Share

Bab 38

Penulis: Abimana
Dia tidak menyadari bahwa es di bawah kakinya mulai retak.

Dalam sekejap, esnya pecah, Arjuna langsung jatuh ke dalam air.

Untungnya, dia cukup pandai dalam berenang sehingga dia bangun setelah beberapa saat.

Tidak ada es yang terasa di dalam air. Setelah keluar dari air, hembusan angin bertiup, membuat Arjuna menggigil kedinginan.

Suhu di pegunungan rendah, jadi dia harus segera pulang. Jika tidak, begitu terjadi hipotermia, dia mungkin akan meninggal seperti Arjuna yang sebelumnya.

Karena jatuh ke dalam air, Arjuna menarik keranjangnya sehingga menyebabkan separuh ikan dan cangkulnya pun jatuh ke dalam air.

Ya sudahlah kalau hanya setengah keranjang, toh juga tidak sedikit. Sedangkan sekop, Arjuna tinggalkan.

Arjuna berlari pulang membawa setengah keranjang ikan di punggungnya, sama seperti dia ketika berlatih bersama tim di kehidupan dulu.

Dia tidak boleh berlari terlalu cepat, karena energinya akan cepat habis. Lari pelan tidak hanya bisa membuat Arjuna pulang lebih cepat, tetapi j
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Budi Setianto
bagus ..dan buat penasaran
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 39

    "I ... ikan bakar ...."Daisha hendak berbicara tetapi berhenti."Daisha, kalau ada yang ingin kau katakan, katakan saja.""Tuan, ikan bakar yang kamu masak memang enak, tapi kalau menjualnya ... belum tentu lalu. Seandainya laku, harganya juga tidak tinggi."Daisha menjaga kata-katanya serendah mungkin, takut menyinggung Arjuna.Mereka selalu makan sayur-sayuran liar sehingga menyukai ikan."Jangan khawatir, aku sudah memikirkan cara yang lebih baik untuk memanggang ikan."Ketika Arjuna kembali, seluruh tubuhnya basah kuyup, jadi dia tidak mencabut rumput pentium.Ngomong-ngomong, orang di tempat ini menyebut rumput pentium sebagai rumput cincau.Karena Arjuna berada di tempat mereka, dia akan ikut menyebutnya rumput cincau.Arjuna menyuruh Daisha untuk mencabut rumput cincau. Meskipun rumput cincau di musim dingin tidak sebagus di musim panas, itu tidak buruk.Rumput cincau bisa ditemukan di mana-mana. Daisha tidak perlu pergi terlalu jauh, ada di pegunungan belakang desa.Pegunungan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 40

    Setelah meninggalkan toko besi, Arjuna pergi ke toko kayu bakar untuk membeli sekantong arang.Lalu dia pergi ke toko obat membeli dua ons jintan dan dua ons lada. Dia meminta penjaga toko obat untuk menggiling jintan dan lada menjadi bubuk. Sayangnya, pada zaman ini tidak ada paprika.Harga barang-barang ini sembilan puluh sen.Sekalipun dia menjual semua ikan hari ini, dikurangi modal, Arjuna tidak akan menghasilkan banyak uang. Akan tetapi, hari pertama berbisnis, jika dia tidak merugi artinya sudah untung. Palingan, dia tidak perlu membeli tongkat besi lagi.Dari sembilan puluh sen uang yang dihabiskan, tujuh puluh sennya adalah untuk dua batang besi.Setelah kembali ke pasar, hari sudah gelap.Jika seseorang datang memungut biaya kios. Kios seperti Arjuna harus membayar dua sen.Sulit bagi orang lemah untuk melawan orang kuat. Pada hari pertama jualan, Arjuna tidak ingin menimbulkan masalah jadi dia memberikannya.Pasar pun mulai ramai, Arjuna membawa Disa dan Daisha pergi membuka

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 41

    Kulit ikan yang ada di atas panggangan sudah mulai berwarna coklat, jadi Arjuna mengoleskan sedikit minyak pada ikan.Tak perlu banyak-banyak, ikan sendiri sudah ada minyak, terutama bagian perut.Aroma ikan bakar mulai menyebar.Para penonton tidak bisa menahan diri untuk tidak mengendus setelah mencium aromanya.Ekspresi mengejek para penonton perlahan berubah.Ada bingung, ada juga terkejut."Ikan yang dimasaknya berbeda dari yang kubayangkan. Sepertinya cukup harum.""Aku juga merasa harum. Entah bagaimana caranya menghilangkan bau amisnya.""Tidak ada bau amis sama sekali, baunya juga enak. Hanya saja entah bagaimana rasanya?"Begitu bahas soal rasa, orang-orang langsung terbangun dari mabuk akan wanginya ikan."Aku sudah pernah makan ikan, rasanya tidak enak.""Aku juga pernah memakannya. Bukan hanya tidak enak, tapi juga banyak duri.""Ngomong-ngomong soal duri, aku pernah tersedak tulang, itu menyakitiku selama beberapa hari.""Aku juga pernah mengalami hal ini. Meskipun diberi

