Share

Bab 139

Penulis: Abimana
"Yang Mulia, mereka memfitnahku. Tamael dan Arjuna bekerja sama. Benar, benar!" Galeo seolah menemukan penyelamat. Dia menunjuk Tamael sambil berkata, "Seperti itu. Kamu dan Arjuna bekerja sama untuk menjebakku. Beberapa gadis ini dibawa dari Rumah Bordil Prianka, 'kan?"

"Huh!" Tamael mendengus dingin, "ada seorang gadis kecil yang bahkan tidak bisa berjalan di sebuah rumah di ujung Jalan Kura. Tabib sedang memeriksanya. Apakah kamu ingin pergi melihatnya?"

"Kalau kamu ingin pergi ...." Tamael membungkuk kepada Kepala Daerah. Aku bisa memohon kepada Yang Mulia untuk mengutus dua orang membawamu pergi."

"Oh!" Tamael berhenti sejenak, lalu lanjut berujar, "Tadi kamu sudah mengaku bahwa rumah di paling ujung Jalan Kura adalah rumahmu. Aku yakin bukan hanya aku yang mendengarnya, Yang Mulia juga pasti mendengarnya."

Wajah Galeo menjadi pucat, keringat dingin keluar dari dahinya.

Ketika Tamael datang, dia tidak langsung menyuruh ketiga gadis itu masuk, melainkan sengaja mendekati Galeo.

Ter
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 140

    Arjuna tersenyum. "Memang kamu yang memberitahuku."Dinda mengatakan bahwa dia dimasukkan ke dalam tong kayu oleh Galeo. Tong itu terus jatuh hingga bisa mendengar gema. Kulit Dinda juga terlalu pucat.Berdasarkan beberapa petunjuk di atas, Arjuna menyimpulkan bahwa Dinda dan yang lainnya dikurung di dalam sumur kering tak bercahaya.Dinda juga mengatakan bahwa setiap kali mereka pergi mencuri, mereka akan berkumpul di Kuil Mizu.Ketika mereka sampai di sana, Galeo mengikat dan menutup mata mereka, kemudian menarik mereka ke sebuah kereta sapi yang rodanya penyok.Dinda yang duduk di dalam kereta mulai berhitung karena bosan, juga ingin melupakan rasa sakit pada tubuhnya. Setelah kereta sapi itu berguncang sebanyak 836 kali, kereta itu akan berhenti.Berdasarkan informasi ini, Arjuna menentukan bahwa kereta sapi itu menuju ke kota kabupaten.Karena Dinda dapat merasakan penyoknya roda kereta sapi, itu membuktikan bahwa jalannya mungkin datar. Jika jalannya datar, pasti jalan di kota ka

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 141

    "Hei." Arjuna memiringkan kepalanya sambil menatap Tamael. "Apa maksudmu?""Oh." Tamael berhenti menggelengkan kepalanya, kemudian dia mengulas senyum. "Bukan apa-apa, bukan apa-apa.""Ruang sidang adalah tempat yang tidak bagus. Biasanya, tidak ada orang yang akan datang kalau tidak ada urusan. Bukan hal yang bagus kalau masuk.Tamael mendorong Arjuna dengan pelan. "Ayo, aku yang traktir hari ini. Mari pergi ke restoranku. Kamu boleh memesan apa pun yang kamu inginkan hari ini. Mari kita singkirkan kesialan."Arjuna tidak sungkan dengan Tamael. Setelah berdiri di depan ruang sidang begitu lama, dia memang sudah lapar."Oke, jangan salahkan aku bawa banyak barang dan makan terlalu banyak. Nanti kamu bangkrut."Disa, Daisha dan Dinda sedang dalam masa pertumbuhan. Mereka sangat kuat makan."Lucu!" Tamael menyeringai lalu mengerutkan kening. "Orang yang bisa membuatku bangkrut belum lahir."Setelah makan dan minum sepuasnya di Restoran Kebon Sirih, Arjuna dan para istrinya pun pulang.Du

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 142

    "Tuan, kita sudah menikah selama setahun. Sekarang Dinda sudah kembali, kami ingin pulang ke rumah orang tua kami menemui Kakek dan Nenek agar mereka bisa tenang. Bolehkah?""Tentu saja boleh."Karena ketiga saudari itu membahas hal ini, Arjuna merasa sedikit bersalah.Dia sudah tiba di negeri ini sekian lama, tetapi dia belum pernah bertanya kepada Alsava bersaudari mengenai keadaan keluarga mereka."Benarkah?"Daisha menatap Arjuna dengan tak percaya.Setelah jumlah laki-laki lebih sedikit daripada perempuan, pihak perempuan tak hanya harus menyiapkan mahar ketika menikah. Setelah menikah pun, keluarga pihak perempuan harus sesekali mengirim uang atau makanan untuk pihak lelaki.Keluarga Daisha miskin. Mereka sudah tidak punya orang tua, hanya ada sepasang kakek-nenek yang sudah lanjut usia.Karena tante-tante mereka tidak menyukai mereka, paman-paman mereka pun tidak berani membantu.Setelah mereka menikah dengan Arjuna, Arjuna tidak menerima bantuan apa pun dari keluarga mereka.Pa

