Sore harinya, Angga sudah tiba kembali ke rumahnya. Kini dia duduk dan bicara di kamar pribadi sang Jendral. Wajah sang ayah nampak serius saat itu, hal yang membuat hati Angga berdebar penuh rasa penasaran. 'Ada apa gerangan..?' bathin Angga bertanya-tanya. "Angga, ayah kira sudah saatnya kau berlatih dengan keras, untuk meningkatkan kemampuanmu. Karena hanya kau satu-satunya harapan ayah, untuk melanjutkan kerajaan bisnis kita. Ayah melihat tanpa adanya peningkatan kemampuan dirimu. Maka kedudukanmu akan selalu terancam oleh musuh-musuhmu kelak. Terbukti saat melawan keturunan Naga Emas pun kau terluka parah," ujar sang Jendral. "Tapi Ayah, saat itu Angga belum mengerahkan seluruh kekuatan tenaga dalam, dan pamungkas ilmu 'Guntur Harimau Besi' Angga," sanggah Angga. "Angga..! Jangan kau berpikir si Bara itu juga sudah mengeluarkan kemampuan puncaknya..! Apa kau tak menyadari, bahwa selama kompetisi dia juga tak mengeluarkan ilmunya secara langsung..? Dia jelas-jelas berusah
"Baik Angga, inilah level ke 6 'Singa Memecah Langit'. Mohon agak menjauhlah sedikit lagi," sahut Pandu, seraya bergerak agak menjauh dari Angga. Perlahan Pandu memposisikan tubuhnya pada sikap kuda-kuda. Lalu terlihat Pandu menghisap udara dengan perlahan, namun terasa sangat panjang dan dalam. Pandu mulai lakukan gerak jurus perlahan, bak singa yang sedang menggeliat dari tidurnya. Namun sejatinya saat itu Pandu sedang mengolah hawa yang dihisapnya tadi. Lalu memompa keluar seluruh energi bathin dan tenaga dalamnya, hingga mengalir dan menguar di sekujur tubuhnya. Byaarshk..! Seketika sekujur tubuh Pandu diselimuti aura merah keemasan. Lalu ... Haauummrrhs...!! Pandu mengeluarkan auman dahsyat dari mulutnya, perbawanya sungguh menggetarkan dada dan nyali orang yang mendengarnya. Bahkan Angga tak urung sampai mengeluarkan perisai tenaga dalamnya, untuk menetralisir 'daya gempur' batin, akibat auman dahsyat Pandu. Lalu auman dahsyat itu disusul lompatan tinggi ke udara oleh P
Klik.! "Ya halo Bos." sahut Jojo. "Jojo..! Sudah sejauh mana persiapan gankmu dalam misi kali ini..?" tanya Samuel. "Sudah saya siapkan 25 orang terlatih, untuk menyambangi para pemilik saham tertinggi di perusahaan Bos," sahut Jojo. "Baik Jojo. Ingat..! Tidak ada kata gagal dalam misi ini..! Mengerti..!" "Baik Bos..! Pokoknya Bos terima beres saja nantinya." "Bagus..! Panteng terus ponselmu Jojo, karena aku hanya akan berkomunikasi denganmu..!" "Siap Bos..!" Klik.! *** Seminggu kemudian. Nampak sebuah Pagero Sport hitam terparkir, tak jauh dari sebuah rumah bertingkat dengan garasi besar di bagian lantai bawahnya. Garasi besar ini sepertinya lebih tepat dikatakan sebagai aula, karena cukup luas. Di bagian depan lantai atasnya ada sebuah simbol yang tak terlalu besar, tapi sangat 'eye catching', bagi orang-orang yang melintasi rumah bertingkat itu. Simbol itu berupa hewan berbentuk kadal, dengqn warna kombinasi hitam, emas, dan merah. Bagian tubuh hewannya secara kesel
