Share

Bab 131

Author: Abimana
"Benar, Dinda, cepatlah makan. Nanti kalau sudah dingin, rasanya tidak enak."

Daisha pun mendesak Dinda.

"Ini." Disa menaruh sepotong fillet ikan ke dalam mangkuk Dinda, "Dinda, cobalah. Ikan acar buatan Tuan sangat lezat."

Dinda menatap kedua kakaknya dan Arjuna yang sedang makan secara bergantian.

Pria itu tampak masih sama. Raut wajahnya masih sama seperti dulu, ekspresinya juga terlihat galak.

Namun, dia juga sepenuhnya berbeda.

Dulu, dia tidak bisa menghasilkan uang maupun melakukan pekerjaan rumah tangga.

Sekarang dia tidak hanya bisa melakukannya, tetapi juga melakukannya dengan sangat terampil.

"Enak sekali!"

Makanan lezat membuat Dinda merasa lebih terbuka, senyum khas anak kecil akhirnya muncul di wajahnya.

Dia melirik Arjuna, kemudian berbicara dengan suara kecil dan cepat.

"Terima kasih."

Arjuna merasa dirinya parah.

Bisa-bisanya dia merasa gembira hanya karena ucapan terima kasih dari seorang anak kecil.

Setelah makan, Dinda duduk di atas tungku sambil mengamati rumah ini.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 132

    "Setelah kami berhenti, Galeo memindahkan kami satu per satu ke dalam sebuah tong kayu. Tong itu sangat kecil, kami berlima sangat sempit di dalam. Setelah itu, aku merasakan tong itu terus jatuh hingga akhirnya berhenti. Kami melewati malam hari di dalam tong kayu itu.""Tidak heran kamu tidur begitu nyenyak tadi. Bagaimana lima orang bisa tidur di tempat sekecil itu?"Daisha merasa sedih."Galeo benar-benar keji."Disa tidak mengatakan apa-apa. Dia berjalan ke ujung, mengambil busur dan anak panah dari dinding, lalu berjalan keluar."Berhenti! Gantung kembali busur dan anak panahmu!""Tuan, kamu bisa menahannya, tapi aku tidak bisa. Aku akan membunuh Galeo dengan satu anak panah."Mereka tidak perlu melihat untuk mengetahui bahwa Disa pasti sangat marah hingga mata dan wajahnya memerah."Pergilah, pergi bunuh dia, kemudian kamu akan diseret ke pasar untuk dipenggal di depan umum. Kedua adikmu akan diasingkan ke perbatasan untuk melakukan kerja paksa karena kamu. Sedangkan aku .... Se

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 133

    Selain rasa takut, Dinda juga merasa benci terhadap Arjuna.Dia berakhir semengenaskan sekarang karena Arjuna menjualnya.Menjalani kehidupan yang tidak manusiawi selama hampir setengah tahun tidak dapat dihapus dengan sekali makan atau beberapa kata sopan.Arjuna, yang sedang beristirahat dengan mata terpejam, tiba-tiba membuka matanya. Dinda terkejut, dia tidak sempat mengalihkan pandangannya.Dengan panik, dia buru-buru berkata, "Tu ... Tuan."Arjuna menatap Dinda beberapa saat sebelum membalas dengan bergumam.Gadis ini memiliki kulit yang cukup putih.Putih?!Sebuah pikiran terlintas di benak Arjuna.Dia memalingkan wajahnya dari Dinda.Dinda diam-diam mengangkat tangan kecilnya, membuat gerakan meninju pada punggung Arjuna.Arjuna mengetahuinya, tetapi dia pura-pura tidak melihatnya.Arjuna yang dulu melakukan hal-hal sebejat itu, dia harus membiarkan gadis kecil ini melampiaskan amarahnya.Pada malam hari.Di satu sisi tungku, seorang gadis kecil terus membolak-balikkan tubuhnya

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 134

    Hari ini Arjuna berada di restoran selama dua jam lebih lama barulah keluar.Setelah meninggalkan Restoran Kebon Sirih, dia tidak pergi ke pabrik pengolahan ikan, dia juga tidak mengajak istri-istrinya jalan-jalan seperti biasa, melainkan langsung keluar kota.Melihat Arjuna meninggalkan kota, Raditya bergegas melapor kepada Galeo."Kenapa kamu berlari seperti ini?"Melihat Raditya kehabisan napas, Galeo menghampirinya sembari mengajukan pertanyaan."Apakah Arjuna sudah meninggalkan pasar?"Galeo telah mengikuti Arjuna selama beberapa hari sebelumnya. Dia mengetahui bahwa Arjuna akan pergi ke pasar setelah mengantarkan ikan dan memeriksa pabrik ikan setiap hari. Sekalipun tidak belanja kebutuhan rumah tangga, dia akan mengajak istri-istrinya membeli beberapa makanan ringan.Dia memerintahkan Raditya untuk langsung memberitahunya setelah Arjuna keluar dari Restoran Kebon Sirih dan pergi ke pasar.Karena bila dia berangkat menuju gerbang kota saat itu, Arjuna juga akan hampir sampai di g