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 143

    "Tidak ada barang bagus yang bisa dibeli di sini, harus beli di kabupaten. Setelah pergi ke kabupaten baru pergi ke Desa Sava sudah terlalu larut."Arjuna masih memiliki sedikit ingatan tentang rumah orang tua para istrinya.Seingatnya, Desa Sava tidak dekat dari Desa Embun, setidaknya tiga puluh kilometer jauhnya.Di dunia modern di mana transportasi canggih, tiga puluh kilometer hanya masalah menginjak pedal gas.Namun, mereka ada di zaman kuno.Desa Sava, desa di mana Keluarga Alsava berada, lebih terpencil daripada Desa Embun. Jalannya sangat sulit dilalui. Ada sebagian jalan yang tak bisa dilalui kereta sapi."Kita akan berangkat lusa. Besok aku akan memberi tahu penanggung jawab Restoran Kebon Sirih bahwa lusa Paman Arkana yang membantu mengantarkan ikan ke restoran. Setelah itu kita bisa berangkat ke Desa Sava pagi-pagi.""Kita berangkat lebih awal agar kalian bisa menemani kakek-nenek lebih lama di sana. Bagaimana? Bukankah pengaturanku lebih baik daripada kalian pergi besok?"

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 144

    Meskipun Arjuna memberi tahu mereka bahwa mereka dapat membeli apa pun yang mereka inginkan untuk kakek-nenek mereka, mereka tetap sangat hemat.Mereka bertiga berbelanja hampir seharian dan kembali hanya membawa beberapa barang.Arjuna melihatnya sekilas.Beras dan mi yang tidak lebih dari dua setengah kilo. Dua buah kubis. Daging hanya setengah kilo, itu pun daging tak berlemak. Mereka bahkan enggan membeli setengah kilo daging berlemak."Ini saja?"Ketiga saudari itu tidak menjawab, jadi Arjuna menatap mereka."Tuan ...."Daisha menatap Arjuna sekilas. Dia mengatupkan bibirnya beberapa kali sebelum berkata dengan hati-hati. "Apakah kami membeli terlalu banyak?""Hah?!"Arjuna baru tiba di negeri belum lama, jadi dia masih belum begitu memahami adat istiadat setempat.Barang belanjaan Alsava bersaudari memang tergolong banyak.Dinda berkata, "Kami akan membawa setengahnya saja.""Kurang dari setengah juga tidak apa-apa," timpal Disa."Tunggu aku di kereta," ucap Arjuna.Usai berbicar

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 145

    "Jangan merasa terbebani. Kalau tidak ada kakek-nenek kalian, bagaimana mungkin aku bisa menikahi istri secantik kalian?""Aku rela membayar mahal, apalagi hanya sedikit beras dan mi? Selain itu, istri yang berada paling dekat denganku ini ...." Arjuna mencolek hidung Daisha dengan jari telunjuknya. "Suka menciumku secara diam-diam. Istriku begitu menarik, aku ....""Tuan, kamu ... kamu bicara sembarangan lagi."Daisha menutupi wajahnya, lalu cemberut.Kenapa Tuan berbicara seperti itu? Dinda masih ada di samping mereka.'"Benar tidak, Dinda?""Ba ... bagaimana aku tahu?"Dinda mengangkat tirai, kemudian dia berlari keluar untuk duduk bersama Disa.Arjuna tertawa sambil bersandar di kereta."Apakah Tuan menggoda Kak Daisha-mu lagi?"Melihat Dinda, Disa pun mengemudikan kereta sambil bertanya kepadanya."Kak Disa, maksudmu ...." Dinda ragu sejenak. "Tuan sering melakukannya?"Disa mengangguk. "Ya, sering. Tuan sepertinya suka melihat Kak Daisha-mu merona, jadi dia sering menggodanya.""

