Share

Bab 147

Penulis: Abimana
"Tuan, apakah kamu baik-baik saja?"

Daisha yang duduk di sebelah Arjuna pun buru-buru mengelus punggung Arjuna.

"Tidak apa-apa, tidak apa-apa."

Arjuna melambaikan tangannya. Dia menatap Dinda yang wajahnya merah. "Lain kali panggil Dinda saja."

Kalimat itu tidak hanya ditujukan kepada Melati, melainkan kepada semua orang.

Dia memutuskan untuk memberikan kebebasan kepada Dinda.

Beberapa tahun kemudian, Dinda bisa menentukan sendiri siapa yang ingin dia nikahi.

Melati tentu saja mengerti apa yang Arjuna maksud. Dia berkata sambil tersenyum. "Kalau begitu panggil Dinda. Dinda juga enak didengar."

Disa dan Daisha juga mengerti. Disa yang lebih tidak sabaran langsung bertanya.

"Tuan, apakah kamu tidak menginginkan Dinda lagi? Atau karena dia ...."

Atau karena dia pernah menjadi pencuri.

Disa tidak mengucapkannya.

Dinda menundukkan kepalanya tanpa mengatakan apa-apa.

Pada akhirnya, dia tetap tidak disukai.

"Arjuna, Dinda ...." Bahkan Arkana pun angkat bicara. "Dia memang agak kurus, tapi Pam
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Niniq Aja
gunanya dia beristri banyak tapi ga ada yang di pake percuma aja
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 148

    Keluarga mereka tak hanya tidak memberi Arjuna bahan makanan, tetapi malah Arjuna yang memberi. Selain itu, bisa-bisanya Alsava bersaudari menerima. Mereka sungguh tak tahu malu.Sebenarnya, apa yang dikatakan penduduk desa itu benar. Alsava bersaudari tidak punya banyak mahar, biasanya keluarga mereka juga tidak mengirim apa pun. Kalau bukan karena Arjuna yang dulu terlalu berengsek. Jauh sebelum insiden di mana Arjuna jatuh ke jurang, Alsava bersaudarilah yang akan dikatai oleh penduduk desa, bukan Arjuna.Arjuna memelotot kesal. "Apakah kamu memasukkan omongan penduduk desa tadi ke dalam hati? Pegang!"Arjuna memasukkan kantong tersebut ke tangan Daisha. "Uang ini bukan untukmu, tapi untuk kakek-nenekmu. Bukankah kamu selalu mengatakan kalau kaki Kakek sakit, penglihatan Nenek kurang baik? Sekarang mereka sudah begitu tua dan kurang sehat. Apakah kamu tega membiarkan mereka bekerja pada musim dingin dengan kondisi kurang sehat demi bertahan hidup?"Daisha merasakan hidungnya berair.

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 149

    Atapnya terbuat dari genteng, tetapi sangat tipis. Banyak genteng juga sudah lapuk. Saat hujan di luar, di dalam rumah pasti akan gerimis.Musim panas bisa ditahan, tetapi musim dingin lebih merepotkan. Rumah yang bocor di mana-mana pasti terasa sangat dingin.Rumah itu dikelilingi pagar yang terbuat dari kayu lapuk. Dari luar dapat melihat halaman yang bergelombang.Di sudut halaman, ada beberapa potong pakaian penuh tambalan yang digantung.Dua rumah di sebelah rumah bobrok ini jauh lebih baik.Meskipun tipenya sama, kedua rumah itu baru dan bergenteng tebal.Kualitas ubinnya tidak sebaik yang dipesan Arjuna dari tempat pembakaran ubin, ubin tersebut seharusnya dibakar sendiri.Ekspresi Alsava bersaudari tidak berubah sama sekali.Mungkin sebelum mereka menikah pun, kondisinya sudah seperti ini.Daisha mendorong pintu halaman yang terbuat dari beberapa papan kayu rusak.Disa adalah orang pertama yang bergegas masuk."Kakek, Nenek!"Daisha dan Dinda mengekor ke dalam rumah, lalu meman

