Share

Bab 149

Penulis: Abimana
Atapnya terbuat dari genteng, tetapi sangat tipis. Banyak genteng juga sudah lapuk. Saat hujan di luar, di dalam rumah pasti akan gerimis.

Musim panas bisa ditahan, tetapi musim dingin lebih merepotkan. Rumah yang bocor di mana-mana pasti terasa sangat dingin.

Rumah itu dikelilingi pagar yang terbuat dari kayu lapuk. Dari luar dapat melihat halaman yang bergelombang.

Di sudut halaman, ada beberapa potong pakaian penuh tambalan yang digantung.

Dua rumah di sebelah rumah bobrok ini jauh lebih baik.

Meskipun tipenya sama, kedua rumah itu baru dan bergenteng tebal.

Kualitas ubinnya tidak sebaik yang dipesan Arjuna dari tempat pembakaran ubin, ubin tersebut seharusnya dibakar sendiri.

Ekspresi Alsava bersaudari tidak berubah sama sekali.

Mungkin sebelum mereka menikah pun, kondisinya sudah seperti ini.

Daisha mendorong pintu halaman yang terbuat dari beberapa papan kayu rusak.

Disa adalah orang pertama yang bergegas masuk.

"Kakek, Nenek!"

Daisha dan Dinda mengekor ke dalam rumah, lalu meman
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 150

    Yusuf dan Saira belum pernah bertemu Arjuna. Dulu, pemerintah langsung mengirim ketiga saudari itu ke Desa Embun.Setelah ketiga saudari itu pergi ke Desa Embun, Yusuf dan Saira tidak mendapat izin dari suami cucu mereka untuk menemui cucu mereka. Selain itu, keluarga mereka benar-benar miskin, tidak mampu memberikan apa pun, jadi kedua orang tua itu tidak pernah pergi ke Desa Embun.Sekalipun merindukan cucu mereka, mereka hanya bisa menahannya.Jika tidak bisa menemuinya, mereka akan mencari tahu dari orang lain.Ketika mendengar bahwa Dinda tidak lagi berada di Desa Embun, Saira menangis hingga pingsan.Mereka tahu, jika Dinda tidak ada di Desa Embun, dia pasti sudah dijual oleh Arjuna.Zaman itu, pria menjual istri sendiri adalah hal yang wajar.Jadi ketika dia melihat Dinda tadi, Yusuf sangat gembira.Karena takut Saira sedih, Yusuf tidak berani mencari tahu lagi.Kemudian, Yusuf tidak tahan mendengar permohonan Saira, jadi dia mencari tahu lagi setengah tahun kemudian.Alhasil, k

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 151

    "Nenek, Kak Disa tidak berbohong." Daisha pun buru-buru menjelaskan, "Sekarang Tuan tidak lagi memukul kami, dia juga sangat pandai menghasilkan uang. Lihat, Nek!"Daisha menarik mantel lembut yang dia kenakan.Nadanya terdengar santai sekaligus gembira."Baju ini terbuat dari bahan terbaik. Tuan yang membelikannya untuk kami. Bukan hanya aku, baju Kak Disa dan Dinda juga terbuat dari bahan ini.""Bahan terbaik?""Benar. Lihat, Nek!"Penglihatan Saira tidak bagus, jadi Daisha mengangkat tangannya ke depan mata Saira. Tepat saat Saira hendak melihat, Yusuf berjalan masuk dari luar.Yusuf membawa kantong kain yang penuh dengan tambalan. Dia berjalan ke arah Arjuna, kemudian menyerahkan kantong yang penuh tambalan itu kepada Arjuna.Arjuna menatap kantong kain itu dengan bingung tanpa mengambilnya.Daisha yang bermata tajam spontan berdiri. "Kakek, kami punya banyak beras di rumah sekarang. Kakek tidak perlu memberi kami lagi."Yusuf seolah tidak mendengar perkataan Daisha, dia bersikeras

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 152

    "Cepat, aku dengar mereka sudah masuk ke dalam rumah!"Sebelum Yusuf menjawab, terdengar suara keras dari luar pintu, diikuti oleh dua pasang pria dan wanita.Beberapa dari mereka ada yang memegang tongkat, ada yang memegang cangkul, ada yang memegang sapu, bahkan ada yang memegang pisau.Begitu mereka masuk, mereka menatap Arjuna dan yang lainnya dengan tajam.Disa refleks melindungi kedua adik perempuannya di belakangnya."Paman, Tante ....""Siapa paman-tantemu?!"Begitu Disa menyapa, dia dimarahi oleh laki-laki yang berdiri di paling depan di antara keempat orang itu.Pria itu adalah paman keduanya Alsava bersaudari, Jairo Alsava."Dasar bajingan-bajingan merugi, siapa yang mengizinkan kalian pulang? Pergi sekarang juga, kalau tidak ....""Kalau tidak apa?"Arjuna menyambung kata-kata Jairo dengan tenang.Jairo menggoyangkan pisau dapur yang ada di tangannya. "Bagaimana?""Jairo."Yusuf berlari ke depan Arjuna, kemudian buru-buru menjelaskan kepada Jairo. "Mereka hanya merindukan k