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 135

    "Tak!"Balok kayu yang ada di tangan Kepala Daerah mendarat lagi."Galeo yang mana?"Galeo melangkah maju, membungkuk kepada Kepala Daerah sambil menjawab, "Yang Mulia, hamba adalah Galeo.""Arjuna, warga Desa Embun, melapor kepadaku bahwa kamu mengurung gadis-gadis muda dan memaksa mereka untuk mencuri. Apakah itu benar?""Yang Mulia, itu adalah fitnah. Apakah dia punya bukti untuk membuktikan fitnahannya terhadap hamba?""Arjuna." Kepala Daerah mengalihkan pandangannya ke Arjuna. "Apakah kamu punya bukti?""Yang Mulia, istri hamba adalah saksinya." Arjuna menatap Dinda yang ada di samping, kemudian mengangguk untuk menyemangatinya.Dinda mengatupkan bibirnya, kemudian berdiri."Yang Mulia, hamba Dinda. Dia!" Dinda mengarahkan jarinya ke Galeo sambil berkata dengan gigi terkatup. "Dia mengurungku, melatihku mencuri dan menyuruhku mencuri setiap hari. Kalau aku tidak patuh, dia akan memukulku dengan keras."Dinda menyingsingkan lengan bajunya, memperlihatkan bekas luka pada lengannya.

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 136

    Setelah Surya bersaksi melawan Dinda, Kepala Daerah langsung bertanya kepada Dinda."Dinda, apakah kau mengakui kesalahanmu?""Yang Mulia." Dinda pun berlutut. "Hamba merasa dirugikan. Hamba dipaksa oleh Galeo!""Aku memaksamu?" Galeo mengangkat sudut bibirnya. "Kamu bukan istriku, juga bukan saudaraku. Kenapa kamu harus mendengarkanku?""Setengah tahun yang lalu, tuanku menjualku kepadamu sebagai budak.""Menjualmu kepadaku? Apakah ada buktinya? Selain itu, hukum di negeri ini tidak mengizinkan jual-beli istri, tuanmu malah melanggar hukum. Apakah dia tidak punya otak?"Galeo menaikkan volumenya ketika mengatakan "tidak ada otak".Dia ingin menertawakan Arjuna tidak punya otak di ruang sidang.Arjuna pasti sangat kesal, lalu kenapa? Beranikah Arjuna membantahnya?"Kamu ...." Mata Dinda memerah karena marah. "Kamu memelintir kebenaran! Luka-luka yang ada di tubuhku karena kamu!""Aku memukulmu? Siapa yang melihatnya?""Kamu tidak hanya memukulku, tapi juga memukul teman-temanku yang la

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 137

    "Meskipun aku bukan kerabat istrinya Arjuna, sebagai orang yang punya hati nurani, aku tidak bisa menoleransi perilakunya. Setelah Alsava bersaudari menikah dengan Arjuna, dia terus memukuli mereka, terutama yang satu itu."Galeo menunjuk ke arah Daisha lalu berkata, "Kakinya dipukul sampai patah oleh Arjuna dan belum pulih."Sama seperti larangan memperjualbelikan istri, hukum Kerajaan Bratajaya juga melarang suami memukul istri tanpa alasan.Karena sekarang jumlah laki-laki lebih sedikit daripada perempuan, tidak akan ada yang peduli selama tidak terjadi korban jiwa.Galeo telah merencanakan semuanya dengan matang. Sekarang setelah dia mengajukan gugatan di pengadilan, tidak mungkin Kepala Daerah menutup sebelah mata."Untuk saksi, semua orang di Desa Embun adalah saksi. Yang Mulia bisa mengutus seseorang untuk bertanya kepada siapa pun.""Arjuna!" Kepala Daerah mengerutkan kening kala bertanya dengan dingin kepada Arjuna. "Benarkah?"Dia sedikit kecewa dengan Arjuna. Pantas saja Arj