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 146

    Tadi Dinda menyingkap tirai kereta dan berencana turun sendiri, alhasil digendong oleh Arjuna yang sudah keluar dari kereta.Arjuna tidak berpikir panjang. Menurutnya, Dinda hampir sama dengan Naya. Kereta kuda agak tinggi, jadi dia langsung menggendong Dinda turun dari kereta."A ... aku tidak setuju untuk digendong. Dia main gendong begitu saja."Wajah Dinda sedikit memerah. Dia menundukkan kepalanya dan menarik ujung bajunya."Kak Arjuna begitu baik. Bisa menikah dengannya adalah hal yang sangat baik.""Kakak Ipar!"Naya tiba-tiba mencekal tangan Dinda.Dinda secara naluriah melangkah mundur. Jika Naya tidak berbicara dengan cepat, Dinda pasti sudah mendorong Naya ke lantai.Galeo pernah meminta seseorang mengajarinya sehingga Dinda menguasai beberapa cara untuk melarikan diri dan melawan.Naya berujar, "Ayo kita bermain!"Mata kecilnya berkedip, tidak ada intrik sedikit pun di dalamnya."Sairak ...." Sebelum Dinda menyelesaikan kata-katanya, Naya sudah menariknya ke halaman untuk b

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 147

    "Tuan, apakah kamu baik-baik saja?"Daisha yang duduk di sebelah Arjuna pun buru-buru mengelus punggung Arjuna."Tidak apa-apa, tidak apa-apa."Arjuna melambaikan tangannya. Dia menatap Dinda yang wajahnya merah. "Lain kali panggil Dinda saja."Kalimat itu tidak hanya ditujukan kepada Melati, melainkan kepada semua orang.Dia memutuskan untuk memberikan kebebasan kepada Dinda.Beberapa tahun kemudian, Dinda bisa menentukan sendiri siapa yang ingin dia nikahi.Melati tentu saja mengerti apa yang Arjuna maksud. Dia berkata sambil tersenyum. "Kalau begitu panggil Dinda. Dinda juga enak didengar."Disa dan Daisha juga mengerti. Disa yang lebih tidak sabaran langsung bertanya."Tuan, apakah kamu tidak menginginkan Dinda lagi? Atau karena dia ...."Atau karena dia pernah menjadi pencuri.Disa tidak mengucapkannya.Dinda menundukkan kepalanya tanpa mengatakan apa-apa.Pada akhirnya, dia tetap tidak disukai."Arjuna, Dinda ...." Bahkan Arkana pun angkat bicara. "Dia memang agak kurus, tapi Pam

Bab terbaru

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 476

    "Astaga." Danis begitu panik. "Arjuna, kenapa kamu tidak mau memadamkan api? Jangan menyerah, kita pasti bisa menyelamatkan beberapa buku."Arjuna menatap api yang berkobar di ruang kerja sejenak, lalu menoleh untuk menatap Danis sambil tersenyum tipis. "Bukankah Marsekal sangat jelas apakah kita bisa menyelamatkannya atau tidak?""Ba ... bagaimana mungkin aku tahu? Aku sedang tidur, kemudian menyadari bahwa ruang kerjamu kebakaran."Aneh sekali.Danis merasa bingung. Mengapa dia bisa merasa tidak tenang karena takut ketahuan?Sekalipun dia yang menyebabkan kebakaran, mengingat kepribadiannya seperti apa, bagaimana mungkin dia merasa takut? Sekarang begitu bertemu Arjuna ....Anak ini tidak hanya genius dalam menggunakan pasukan, tetapi auranya juga sangat mengintimidasi hingga menakutkan.Sebuah tatapan Arjuna dapat membuat orang lain merasa terbaca isi hatinya."Kalaupun aku membakar ruang belajar itu, lalu kenapa?"Karena tidak bisa menyembunyikannya, Danis pun mengakuinya."Kamu ya

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 475

    "Jelas tidak boleh membiarkannya pergi. Sungguh disayangkan kalau orang berbakat seperti dia menjadi pegawai negeri. Coba aku pikir ...."Kamar yang ditempati Danis berada di seberang ruang belajar Arjuna.Tata letak kamar ini tidak bagus. Dia awalnya tidak tinggal di kamar ini, tetapi dia bersikeras pindah hari ini.Dia menggunakan alasan bahwa letak kamar ini sepi. Sebenarnya dia ingin mengawasi Arjuna, takut Arjuna pergi diam-diam ke Kota Perai.Selain Danis yang mengawasi secara langsung, dia juga memerintahkan batalion pengawalnya untuk berjaga di sekitar rumah Arjuna. Singkatnya, jika Arjuna ingin melarikan diri secara diam-diam, itu mustahil.Sore harinya, Tamael datang.Jika Arjuna tidak keluar tepat waktu, Tamael tidak akan bisa masuk.Karena Tamael datang artinya Arjuna telah menemukan penginapan di Kota Perai. Danis tidak akan mengizinkannya masuk."Ma ... Marsekal."Keluar dari ruang kerja Arjuna, Tamael begitu ketakutan hingga rohnya hampir keluar.Pada saat ini, Danis ber