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 150

    Yusuf dan Saira belum pernah bertemu Arjuna. Dulu, pemerintah langsung mengirim ketiga saudari itu ke Desa Embun.Setelah ketiga saudari itu pergi ke Desa Embun, Yusuf dan Saira tidak mendapat izin dari suami cucu mereka untuk menemui cucu mereka. Selain itu, keluarga mereka benar-benar miskin, tidak mampu memberikan apa pun, jadi kedua orang tua itu tidak pernah pergi ke Desa Embun.Sekalipun merindukan cucu mereka, mereka hanya bisa menahannya.Jika tidak bisa menemuinya, mereka akan mencari tahu dari orang lain.Ketika mendengar bahwa Dinda tidak lagi berada di Desa Embun, Saira menangis hingga pingsan.Mereka tahu, jika Dinda tidak ada di Desa Embun, dia pasti sudah dijual oleh Arjuna.Zaman itu, pria menjual istri sendiri adalah hal yang wajar.Jadi ketika dia melihat Dinda tadi, Yusuf sangat gembira.Karena takut Saira sedih, Yusuf tidak berani mencari tahu lagi.Kemudian, Yusuf tidak tahan mendengar permohonan Saira, jadi dia mencari tahu lagi setengah tahun kemudian.Alhasil, k

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 151

    "Nenek, Kak Disa tidak berbohong." Daisha pun buru-buru menjelaskan, "Sekarang Tuan tidak lagi memukul kami, dia juga sangat pandai menghasilkan uang. Lihat, Nek!"Daisha menarik mantel lembut yang dia kenakan.Nadanya terdengar santai sekaligus gembira."Baju ini terbuat dari bahan terbaik. Tuan yang membelikannya untuk kami. Bukan hanya aku, baju Kak Disa dan Dinda juga terbuat dari bahan ini.""Bahan terbaik?""Benar. Lihat, Nek!"Penglihatan Saira tidak bagus, jadi Daisha mengangkat tangannya ke depan mata Saira. Tepat saat Saira hendak melihat, Yusuf berjalan masuk dari luar.Yusuf membawa kantong kain yang penuh dengan tambalan. Dia berjalan ke arah Arjuna, kemudian menyerahkan kantong yang penuh tambalan itu kepada Arjuna.Arjuna menatap kantong kain itu dengan bingung tanpa mengambilnya.Daisha yang bermata tajam spontan berdiri. "Kakek, kami punya banyak beras di rumah sekarang. Kakek tidak perlu memberi kami lagi."Yusuf seolah tidak mendengar perkataan Daisha, dia bersikeras

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 152

    "Cepat, aku dengar mereka sudah masuk ke dalam rumah!"Sebelum Yusuf menjawab, terdengar suara keras dari luar pintu, diikuti oleh dua pasang pria dan wanita.Beberapa dari mereka ada yang memegang tongkat, ada yang memegang cangkul, ada yang memegang sapu, bahkan ada yang memegang pisau.Begitu mereka masuk, mereka menatap Arjuna dan yang lainnya dengan tajam.Disa refleks melindungi kedua adik perempuannya di belakangnya."Paman, Tante ....""Siapa paman-tantemu?!"Begitu Disa menyapa, dia dimarahi oleh laki-laki yang berdiri di paling depan di antara keempat orang itu.Pria itu adalah paman keduanya Alsava bersaudari, Jairo Alsava."Dasar bajingan-bajingan merugi, siapa yang mengizinkan kalian pulang? Pergi sekarang juga, kalau tidak ....""Kalau tidak apa?"Arjuna menyambung kata-kata Jairo dengan tenang.Jairo menggoyangkan pisau dapur yang ada di tangannya. "Bagaimana?""Jairo."Yusuf berlari ke depan Arjuna, kemudian buru-buru menjelaskan kepada Jairo. "Mereka hanya merindukan k

