Mois benar. Kenapa kamu begitu keras kepala, Tuan? Bersikeras menjual toko Tante Buana dan membeli tanah di sebelah Rumah Bordil Mawar untuk membuka toko."Setelah Eshan dan yang lainnya pergi, Disa pun mulai mengoceh.Arjuna bersandar di kursi dekat jendela, meletakkan buku yang ada di tangannya, kemudian menatap Daisha yang sedang memijat kakinya."Daisha.""Apakah aku memijat terlalu kuat, Tuan?" tanya Daisha mengangkat kepalanya kepada Arjuna."Tidak, tenagamu pas.""Kalau begitu ...." Mata Daisha yang besar penuh dengan kelembutan. "Apakah ada yang ingin kamu katakan kepadaku?""Tidak, aku hanya ingin bertanya, kenapa kamu tidak menceramahiku?"Biasanya, jika Arjuna membeli beberapa meter kain atau beberapa potong daging, Daisha bisa meng
"Persetan dengan teh!" Eshan tiba-tiba mengumpat. "Apakah aku terlihat seperti sedang ingin minum? Tiga ratus tael perak! Kamu menjual sebuah toko, lalu membeli tanah kosong di sebelah Rumah Bordil Mawar? Kamu bilang kamu bisa mengalahkan Bani hanya dengan sebuah toko. Ternyata begitu cara!"Setelah Eshan selesai berbicara, dia meletakkan tangannya di pinggangnya. Wajahnya memerah karena marah."Yang Mulia, jangan marah dulu. Marah tidak baik untuk kesehatan. Minum teh dulu."Arjuna lanjut berbicara sambil menyengir.Namun apa pun yang dia katakan, Eshan mengabaikannya. Sekelompok pengusaha yang ada di belakang Eshan juga memandangnya dengan ekspresi dingin."Arjuna." Akhirnya sekretaris daerah, Mois, yang memecah keheningan. "Kesampingkan soal pertandingan. Kamu menjual toko itu seharga 300 tael, itu terlalu murah.""Toko itu dekat Rumah Bordil Prianka. Seribu tael perak saja masih tergolong murah, apalagi tiga ratus tael.""Aish, seorang kutu buku miskin tahu apa? Tiga ratus tael pas
Bukan hanya warga Kabupaten Sentosa saja yang mencari Arjuna, warga Kabupaten Damai juga turut mencarinya."Dia tidak kabur, 'kan?""Dia pasti sudah melarikan diri. Aish, Yang Mulia Eshan seharusnya tidak menyuruh Sekretaris Daerah untuk mencarinya di Desa Embun."Para pedagang di Kabupaten Damai berbisik-bisik. Meskipun Eshan sangat kesal, dia tidak bisa mengatakan apa-apa.Jika dia tahu bahwa Arjuna tidak mau meminjamkan lencana perak, dia pasti tidak akan membiarkan Mois pergi mencari Arjuna."Apa? Kamu yakin tidak salah dengar? Arjuna menjual toko kecilnya, lalu membeli tanah kosong di sebelah barat Rumah Bordil Mawar?" tanya Bani kepada pelayannya dengan ekspresi tidak percaya.Saat malam hari, akhirnya ada berita tentang Arjuna.Entah itu disengaja atau tidak, tetapi Bani adalah orang pertama yang mendapat kabar tentang Arjuna.Tanpa menunggu jawaban pelayan, Bani langsung bertanya, "Apakah dia mengatakan alasan dia membelinya?""Orang-orang kita mendengar dia memberi tahu istrin