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 138

    Sebagai Kepala Daerah, dia tentu tahu tentang kerja sama antara Arjuna dan Tamael. Dia mengira Tamael datang untuk membela Arjuna.Kalau dulu dia bisa saja bersikap lunak dalam memberikan hukuman, tetapi sekarang tidak bisa."Yang Mulia, Arjuna memang pantas dihukum karena pernah memukul istrinya. Siapa pun tidak bisa menghapus kejahatan yang dia perbuat."Jika Tamael tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan informasi orang dalam, keluarganya tidak akan mencapai skala ini di Kabupaten Damai.Dia tahu bahwa Kepala Daerah sedang menangkap beberapa kasus kekerasan terhadap istri yang umum. Makin dia memohon untuk Arjuna, kesalahan Arjuna akan makin besar.Mendengar kata-kata Tamael, Kepala Daerah pun merasa lega.Meskipun pelajar, petani, buruh dan pedagang sama pentingnya, uang membuat segalanya lebih mudah.Biarpun pejabat maupun pelajar memandang rendah pedagang, ketika pedagang memberi mereka keuntungan, mereka akan mengambil setiap sen.Selama bertahun-tahun, keluarga Tamael telah

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 139

    "Yang Mulia, mereka memfitnahku. Tamael dan Arjuna bekerja sama. Benar, benar!" Galeo seolah menemukan penyelamat. Dia menunjuk Tamael sambil berkata, "Seperti itu. Kamu dan Arjuna bekerja sama untuk menjebakku. Beberapa gadis ini dibawa dari Rumah Bordil Prianka, 'kan?""Huh!" Tamael mendengus dingin, "ada seorang gadis kecil yang bahkan tidak bisa berjalan di sebuah rumah di ujung Jalan Kura. Tabib sedang memeriksanya. Apakah kamu ingin pergi melihatnya?""Kalau kamu ingin pergi ...." Tamael membungkuk kepada Kepala Daerah. Aku bisa memohon kepada Yang Mulia untuk mengutus dua orang membawamu pergi.""Oh!" Tamael berhenti sejenak, lalu lanjut berujar, "Tadi kamu sudah mengaku bahwa rumah di paling ujung Jalan Kura adalah rumahmu. Aku yakin bukan hanya aku yang mendengarnya, Yang Mulia juga pasti mendengarnya."Wajah Galeo menjadi pucat, keringat dingin keluar dari dahinya.Ketika Tamael datang, dia tidak langsung menyuruh ketiga gadis itu masuk, melainkan sengaja mendekati Galeo.Ter

Latest chapter

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 476

    "Astaga." Danis begitu panik. "Arjuna, kenapa kamu tidak mau memadamkan api? Jangan menyerah, kita pasti bisa menyelamatkan beberapa buku."Arjuna menatap api yang berkobar di ruang kerja sejenak, lalu menoleh untuk menatap Danis sambil tersenyum tipis. "Bukankah Marsekal sangat jelas apakah kita bisa menyelamatkannya atau tidak?""Ba ... bagaimana mungkin aku tahu? Aku sedang tidur, kemudian menyadari bahwa ruang kerjamu kebakaran."Aneh sekali.Danis merasa bingung. Mengapa dia bisa merasa tidak tenang karena takut ketahuan?Sekalipun dia yang menyebabkan kebakaran, mengingat kepribadiannya seperti apa, bagaimana mungkin dia merasa takut? Sekarang begitu bertemu Arjuna ....Anak ini tidak hanya genius dalam menggunakan pasukan, tetapi auranya juga sangat mengintimidasi hingga menakutkan.Sebuah tatapan Arjuna dapat membuat orang lain merasa terbaca isi hatinya."Kalaupun aku membakar ruang belajar itu, lalu kenapa?"Karena tidak bisa menyembunyikannya, Danis pun mengakuinya."Kamu ya

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 475

    "Jelas tidak boleh membiarkannya pergi. Sungguh disayangkan kalau orang berbakat seperti dia menjadi pegawai negeri. Coba aku pikir ...."Kamar yang ditempati Danis berada di seberang ruang belajar Arjuna.Tata letak kamar ini tidak bagus. Dia awalnya tidak tinggal di kamar ini, tetapi dia bersikeras pindah hari ini.Dia menggunakan alasan bahwa letak kamar ini sepi. Sebenarnya dia ingin mengawasi Arjuna, takut Arjuna pergi diam-diam ke Kota Perai.Selain Danis yang mengawasi secara langsung, dia juga memerintahkan batalion pengawalnya untuk berjaga di sekitar rumah Arjuna. Singkatnya, jika Arjuna ingin melarikan diri secara diam-diam, itu mustahil.Sore harinya, Tamael datang.Jika Arjuna tidak keluar tepat waktu, Tamael tidak akan bisa masuk.Karena Tamael datang artinya Arjuna telah menemukan penginapan di Kota Perai. Danis tidak akan mengizinkannya masuk."Ma ... Marsekal."Keluar dari ruang kerja Arjuna, Tamael begitu ketakutan hingga rohnya hampir keluar.Pada saat ini, Danis ber

