Share

Bab 39

Author: Abimana
"I ... ikan bakar ...."

Daisha hendak berbicara tetapi berhenti.

"Daisha, kalau ada yang ingin kau katakan, katakan saja."

"Tuan, ikan bakar yang kamu masak memang enak, tapi kalau menjualnya ... belum tentu lalu. Seandainya laku, harganya juga tidak tinggi."

Daisha menjaga kata-katanya serendah mungkin, takut menyinggung Arjuna.

Mereka selalu makan sayur-sayuran liar sehingga menyukai ikan.

"Jangan khawatir, aku sudah memikirkan cara yang lebih baik untuk memanggang ikan."

Ketika Arjuna kembali, seluruh tubuhnya basah kuyup, jadi dia tidak mencabut rumput pentium.

Ngomong-ngomong, orang di tempat ini menyebut rumput pentium sebagai rumput cincau.

Karena Arjuna berada di tempat mereka, dia akan ikut menyebutnya rumput cincau.

Arjuna menyuruh Daisha untuk mencabut rumput cincau. Meskipun rumput cincau di musim dingin tidak sebagus di musim panas, itu tidak buruk.

Rumput cincau bisa ditemukan di mana-mana. Daisha tidak perlu pergi terlalu jauh, ada di pegunungan belakang desa.

Pegunungan
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 40

    Setelah meninggalkan toko besi, Arjuna pergi ke toko kayu bakar untuk membeli sekantong arang.Lalu dia pergi ke toko obat membeli dua ons jintan dan dua ons lada. Dia meminta penjaga toko obat untuk menggiling jintan dan lada menjadi bubuk. Sayangnya, pada zaman ini tidak ada paprika.Harga barang-barang ini sembilan puluh sen.Sekalipun dia menjual semua ikan hari ini, dikurangi modal, Arjuna tidak akan menghasilkan banyak uang. Akan tetapi, hari pertama berbisnis, jika dia tidak merugi artinya sudah untung. Palingan, dia tidak perlu membeli tongkat besi lagi.Dari sembilan puluh sen uang yang dihabiskan, tujuh puluh sennya adalah untuk dua batang besi.Setelah kembali ke pasar, hari sudah gelap.Jika seseorang datang memungut biaya kios. Kios seperti Arjuna harus membayar dua sen.Sulit bagi orang lemah untuk melawan orang kuat. Pada hari pertama jualan, Arjuna tidak ingin menimbulkan masalah jadi dia memberikannya.Pasar pun mulai ramai, Arjuna membawa Disa dan Daisha pergi membuka

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 41

    Kulit ikan yang ada di atas panggangan sudah mulai berwarna coklat, jadi Arjuna mengoleskan sedikit minyak pada ikan.Tak perlu banyak-banyak, ikan sendiri sudah ada minyak, terutama bagian perut.Aroma ikan bakar mulai menyebar.Para penonton tidak bisa menahan diri untuk tidak mengendus setelah mencium aromanya.Ekspresi mengejek para penonton perlahan berubah.Ada bingung, ada juga terkejut."Ikan yang dimasaknya berbeda dari yang kubayangkan. Sepertinya cukup harum.""Aku juga merasa harum. Entah bagaimana caranya menghilangkan bau amisnya.""Tidak ada bau amis sama sekali, baunya juga enak. Hanya saja entah bagaimana rasanya?"Begitu bahas soal rasa, orang-orang langsung terbangun dari mabuk akan wanginya ikan."Aku sudah pernah makan ikan, rasanya tidak enak.""Aku juga pernah memakannya. Bukan hanya tidak enak, tapi juga banyak duri.""Ngomong-ngomong soal duri, aku pernah tersedak tulang, itu menyakitiku selama beberapa hari.""Aku juga pernah mengalami hal ini. Meskipun diberi

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 42

    "Enak sekali, coba kalian cicipi juga.""Semuanya dicoba.""Kalau tidak enak, aku akan mengubah namaku."Seperti kata pepatah, perlakuan baik akan dibalas dengan kebaikan.Terlebih lagi, ikan bakar Arjuna enak sekali. Doni promosi lebih heboh daripada Arjuna seolah ini adalah bisnisnya."Hei, Doni, apakah kamu orangnya anak itu? Apakah kalian berkomplotan?"Melihat orang-orang mulai heboh dan ingin mencoba ikan bakar Arjuna, si penjual kue, Jono, pun berkata dengan lantang.Orang-orang ragu lagi, Jono segera menambahkan, "Bagaimanapun cara masaknya, itu tetap ikan. Kita semua mengalami masa-masa sulit, siapa yang tidak terpaksa makan ikan? Hanya ditambah beberapa tetes minyak dan beberapa bahan, itu menjadi makanan dewa?""Kamu pikir kami ini bocah?""Jono!"Tak mau kalah, Doni memindahkan tubuh gemuknya ke hadapan Jono."Jangan mengira kamu dan Daka yang menjaga tempat ini berasal dari desa yang sama, kamu bisa merajalela di pasar ini. Aku tidak takut padamu."Meskipun Doni dan Jono b