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 42

    "Enak sekali, coba kalian cicipi juga.""Semuanya dicoba.""Kalau tidak enak, aku akan mengubah namaku."Seperti kata pepatah, perlakuan baik akan dibalas dengan kebaikan.Terlebih lagi, ikan bakar Arjuna enak sekali. Doni promosi lebih heboh daripada Arjuna seolah ini adalah bisnisnya."Hei, Doni, apakah kamu orangnya anak itu? Apakah kalian berkomplotan?"Melihat orang-orang mulai heboh dan ingin mencoba ikan bakar Arjuna, si penjual kue, Jono, pun berkata dengan lantang.Orang-orang ragu lagi, Jono segera menambahkan, "Bagaimanapun cara masaknya, itu tetap ikan. Kita semua mengalami masa-masa sulit, siapa yang tidak terpaksa makan ikan? Hanya ditambah beberapa tetes minyak dan beberapa bahan, itu menjadi makanan dewa?""Kamu pikir kami ini bocah?""Jono!"Tak mau kalah, Doni memindahkan tubuh gemuknya ke hadapan Jono."Jangan mengira kamu dan Daka yang menjaga tempat ini berasal dari desa yang sama, kamu bisa merajalela di pasar ini. Aku tidak takut padamu."Meskipun Doni dan Jono b

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 43

    "Seekor tiga sen, kena ...."Sebelum Arjuna selesai berbicara, Jono mengembalikan empat sen yang baru saja diberikan Arjuna kepadanya. Arjuna secara naluriah mengulurkan tangan untuk mengambilnya."Aku mau satu, tidak usah kembali.""Baik. Terima kasih, Kak Jono."Tidak perlu kembali, ya sudah. Orang seperti Jono pasti akan tersinggung kalau Arjuna memberikan uang kembali."Daisha, kenapa kamu masih diam? Berikan satu ekor ikan kepada Kak Jono."Arjuna juga tidak menyangka bisnis pertamanya akan sukses dengan cara ini. Orang pertama yang membeli ikannya adalah Jono yang ingin mengusirnya."Dik." Doni mengeluarkan tiga sen dari sakunya. "Aku tidak bisa mengambil ikanmu secara gratis. Uang untukmu."Arjuna melambaikan tangannya berulang kali. "Ikannya untukmu, Kak Doni."Ketika Doni mendengarnya, dia merasa tidak senang. "Apa yang kamu bicarakan? Aku ini bukan orang yang suka mengambil keuntungan dari orang lain. Ambil, tiga sen tidak berarti apa-apa bagiku."Jono saja sudah membayar, ba

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 44

    Teknologi pengelasan pada zaman ini belum ada, jadi oven modern pasti tidak bisa dibuat, tetapi Arjuna bisa membuat jaring besi yang tidak terlalu tipis.Arjuna bertanya apakah dia boleh membayar deposit sepuluh sen terlebih dahulu.Uang yang dia peroleh hari ini jelas tidak cukup untuk membeli sepotong jaring besi. Selain itu, dia belum melihat produk jadinya. Seandainya cukup, Arjuna tidak mau langsung melunasinya.Zaman itu belum ada konsep deposit, tetapi si bos langsung setuju.Mereka sama-sama berbisnis. Ikan bakar Arjuna terjual habis di pasar, bos ini sudah mengetahuinya.Selain itu, dia juga pergi membelinya. Ikan bakar Arjuna memang enak dan Arjuna terlihat tulus. Dia tidak takut Arjuna mengutang tanpa membayar.Ketika Arjuna kembali dari toko besi, dia menemukan bahwa kedua istrinya telah berkemas dan sedang berbisik-bisik.Ketika melihat Arjuna kembali, mereka segera berhenti dan berdiri untuk menyambut Arjuna."Tuan, kamu kembali!""Ya, aku melihat kalian mengobrol dengan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 45

