"Bara, aku curiga pihak penyelenggara merencanakan sesuatu yang buruk, terhadap pertarungan perdanamu," ucap David serius. "Aku belum berpikir sampai ke situ David. Namun sebaiknya setelah kita kembali ke Jakarta besok, kita harus menyebar ke pos-pos misi kita semula," sahut Bara, seraya mengutarakan pendapatnya. "Benar Mas Bara. Dan sebaiknya aku secepatnya berangkat ke posko pengintaian kediaman jendral Graito di Bandung. Hatiku belum tenang jika belum berbicara dengan Paman Drajat di sana. Aku akan mencuri kesempatan, untuk bertemu dan bicara dengannya," ucap Dimas tegas. Mengutarakan keinginan yang sudah dipendamnya, sejak sebelum keberangkatan mereka ke Sukabumi. "Baiklah Mas Dimas. Tapi berhati-hatilah di sana ya. Karena kita tak tahu siapa saja lawan yang berada di sana, selain yang sudah di kabarkan oleh Sandi," ujar Bara mengingatkan. "Hati-hati disana ya Mas Dimas," ucap Marsha tersenyum lembut. "Baik Mas Bara, Marsha. Aku akan bertindak dengan hati-hati." "Hei..hei
"Freedy..! Besok saja kau beritahu Bara akan jadwal pertarungan hiburan itu. Semakin mendesak waktu bagi Bara, maka itu akan semakin baik. Hahahaa..!" perintah sang Jendral pada Freedy. "Baik Jendral..!" sahut Freedy. *** Keesokkan harinya, rombongan Bara dan para sahabatnya kembali menuju Jakarta. Hanya Sandi yang tak ikut saat itu. Karena dia masih ingin menemui ibunya terlebih dahulu selama beberapa hari. Sebelum menyusul ke kediaman Bara. Akhirnya setiba di Jakarta, mereka pun berpencar kembali ke kediaman masing-masing. Hanya Gatot yang langsung ikut ke kediaman Bara. Ya, mereka semua memang perlu melepas rasa penat sejenak. Setelah berlatih habis-habisan selama sebulan itu. Bara sedang melihat motor HD VR1000nya di garasi belakang rumah, saat dering ponselnya berbunyi. Tuttt ... Tutt ...Tutt.!Klik.! "Ya Freedy." 'Akhirnya kau menghubungiku juga', gumam bathin Bara. "Bara, bagaimana liburan panjangmu..? Hehe." "Baik. Katakan saja Freedy, ada kabar apa soal kompetisi
"Bara, aku lupa menginfokan pada kalian. Di belakang kediaman jendral Graito, ada sebuah rumah berukuran sedang. Di sanalah pelatih pasukkan Harimau Besi tinggal. Bukankah itu yang dimaksud Mas Dimas sebagai Paman Drajat si Tapak Es..?" tanya Sandi, yang memang belum pernah bertemu Drajat. Padahal Drajat ternyata juga adalah sahabat mendiang ayahnya, Prana. "Baik Sandi, terimakasih sekali atas info penting ini. Kami memang sedang mencari lokasi Paman Drajat berada, di kediaman Graito." "Syukurlah Bara. Hanya itu info yang bisa kuberikan pada kalian. Disamping itu, mereka juga memiliki sebuah helikopter besar, yang mampu mengangkut semua pasukkan Harimau Hitam ke dalamnya," ucap Sandi lagi. "Ya benar Sandi. Baru saja kami melihat helikopter angkut itu. Mas Dimas bilang itu adalah helikopter Mil Mi-17 buatan Rusia, yang mampu menampung seluruh Pasukkan Harimau Besi di dalamnya," sahut Bara menanggapi. "Luar biasa..! Pasti harga helikopter itu bernilai puluhan juta dolar Amerika Bar
"A-apa maksudmu Dimas..?! Jelas-jelas cucu sang Panglima yang telah berkhianat..! Dia telah membunuh kakeknya sendiri, lalu membunuh empat serangkai, dan juga kedua orangtuanya..! Apa maksudmu dengan mengatakan aku telah salah berpihak Dimas..?! Jelaskan pada paman..!" sontak Drajat naik tensi, saat dikatakan dirinya telah bergabung di pihak pengkhianat oleh Dimas. "Hahh..?!" Bara sangat terkejut mendengar srgala yang dituduhkan Drajat padanya. Namun Bara segera sadar, bila itu adalah fitnah Denta dan sang Jendral. Untuk merekrut Drajat di pihak mereka. "Paman. Sesungguhnya Denta dan jendral Graitolah yang telah membantai ayah dan sahabat yang lainnya. Putra para sahabat Ayah sekarang bergabung dengan Dimas, untuk menuntut balas pada jendral Graito. Dialah dalang dari semua pembunuhan serta masalah yang terjadi Paman," sahut Dimas, menjelaskan garis besarnya saja. Karena memang kondisi mereka yang tengah menyusup, tak memungkinkan mereka berlama-lama di tempat itu. "Hahh..!!