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 43

    "Seekor tiga sen, kena ...."Sebelum Arjuna selesai berbicara, Jono mengembalikan empat sen yang baru saja diberikan Arjuna kepadanya. Arjuna secara naluriah mengulurkan tangan untuk mengambilnya."Aku mau satu, tidak usah kembali.""Baik. Terima kasih, Kak Jono."Tidak perlu kembali, ya sudah. Orang seperti Jono pasti akan tersinggung kalau Arjuna memberikan uang kembali."Daisha, kenapa kamu masih diam? Berikan satu ekor ikan kepada Kak Jono."Arjuna juga tidak menyangka bisnis pertamanya akan sukses dengan cara ini. Orang pertama yang membeli ikannya adalah Jono yang ingin mengusirnya."Dik." Doni mengeluarkan tiga sen dari sakunya. "Aku tidak bisa mengambil ikanmu secara gratis. Uang untukmu."Arjuna melambaikan tangannya berulang kali. "Ikannya untukmu, Kak Doni."Ketika Doni mendengarnya, dia merasa tidak senang. "Apa yang kamu bicarakan? Aku ini bukan orang yang suka mengambil keuntungan dari orang lain. Ambil, tiga sen tidak berarti apa-apa bagiku."Jono saja sudah membayar, ba

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 44

    Teknologi pengelasan pada zaman ini belum ada, jadi oven modern pasti tidak bisa dibuat, tetapi Arjuna bisa membuat jaring besi yang tidak terlalu tipis.Arjuna bertanya apakah dia boleh membayar deposit sepuluh sen terlebih dahulu.Uang yang dia peroleh hari ini jelas tidak cukup untuk membeli sepotong jaring besi. Selain itu, dia belum melihat produk jadinya. Seandainya cukup, Arjuna tidak mau langsung melunasinya.Zaman itu belum ada konsep deposit, tetapi si bos langsung setuju.Mereka sama-sama berbisnis. Ikan bakar Arjuna terjual habis di pasar, bos ini sudah mengetahuinya.Selain itu, dia juga pergi membelinya. Ikan bakar Arjuna memang enak dan Arjuna terlihat tulus. Dia tidak takut Arjuna mengutang tanpa membayar.Ketika Arjuna kembali dari toko besi, dia menemukan bahwa kedua istrinya telah berkemas dan sedang berbisik-bisik.Ketika melihat Arjuna kembali, mereka segera berhenti dan berdiri untuk menyambut Arjuna."Tuan, kamu kembali!""Ya, aku melihat kalian mengobrol dengan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 45

    Hanya sedikit hal yang bisa dilakukan pada musim dingin. Pahan saja sudah menganggur, apalagi Shaka yang merupakan wakil.Dari kemarin hingga awal musim semi, Pahan menyuruh Shaka untuk tidak masuk lagi. Katanya, fokus bersekolah saja untuk mempersiapkan ujian anak setelah musim semi.Hanya setelah lulus ujian anak baru dapat mengikuti ujian sarjana. Tidak ada batasan usia untuk ujian anak.Sebenarnya, Shaka belum terlalu tua.Orang-orang zaman dahulu menikah lebih awal. Shaka dan Arjuna lahir di tahun yang sama. Mereka berdua baru berusia 19 tahun pada tahun ini.Hari ini, Shaka sudah gajian. Pahan sendiri yang mengantar gaji dan hadiah untuk kelahiran putra Shaka ke Desa Embun. Pahan disindir oleh istrinya ketika hendak keluar. "Apakah kamu tidak malu mengantarkan gaji dan hadiah untuk wakilmu?"Pahan langsung marah, "Kamu seorang wanita, tahu apa? Bukankah kamu biasanya suka keluar dan mendengar gosip setiap hari? Apakah kamu tidak mendengar apa yang dikatakan begawan di Kuil Yamuna