    Hanya sedikit hal yang bisa dilakukan pada musim dingin. Pahan saja sudah menganggur, apalagi Shaka yang merupakan wakil.Dari kemarin hingga awal musim semi, Pahan menyuruh Shaka untuk tidak masuk lagi. Katanya, fokus bersekolah saja untuk mempersiapkan ujian anak setelah musim semi.Hanya setelah lulus ujian anak baru dapat mengikuti ujian sarjana. Tidak ada batasan usia untuk ujian anak.Sebenarnya, Shaka belum terlalu tua.Orang-orang zaman dahulu menikah lebih awal. Shaka dan Arjuna lahir di tahun yang sama. Mereka berdua baru berusia 19 tahun pada tahun ini.Hari ini, Shaka sudah gajian. Pahan sendiri yang mengantar gaji dan hadiah untuk kelahiran putra Shaka ke Desa Embun. Pahan disindir oleh istrinya ketika hendak keluar. "Apakah kamu tidak malu mengantarkan gaji dan hadiah untuk wakilmu?"Pahan langsung marah, "Kamu seorang wanita, tahu apa? Bukankah kamu biasanya suka keluar dan mendengar gosip setiap hari? Apakah kamu tidak mendengar apa yang dikatakan begawan di Kuil Yamuna

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 46

    Daisha menundukkan kepalanya dengan rendah diri.Arjuna yang melihatnya pun merasakan kemarahan muncul di hatinya.Siapa wanita ini? Mengapa dia datang ke rumahnya dan berteriak-teriak?"Tuan, kamu pulang!"Melihat Arjuna mendorong pintu hingga terbuka, Daisha berlari ke arah Arjuna seolah-olah dia telah diselamatkan.Wanita sombong itu juga berjalan mendekat.Ketika Arjuna hendak bertanya siapa wanita itu, Disa berbicara lebih dulu."Tante Praya!""Hm!" Praya mendengus pelan, mengangkat dagunya tinggi-tinggi.Karena tidak melahirkan anak laki-laki, Praya telah lama ditindas oleh Naura. Setelah ditindas, Praya suka melampiaskan amarahnya pada Daisha dan Disa.Karena Arjuna yang dulu terlalu tidak berguna dan memiliki status yang sangat rendah di Keluarga Kusumo. Meskipun Praya dan Naura telah menindas Alsava bersaudari, Arjuna yang dulu juga berpura-pura tidak menyadarinya.Jika Alsava bersaudari mengeluh dan mengucapkan beberapa kata kebencian, Arjuna bahkan akan memukuli mereka dan m

Bab terbaru

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 212

    "Oh."Dinda berjalan ke luar dengan murung."Aish!" Daisha menggelengkan kepalanya. "Anak itu makin nakal saja. Semua karenamu, Tuan.""Adakah?""Kenapa tidak ....""Daisha, apakah kamu ingin belajar cara membuat sup tahu kepala ikan yang baru saja aku buat? Aku akan mengajarimu besok.""Tuan, kamu mengalihkan topik lagi.""Jadi, apakah kamu ingin belajar? Aku akan berhitung sampai tiga, kalau kamu tidak mau belajar, ya sudah.""Satu, dua, ....""Mau, tentu saja aku mau belajar!""Kalau begitu, berhentilah mengomeliku.""Tuan ...." Daisha cemberut sambil mengerutkan kening.Daisha tampak sangat lucu dan menawan sehingga Arjuna ingin menciumnya.Namun, hari ini bukan waktu yang tepat. Dia memiliki hal yang lebih penting untuk dilakukan.Arjuna memasak beberapa hidangan lagi.Dia mengambil semangkuk sup ikan, lalu menaruhnya di atas nampan."Kalian makan dulu saja, tidak perlu menungguku."Arjuna membawa sup ikan yang ada di atas nampan ke kamar samping.Setelah meletakkan sup ikan di at

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 211

    Bulan yang berbaring di atas tungku masih belum sadar.Arjuna membungkuk untuk mengamati Bulan.Denyut nadi Bulan kuat, napasnya teratur, jadi seharusnya tidak ada masalah. Beberapa saat kemudian, Bulan akan bangun dengan sendirinya."Disa, Daisha, kalian berdua temani Tante tidur di kamar ini malam ini."Arjuna takut Bulan akan mencoba bunuh diri lagi bila dia tersadar pada tengah malam.Disa pandai bertarung sehingga dia dapat menghentikan Bulan dari melakukan hal-hal bodoh.Namun, Disa memiliki kepribadian pemarah dan terus terang, mudah impulsif, tidak dapat menghibur atau membujuk orang lain.Jika Bulan bersikeras melakukan hal bodoh, mengingat kepribadian Disa, dia akan membuat Bulan pingsan lagi.Dia tidak terlatih sehingga tak bisa mengendalikan kekuatannya.Daisha berbeda. Dia memiliki kepribadian yang lembut, teliti, suara yang lembut dan menyenangkan. Dia adalah orang yang paling cocok untuk menghibur Bulan."Aku juga mau menemani Tante."Sebelum Arjuna menyetujuinya, Dinda

