Share

Bab 140

Penulis: Abimana
Arjuna tersenyum. "Memang kamu yang memberitahuku."

Dinda mengatakan bahwa dia dimasukkan ke dalam tong kayu oleh Galeo. Tong itu terus jatuh hingga bisa mendengar gema. Kulit Dinda juga terlalu pucat.

Berdasarkan beberapa petunjuk di atas, Arjuna menyimpulkan bahwa Dinda dan yang lainnya dikurung di dalam sumur kering tak bercahaya.

Dinda juga mengatakan bahwa setiap kali mereka pergi mencuri, mereka akan berkumpul di Kuil Mizu.

Ketika mereka sampai di sana, Galeo mengikat dan menutup mata mereka, kemudian menarik mereka ke sebuah kereta sapi yang rodanya penyok.

Dinda yang duduk di dalam kereta mulai berhitung karena bosan, juga ingin melupakan rasa sakit pada tubuhnya. Setelah kereta sapi itu berguncang sebanyak 836 kali, kereta itu akan berhenti.

Berdasarkan informasi ini, Arjuna menentukan bahwa kereta sapi itu menuju ke kota kabupaten.

Karena Dinda dapat merasakan penyoknya roda kereta sapi, itu membuktikan bahwa jalannya mungkin datar. Jika jalannya datar, pasti jalan di kota ka
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Bhay Hamid
plot ini sungguh ajip..sempat ndak mengira dan eh malah jebakan batman untuk galeo..arjuna ibarat sniper membunuh dalam sunyi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 141

    "Hei." Arjuna memiringkan kepalanya sambil menatap Tamael. "Apa maksudmu?""Oh." Tamael berhenti menggelengkan kepalanya, kemudian dia mengulas senyum. "Bukan apa-apa, bukan apa-apa.""Ruang sidang adalah tempat yang tidak bagus. Biasanya, tidak ada orang yang akan datang kalau tidak ada urusan. Bukan hal yang bagus kalau masuk.Tamael mendorong Arjuna dengan pelan. "Ayo, aku yang traktir hari ini. Mari pergi ke restoranku. Kamu boleh memesan apa pun yang kamu inginkan hari ini. Mari kita singkirkan kesialan."Arjuna tidak sungkan dengan Tamael. Setelah berdiri di depan ruang sidang begitu lama, dia memang sudah lapar."Oke, jangan salahkan aku bawa banyak barang dan makan terlalu banyak. Nanti kamu bangkrut."Disa, Daisha dan Dinda sedang dalam masa pertumbuhan. Mereka sangat kuat makan."Lucu!" Tamael menyeringai lalu mengerutkan kening. "Orang yang bisa membuatku bangkrut belum lahir."Setelah makan dan minum sepuasnya di Restoran Kebon Sirih, Arjuna dan para istrinya pun pulang.Du

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 142

    "Tuan, kita sudah menikah selama setahun. Sekarang Dinda sudah kembali, kami ingin pulang ke rumah orang tua kami menemui Kakek dan Nenek agar mereka bisa tenang. Bolehkah?""Tentu saja boleh."Karena ketiga saudari itu membahas hal ini, Arjuna merasa sedikit bersalah.Dia sudah tiba di negeri ini sekian lama, tetapi dia belum pernah bertanya kepada Alsava bersaudari mengenai keadaan keluarga mereka."Benarkah?"Daisha menatap Arjuna dengan tak percaya.Setelah jumlah laki-laki lebih sedikit daripada perempuan, pihak perempuan tak hanya harus menyiapkan mahar ketika menikah. Setelah menikah pun, keluarga pihak perempuan harus sesekali mengirim uang atau makanan untuk pihak lelaki.Keluarga Daisha miskin. Mereka sudah tidak punya orang tua, hanya ada sepasang kakek-nenek yang sudah lanjut usia.Karena tante-tante mereka tidak menyukai mereka, paman-paman mereka pun tidak berani membantu.Setelah mereka menikah dengan Arjuna, Arjuna tidak menerima bantuan apa pun dari keluarga mereka.Pa

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 143

    "Tidak ada barang bagus yang bisa dibeli di sini, harus beli di kabupaten. Setelah pergi ke kabupaten baru pergi ke Desa Sava sudah terlalu larut."Arjuna masih memiliki sedikit ingatan tentang rumah orang tua para istrinya.Seingatnya, Desa Sava tidak dekat dari Desa Embun, setidaknya tiga puluh kilometer jauhnya.Di dunia modern di mana transportasi canggih, tiga puluh kilometer hanya masalah menginjak pedal gas.Namun, mereka ada di zaman kuno.Desa Sava, desa di mana Keluarga Alsava berada, lebih terpencil daripada Desa Embun. Jalannya sangat sulit dilalui. Ada sebagian jalan yang tak bisa dilalui kereta sapi."Kita akan berangkat lusa. Besok aku akan memberi tahu penanggung jawab Restoran Kebon Sirih bahwa lusa Paman Arkana yang membantu mengantarkan ikan ke restoran. Setelah itu kita bisa berangkat ke Desa Sava pagi-pagi.""Kita berangkat lebih awal agar kalian bisa menemani kakek-nenek lebih lama di sana. Bagaimana? Bukankah pengaturanku lebih baik daripada kalian pergi besok?"