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 153

    Arjuna menggenggam lima koin tembaga yang diberikan secara paksa oleh Yusuf kepadanya. Sebelum dia mengembalikannya, orang-orang ini sudah masuk.Wulan menatap tangan Arjuna dengan keserakahan di matanya, "Perak, itu pasti perak!"Dia berjalan mendekat, ingin merebutnya dari Arjuna."Apa yang akan kamu lakukan?"Suara Arjuna tenang, tetapi tatapannya tajam.Wulan yang arogan tiba-tiba berhenti melangkah. Dia menatap Arjuna tanpa berani melangkah maju.Tatapan pria ini sungguh menakutkan.Tubuhnya tidak berani bergerak, tetapi mulutnya tidak mau menyerah. Dia bersikap makin sarkastik."Kenapa bisa ada pria muda nan kuat yang belum kepala dua membawa beberapa istri yang sama mudanya untuk meminta uang dari dua orang tua? Kalau itu aku, aku akan bunuh diri saja karena terlalu malu untuk hidup di dunia ini.""Cuih!" Wulan meludah ke lantai. "Dasar pecundang!""Siapa pecundang? Katakan dengan jelas!"Disa melangkah maju sambil menatap Wulan dengan tatapan dingin.Dia bisa menoleransi orang

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 154

    "Ya ....""Astaga!"Pertama, seseorang menjawab pertanyaan Ravin, kemudian seruan lain menyusul."Cepat lihat apa isi kereta itu.""Wah, setengah gerobak kayu bakar. Kayu bakarnya sangat mirip dengan yang ada di toko kayu bakar di kabupaten.""Bukan mirip, itu memang kayu bakar dari Toko Kayu Bakar Sentosa yang ada di kabupaten.""Toko Kayu Bakar Sentosa? Apakah kamu tidak salah baca? Kayu bakar di Toko Kayu Bakar Sentosa adalah yang terbaik dan termahal. Umumnya, hanya orang kaya dan pejabat berkuasa yang membeli kayu bakar di Toko Kayu Bakar Sentosa.""Tidak mungkin salah, aku bekerja Toko Kayu Bakar Sentosa akhir-akhir ini.""Wah, kamu bekerja di Toko Kayu Bakar Sentosa? Kamu pasti sudah kaya. Dengar-dengar, gaji sehari di Toko Kayu Bakar Sentosa adalah lima sen.""Tidak, tidak semudah itu masuk ke Toko Kayu Bakar Sentosa. Pamanku yang bekerja di sana. Dia tidak enak badan beberapa hari terakhir ini, jadi aku membantunya selama beberapa hari. Satu hari lima sen, aku selalu bermimpi

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 155

    "Dari Arjuna? Kalau kamu bilang dari aku, mungkin lebih bisa dipercaya.""Haha, benar, benar.""Jangankan Arjuna, menantu kepala desa saja mustahil.""Ya, zaman sekarang hanya menantu laki-laki yang diberi barang, mana ada menantu laki-laki yang memberi barang untuk mertua? Apalagi Arjuna itu seorang pecundang. Kalau dia tidak pulang untuk meminta barang, itu sudah bersyukur.""Siapa yang kamu sebut pecundang?"Ketika Ravin mendengar penduduk Desa Sava mengatakan bahwa Arjuna adalah seorang pecundang, dia langsung turun dari gerobak sapi, kemudian mencengkeram kerah orang tersebut."Tentu saja Arjuna ....""Buk!"Sebelum lelaki itu menyelesaikan kata-katanya, tinju Ravin menghantam wajahnya dengan keras."Ah!" Lelaki itu menyentuh separuh wajahnya yang terkena pukulan, kemudian menunjuk Ravin sambil mengumpat, "Kamu memukulku? Kamu masuk ke desa orang lain dan memukul orang?"Penduduk desa sekitar berkumpul.Pada zaman itu, jika ada orang dari desa lain datang ke sebuah desa dan memuku