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 153

    Arjuna menggenggam lima koin tembaga yang diberikan secara paksa oleh Yusuf kepadanya. Sebelum dia mengembalikannya, orang-orang ini sudah masuk.Wulan menatap tangan Arjuna dengan keserakahan di matanya, "Perak, itu pasti perak!"Dia berjalan mendekat, ingin merebutnya dari Arjuna."Apa yang akan kamu lakukan?"Suara Arjuna tenang, tetapi tatapannya tajam.Wulan yang arogan tiba-tiba berhenti melangkah. Dia menatap Arjuna tanpa berani melangkah maju.Tatapan pria ini sungguh menakutkan.Tubuhnya tidak berani bergerak, tetapi mulutnya tidak mau menyerah. Dia bersikap makin sarkastik."Kenapa bisa ada pria muda nan kuat yang belum kepala dua membawa beberapa istri yang sama mudanya untuk meminta uang dari dua orang tua? Kalau itu aku, aku akan bunuh diri saja karena terlalu malu untuk hidup di dunia ini.""Cuih!" Wulan meludah ke lantai. "Dasar pecundang!""Siapa pecundang? Katakan dengan jelas!"Disa melangkah maju sambil menatap Wulan dengan tatapan dingin.Dia bisa menoleransi orang

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 154

    "Ya ....""Astaga!"Pertama, seseorang menjawab pertanyaan Ravin, kemudian seruan lain menyusul."Cepat lihat apa isi kereta itu.""Wah, setengah gerobak kayu bakar. Kayu bakarnya sangat mirip dengan yang ada di toko kayu bakar di kabupaten.""Bukan mirip, itu memang kayu bakar dari Toko Kayu Bakar Sentosa yang ada di kabupaten.""Toko Kayu Bakar Sentosa? Apakah kamu tidak salah baca? Kayu bakar di Toko Kayu Bakar Sentosa adalah yang terbaik dan termahal. Umumnya, hanya orang kaya dan pejabat berkuasa yang membeli kayu bakar di Toko Kayu Bakar Sentosa.""Tidak mungkin salah, aku bekerja Toko Kayu Bakar Sentosa akhir-akhir ini.""Wah, kamu bekerja di Toko Kayu Bakar Sentosa? Kamu pasti sudah kaya. Dengar-dengar, gaji sehari di Toko Kayu Bakar Sentosa adalah lima sen.""Tidak, tidak semudah itu masuk ke Toko Kayu Bakar Sentosa. Pamanku yang bekerja di sana. Dia tidak enak badan beberapa hari terakhir ini, jadi aku membantunya selama beberapa hari. Satu hari lima sen, aku selalu bermimpi

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 155

    "Dari Arjuna? Kalau kamu bilang dari aku, mungkin lebih bisa dipercaya.""Haha, benar, benar.""Jangankan Arjuna, menantu kepala desa saja mustahil.""Ya, zaman sekarang hanya menantu laki-laki yang diberi barang, mana ada menantu laki-laki yang memberi barang untuk mertua? Apalagi Arjuna itu seorang pecundang. Kalau dia tidak pulang untuk meminta barang, itu sudah bersyukur.""Siapa yang kamu sebut pecundang?"Ketika Ravin mendengar penduduk Desa Sava mengatakan bahwa Arjuna adalah seorang pecundang, dia langsung turun dari gerobak sapi, kemudian mencengkeram kerah orang tersebut."Tentu saja Arjuna ....""Buk!"Sebelum lelaki itu menyelesaikan kata-katanya, tinju Ravin menghantam wajahnya dengan keras."Ah!" Lelaki itu menyentuh separuh wajahnya yang terkena pukulan, kemudian menunjuk Ravin sambil mengumpat, "Kamu memukulku? Kamu masuk ke desa orang lain dan memukul orang?"Penduduk desa sekitar berkumpul.Pada zaman itu, jika ada orang dari desa lain datang ke sebuah desa dan memuku