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 144

    Meskipun Arjuna memberi tahu mereka bahwa mereka dapat membeli apa pun yang mereka inginkan untuk kakek-nenek mereka, mereka tetap sangat hemat.Mereka bertiga berbelanja hampir seharian dan kembali hanya membawa beberapa barang.Arjuna melihatnya sekilas.Beras dan mi yang tidak lebih dari dua setengah kilo. Dua buah kubis. Daging hanya setengah kilo, itu pun daging tak berlemak. Mereka bahkan enggan membeli setengah kilo daging berlemak."Ini saja?"Ketiga saudari itu tidak menjawab, jadi Arjuna menatap mereka."Tuan ...."Daisha menatap Arjuna sekilas. Dia mengatupkan bibirnya beberapa kali sebelum berkata dengan hati-hati. "Apakah kami membeli terlalu banyak?""Hah?!"Arjuna baru tiba di negeri belum lama, jadi dia masih belum begitu memahami adat istiadat setempat.Barang belanjaan Alsava bersaudari memang tergolong banyak.Dinda berkata, "Kami akan membawa setengahnya saja.""Kurang dari setengah juga tidak apa-apa," timpal Disa."Tunggu aku di kereta," ucap Arjuna.Usai berbicar

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 145

    "Jangan merasa terbebani. Kalau tidak ada kakek-nenek kalian, bagaimana mungkin aku bisa menikahi istri secantik kalian?""Aku rela membayar mahal, apalagi hanya sedikit beras dan mi? Selain itu, istri yang berada paling dekat denganku ini ...." Arjuna mencolek hidung Daisha dengan jari telunjuknya. "Suka menciumku secara diam-diam. Istriku begitu menarik, aku ....""Tuan, kamu ... kamu bicara sembarangan lagi."Daisha menutupi wajahnya, lalu cemberut.Kenapa Tuan berbicara seperti itu? Dinda masih ada di samping mereka.'"Benar tidak, Dinda?""Ba ... bagaimana aku tahu?"Dinda mengangkat tirai, kemudian dia berlari keluar untuk duduk bersama Disa.Arjuna tertawa sambil bersandar di kereta."Apakah Tuan menggoda Kak Daisha-mu lagi?"Melihat Dinda, Disa pun mengemudikan kereta sambil bertanya kepadanya."Kak Disa, maksudmu ...." Dinda ragu sejenak. "Tuan sering melakukannya?"Disa mengangguk. "Ya, sering. Tuan sepertinya suka melihat Kak Daisha-mu merona, jadi dia sering menggodanya.""

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 146

    Tadi Dinda menyingkap tirai kereta dan berencana turun sendiri, alhasil digendong oleh Arjuna yang sudah keluar dari kereta.Arjuna tidak berpikir panjang. Menurutnya, Dinda hampir sama dengan Naya. Kereta kuda agak tinggi, jadi dia langsung menggendong Dinda turun dari kereta."A ... aku tidak setuju untuk digendong. Dia main gendong begitu saja."Wajah Dinda sedikit memerah. Dia menundukkan kepalanya dan menarik ujung bajunya."Kak Arjuna begitu baik. Bisa menikah dengannya adalah hal yang sangat baik.""Kakak Ipar!"Naya tiba-tiba mencekal tangan Dinda.Dinda secara naluriah melangkah mundur. Jika Naya tidak berbicara dengan cepat, Dinda pasti sudah mendorong Naya ke lantai.Galeo pernah meminta seseorang mengajarinya sehingga Dinda menguasai beberapa cara untuk melarikan diri dan melawan.Naya berujar, "Ayo kita bermain!"Mata kecilnya berkedip, tidak ada intrik sedikit pun di dalamnya."Sairak ...." Sebelum Dinda menyelesaikan kata-katanya, Naya sudah menariknya ke halaman untuk b