Bab terbaru

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 504

    "Kehidupan selanjutnya? Aku mau melahirkan anak dan menikmati kebahagiaan bersama kalian di kehidupan ini.""Dinda, kamu ingin seumuran denganku? Jangan bermimpi. Tumbuhlah dengan baik, kemudian lahirkan seorang anak perempuan yang sama imutnya denganmu untukku."Arjuna menarik Daisha dan Dinda dari tubuhnya.Dia mengangkat tirai pintu kereta, kemudian melangkah ke arah Disa."Apa yang kamu lakukan? Mau mengendarai kereta sendiri? Arjuna, aku katakan padamu, jangan membuat perlawanan yang tidak perlu. Hahaha!" Tawa Irwan terdengar menyeramkan dan mengerikan.Kereta Arjuna telah didesak hingga ke tepi. Jika roda berputar ke samping lebih jauh lagi, maka keretanya akan jatuh ke lembah."Siu!"Arjuna mencabut dua anak panah dari tabung yang ada di punggung Disa."Panah! Hahaha!" Irwan berkata dengan nada meremehkan. "Apakah kamu ingin mati lebih cepat?"Jarak antara kedua gerbong itu kurang dari setengah meter. Jika Arjuna menggunakan panah untuk melukai kuda, kuda pasti akan ketakutan da

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 503

    Kereta itu ditarik oleh empat ekor kuda, keempat kuda tersebut gemuk dan kuat.Suara gemuruh makin lama makin keras, debu yang beterbangan akibat hentakan kaki kuda di jalan pun mulai beterbangan.Di dalam kereta yang ditarik oleh empat kuda.Tirai terangkat, memperlihatkan wajah Irwan. Mata kanannya ditutup dengan penutup mata hitam. Seperti yang dikatakan Arjuna, matanya sudah rusak.Irwan dengan bangga meremehkan Arjuna. "Arjuna, bukankah kamu sangat hebat dan kaya? Kenapa keretamu hanya punya dua ekor kuda, kudanya juga kuda biasa? Ckckck, bagaimana mungkin kudamu bisa mengalahkan kudaku?""Tapi, tidak mendapat tempat di Kuil Dewi juga tidak berpengaruh terhadapmu. Lagi pula, tiba pertama di tempat pun tidak dapat mengubah fakta bahwa kamu mandul. Hahaha!" Terdengar suara tawa yang keras. Tertawa membuat wajah Irwan menjadi menyeramkan."Aish." Tadinya baik-baik saja, sekarang jadi jelek sekali." Arjuna menggelengkan kepalanya sembari menghela napas.Melihat Arjuna tidak marah, tet

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 502

    Daisha merasakan kesedihan yang mendalam saat dia mengingat kepahitan dan kesedihan yang dia rasakan ketika dia pergi ke Kuil Dewi tahun lalu.Tahun lalu pada hari yang sama waktu pagi, Ranjani membangunkan, kemudian membawa mereka ke Kuil Dewi untuk merebut tempat.Itu terjadi sekitar pukul lima hingga enam pagi.Para pejabat tinggi agak malas. Mereka ingin punya anak, tetapi tidak ingin bangun terlalu pagi. Pada saat yang sama mereka juga harus memastikan bahwa mereka kebagian tempat, jadi mereka memberikan tekanan kepada kepala biara Kuil Dewi. Karena tidak mampu menahan tekanan dari pejabat tinggi, kepala biara membuat sebuah deklarasi.Dewi Kelahiran mempunyai peraturan bahwa orang yang mengantre terlebih dahulu dianggap tidak cukup saleh. Hanya orang beriman yang berangkat pada jam lima di hari yang sama yang memenuhi syarat untuk masuk ke kuil untuk berdoa memohon kelahiran anak.Kesehatan Daisha kurang baik, jadi Disa menggendongnya sambil berlari di jalan pegunungan.Ketika Di