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 156

    Melihat beras, mi, minyak dan bahan makanan dibawa ke dalam rumah satu per satu, Jairo dan Dipta yang tadi mengejek Arjuna sebagai pecundang, serta mengancam akan mengusirnya dari Desa Sava pun tercengang.Terutama Wulan yang paling sinis.Dia menatap kayu bakar, beras, mi, serta kain-kain dengan lekat.Ketika tatapannya akhirnya tertuju pada daging, air liur tanpa sadar mengalir dari sudut mulutnya.Sungguh tak disangka cucu-cucu merugi yang dibesarkan oleh kedua tua bangka itu benar-benar mendapat seorang suami kaya."Hei, bung, kamu pasti lelah datang jauh-jauh ke sini. Ayo, biar aku bantu mengambilnya."Sebagai orang yang rakus dan tak tahu malu, Wulan berlari ke depan Ravin, ingin mengambil daging dari tangannya."Tidak perlu."Meskipun Ravin tidak tahu siapa Wulan bagi Alsava bersaudari, dia dapat menebak bahwa mereka adalah saudara. Entah apa saja yang terjadi di rumah ini tadi.Namun sebelum dia tiba, suasana di rumah ini pasti sudah buruk. Para kerabat Alsava bersaudari pasti

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 157

    "Siapa satu keluarga dengan kalian? Keluar! Kalau tidak, jangan salahkan anak panahku melayang sembarangan!""Tadi kalian sudah tanda tangan dan resmi memutuskan hubungan kalian dengan kakek-nenek. Kalau kalian tidak pergi, artinya kalian melanggar hukum Kerajaan Bratajaya. Kami bisa menuntut kalian.""Sebelum beras dan mi kami tiba, bukankah Paman Jairo dan Paman Dipta keluar dari batu? Begitu beras dan mi tiba, kalian jadi keluar dari perut Nenek?""Intinya, kalian adalah manusia sampah yang ingin menelantarkan orang tua sendiri ketika tidak ada makanan. Begitu ada makanan baru mengakui orang tua sendiri. Satu keluarga? Itu hanya alasan kalian untuk kebagian beras, mi, daging dan bahan-bahan makanan ini."Ketiga saudari itu mengusir orang secara bergantian.Disa adalah orang pertama yang berbicara, kemudian diikuti oleh Dinda dan Daisha.Suara Disa adalah yang paling sederhana dan brutal. Jika mereka tidak mau pergi, maka mereka semua akan bertarung.Keahliannya sudah cukup bagus. Se

Bab terbaru

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 214

    Saat mendengarkan, Arjuna merasa ada yang janggal."Tante, dari mana kamu mendapatkan uang untuk membeli begitu banyak barang kemarin?"Kemarin Arjuna juga mendengar penduduk desa mengatakan bahwa barang yang dibawa oleh Bulan kali ini adalah yang terbanyak dalam beberapa tahun terakhir."Aku ...." Bulan memainkan kedua tangannya.Dia sedikit canggung serta gugup.Pada saat ini, Arjuna menyadari tidak ada satu pun perhiasan di kepala Bulan.Bagaimana mungkin seorang istri dari keluarga kaya tidak mengenakan perhiasan apa pun di kepalanya?"Tante ...."Arjuna mencoba memperlambat suaranya. "Apakah kamu menggadaikan semua perhiasanmu?""Ti ... tidak. Aku tidak memakai perhiasan karena ....""Tante." Arjuna memegang tangan Bulan sambil berkata dengan tulus. "Aku ini Arjuna yang dulu paling kamu sayangi. Beri tahu aku situasi yang kamu hadapi sekarang. Aku akan menyelesaikannya bersamamu."Membantu Bulan juga supaya Arjuna tidak merasa bersalah terhadap tubuhnya ini."Arjuna." Mata Bulan b

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 213

    "Tapi Tante benar-benar tak punya jalan lain, Arjuna."Bulan membuka matanya, kemudian menangis dengan pilu.Alsava bersaudari yang berada di luar kamar mendengar suara dan ingin masuk, tetapi dihentikan oleh Arjuna.Pada saat ini, hal terbaik adalah membiarkan Bulan menangis sepuasnya dan mengeluarkan semua emosi yang terpendam dalam hatinya.Setelah Bulan berhenti, Arjuna tidak menanyakan apa pun padanya. Dia hanya membawa sup ikan ke depan Bulan seolah tidak terjadi apa-apa."Tante, ayo minum sup ikan ini dulu. Aku membuatnya untuk pertama kali, entah enak atau tidak. Setelah Tante minum, beri aku kritik."Arjuna memang membuat sup tahu kepala ikan untuk pertama kali di zaman ini.Bulan berhenti minum setelah menyesap beberapa teguk."Kenapa?" Arjuna sedikit gugup. "Apakah tidak enak?""Bukan ...."Bulan tiba-tiba menangis lagi, tetapi kali ini dia menangis sambil tersenyum. "Kak, kamu dan kakak ipar bisa tenang. Sekarang Arjuna benar-benar menjadi anak baik.""Hei, Tante membuatku