Tugh..! Brughh..! Hanya dengan sentilan jari kelingkingnya, ke arah sisi leher Jojo. Maka tubuh kekar Jojo pun terkapar ambruk ke lantai, bagai sehelai kain. Ya, Bara baru saja mempraktekkan hasil latihan totokan jarak jauhnya dari Gatot. Dan hasilnya memang sesuai harapannya. Kini lantai aula makin basah, karena digenangi oleh air seni para anggota gank. Rupanya makin banyak anggota gank Salamander, yang ikut kencing di celana. "Kalian semua dengarlah..! Jangan ada lagi yang berpikir soal 'misi' intimidasi para pemegang saham 'Kharisma Group'..! Jika ada yang masih membandel, maka nasib kepalanya akan seperti ini..!" Wusshk..! Braalgghk...!! David berseru memperingatkan, lalu lontarkan pukulan jarak jauhnya ke arah dinding aula yang berjarak 5 meter darinya. Dinding tebal itu pun jebol dan ambyar, hingga menembus pemandangan di luar aula itu. "Hahhh...!!!" seruan kaget, tegang, dan ketakutan, kembali memenuhi ruangan itu. Dan genangan air seni di lantai pun bertambah meleba
"Hmm, Angga. Ada hal yang menyebabkan aku hanya bisa mewariskan sampai level keenam saja, dari aji 'Singa Langit'. Karena kunci rahasia level k-7nya adalah 'Mustika Taring Singa', yang hanya ada satu di dunia ini. Dan mustika itu kini berada dalam tubuh Pakde," Haryo akhirnya menjelaskan hal rahasia, yang tak pernah diceritakannya pada siapapun itu. Kecuali hanya pada tiga orang saja. Yaitu pada Graito, Pandu, dan baru saja pada Angga yang terakhir. "Ohh, begitu Pakde. Baik Pakde, Angga mengerti." "Angga, malam ini bulan terang sekali walau tak sebulat bulan purnama. Sebaiknya kau serap energinya, pergilah kau ke belakang rumah, dan bermeditasilah di atas batu tinggi di sana," Haryo memerintahkan muridnya itu. "Baik Guru," demikianlah keluwesan Angga, dia sangat paham kapan memanggil Haryo sebagai pakde, dan kapan memanggilnya guru. Namun ada hal mengerikkan dalam bathin pemuda dingin penuh 'ambisi' ini. 'Kini aku tinggal mencaritahu 'di mana' letak 'Mustika Taring Singa' itu
"Saya menolak diberhentikan, walau dengan hasil vooting sekalipun! Karena memang masa jabatan saya masihlah belum genap setahun. Dan masih ada kesempatan bagi saya. Untuk mendongkrak kembali nilai saham, dan juga dividen bagi para pemegang saham..!" sanggah keras Samuel. Sontak suasana rapat pun menjadi tegang dan memanas. David pun berdiri dari kursinya dan berkata, "Jika anda tak memiliki sangkutan dengan hukum. Kami para pemilik saham mungkin masih bisa mengerti, dan memberi kesempatan pada anda untuk terus mengelola perusahaan ini. Tapi anda banyak memilki 'urusan' dengan hukum pidana, yang harus anda selesaikan dalam waktu dekat ini Samuel..!" seru David. "Maaf David, bukankah anda sendiri seharusnya masih mendekam di penjara saat ini..?! Bagaimana bisa kamu hadir di dalam rapat ini..?!" sentak Samuel membalas. "Tentunya tak mungkin saya bisa keluar masuk penjara seenaknya Samuel. Ada pihak yang menjamin kebebasan saya. Sedangkan kehadiran saya disini juga sebagai s
"Donny, Jojo, masuklah kalian! Sekaranglah saat kalian bersaksi. Katakan dengan sejujurnya, seluruh isi ruangan mendukung kalian," ucap David tegas. "Baik," sahut keduanya. Mereka ikut melangkah di belakang David, kembali masuk ke ruang rapat. Mereka berjalan mendekat ke arah depan ruang rapat. Di mana jajaran Dewan Direksi berada. Dan satu-satunya wajah yang tak bisa menyembunyikan 'keterkejutan' yang teramat sangat, pastilah sudah bisa ditebak, Samuel..! Ya, Samuel bagai melihat 'raja mataram kuno' yang hidup kembali. Sepasang matanya terbelalak kaget dan gentar, mulutnya pun 'ternganga' tanpa suara. Lalu saat kesadaran Samuel menyadari, bahwa yang dilihat dan dihadapinya adalah kenyataan. Maka... "Ka-kalian berdua memang bajingan..!! Keparat..!! Pengkhianat..!!" Samuel reflek memaki Donny dan Jojo, dengan rasa marah tingkat Dewa. Kendali dirinya hilang..! Samuel merasa sangat 'putus asa' saat itu. Dan dia juga menyadari, jika segalanya sudah berakhir saat itu juga. Dan dari