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 147

    "Tuan, apakah kamu baik-baik saja?"Daisha yang duduk di sebelah Arjuna pun buru-buru mengelus punggung Arjuna."Tidak apa-apa, tidak apa-apa."Arjuna melambaikan tangannya. Dia menatap Dinda yang wajahnya merah. "Lain kali panggil Dinda saja."Kalimat itu tidak hanya ditujukan kepada Melati, melainkan kepada semua orang.Dia memutuskan untuk memberikan kebebasan kepada Dinda.Beberapa tahun kemudian, Dinda bisa menentukan sendiri siapa yang ingin dia nikahi.Melati tentu saja mengerti apa yang Arjuna maksud. Dia berkata sambil tersenyum. "Kalau begitu panggil Dinda. Dinda juga enak didengar."Disa dan Daisha juga mengerti. Disa yang lebih tidak sabaran langsung bertanya."Tuan, apakah kamu tidak menginginkan Dinda lagi? Atau karena dia ...."Atau karena dia pernah menjadi pencuri.Disa tidak mengucapkannya.Dinda menundukkan kepalanya tanpa mengatakan apa-apa.Pada akhirnya, dia tetap tidak disukai."Arjuna, Dinda ...." Bahkan Arkana pun angkat bicara. "Dia memang agak kurus, tapi Pam

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 148

    Keluarga mereka tak hanya tidak memberi Arjuna bahan makanan, tetapi malah Arjuna yang memberi. Selain itu, bisa-bisanya Alsava bersaudari menerima. Mereka sungguh tak tahu malu.Sebenarnya, apa yang dikatakan penduduk desa itu benar. Alsava bersaudari tidak punya banyak mahar, biasanya keluarga mereka juga tidak mengirim apa pun. Kalau bukan karena Arjuna yang dulu terlalu berengsek. Jauh sebelum insiden di mana Arjuna jatuh ke jurang, Alsava bersaudarilah yang akan dikatai oleh penduduk desa, bukan Arjuna.Arjuna memelotot kesal. "Apakah kamu memasukkan omongan penduduk desa tadi ke dalam hati? Pegang!"Arjuna memasukkan kantong tersebut ke tangan Daisha. "Uang ini bukan untukmu, tapi untuk kakek-nenekmu. Bukankah kamu selalu mengatakan kalau kaki Kakek sakit, penglihatan Nenek kurang baik? Sekarang mereka sudah begitu tua dan kurang sehat. Apakah kamu tega membiarkan mereka bekerja pada musim dingin dengan kondisi kurang sehat demi bertahan hidup?"Daisha merasakan hidungnya berair.

Bab terbaru

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 214

    Saat mendengarkan, Arjuna merasa ada yang janggal."Tante, dari mana kamu mendapatkan uang untuk membeli begitu banyak barang kemarin?"Kemarin Arjuna juga mendengar penduduk desa mengatakan bahwa barang yang dibawa oleh Bulan kali ini adalah yang terbanyak dalam beberapa tahun terakhir."Aku ...." Bulan memainkan kedua tangannya.Dia sedikit canggung serta gugup.Pada saat ini, Arjuna menyadari tidak ada satu pun perhiasan di kepala Bulan.Bagaimana mungkin seorang istri dari keluarga kaya tidak mengenakan perhiasan apa pun di kepalanya?"Tante ...."Arjuna mencoba memperlambat suaranya. "Apakah kamu menggadaikan semua perhiasanmu?""Ti ... tidak. Aku tidak memakai perhiasan karena ....""Tante." Arjuna memegang tangan Bulan sambil berkata dengan tulus. "Aku ini Arjuna yang dulu paling kamu sayangi. Beri tahu aku situasi yang kamu hadapi sekarang. Aku akan menyelesaikannya bersamamu."Membantu Bulan juga supaya Arjuna tidak merasa bersalah terhadap tubuhnya ini."Arjuna." Mata Bulan b

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 213

    "Tapi Tante benar-benar tak punya jalan lain, Arjuna."Bulan membuka matanya, kemudian menangis dengan pilu.Alsava bersaudari yang berada di luar kamar mendengar suara dan ingin masuk, tetapi dihentikan oleh Arjuna.Pada saat ini, hal terbaik adalah membiarkan Bulan menangis sepuasnya dan mengeluarkan semua emosi yang terpendam dalam hatinya.Setelah Bulan berhenti, Arjuna tidak menanyakan apa pun padanya. Dia hanya membawa sup ikan ke depan Bulan seolah tidak terjadi apa-apa."Tante, ayo minum sup ikan ini dulu. Aku membuatnya untuk pertama kali, entah enak atau tidak. Setelah Tante minum, beri aku kritik."Arjuna memang membuat sup tahu kepala ikan untuk pertama kali di zaman ini.Bulan berhenti minum setelah menyesap beberapa teguk."Kenapa?" Arjuna sedikit gugup. "Apakah tidak enak?""Bukan ...."Bulan tiba-tiba menangis lagi, tetapi kali ini dia menangis sambil tersenyum. "Kak, kamu dan kakak ipar bisa tenang. Sekarang Arjuna benar-benar menjadi anak baik.""Hei, Tante membuatku