Braallghks..!! Tembok pembatas itu pun jebol ambyar, dan hancur berkeping luruh ke tanah. Sementara sosok Bara sendiri langsung melesat, dengan puncak ilmu meringankan tubuhnya menyusul Dimas dan Drajat. Baik Pandu maupun Bara sama-sama menahan daya getar hebat, yang membuat tangan mereka agak kesemutan dan kebas sejenak. Keduanya sama membathin dan memuji power masing-masing, dalam hati mereka. Pandu pun tak hendak mengejar lagi Bara dan kedua sosok lainnya. Dirinya berpikir cepat, 'Menghadapi satu orang itu saja, aku belum tentu bisa mengalahkannua. Apalagi menghadapi ke tiganya sekaligus', bathinnya segan. Sayangnya dia juga tak berhasil melihat jelas wajah Bara yang memang memakai masker di wajahnya saat itu. Pandu sama sekali tak menyadari, bahwa salah satu sosok dari ketiganya adalah Drajat si Tapak Es. Bara sampai di rumah pengintaian, tak lama setelah Drajat dan Dimas tiba sebelumnya. Drajat bahkan sempat berpikir teman Dimas itu akan tewas, atau setidaknya tertangk
"Bedebah..! Di mana kau Drajat..?!".seru Graito terkejut dan murka.Ya, pagi harinya terjadi kegemparan di kediaman sang Jendral. Saat Graito yang bermaksud menengok Drajat pagi itu, menjadi kaget bukan kepalang. Karena dia mendapati rumah Drajat dalam keadaan kosong, dan ransel milik Drajat pun tak dilihatnya di dalam rumah. Sontak sang Jendral pun langsung meradang, dan memerintahkan orang-orangnya mencari Drajat di sekitar lahan kediamannya yang luas itu. Dan pada akhirnya sang Jendral harus menerima kenyataan, bahwa Drajat telah pergi tanpa pamit dari kediamannya. Dari kejauhan Pandu terlihat mendekat ke arahnya. "Ada apa Paman Jendral, sepertinya ada hal buruk yang terjadi pagi ini..?" tanya Pandu. "Pandu, apakah kau tak melihat Drajat sejak semalam, usai kita makan malam bersama..?" tanya sang Jendral. "Terakhir Pandu melihatnya hanya pada saat makan malam saja Paman," sahut Pandu. "O iya, Paman Jendral. Semalam ada tiga sosok berpakaian hitam menyusup, dan melesat kelua
"Ahh, apakah Haryo itu adalah Singa Langit, Paman Drajat..?" tanya Bara mengira-ngira. "Sepertinya begitu Bara," sahut Drajat, membenarkan dugaan Bara. "Lalu dari mana pasokan senjata mutakhir yang dimiliki oleh Graito itu paman..?" tanya Gatot. "Oh ya, aku hampir lupa menambahkan. Graito memiliki 'link' di dunia pasar gelap penjualan senjata. Dan aku kan telah menyebut nama Tuan Winston dari Amerika di awal keteranganku tadi Gatot. Sepertinya Tuan Winston inilah, yang menjadi pemasoknya atau paling tidak sebagai 'perantara' Graito mendapatkan senjata. Dan ada juga seorang pemuda asing. Dia pernah beberapa hari tinggal di kediaman Graito, karena terluka dalam parah akibat pertarungan. Namanya Leonard, kalau aku tak salah sebut," sahut Drajat, menambahkan keterangannya. "Hmm. Jelas sudah siapa pemuda asing yang bertarung dengan Dimas saat itu Paman. Dialah Leonard yang terluka dalam, akibat bertarung dengan Dimas di pemakaman dekat Casablanca," ucap Dimas yakin."Dan menurut pe