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 212

    "Oh."Dinda berjalan ke luar dengan murung."Aish!" Daisha menggelengkan kepalanya. "Anak itu makin nakal saja. Semua karenamu, Tuan.""Adakah?""Kenapa tidak ....""Daisha, apakah kamu ingin belajar cara membuat sup tahu kepala ikan yang baru saja aku buat? Aku akan mengajarimu besok.""Tuan, kamu mengalihkan topik lagi.""Jadi, apakah kamu ingin belajar? Aku akan berhitung sampai tiga, kalau kamu tidak mau belajar, ya sudah.""Satu, dua, ....""Mau, tentu saja aku mau belajar!""Kalau begitu, berhentilah mengomeliku.""Tuan ...." Daisha cemberut sambil mengerutkan kening.Daisha tampak sangat lucu dan menawan sehingga Arjuna ingin menciumnya.Namun, hari ini bukan waktu yang tepat. Dia memiliki hal yang lebih penting untuk dilakukan.Arjuna memasak beberapa hidangan lagi.Dia mengambil semangkuk sup ikan, lalu menaruhnya di atas nampan."Kalian makan dulu saja, tidak perlu menungguku."Arjuna membawa sup ikan yang ada di atas nampan ke kamar samping.Setelah meletakkan sup ikan di at

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 211

    Bulan yang berbaring di atas tungku masih belum sadar.Arjuna membungkuk untuk mengamati Bulan.Denyut nadi Bulan kuat, napasnya teratur, jadi seharusnya tidak ada masalah. Beberapa saat kemudian, Bulan akan bangun dengan sendirinya."Disa, Daisha, kalian berdua temani Tante tidur di kamar ini malam ini."Arjuna takut Bulan akan mencoba bunuh diri lagi bila dia tersadar pada tengah malam.Disa pandai bertarung sehingga dia dapat menghentikan Bulan dari melakukan hal-hal bodoh.Namun, Disa memiliki kepribadian pemarah dan terus terang, mudah impulsif, tidak dapat menghibur atau membujuk orang lain.Jika Bulan bersikeras melakukan hal bodoh, mengingat kepribadian Disa, dia akan membuat Bulan pingsan lagi.Dia tidak terlatih sehingga tak bisa mengendalikan kekuatannya.Daisha berbeda. Dia memiliki kepribadian yang lembut, teliti, suara yang lembut dan menyenangkan. Dia adalah orang yang paling cocok untuk menghibur Bulan."Aku juga mau menemani Tante."Sebelum Arjuna menyetujuinya, Dinda

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 210

    "Tuan, kamu mau pergi ke mana?"Daisha mengejar Arjuna."Tuan." Disa yang sedang memotong kayu di halaman, menghentikan Arjuna."Oh ya!"Arjuna menggunakan kesempatan itu untuk menarik Disa. "Disa, ikut aku.""Ke mana?""Gunung belakang.""Untuk apa ke sana?""Aku juga tidak tahu, kamu ikut saja." Arjuna berharap firasatnya salah.Setelah beberapa saat kemudian, Arjuna dan Disa tiba di persimpangan jalan."Sekarang kita mau ke arah mana, Tuan?"Arjuna mengangkat pandangannya, melihat ke depan.Ada dua arah jalan, keduanya mengarah ke gunung belakang desa. Satu di sebelah timur, satu lagi di sebelah barat."Di arah mana aku terjatuh ke jurang? Cepat bawa aku ke sana.""Kenapa kita pergi ke sana, Tuan?""Jangan tanya, cepat bawa aku ke sana!"Bahkan Arjuna sendiri tidak tahu mengapa dia ingin pergi ke sana.Hanya firasat."Tuan, apakah kamu baik-baik saja?" Disa tiba-tiba berhenti melangkah. Dia menatap Arjuna dengan bingung.Kenapa Arjuna mau pergi ke tempat itu?Apakah dia ingin jatuh