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 46

    Daisha menundukkan kepalanya dengan rendah diri.Arjuna yang melihatnya pun merasakan kemarahan muncul di hatinya.Siapa wanita ini? Mengapa dia datang ke rumahnya dan berteriak-teriak?"Tuan, kamu pulang!"Melihat Arjuna mendorong pintu hingga terbuka, Daisha berlari ke arah Arjuna seolah-olah dia telah diselamatkan.Wanita sombong itu juga berjalan mendekat.Ketika Arjuna hendak bertanya siapa wanita itu, Disa berbicara lebih dulu."Tante Praya!""Hm!" Praya mendengus pelan, mengangkat dagunya tinggi-tinggi.Karena tidak melahirkan anak laki-laki, Praya telah lama ditindas oleh Naura. Setelah ditindas, Praya suka melampiaskan amarahnya pada Daisha dan Disa.Karena Arjuna yang dulu terlalu tidak berguna dan memiliki status yang sangat rendah di Keluarga Kusumo. Meskipun Praya dan Naura telah menindas Alsava bersaudari, Arjuna yang dulu juga berpura-pura tidak menyadarinya.Jika Alsava bersaudari mengeluh dan mengucapkan beberapa kata kebencian, Arjuna bahkan akan memukuli mereka dan m

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 47

    "Hei, istrinya Arjuna, kenapa kalian masih di sini? Cepat bantu di dapur!"Seorang wanita berteriak pada Disa dan Daisha.Orang ini adalah neneknya Arjuna, Ranjani."Baik, Nenek, kami akan membantu."Disa dan Daisha buru-buru meninggalkan Arjuna menuju ke dapur.Arjuna tidak menghentikan mereka. Di era ini, kata-kata orang tua begitu kuat sehingga mengakar kuat di tulang setiap orang. Dalam lingkungan seperti itu, dia baru saja tiba, jadi dia harus beradaptasi terlebih dahulu.Setelah para istri pergi, Arjuna dengan cermat mengamati neneknya.Dia tampak seperti berusia lima puluhan. Ada kerutan di dahi dan di sudut matanya, serta bekas kerja jangka panjang di masa mudanya pada kedua tangannya, tetapi tetap bersih.Pakaiannya sebagian besar berwarna abu-abu muda, dengan sulaman kuning di bagian leher, juga jepit rambut emas di rambut.Bisa dilihat bahwa Ranjani sangat mementingkan perjamuan hari ini.Sebagai petani, semua itu sudah merupakan barangnya yang paling berharga.Orang-orang z

Latest chapter

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 99

    Arjuna tidak mengantar pada hari pertama, jadi dia pikir Arjuna akan mengantarkannya pada hari kedua.Alhasil, pada hari ketiga, keempat, kelima, Arjuna tak kunjung datang.Sebelumnya di rumah Shaka, dia mengatakan Arjuna tidak berguna. Sekarang seingin apa pun, Oki tak bisa menurunkan harga dirinya untuk pergi meminta."Aku cerewet? Memangnya mendidik cucu seperti itu salahku?"Ranjani menjadi lebih marah."Kenapa bukan salahmu? Dulu aku menyuruhmu untuk jangan terlalu jahat padanya.""Jahat? Aku?"Ranjani dan Oki berdebat tanpa henti....Setelah makan malam, Arkana dan keluarganya kembali ke rumah. Disa dan Daisha berada di dapur, bergumam untuk waktu yang lama, tidak kunjung keluar.Wanita banyak bicara, tetapi Arjuna tidak peduli. Dia mengatakan sesuatu kepada dua saudara perempuan di dapur, lalu keluar.Magano bilang, dia menemukan sebuah danau baru dan meminta Arjuna untuk pergi melihat apakah kualitas ikan di danau itu bagus.Ketika Arjuna pulang, rumah sudah sepi. Kedua istrin

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 98

    Di bawah tekanan kuat dari semua orang, Raditya hanya bisa menundukkan kepalanya, meminta maaf kepada Arjuna, kemudian ...."Guk, guk, guk!""Mirip sekali!""Hahaha! Kurasa Raditya mungkin memang seekor anjing di kehidupan sebelumnya."Ketika Arjuna membawa iga pulang, dia mendengar suara tiruan anjing menggonggong dan suara tawa di belakangnya.Di tengah kerumunan yang tertawa, Raditya melihat punggung Arjuna dengan tatapan tajam.Kamu tunggu saja, Arjuna!'...Daisha tidak tahu cara memasak iga, jadi Arjuna yang menjadi koki untuk malam ini.Aroma yang menggugah selera terus tercium dari dapur.Daisha mencium aroma harum sambil menatap Arjuna yang sedang sibuk di depan kompor. Rasa bahagia muncul di hatinya."Kak Arjuna!"Hari ini Arjuna mengundang keluarga Arkana untuk makan bersama. Begitu mereka tiba di rumah Arjuna, Naya bergegas ke dapur karena mencium aroma makanan lezat. Dia bertanya apa yang sedang Arjuna masak.Melati menggelengkan kepalanya. "Gadis ini makin tidak terkendal