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 501

    Arjuna mengulurkan tangan untuk membuka tirai kereta. Begitu tangannya menyentuh tirai, Daisha memegang tangannya, lalu menariknya kembali."Tuan tidak perlu bertanya pada Kak Disa, aku tahu ke mana kita akan pergi."Arjuna menoleh lalu bertanya, "Ke mana?""Ke Kuil Dewi di Gunung Kelana.""Kuil Dewi di Gunung Kelana?" Arjuna bahkan lebih bingung. "Hanya pergi ke kuil, kenapa begitu terburu-buru?""Tuan, kamu lupa lagi." Suara Dinda terdengar jelas. Dia memiringkan kepalanya. "Dewi di Kuil Dewi adalah dewa kelahiran. Setiap tanggal 1 Mei penanggalan lunar adalah hari ketika Sang Dewi turun ke bumi untuk memberi anak. Kalau kita memujanya pada hari ini, kita akan diberi seorang putra tahun depan."Arjuna tak bisa berkata-kata.Awalnya dia ingin membantah Dinda, dengan mengatakan bahwa bisa melahirkan anak laki-laki atau tidak adalah urusan pria, tidak ada hubungannya dengan dewa. Namun, melihat wajah saleh Dinda, Arjuna pun tidak mengatakan apa-apa.Orang zaman itu belum punya konsep il

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 500

    "Apakah kalian mendengarnya? Aku mau istirahat sekarang. Pergilah kalian," usir Arjuna. Istrinya tidak sabar untuk membuat bayi dengannya.Entah karena masa ovulasinya atau bukan, gadis itu tampak tak kenal lelah. Dia terus mengganggu Arjuna sepanjang malam.Waktu berlalu dengan cepat. Satu bulan lagi telah berlalu. Selama masa ovulasi bulan ini, Daisha makin melekat pada Arjuna.Arjuna pun tidak melarang. Dia membuat Daisha kelelahan hingga memohon ampun, barulah melepaskan Daisha.Memikirkan bahwa gadis itu lelah setelah lembur semalaman dan pasti tidak bisa bangun pagi, Arjuna memerintahkan Dafodil dan yang lainnya nanti baru datang ke kamar.Tak disangka, keesokan harinya, sebelum fajar dan Arjuna belum bangun, Daisha yang ada di samping sudah bangun. Dia tidak hanya bangkit sendiri, tetapi juga menarik Arjuna."Sekarang bahkan belum fajar, kenapa kamu bangun begitu pagi? Tanpa membuka matanya, Arjuna melingkarkan lengannya di pinggang Daisha, menariknya kembali ke kasur.Tampaknya

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 499

    "Tuan Irwan, jangan emosi. Kamu harus segera pergi berobat. Kalau tidak, kamu akan benar-benar buta."Perkataan Arjuna mengingatkan Bayu. Dia berteriak kepada pengurus rumah. "Dasar budak tua yang tidak kompeten, apa yang kamu lakukan? Cepat bawa Tuan Muda cari tabib!""Arjuna, kamu pasti sengaja menyakiti mataku. Kepala daerah bahkan bekerja sama denganmu," ujar Bayu dengan garang saat melewati Arjuna.Saat ini, dia baru menyadari mengapa Mois segera berbalik melawan Arjuna, bahkan mengasari istri Arjuna ketika Arjuna mengatakan bahwa dia dan Mois berteman baik.Dia mengira Mois berada di bawah kendalinya, ternyata Mois melakukannya untuk membuat orang-orang marah dan berpihak pada Arjuna.Arjuna berkata dengan tenang. "Benar."Irwan juga menggertakkan giginya. "Arjuna, tunggu saja!""Baik, akan kutunggu. Tapi sebaiknya Tuan Irwan pergi berobat dulu."Malam hari.Keluarga Arjuna baru saja selesai makan malam ketika Mois datang. Dia berdiri di depan meja Arjuna, menatap Arjuna dengan h