'Hukuman Mati atau seumur hidup..!'Dan itu masih ditambah lagi dengan kasus percobaan pembunuhan oleh Samuel terhadap David, di dalam ruang RUPS LB tadi. Dan saksinya adalah seluruh orang yang hadir dalam RUPS LB tersebut! Maka sudahlah pasti, Samuel tak bisa lolos lagi dari jerat hukum! 'Selamat menikmati hidup sampai mati di penjara Samuel', itulah intinya bagi David. Karena dia percaya akan pengaruh Bara di seluruh lapas wilayah Jakarta. Sesuai dengan julukannya sebagai Sang Penguasa Wilayah. *** Tak terasa sebulan sudah Bara dan para sahabat telah 'menggembleng diri' di Sukabumi. Level kemampuan mereka kini sudah meningkat pesat, dari kemampuan sebelumnya. Baik dari sisi tenaga dalam maupun kematangan ilmu. Bahkan peningkatan level mereka sungguh 'mencengangkan' diri mereka sendiri. Ini terbukti nyata, saat mereka melepaskan pukulan jarak jauh mereka. Karena sebelum berlatih khusus, pukulan mereka hanya memiliki jangkauan kurang dari 10 meter. Kini bahkan rata-rata daya
"Bagus Pandu..! Kita tinggal tunggu saja, macam apa serangan mereka nanti. Hahaaa..!" sang Jendral terbahak puas, dengan sistem pertahanan di markasnya. Tentu saja dia mengenal kedahsyatan senapan mesin NSV, karena dia yang membelinya. Dia sekarang malah berharap Bara cs menyerang markasnya secepat mungkin. "Paman Jendral. Jika boleh, Pandu ingin memperdalam kemampuan dan berlatih di kediaman Freedy, hingga waktu kompetisi internasional tiba," ucap Pandu meminta ijin. "Hmm. Silahkan saja Pandu, aku tak keberatan," sahut sang Jendral. Dia memang merasakan butuh orang-orang berkemampuan di pihaknya. Karena setelah kematian Angga, otomatis orang kepercayaannya yang bisa diandalkan hanya Pandu dan Freedy. Namun diam-diam sang Jendral juga hendak menarik seseorang, yang telah menghubunginya beberapa hari yang lalu. Seorang pembelot yang kecewa dengan Tuannya. *** Sementara pagi harinya di markas Bara cs. Rembukkan siasat penyerangan balasan masih belum fix. Hingga rembukkan itu kr
"Mas Bara. Janganlah terus menyalahkan dirimu sendiri. Kita semua melihat, itu adalah kejadian yang memang diluar kuasa kita untuk mencegahnya," ucap Dimas saat dia melihat Bara, yang termenung di teras seorang diri malam itu. "Kita harus membalas semua ini Mas Dimas..! Meluap emosiku dan tak tega rasanya. Setiap aku melihat Gatot, yang masih tak sadarkan diri sampai sekarang. Aku ingin membalas, tapi aku tak mau melibatkan kalian," ucap Bara, dengan mata mencorong penuh amarah. Ya, Gatot memang masih terkapar tak sadarkan diri hingga saat itu. Ibu dan adiknya Rani pun telah datang, dengan dijemput helikopter oleh Bara. Mereka memilih tinggal sementara waktu di markas, untuk merawat Gatot. Bi Tarni juga sangat telaten membantu mereka merawat Gatot. Sementara seorang Dokter juga selalu rutin datang dua hari sekali. Untuk memeriksa kondisi Gatot. Ya, Gatot memang bisa dikatakan dalam kondisi koma. Sementara secara perlahan, proses penyelarasan energi Mustika Taring Singa dalam di