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 212

    "Oh."Dinda berjalan ke luar dengan murung."Aish!" Daisha menggelengkan kepalanya. "Anak itu makin nakal saja. Semua karenamu, Tuan.""Adakah?""Kenapa tidak ....""Daisha, apakah kamu ingin belajar cara membuat sup tahu kepala ikan yang baru saja aku buat? Aku akan mengajarimu besok.""Tuan, kamu mengalihkan topik lagi.""Jadi, apakah kamu ingin belajar? Aku akan berhitung sampai tiga, kalau kamu tidak mau belajar, ya sudah.""Satu, dua, ....""Mau, tentu saja aku mau belajar!""Kalau begitu, berhentilah mengomeliku.""Tuan ...." Daisha cemberut sambil mengerutkan kening.Daisha tampak sangat lucu dan menawan sehingga Arjuna ingin menciumnya.Namun, hari ini bukan waktu yang tepat. Dia memiliki hal yang lebih penting untuk dilakukan.Arjuna memasak beberapa hidangan lagi.Dia mengambil semangkuk sup ikan, lalu menaruhnya di atas nampan."Kalian makan dulu saja, tidak perlu menungguku."Arjuna membawa sup ikan yang ada di atas nampan ke kamar samping.Setelah meletakkan sup ikan di at

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 211

    Bulan yang berbaring di atas tungku masih belum sadar.Arjuna membungkuk untuk mengamati Bulan.Denyut nadi Bulan kuat, napasnya teratur, jadi seharusnya tidak ada masalah. Beberapa saat kemudian, Bulan akan bangun dengan sendirinya."Disa, Daisha, kalian berdua temani Tante tidur di kamar ini malam ini."Arjuna takut Bulan akan mencoba bunuh diri lagi bila dia tersadar pada tengah malam.Disa pandai bertarung sehingga dia dapat menghentikan Bulan dari melakukan hal-hal bodoh.Namun, Disa memiliki kepribadian pemarah dan terus terang, mudah impulsif, tidak dapat menghibur atau membujuk orang lain.Jika Bulan bersikeras melakukan hal bodoh, mengingat kepribadian Disa, dia akan membuat Bulan pingsan lagi.Dia tidak terlatih sehingga tak bisa mengendalikan kekuatannya.Daisha berbeda. Dia memiliki kepribadian yang lembut, teliti, suara yang lembut dan menyenangkan. Dia adalah orang yang paling cocok untuk menghibur Bulan."Aku juga mau menemani Tante."Sebelum Arjuna menyetujuinya, Dinda

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 210

    "Tuan, kamu mau pergi ke mana?"Daisha mengejar Arjuna."Tuan." Disa yang sedang memotong kayu di halaman, menghentikan Arjuna."Oh ya!"Arjuna menggunakan kesempatan itu untuk menarik Disa. "Disa, ikut aku.""Ke mana?""Gunung belakang.""Untuk apa ke sana?""Aku juga tidak tahu, kamu ikut saja." Arjuna berharap firasatnya salah.Setelah beberapa saat kemudian, Arjuna dan Disa tiba di persimpangan jalan."Sekarang kita mau ke arah mana, Tuan?"Arjuna mengangkat pandangannya, melihat ke depan.Ada dua arah jalan, keduanya mengarah ke gunung belakang desa. Satu di sebelah timur, satu lagi di sebelah barat."Di arah mana aku terjatuh ke jurang? Cepat bawa aku ke sana.""Kenapa kita pergi ke sana, Tuan?""Jangan tanya, cepat bawa aku ke sana!"Bahkan Arjuna sendiri tidak tahu mengapa dia ingin pergi ke sana.Hanya firasat."Tuan, apakah kamu baik-baik saja?" Disa tiba-tiba berhenti melangkah. Dia menatap Arjuna dengan bingung.Kenapa Arjuna mau pergi ke tempat itu?Apakah dia ingin jatuh