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 474

    Daisha adalah orang yang bijaksana dan cerdas. Sejak hari pertama Danis pindah ke rumahnya, dia sudah mengerti tujuan Danis.Arjuna meletakkan kuas, kemudian menarik Daisha mendekat, membelai rambutnya sembari bertanya, "Bagaimana menurutmu? Apakah aku harus tetap mengikuti ujian kekaisaran atau pergi ke Pasukan Serigala bersama Marsekal?"Daisha menggelengkan kepalanya pelan. "Aku tidak tahu. Ke mana pun Tuan pergi, aku akan ikut."Arjuna dengan lembut mencubit dagu Daisha. Dagunya lembut dan tirus, terasa sangat enak dipegang. "Kalau aku benar-benar bergabung dengan Pasukan Serigala, kondisi di barak tidak lebih baik daripada di rumah. Apa kamu tidak takut susah?"Daisha membenamkan kepalanya di dada Arjuna, lalu dia berkata dengan lembut. "Tidak. Selama ada Tuan, aku tidak merasa susah."Daisha yang ada dalam pelukan Arjuna harum sekali. Tatapannya menawan, bibirnya merah, cantik sekali.Sulit untuk tidak tergoda saat memeluk wanita secantik ini.Arjuna mengangkat dagu Daisha. "Aku

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 473

    "Arjuna." Danis berkata dengan tatapan serius. "Ini sama sekali bukan ocehan, aku melakukan ini sepenuhnya untuk kebaikanmu ....""Disa!" Arjuna berteriak ke luar pintu. "Kemasi barang-barang Marsekal ....""Jangan, jangan! Aku akan berhenti bicara, aku akan berhenti bicara." Ekspresi Danis yang awalnya serius berubah menjadi senyuman menyanjung.Arjuna memelototi Danis, kemudian menundukkan kepalanya, hendak mengambil kuas lagi."Wah!" Danis mengambil kuas Arjuna lebih dulu. "Arjuna, kuasmu ini sangat bagus!""Baru kali ini aku melihat kuas sebagus ini. Di mana kamu membelinya?" Danis mulai bermain dengan kuas Arjuna.Arjuna tidak menjawab pertanyaan Danis, tetapi hanya mengulurkan tangannya. "Berikan padaku.""Hei, Arjuna, kamu pelit sekali. Aku lihat saja tidak boleh," keluh Danis sambil ...."Krek!""Aduh!"Danis menatap kuas yang patah sambil berseru, kemudian dia berkata dengan nada meremehkan. "Kuas ini memang bagus, tapi kualitasnya terlalu buruk. Aku hanya memegang dengan pela

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 472

    "Sedangkan Kabupaten Damai yang paling ingin dia aneksasi tidak digabungkan dengan Kabupaten Sentosa. Kabupaten Sentosa justru harus membantu Kabupaten Damai membayar pajak selama tiga tahun, serta memenuhi jumlah personel dinas militer.Setelah kembali dari Kabupaten Damai, Sugi merasa khawatir akan masalah ini. Membantu sebuah kabupaten membayar pajak bukanlah hal yang dapat dilakukan oleh beberapa usaha. Penduduk seluruh kabupaten akan dikenakan kenaikan pajak.Pajak naik, penduduk hanya bisa memaki di belakang.Namun, jumlah anggota dinas militer ditingkatkan ....Dalam tiga tahun berikutnya, dimaki sebagai pejabat berengsek sudah merupakan hukuman yang paling ringan.Setelah meningkatkan pajak dan jumlah dinas militer selama tiga tahun, status Kabupaten Sentosa sebagai kabupaten terkaya di Kota Perai pasti akan hilang. Rencana Sugi untuk mencaplok Kabupaten Damai dan menjadi prefek pada dasarnya sudah tidak ada harapan.Arjuna, Arjuna!'Sugi menggertakkan giginya saat menyebut nam