"Mulai ..!" Seth..! Seiring aba-aba yang diserukannya, Hong Chen melesat dengan tangan menyambar ke arah pusaka langit tersebut. Staaghs.! "Akhhs..!" Seth..! Tangan Hong Chen terasa bergetar dan tersetrum tegangan tinggi. Saat gagang cambuk berkilau keemasan itu terbentur oleh tangannya. Tangkapannya kurang tepat, cambuk terus berputar cepat sekali. Dia pun kembali melesat ke tepi cekungan, untuk mengatur tangkapannya kembali. "Hiahh..!" Swaappsh..!! Biksu Kian Long menghentakkan kedua tangannya, ke arah cambuk pusaka yang tengah berputar cepat itu. Seketika arus putaran cambuk pusaka bagai tertahan, oleh sebuah tenaga luar biasa yang tak kasat mata. Putaran cambuk pusaka itu menjadi lebih lambat, dan jelas sekali terlihat gagangnya. Dan saat sang biksu hendak melesat meraihnya, Seth..! Cepat sekali Chen Sang melesat ke arah cambuk yang nampak jelas itu. Melihat hal itu, biksu Kian Long melepaskan kembali energi penahan lesatan cambuk itu. Wrrrrrhhss...! Krrtz..! Krrtzzs
"Benar Guru. Sesuatu yang berharga pastilah banyak yang mengincarnya," sahut Chen Sang pelan. "Chen Sang, kita bermeditasi disini hingga 'pusaka' itu turun. Apapun yang akan terjadi nanti tetaplah bermeditasi, gunakan perisai tenaga dalammu saat badai datang. Hilangkan ambisi mendapatkan 'pusaka' itu, namun tetaplah berharap pada kemurahan-NYA," ujar sang Guru Tiga Aliran memberikan arahan terakhirnya pada Chen Sang. "Baik Guru..!" sahut Chen Sang patuh. "Dan ingat Chen Sang..! Saat badai mulai mereda, kita harus mengakhiri meditasi kita. Lalu berusahalah menggapai 'Pusaka Langit', yang telah melayang di atas pusat cekungan melingkar ini," sang Guru berbisik dengan suara pelan namun tajam. "Chen Sang paham Guru." Sosok guru dan murid itu akhirnya duduk bersila, lalu bermeditasi dengan posisi teratai. Selama 2 jam lebih sudah ke tiga sosok di tepian cekungan, yang berada di lembah pegunungan Kunlun itu bermeditasi. Hingga ... Scraattzz..! Jlegaarhhss..!! Sebuah kilatan besar
"Lapor Jendral..! Misi sudah dilaksanakan. Enam buah roket telah ditembakkan. Dan satu orang di antara mereka sepertinya sudah tewas Jendral..!" "Bara..?!" seru Graito bertanya."Maaf, bukan Jendral..!" sahut pelapor. "Lalu empat helikopter yang lainnya..?!" tanya sang Jendral, seraya menatap tajam sang pelapor. "Empat helikopter kita meledak hancur oleh pukulan Bara, Jendral..!" "Wesh..!" Praaghk..!! Sang pelapor pun langsung tewas di tempat, dengan kepala pecah. Di hantam pukulan bertenaga dalam sang Jendral. Dua orang lain di samping pelapor otomatis melangkah mundur seketika. Sadis..! "Keparat Bara..!! Kau selalu membuatku rugi..!" teriak kalap sang Jendral. "Mana Pandu..?!" seru sang Jendral, pada dua orang lainnya. Sepasang matanya mendelik berkilat kemerahan. "He-he-helikopternya juga jatuh Jendral." sahut seorang di antara mereka. "Dari sisi mana kalian menyerang..?!" "Da-dari arah depan markas Jendral."Braaghk..!! Kini meja teras yang lagi-lagi hancur oleh sepaka
"Bangsat kau Bara..!" Slaph..! Byaarshk..! Pandu melesat keluar dari helikopter yang hilang kendali tersebut. Bara melihat sosok merah keemasan melesat keluar, dari helikopter yang hendak hancur masuk ke lembah itu. 'Pandu..!' gumam bathin Bara. Namun saat dia hendak melesat mengejarnya, "Gatott..!!" samar-samar terdengar teriakkan keras para sahabatnya, menyeru nama Gatot di bawah sana. Bara pun urung mengejar Pandu, dan melesat kembali ke markasnya dengan secepat mungkin. Slaphh..! Taph..! Bara mendarat tepat di sisi para sahabatnya, yang telah berkerumun cemas pada kondisi Gatot. Nampak jelas kini oleh Bara, sosok Gatot yang tengah terkapar tak sadarkan diri. Dada Gatot nampak membiru, dengan darah mengalir dari mulutnya. 'Luka dalam yang teramat parah..!' bathin Bara sesak dan sedih sekali. "B-bara..! A-apa yang harus kita lakukan..?!" seru gugup bergetar Sandi. Dan semua sahabat pun kini menatap Bara, seolah menanti keputusan cepat dari Bara. Karena mereka semua tak a