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 97

    "Siapa yang kamu maki, Anan?""Buk!"Tinju Magano menghantam wajah Anan dengan keras.Tadi Anan memperlakukannya dengan buruk dan menghinanya, dia bisa menoleransinya.Namun, Anan mengatai Arjuna.Magano tidak bisa terima.Tanpa Arjuna, bagaimana dia bisa punya uang untuk membeli lemak daging?"Magano, kamu ....""Buk!"Tinju lainnya menghantam wajah Anan dengan keras, kali ini Ravin yang melakukannya."Buk, buk, buk!"Ravin yang muda tidak hanya melontarkan satu pukulan."Bisa-bisanya Anan menghina Kak Arjuna. Kurasa dia minta dihajar. Kawan-kawan, ayo kita hajar!"Ketika Ravin berteriak, seluruh penduduk desa yang menangkap ikan untuk Arjuna pun bergegas maju.Anan dihajar dengan sangat parah hingga wajahnya memar dan bengkak. Dia terus memohon belas kasihan, barulah semua orang dengan berat hati melepaskannya."Buk!"Magano melempar sebuah kantong kain kecil di atas talenan daging Anan. "Dasar manusia sombong! Hitung saja uang di dalamnya dan lihat apakah aku sanggup membeli setenga

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 96

    Pembeli itu adalah Ravin. Dia memperoleh uang dari membantu Arjuna menangkap ikan hari ini, jadi dia ingin membeli daging paha depan untuk istrinya yang sedang dalam masa nifas setelah melahirkan.Sebelum hari ini, Ravin adalah seorang pria miskin yang terkenal di Desa Embun. Sebagai seorang tukang daging yang berkeliling dari desa ke desa, Anan tentu mengetahui situasi keluarga Ravin.Jangankan daging bagian perut, bagian daging termurah saja, Ravin tak sanggup membelinya."Anan, apakah ada lemak daging?"Orang kedua yang datang ke hadapan Anan adalah Magano. Keluarganya telah makan nasi tanpa minyak selama tiga bulan. Mereka begitu menginginkannya. Lauk apa pun akan terasa enak bila diberi minyak.Anan memandang Ravin dan Magano yang berdiri di depannya.Dia merasa kesal, memandang Ravin dan Magano dengan sinis.Nasib buruk apa yang dialaminya hari ini?Begitu datang, dia bertemu dengan dua orang miskin dari Desa Embun.Selain itu, apa yang dikatakan oleh dua pria miskin ini?Yang sa

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 95

    Sudahlah. Jangan bawal lagi, kalian berdua. Cepat pulang, lalu bawa tangki air dan gerobak kemari. Aku harus mengantar ikan ke kabupaten.""Oke, oke, kami dengarkanmu.""Kami dengarkan Kak Arjuna."Di bawah tatapan iri semua orang, Magano dan Ravin segera berlari pulang.Ravin dapat memperoleh penghasilan tambahan sepuluh sen sehari, Magano dapat penghasilan tambahan dua puluh sen.Kedua pria ini adalah tulang punggung keluarga, mereka diam-diam menyeka air mata selama dua hari terakhir.Mereka akhirnya membuat kehidupan keluarga mereka lebih baik.Semua penduduk desa yang membantu Arjuna menangkap ikan menerima uang dari rumah Arjuna dan pulang dengan gembira.Orang-orang yang berdiri di luar rumah Arjuna menyaksikan kesenangan itu.Melihat penduduk desa yang menerima uang dan pulang ke rumah, tidak ada seorang pun yang berani mengatakan apa pun. Mereka pulang dengan lesu.Beberapa orang bahkan disalahkan oleh istrinya ketika mereka kembali ke rumah.Katanya, mereka seharusnya tidak m