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 471

    Ya, dia seorang bupati Kota Perai, takut pada Arjuna yang hanya merupakan seorang pelajar.Pertama, trik Arjuna terlalu mengerikan.Kedua, Arjuna naik kereta kudanya hari ini, sedangkan dia sendiri berjalan kaki.Salah satu dari kedua alasan itu membuatnya merasa was-was.Danis menoleh, kemudian bertanya pada Arjuna, "Arjuna, apakah kamu akan mengikuti ujian perguruan tinggi?""Ya!"Sebelum Arjuna sempat menjawab, Andi sudah berseru, "Marsekal, Anda mungkin tidak tahu, Arjuna mendapat peringkat pertama dalam ujian nasional Kabupaten Damai pada tahun pertamanya mengikuti ujian kekaisaran."Andi memuji Arjuna.Selama Arjuna mengikuti ujian kekaisaran, dia tidak akan bisa menjadi komandan.Skala ujian perguruan tinggi jauh lebih besar daripada ujian daerah dan ujian nasional. Semua siswa yang lulus ujian nasional dari sepuluh kabupaten di Kota Perai yang datang untuk berpartisipasi adalah kaum unggulan.Kabupaten Damai merupakan kabupaten termiskin dan terkecil di Kota Perai. Arjuna mendu

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 470

    "Marsekal, Anda masih suka bercanda seperti dulu ....""Hormat kepada Yang Mulia Komandan! Selamat, Yang Mulia!"Sebelum Eshan selesai berbicara, Mois yang ada di sampingnya segera berlutut, kemudian mengucapkan selamat kepadanya dengan suara keras."Sekretaris Daerah, apa yang kamu selamatkan? Bodoh. Marsekal masih di sini." Eshan menundukkan kepalanya sambil memarahi Mois.Danis menepuk kepala Eshan pelan sambil berkata, "Kurasa kamu yang paling bodoh. Sudah bertahun-tahun berlalu, kamu sudah bertambah tua, tapi otakmu tidak bertambah besar.""Hormat kepada Yang Mulia Komandan!"Begitu Danis selesai berbicara, para prajurit yang menjaga Kota Perai berlutut. Suara mereka dalam memberi penghormatan kepada sang komandan sekeras dan sekuat guntur."Marsekal, maksudmu Eshan adalah komandan baru yang kamu tunjuk?"Kata-kata bodoh seperti itu akan membuatnya terlihat bodoh dan menyinggung Danis, tetapi Andi tetap bertanya.Karena dia benar-benar tidak dapat memercayainya. Dia benar-benar ti

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 469

    Arjuna mengangkat tirai, lalu melihat keluar.Danis duduk di jok kusir, sementara Andi dan Firhan berdiri dengan hormat di samping kereta."Marsekal, Kabupaten Damai miskin. Makanan serta akomodasi tidak memadai. Kalau Anda tinggal di sini, itu akan menderita bagi Marsekal," kata Firhan.Kabupaten Damai merupakan titik hitam dalam hidupnya. Firhan tidak akan tinggal sekejap pun lebih lama.Ekspresi Danis menjadi muram. "Sebagai seorang prajurit yang bertugas, aku tidak bisa menderita sedikit?""Bukan." Andi menjadi pucat karena ketakutan, dia berulang kali memberi peringatan kepada Firhan dengan tatapannya.Danis adalah seorang prajurit. Jika seorang prajurit mengeluh tentang makanan dan akomodasi yang buruk, bukankah itu berarti dia takut mati?Sial, dia hampir saja terseret oleh Firhan."Marsekal, tentu saja Anda adalah orang yang paling tahan menderita di Dinasti Bratajaya. Kalau tidak, bagaimana Anda bisa memimpin Pasukan Serigala dan melindungi wilayah Bratajaya?"Setelah mendenga

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 468

    "Arjuna, jangan salah paham. Meskipun aku tidak punya anak laki-laki, aku punya delapan belas anak perempuan. Aku pria normal. Kalau kamu tidak percaya padaku ...."Danis mengangkat tangannya, kemudian bersumpah atas nama putri-putrinya. "Kalau aku berbohong, tidak seorang pun putriku dapat menikah. Putri yang sudah menikah tidak akan melahirkan anak laki-laki."Pada saat ini, Arjuna merasa kasihan pada putri-putri Danis. Mana ada ayah seperti itu?"Kalau begitu kamu tidak masalah, kenapa kamu tiba-tiba melamun?""Apakah aku melamun? Arjuna, bukankah kamu seorang pelajar? Bagaimana kamu bisa tahu banyak tentang militer? Rasanya seperti kamu telah berperang sepanjang waktu."Danis tidak hanya tidak menjawab pertanyaan Arjuna, dia juga mengalihkan topik pembicaraan, mempertanyakan identitas Arjuna.Arjuna menatap Danis dengan tenang.Dasar pria tua licik.Tidak masalah, ini bukan pertama kalinya dia bertemu dengan pria tua yang licik."Bukankah kamu bilang aku seorang pelajar? Aku membac

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status