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 498

    "Jangan menindas Arjuna hanya karena dia tidak bisa memiliki anak untuk sementara.""Beri Arjuna kesempatan untuk membela diri.""Beri Arjuna kesempatan untuk membela diri."Publik marah, Mois tidak punya pilihan selain memberi Arjuna kesempatan.Mois berkata dengan dingin. "Arjuna, sudah dapat dipastikan bahwa kamu sengaja melukai mata Irwan. Tapi demi menegakkan keadilan, aku akan memberimu kesempatan untuk membela diri."Perkataan Mois menimbulkan kemarahan. Semua orang mengungkapkan kemarahan mereka."Disengaja? Sudah dapat dipastikan? Ucapan kepala daerah keterlaluan sekali. Dia memihak keluarga Irwan secara terang-terangan.""Benar sekali. Istrinya berbicara kasar, Arjuna hanya memberinya pelajaran. Siapa yang menyangka kalau tusuk konde itu akan melayang ke mata Irwan?""Menurutku, orang yang harus disalahkan atas semua ini adalah Irwan sendiri. Dia ingin menggoda istri orang lain dan mendekat. Kalau dia tidak mendekat, bagaimana mungkin tusuk konde itu mengenai matanya?"Bayu m

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 497

    "Yang Mulia." Bayu berbalik, kemudian berlutut kepada Mois. "Semua orang tahu bahwa Yang Mulia adalah pejabat jujur yang berdedikasi untuk melayani rakyat. Yang Mulia Bupati bahkan mengeluarkan surat pujian kepada Mulia, karena Anda bersikap tidak memihak dalam segala hal. Baik itu saudara atau teman, Anda tidak pernah pilih kasih. Tolong berlaku adillah untuk anakku!""Aku akan bertindak sesuai hukum." Mois sangat tidak senang, tetapi dia tidak boleh menunjukkannya. Bukan saja tidak boleh menunjukkannya, dia benar-benar harus menegakkan hukum secara tidak memihak dalam masalah ini.Ucapan Bayu yang panjang lebar sama sekali tidak memuji Mois. Sebenarnya dia menekan Mois dengan menggunakan bupati.Jika Mois lebih memihak Arjuna, artinya dia menyalahgunakan kekuasaannya dan melanggar hukum, sama sekali tidak takut pada bupati."Terima kasih, Tuan."Bayu berlutut sambil menyeringai. Dia bertekad untuk mencelakai Arjuna hari ini untuk membalaskan dendam Irwan serta merampas harta, istri,

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 496

    Tusuk konde di kepala Disa tak sengaja keluar, kebetulan tusuk konde tersebut mengenai mata kanan Irwan."Arjuna, Arjuna!" Irwan menjerit dengan kesakitan dan keras."Aku di sini." Arjuna bergegas menghampiri Irwan, kemudian bertanya dengan khawatir. "Tuan Irwan, ada apa kamu memanggilku? Eh, ada apa dengan matamu?""Jangan pura-pura, kamu melakukannya dengan sengaja." Ah, mataku, sakit sekali!" Irwan menunjuk Arjuna sambil memaki. Namun, makin keras dia memaki, makin sakit pula matanya. Makin banyak darah yang keluar.Arjuna menggelengkan kepalanya sembari membantah dengan cemas. "Tuan Irwan, kamu tidak boleh bicara seperti itu. Istriku menyinggungmu, aku memberinya pelajaran. Itu tidak ada hubungannya dengan matamu.""Kenapa tidak ada hubungannya? Kamu memberinya pelajaran, kenapa tusuk konde di kepalanya lari ke mata anakku? Kalau mata anakku rusak, kamu harus menggantinya!" teriak ibu Irwan dengan marah."Apa?" Arjuna terkejut. "Tusuk konde terbang ke mata Tuan Irwan?"Arjuna menar

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status