"Teh manis opo..? Gundulmu kuwi..! Bikin sendiri sana..!" seru bi Tarni sewot. "Ya Bibi, Gatot kan mau pulang nanti Bi. Bikinin ya, teh bikinan Bibi kan yang paling pas di lidah. Hehe," celetuk Gatot terkekeh. "Huhh..! Gombiall..!" sungut bi Tarni, seraya beranjak kembali ke dapur. Bara cs melanjutkan obrolannya, sambil makan gorengan buatan bi Tarni. Sungguh suasana yang menyenangkan di pagi itu. Namun...Wrrngg..! Wrŕenngg..!! Secara tiba-tiba dari ketinggian, turun dengan cepat 5 buah helikopter ke arah markas Bara. Kumpulan helikopter itu terbang dalam keadaan melintang berbaris. Pada ketinggian sekitar 80 meter di atas tanah, dengan sisi-sisi pintu nya telah terbuka menghadap ke depan vila. Nampak RPG-32 telah disiapkan pada posisi siap meluncur. "Tembak..!!" Pandu yang memimpin langsung penyerangan, langaung memberikan perintah tembak. Swassh..! Swaassh ..! ... Swaassh..!! Enam buah roket langsung melesat cepat ke titik target di markas Bara. "Awass..! Semuanya..!! Han
"Resti..!" Seth..! Tiba-tiba saja sosok Revina melesat masuk, dan memalang di antara tubuh Resti yang tertarik maju. Plakh.! ... Plakh..!!Dan Revina langsung menampar keras pipi Evan bolak-balik 3 kali. "Arrkksgh...!! Kurang ajar kau Rrevina..! Kau selalu menghalangiku..!" Evan berteriak keras kesakitan. Pipinya terasa panas berdenyar, dengan kuping berdenging, dan mulutnya terasa asin berdarah. Warna merah lebam segera menghias kedua pipi Evan, yang nampak mulai membengkak. "Kau yang Bajingan Evan..! Rupanya tempo hari aku kurang keras menghajarmu..!" seru Revina dengan mata membelalak marah, seraya menunjuk ke wajah Evan. "Hei.hei..hei..! Rupanya buruanmu galak juga Evan. Aku jadi ingin mencicipi keganasannya di ranjang..! Hahaaa..!" seru tergelak salah seorang dari teman Evan. Dan serentak kedua teman Evan itu berjalan mendekat ke arah Revina. "Resti..! Kau masuklah ke mobil. Biar kuhajar tiga pecundang ini..!" bisik tajam Revina pada Resti. "Hati-hati Vina..!" bisik Re
"Bara memang brengsek..! Dia berkata dia adalah orang bebas..! Cuih..! Jangan harap..!" seru Freedy, mengungkapkan kekesalan hatinya. "Freedy, apakah benar Bara berkata begitu..?!" seru sang Jendral, yang mendengar seruan marah Freedy. "Benar Jendral." "Hmm. Pemuda licik itu benar-benar tahu posisinya saat ini Freedy..!" seru Graito. "Maksud Jendral..?!" seru Freedy kaget. Setelah mendengar sang Jendral seolah membenarkan ucapan Bara yang telah bebas. "Freedy, buka nalarmu..! Saat ini posisi kita dalam pengintaian pihak kepolisian. Dan aku mencurigai ada kerjasama antara pihak Bara cs dengan kepolisian, untuk menyelidiki serta membekuk kita. Karenanya kita tak mungkin mengajukan laporan pencabutan jaminan kita atas dirinya. Karena telah terjadi pergantian pejabat tinggi di kepolisian saat ini. Jika kita nekat melaporkan juga. Maka kemungkinan pihak kepolisian malah akan memeriksa kita, sehubungan dengan penjaminan yang kita lakukan. Benar-benar 'culas' si Bara ini..!" seru sa