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 474

    Daisha adalah orang yang bijaksana dan cerdas. Sejak hari pertama Danis pindah ke rumahnya, dia sudah mengerti tujuan Danis.Arjuna meletakkan kuas, kemudian menarik Daisha mendekat, membelai rambutnya sembari bertanya, "Bagaimana menurutmu? Apakah aku harus tetap mengikuti ujian kekaisaran atau pergi ke Pasukan Serigala bersama Marsekal?"Daisha menggelengkan kepalanya pelan. "Aku tidak tahu. Ke mana pun Tuan pergi, aku akan ikut."Arjuna dengan lembut mencubit dagu Daisha. Dagunya lembut dan tirus, terasa sangat enak dipegang. "Kalau aku benar-benar bergabung dengan Pasukan Serigala, kondisi di barak tidak lebih baik daripada di rumah. Apa kamu tidak takut susah?"Daisha membenamkan kepalanya di dada Arjuna, lalu dia berkata dengan lembut. "Tidak. Selama ada Tuan, aku tidak merasa susah."Daisha yang ada dalam pelukan Arjuna harum sekali. Tatapannya menawan, bibirnya merah, cantik sekali.Sulit untuk tidak tergoda saat memeluk wanita secantik ini.Arjuna mengangkat dagu Daisha. "Aku

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 473

    "Arjuna." Danis berkata dengan tatapan serius. "Ini sama sekali bukan ocehan, aku melakukan ini sepenuhnya untuk kebaikanmu ....""Disa!" Arjuna berteriak ke luar pintu. "Kemasi barang-barang Marsekal ....""Jangan, jangan! Aku akan berhenti bicara, aku akan berhenti bicara." Ekspresi Danis yang awalnya serius berubah menjadi senyuman menyanjung.Arjuna memelototi Danis, kemudian menundukkan kepalanya, hendak mengambil kuas lagi."Wah!" Danis mengambil kuas Arjuna lebih dulu. "Arjuna, kuasmu ini sangat bagus!""Baru kali ini aku melihat kuas sebagus ini. Di mana kamu membelinya?" Danis mulai bermain dengan kuas Arjuna.Arjuna tidak menjawab pertanyaan Danis, tetapi hanya mengulurkan tangannya. "Berikan padaku.""Hei, Arjuna, kamu pelit sekali. Aku lihat saja tidak boleh," keluh Danis sambil ...."Krek!""Aduh!"Danis menatap kuas yang patah sambil berseru, kemudian dia berkata dengan nada meremehkan. "Kuas ini memang bagus, tapi kualitasnya terlalu buruk. Aku hanya memegang dengan pela

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 472

    "Sedangkan Kabupaten Damai yang paling ingin dia aneksasi tidak digabungkan dengan Kabupaten Sentosa. Kabupaten Sentosa justru harus membantu Kabupaten Damai membayar pajak selama tiga tahun, serta memenuhi jumlah personel dinas militer.Setelah kembali dari Kabupaten Damai, Sugi merasa khawatir akan masalah ini. Membantu sebuah kabupaten membayar pajak bukanlah hal yang dapat dilakukan oleh beberapa usaha. Penduduk seluruh kabupaten akan dikenakan kenaikan pajak.Pajak naik, penduduk hanya bisa memaki di belakang.Namun, jumlah anggota dinas militer ditingkatkan ....Dalam tiga tahun berikutnya, dimaki sebagai pejabat berengsek sudah merupakan hukuman yang paling ringan.Setelah meningkatkan pajak dan jumlah dinas militer selama tiga tahun, status Kabupaten Sentosa sebagai kabupaten terkaya di Kota Perai pasti akan hilang. Rencana Sugi untuk mencaplok Kabupaten Damai dan menjadi prefek pada dasarnya sudah tidak ada harapan.Arjuna, Arjuna!'Sugi menggertakkan giginya saat menyebut nam