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 209

    Ketika Arjuna sadar kembali, dia mendapati wajahnya basah.Dia menangis.Arjuna yang dulu mulai merusak dirinya sendiri setelah Bulan menikah.Sebelum jatuh ke jurang, Arjuna yang dulu selalu menghindari Bulan setiap kali Bulan pulang ke rumah orang tuanya.Dia tahu bahwa perilakunya tidak baik dan takut Bulan akan kecewa padanya.Karena Arjuna selalu menghindari Bulan sebelumnya.Ketika Bulan pulang kali ini, Oki hanya memanggil Keluarga Arkana, tidak memanggil Arjuna untuk kumpul bersama.Anak perempuan yang sudah menikah tidak boleh bermalam di rumah orang tuanya.Setelah makan di rumah Shaka, Bulan akan kembali ke rumah suaminya.Kali ini, Bulan bertindak sedikit tidak biasa. Dia membawa sebuah kantong besar menuju rumah Arjuna tanpa menghiraukan larangan Oki dan Shaka.Bulan berdiri di depan rumah Arjuna, melihat rumah yang baru saja direnovasi. Dia begitu gembira hingga menangis sambil bergumam sendiri."Benar, mereka tidak membohongiku. Arjuna benar-benar sudah menjadi baik. Dia

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 208

    Hari kedua sekolah diliburkan.Setelah berlatih kaligrafi selama setengah hari, Arjuna merasa punggung dan pinggangnya sedikit pegal. Dia meletakkan kuas di tangannya, kemudian berjalan ke halaman untuk meregangkan otot-ototnya.Tidak lama setelah tiba di halaman, Arjuna mendengar suara berisik dari sebelah.Pasti ada orang yang mengirim sesuatu untuk keluarga Shaka lagi.Berita bahwa syair Shaka sangat dipuji oleh Cakra, bersama dengan berita syair Arjuna, menyebar ke beberapa desa terdekat.Sementara semua orang mengolok-olok Arjuna, mereka juga memuji Shaka dan makin yakin bahwa Shaka akan diterima di sekolah menengah atas kelas.Orang-orang datang memberikan hadiah kepada Shaka sangat banyak seperti sebelumnya."Tante pulang! Tante pulang!"Suara putra sulung Shaka, Zafa, terdengar dan berhasil menghentikan Arjuna untuk masuk ke rumah.Tante?Tante Zafa berarti tante Arjuna juga.Bayangan seorang wanita bertubuh tinggi, berpakaian rapi dan anggun, serta bertatapan ramah muncul di b

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 207

    Setiap Festival Musim Semi, sebagian keluarga gembira, sementara sebagian lainnya murung.Karena tidak semua orang akan memperoleh hasil yang baik setelah bekerja keras selama setahun.Begitulah adanya. Saat orang masih kecil, mereka sangat menantikan Festival Musim Semi. Namun makin dewasa, mereka makin tak menyukai festival ini.Karena Festival Musim Semi itu memusingkan.Di awal musim, mereka menetapkan resolusi untuk menabung sejumlah uang, serta menyelesaikan hal-hal penting dalam tahap kehidupan tertentu.Hanya saja mayoritas orang melebih-lebihkan kemampuan mereka dan meremehkan kejamnya waktu.Waktu tidak akan berhenti untukmu hanya karena kamu miskin.Tidak peduli seberapa pagi kamu bangun dan seberapa larut kamu tidur, seberapa keras kamu bekerja setiap hari, hidupmu tetap tidak membaik dan kamu masih terus berjuang.Setelah setahun bekerja keras, kamu menoleh ke belakang, lalu menemukan bahwa kamu masih belum punya apa-apa.Namun, pemandangan di Desa Embun tahun ini sangat b

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 206

    Sekolah Pelita menerbitkan kisi-kisi setiap tahun. Soal dalam kisi-kisi sering kali memprediksi soal ujian tahun berikutnya. Meskipun tidak persis, jenis soalnya sangat mirip.Dapat dikatakan bahwa siswa yang mendapatkan kisi-kisi dari Sekolah Pelita seperti mendapat bantuan tambahan.Para pelajar dari sepenjuru Kerajaan Bratajaya berlomba-lomba mendapatkan kisi-kisi dari Sekolah Pelita. Akan tetapi, sekolah tersebut biasanya hanya memberikannya kepada pelajar di sekolah sendiri.Sekolah itu hanya menerima dua puluh siswa setiap tahun. Selain itu, mereka hanya menerima orang yang berjodoh.Sekalipun orang itu berkuasa, jika kepala sekolahnya merasa bahwa dia tidak berjodoh, maka dia akan ditolak."Benar, tapi kakakmu bilang itu bukan yang asli, hanya salinan.""Salinan juga tidak apa-apa. Ayah, cepat minta Kakak untuk mengantarnya kemari. Tidak!" Shaka segera menggelengkan kepala."Ayah, besok suruh seseorang untuk menyampaikannya kepada Kakak. Katakan bahwa aku menginginkannya besok.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status