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 210

    "Tuan, kamu mau pergi ke mana?"Daisha mengejar Arjuna."Tuan." Disa yang sedang memotong kayu di halaman, menghentikan Arjuna."Oh ya!"Arjuna menggunakan kesempatan itu untuk menarik Disa. "Disa, ikut aku.""Ke mana?""Gunung belakang.""Untuk apa ke sana?""Aku juga tidak tahu, kamu ikut saja." Arjuna berharap firasatnya salah.Setelah beberapa saat kemudian, Arjuna dan Disa tiba di persimpangan jalan."Sekarang kita mau ke arah mana, Tuan?"Arjuna mengangkat pandangannya, melihat ke depan.Ada dua arah jalan, keduanya mengarah ke gunung belakang desa. Satu di sebelah timur, satu lagi di sebelah barat."Di arah mana aku terjatuh ke jurang? Cepat bawa aku ke sana.""Kenapa kita pergi ke sana, Tuan?""Jangan tanya, cepat bawa aku ke sana!"Bahkan Arjuna sendiri tidak tahu mengapa dia ingin pergi ke sana.Hanya firasat."Tuan, apakah kamu baik-baik saja?" Disa tiba-tiba berhenti melangkah. Dia menatap Arjuna dengan bingung.Kenapa Arjuna mau pergi ke tempat itu?Apakah dia ingin jatuh

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 209

    Ketika Arjuna sadar kembali, dia mendapati wajahnya basah.Dia menangis.Arjuna yang dulu mulai merusak dirinya sendiri setelah Bulan menikah.Sebelum jatuh ke jurang, Arjuna yang dulu selalu menghindari Bulan setiap kali Bulan pulang ke rumah orang tuanya.Dia tahu bahwa perilakunya tidak baik dan takut Bulan akan kecewa padanya.Karena Arjuna selalu menghindari Bulan sebelumnya.Ketika Bulan pulang kali ini, Oki hanya memanggil Keluarga Arkana, tidak memanggil Arjuna untuk kumpul bersama.Anak perempuan yang sudah menikah tidak boleh bermalam di rumah orang tuanya.Setelah makan di rumah Shaka, Bulan akan kembali ke rumah suaminya.Kali ini, Bulan bertindak sedikit tidak biasa. Dia membawa sebuah kantong besar menuju rumah Arjuna tanpa menghiraukan larangan Oki dan Shaka.Bulan berdiri di depan rumah Arjuna, melihat rumah yang baru saja direnovasi. Dia begitu gembira hingga menangis sambil bergumam sendiri."Benar, mereka tidak membohongiku. Arjuna benar-benar sudah menjadi baik. Dia

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 208

    Hari kedua sekolah diliburkan.Setelah berlatih kaligrafi selama setengah hari, Arjuna merasa punggung dan pinggangnya sedikit pegal. Dia meletakkan kuas di tangannya, kemudian berjalan ke halaman untuk meregangkan otot-ototnya.Tidak lama setelah tiba di halaman, Arjuna mendengar suara berisik dari sebelah.Pasti ada orang yang mengirim sesuatu untuk keluarga Shaka lagi.Berita bahwa syair Shaka sangat dipuji oleh Cakra, bersama dengan berita syair Arjuna, menyebar ke beberapa desa terdekat.Sementara semua orang mengolok-olok Arjuna, mereka juga memuji Shaka dan makin yakin bahwa Shaka akan diterima di sekolah menengah atas kelas.Orang-orang datang memberikan hadiah kepada Shaka sangat banyak seperti sebelumnya."Tante pulang! Tante pulang!"Suara putra sulung Shaka, Zafa, terdengar dan berhasil menghentikan Arjuna untuk masuk ke rumah.Tante?Tante Zafa berarti tante Arjuna juga.Bayangan seorang wanita bertubuh tinggi, berpakaian rapi dan anggun, serta bertatapan ramah muncul di b