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 471

    Ya, dia seorang bupati Kota Perai, takut pada Arjuna yang hanya merupakan seorang pelajar.Pertama, trik Arjuna terlalu mengerikan.Kedua, Arjuna naik kereta kudanya hari ini, sedangkan dia sendiri berjalan kaki.Salah satu dari kedua alasan itu membuatnya merasa was-was.Danis menoleh, kemudian bertanya pada Arjuna, "Arjuna, apakah kamu akan mengikuti ujian perguruan tinggi?""Ya!"Sebelum Arjuna sempat menjawab, Andi sudah berseru, "Marsekal, Anda mungkin tidak tahu, Arjuna mendapat peringkat pertama dalam ujian nasional Kabupaten Damai pada tahun pertamanya mengikuti ujian kekaisaran."Andi memuji Arjuna.Selama Arjuna mengikuti ujian kekaisaran, dia tidak akan bisa menjadi komandan.Skala ujian perguruan tinggi jauh lebih besar daripada ujian daerah dan ujian nasional. Semua siswa yang lulus ujian nasional dari sepuluh kabupaten di Kota Perai yang datang untuk berpartisipasi adalah kaum unggulan.Kabupaten Damai merupakan kabupaten termiskin dan terkecil di Kota Perai. Arjuna mendu

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 470

    "Marsekal, Anda masih suka bercanda seperti dulu ....""Hormat kepada Yang Mulia Komandan! Selamat, Yang Mulia!"Sebelum Eshan selesai berbicara, Mois yang ada di sampingnya segera berlutut, kemudian mengucapkan selamat kepadanya dengan suara keras."Sekretaris Daerah, apa yang kamu selamatkan? Bodoh. Marsekal masih di sini." Eshan menundukkan kepalanya sambil memarahi Mois.Danis menepuk kepala Eshan pelan sambil berkata, "Kurasa kamu yang paling bodoh. Sudah bertahun-tahun berlalu, kamu sudah bertambah tua, tapi otakmu tidak bertambah besar.""Hormat kepada Yang Mulia Komandan!"Begitu Danis selesai berbicara, para prajurit yang menjaga Kota Perai berlutut. Suara mereka dalam memberi penghormatan kepada sang komandan sekeras dan sekuat guntur."Marsekal, maksudmu Eshan adalah komandan baru yang kamu tunjuk?"Kata-kata bodoh seperti itu akan membuatnya terlihat bodoh dan menyinggung Danis, tetapi Andi tetap bertanya.Karena dia benar-benar tidak dapat memercayainya. Dia benar-benar ti

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 469

    Arjuna mengangkat tirai, lalu melihat keluar.Danis duduk di jok kusir, sementara Andi dan Firhan berdiri dengan hormat di samping kereta."Marsekal, Kabupaten Damai miskin. Makanan serta akomodasi tidak memadai. Kalau Anda tinggal di sini, itu akan menderita bagi Marsekal," kata Firhan.Kabupaten Damai merupakan titik hitam dalam hidupnya. Firhan tidak akan tinggal sekejap pun lebih lama.Ekspresi Danis menjadi muram. "Sebagai seorang prajurit yang bertugas, aku tidak bisa menderita sedikit?""Bukan." Andi menjadi pucat karena ketakutan, dia berulang kali memberi peringatan kepada Firhan dengan tatapannya.Danis adalah seorang prajurit. Jika seorang prajurit mengeluh tentang makanan dan akomodasi yang buruk, bukankah itu berarti dia takut mati?Sial, dia hampir saja terseret oleh Firhan."Marsekal, tentu saja Anda adalah orang yang paling tahan menderita di Dinasti Bratajaya. Kalau tidak, bagaimana Anda bisa memimpin Pasukan Serigala dan melindungi wilayah Bratajaya?"Setelah mendenga

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 468

    "Arjuna, jangan salah paham. Meskipun aku tidak punya anak laki-laki, aku punya delapan belas anak perempuan. Aku pria normal. Kalau kamu tidak percaya padaku ...."Danis mengangkat tangannya, kemudian bersumpah atas nama putri-putrinya. "Kalau aku berbohong, tidak seorang pun putriku dapat menikah. Putri yang sudah menikah tidak akan melahirkan anak laki-laki."Pada saat ini, Arjuna merasa kasihan pada putri-putri Danis. Mana ada ayah seperti itu?"Kalau begitu kamu tidak masalah, kenapa kamu tiba-tiba melamun?""Apakah aku melamun? Arjuna, bukankah kamu seorang pelajar? Bagaimana kamu bisa tahu banyak tentang militer? Rasanya seperti kamu telah berperang sepanjang waktu."Danis tidak hanya tidak menjawab pertanyaan Arjuna, dia juga mengalihkan topik pembicaraan, mempertanyakan identitas Arjuna.Arjuna menatap Danis dengan tenang.Dasar pria tua licik.Tidak masalah, ini bukan pertama kalinya dia bertemu dengan pria tua yang licik."Bukankah kamu bilang aku seorang pelajar? Aku membac

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status