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 209

    Ketika Arjuna sadar kembali, dia mendapati wajahnya basah.Dia menangis.Arjuna yang dulu mulai merusak dirinya sendiri setelah Bulan menikah.Sebelum jatuh ke jurang, Arjuna yang dulu selalu menghindari Bulan setiap kali Bulan pulang ke rumah orang tuanya.Dia tahu bahwa perilakunya tidak baik dan takut Bulan akan kecewa padanya.Karena Arjuna selalu menghindari Bulan sebelumnya.Ketika Bulan pulang kali ini, Oki hanya memanggil Keluarga Arkana, tidak memanggil Arjuna untuk kumpul bersama.Anak perempuan yang sudah menikah tidak boleh bermalam di rumah orang tuanya.Setelah makan di rumah Shaka, Bulan akan kembali ke rumah suaminya.Kali ini, Bulan bertindak sedikit tidak biasa. Dia membawa sebuah kantong besar menuju rumah Arjuna tanpa menghiraukan larangan Oki dan Shaka.Bulan berdiri di depan rumah Arjuna, melihat rumah yang baru saja direnovasi. Dia begitu gembira hingga menangis sambil bergumam sendiri."Benar, mereka tidak membohongiku. Arjuna benar-benar sudah menjadi baik. Dia

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 208

    Hari kedua sekolah diliburkan.Setelah berlatih kaligrafi selama setengah hari, Arjuna merasa punggung dan pinggangnya sedikit pegal. Dia meletakkan kuas di tangannya, kemudian berjalan ke halaman untuk meregangkan otot-ototnya.Tidak lama setelah tiba di halaman, Arjuna mendengar suara berisik dari sebelah.Pasti ada orang yang mengirim sesuatu untuk keluarga Shaka lagi.Berita bahwa syair Shaka sangat dipuji oleh Cakra, bersama dengan berita syair Arjuna, menyebar ke beberapa desa terdekat.Sementara semua orang mengolok-olok Arjuna, mereka juga memuji Shaka dan makin yakin bahwa Shaka akan diterima di sekolah menengah atas kelas.Orang-orang datang memberikan hadiah kepada Shaka sangat banyak seperti sebelumnya."Tante pulang! Tante pulang!"Suara putra sulung Shaka, Zafa, terdengar dan berhasil menghentikan Arjuna untuk masuk ke rumah.Tante?Tante Zafa berarti tante Arjuna juga.Bayangan seorang wanita bertubuh tinggi, berpakaian rapi dan anggun, serta bertatapan ramah muncul di b

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 207

    Setiap Festival Musim Semi, sebagian keluarga gembira, sementara sebagian lainnya murung.Karena tidak semua orang akan memperoleh hasil yang baik setelah bekerja keras selama setahun.Begitulah adanya. Saat orang masih kecil, mereka sangat menantikan Festival Musim Semi. Namun makin dewasa, mereka makin tak menyukai festival ini.Karena Festival Musim Semi itu memusingkan.Di awal musim, mereka menetapkan resolusi untuk menabung sejumlah uang, serta menyelesaikan hal-hal penting dalam tahap kehidupan tertentu.Hanya saja mayoritas orang melebih-lebihkan kemampuan mereka dan meremehkan kejamnya waktu.Waktu tidak akan berhenti untukmu hanya karena kamu miskin.Tidak peduli seberapa pagi kamu bangun dan seberapa larut kamu tidur, seberapa keras kamu bekerja setiap hari, hidupmu tetap tidak membaik dan kamu masih terus berjuang.Setelah setahun bekerja keras, kamu menoleh ke belakang, lalu menemukan bahwa kamu masih belum punya apa-apa.Namun, pemandangan di Desa Embun tahun ini sangat b

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 206

    Sekolah Pelita menerbitkan kisi-kisi setiap tahun. Soal dalam kisi-kisi sering kali memprediksi soal ujian tahun berikutnya. Meskipun tidak persis, jenis soalnya sangat mirip.Dapat dikatakan bahwa siswa yang mendapatkan kisi-kisi dari Sekolah Pelita seperti mendapat bantuan tambahan.Para pelajar dari sepenjuru Kerajaan Bratajaya berlomba-lomba mendapatkan kisi-kisi dari Sekolah Pelita. Akan tetapi, sekolah tersebut biasanya hanya memberikannya kepada pelajar di sekolah sendiri.Sekolah itu hanya menerima dua puluh siswa setiap tahun. Selain itu, mereka hanya menerima orang yang berjodoh.Sekalipun orang itu berkuasa, jika kepala sekolahnya merasa bahwa dia tidak berjodoh, maka dia akan ditolak."Benar, tapi kakakmu bilang itu bukan yang asli, hanya salinan.""Salinan juga tidak apa-apa. Ayah, cepat minta Kakak untuk mengantarnya kemari. Tidak!" Shaka segera menggelengkan kepala."Ayah, besok suruh seseorang untuk menyampaikannya kepada Kakak. Katakan bahwa aku menginginkannya besok.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status