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 94

    "Aku tidak!"Karel biasanya anak yang sangat lincah, tetapi ketika berbicara tentang Vian, dia mulai gagap."Aku ... aku malas bicara dengan kalian. Aku akan membawa uang pulang untuk ibuku beli beras."Usai berbicara, Karel pun berlari keluar.Saat berlari, satu tangan Karel memegang erat sakunya. Ada dua belas sen yang baru saja dia terima di dalam saku."Aku juga mau pulang, istriku sedang menunggu.""Ayahku juga sedang menunggu. Saat aku meninggalkan rumah pagi ini, dia memarahiku, katanya Arjuna pasti menipu kita. Aku akan membawa uang pulang, lihat apa yang bisa dia katakan lagi.""Aku juga. Aku tak hanya memberi tahu keluargaku, tapi aku akan memberi tahu semua orang kalau Arjuna memberi kita uang. Sekarang Arjuna adalah orang yang baik.""Ya, ya, ya!"Penduduk desa yang menerima uang mengucapkan terima kasih kepada Arjuna, kemudian pulang."Kak Magano, Ravin!"Arjuna menghentikan Magano dan Ravin.Setelah ikan dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah mengantar.Untuk mengurangi

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 93

    "Hari ini ada sembilan belas orang. Masing-masing dari kalian harus menangkap tiga puluh ekor ikan kap dan enam ekor ikan koan."Artinya ada 570 ekor ikan kap dan 114 ekor koan.Jumlah ikan harus lebih banyak dari kebutuhan sebenarnya. Karena Arjuna memasak ikan hidup, beberapa ikan mungkin saja mati di perjalanan.Selain itu, Tamael bukanlah tipe pengusaha yang tidak akan membayar jika pesanannya sedikit lebih dari yang seharusnya.Begitu Arjuna selesai berbicara, Magano dan yang lainnya langsung menghitung, "Tiga puluh ikan kap, lima ekor satu sen. Enam ikan koan, satu ekor satu sen ...."Orang-orang yang datang pada dasarnya adalah orang-orang miskin di desa yang kurang banyak belajar berhitung. Mereka berhitung bersama dalam waktu yang lama."Aduh, lama sekali," protes Vian."Tiga puluh ikan kap, tiap orang mendapat enam sen. Enam ikan koan, tiap orang juga mendapat enam sen. Kalau ditotal, kalian bisa mendapat dua belas sen sehari.""Dua belas sen?!"Penduduk desa mendongak, menat

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 92

    Gembira karena Arjuna akan mempekerjakan mereka untuk menangkap ikan.Cemas karena tidak yakin apakah Arjuna benar-benar punya uang untuk membayar mereka."Kenapa kalian datang pagi-pagi sekali? Kenapa tidak mengetuk pintu? Di luar begitu dingin."Banyak orang kedinginan hingga mukanya memerah dan badannya menggigil."Uh ...." Magano menggaruk kepalanya dengan malu. "Karena takut membangunkanmu."Orang-orang ini tidak tidur nyenyak tadi malam. Ketika Arjuna melihat mereka, mereka telah berjongkok di luar selama setidaknya setengah jam."Ya, takut membangunkan kalian." Ravin tersenyum polos, tangannya merah karena kedinginan."Aish, kalian ...."Arjuna buru-buru mendorong pintu rumahnya selebar mungkin."Semuanya, masuklah, di luar dingin."Disa dan Daisha yang mendengar suara pun turun dari tempat perapian, kemudian keluar dari kamar."Disa, Daisha, cepat buat dua api unggun."Tidak ada cukup bangku di rumah, jadi Arjuna ingin meminta Disa dan Daisha untuk memindahkan kayu bakar dari r

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 91

    Hari ini mereka menerima 208 tael untuk mengajarkan keterampilan memasak ikan, 201 sen untuk menjual 67 ekor ikan bakar. Ditambah sisa 400 sen dari sebelumnya, seharusnya mereka memperoleh 208 tael 601 sen hari ini.Dia membayar keluarga Arkana 50 sen untuk memancing, menghabiskan 30 tael untuk membeli kereta, serta menghabiskan 3 tael untuk membeli gandum, daging, minyak dan kebutuhan sehari-hari lainnya.Saldo di rekening mereka sekarang adalah 175 tael 551 sen."Hm."Arjuna mengangguk puas. "Kita punya cukup uang untuk memperbaiki lima rumah.""Ya!" Daisha juga sangat senang. "Nanti aku dan Kak Disa bisa tidur di kamar lain.""Hm?"Arjuna tiba-tiba membuka matanya.Ada yang salah!"Kenapa? Kalian tidak mau tidur sekamar denganku?"Kalau begitu untuk apa dia merenovasi begitu banyak kamar?Dia harus merenovasi tiga kamar seperti yang direncanakan semula. Satu kamar tidur, satu ruang utilitas dan satu dapur sudah cukup."Bukan, bukan!" Daisha menggelengkan kepalanya berulang kali, kem

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status