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 207

    Setiap Festival Musim Semi, sebagian keluarga gembira, sementara sebagian lainnya murung.Karena tidak semua orang akan memperoleh hasil yang baik setelah bekerja keras selama setahun.Begitulah adanya. Saat orang masih kecil, mereka sangat menantikan Festival Musim Semi. Namun makin dewasa, mereka makin tak menyukai festival ini.Karena Festival Musim Semi itu memusingkan.Di awal musim, mereka menetapkan resolusi untuk menabung sejumlah uang, serta menyelesaikan hal-hal penting dalam tahap kehidupan tertentu.Hanya saja mayoritas orang melebih-lebihkan kemampuan mereka dan meremehkan kejamnya waktu.Waktu tidak akan berhenti untukmu hanya karena kamu miskin.Tidak peduli seberapa pagi kamu bangun dan seberapa larut kamu tidur, seberapa keras kamu bekerja setiap hari, hidupmu tetap tidak membaik dan kamu masih terus berjuang.Setelah setahun bekerja keras, kamu menoleh ke belakang, lalu menemukan bahwa kamu masih belum punya apa-apa.Namun, pemandangan di Desa Embun tahun ini sangat b

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 206

    Sekolah Pelita menerbitkan kisi-kisi setiap tahun. Soal dalam kisi-kisi sering kali memprediksi soal ujian tahun berikutnya. Meskipun tidak persis, jenis soalnya sangat mirip.Dapat dikatakan bahwa siswa yang mendapatkan kisi-kisi dari Sekolah Pelita seperti mendapat bantuan tambahan.Para pelajar dari sepenjuru Kerajaan Bratajaya berlomba-lomba mendapatkan kisi-kisi dari Sekolah Pelita. Akan tetapi, sekolah tersebut biasanya hanya memberikannya kepada pelajar di sekolah sendiri.Sekolah itu hanya menerima dua puluh siswa setiap tahun. Selain itu, mereka hanya menerima orang yang berjodoh.Sekalipun orang itu berkuasa, jika kepala sekolahnya merasa bahwa dia tidak berjodoh, maka dia akan ditolak."Benar, tapi kakakmu bilang itu bukan yang asli, hanya salinan.""Salinan juga tidak apa-apa. Ayah, cepat minta Kakak untuk mengantarnya kemari. Tidak!" Shaka segera menggelengkan kepala."Ayah, besok suruh seseorang untuk menyampaikannya kepada Kakak. Katakan bahwa aku menginginkannya besok.

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 205

    "Kalau begitu Kak Daisha, kamu benar-benar tidak marah karena Tuan menulis sembarangan?""Kenapa harus marah? Tuan menulis ini pasti ada maksudnya sendiri.""Kamu benar-benar tidak marah? Pak Guru meminta syair itu ditempel di depan rumah kita.""Kalau Tuan tidak mau menempelnya, aku baru marah." Suara maupun tubuh Daisha tampak rileks.Bisa dilihat bahwa syair yang ditulis Arjuna membuatnya sangat senang.Meskipun Daisha tidak mengerti apa yang dimaksud dengan "penyewa rumah" dan "pria lajang". Dia mengerti bagian "istri cantik" dan "penuh kegembiraan".Arjuna mengungkapkan bahwa dia sangat bahagia memiliki mereka. Itu adalah pernyataan cinta Arjuna kepada mereka.Arjuna bersikeras menempelkan syair ini di depan rumah untuk menunjukkan cintanya untuk mereka kepada semua orang.Tuan mereka mengungkapkan cintanya untuk mereka secara terbuka.Kenapa Daisha harus marah? Dia senang sekali.Arjuna, yang duduk di dalam kamar, mendengar percakapan antara Daisha dan Dinda. Hatinya akhirnya ten

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 204

    Jangan-jangan calon orang mulia dari Keluarga Kusumo yang dimaksud oleh begawan Kuil Yamuna ... adalah Arjuna?!Jika memang demikian ....Cakra mengangguk tanpa suara.Apa yang dikatakan begawan Kuil Yamuna kemungkinan benar.Cakra telah menjadi guru selama bertahun-tahun dan telah bertemu banyak orang.Meskipun Shaka sangat cerdas dan berprestasi secara akademis, Cakra tidak setuju bahwa dia adalah orang mulia.Bagaimanapun, Shaka kekurangan kualitas tertentu....Tidak ada acara hiburan di desa pegunungan kecil, jadi gosip menjadi satu-satunya hiburan di desa.Syair Arjuna dengan cepat menyebar dari sekolah. Dalam waktu satu jam, semua orang di desa sudah mengetahuinya.Selain keluarga kepala desa, Magano dan orang-orang yang menangkap ikan untuk Arjuna, sisanya menertawakan Arjuna.Disa dan Dinda, yang menunggu Arjuna di luar sekolah, tentu saja menjadi bahan ejekan juga.Mereka menjadi sasaran olok-olokan dan tertawaan para istri pelajar."Tuan!"Begitu Arjuna keluar dari sekolah,

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status