"Heyy..!! Tolonggg..! Ada penculikk..!!" teriak nyaring wanita itu. Hal yang langsung mengundang perhatian Satpam, yang berada di pos jaga dekat area parkir kampus. "Stopp..! Berhentii..!!" hadang dua orang satpam di tengah pintu keluar. Broomm..mm..!! Nnngeng...!! BMW 3 yang dikendarai Leonard segera melesat menuju keluar area kampus. "Siall..!! Brengsekk..!!" Maki dua orang satpam kampus, yang coba menghadang di pintu keluar. Keduanya meloncat ke samping kiri kanan. Menghindari lesatan mobil Leonard yang tak peduli dan terus melaju, seolah hendak menabrak mereka. "GILAAA..!!" Kembali kedua satpam kampus itu memaki marah dan jengkel. Dengan mata berkilat marah, menatap mobil Leonard yang semakin menjauh. "Bagaimana ini Pak Ujang..?! Pak Mamad..?!" seru gadis yang berteriak tadi panik. Dia adalah sahabat dari Resti. Putri dari Patrick, pemilik resto Maestro Kitchen yang dulu membantu Resti dan Revina. "Tenang Mbak Sabrina. Baiknya kita langsung laporkan pada para dos
Taph..! Tak salah memang Bara menjuluki Brian sebagai sahabat tercepat setelah dirinya, dalam hal ilmu meringankan tubuh. Bara pun terselamatkan dan langsung di bawa oleh Brian, ke tempat agak jauh dari arena pertarungan. Para sahabat pun berlesatan cepat menghampiri Brian, untuk melihat kondisi Bara yang masih tak sadarkan diri. Gatot langsung menotok beberapa titik di tubuh Bara. Untuk mempercepat dan memperlancar sirkulasi darah dan energi di tubuh Bara. Akhirnya, para sahabat memutuskan untuk meninggalkan area pertarungan final malam itu. Mereka pun berniat kembali ke kediaman Joseph, yang saat itu masih setia menanti mereka. Tampak wajah Joseph pucat pasi dilanda ketakutan, akibat merasakan kondisi alam yang tadi bagaikan hendak kiamat. Namun rasa cemasnya atas keselamatan Bara cs, membuatnya tetap bertahan menanti di posisinya. Sungguh orang yang tabah dan setia kawan si Joseph ini. Dimas dan Leonard memutuskan ikut ke rumah Joseph, setelah mereka melihat kond
Lengkap sudah tiga elemen langit, es, dan bumi menyatu..! Dalam satu badai gelombang power raksasa di sekitar Bara.Semua orang yang berada di sekitar arena pertarungan itu, mereka langsung bergerak secepat mungkin. Untuk menjauh dari lokasi pertarungan, yang bagaikan sedang dilanda kiamat itu. Bahkan dua helikopter yang tersisa di udara, mereka hanya bisa mengambil gambar itu dari jarak yang sangat jauh. Tentu saja mereka bergidik ngeri, setelah melihat dua helikopter rekan mereka yang sudah menjadi bangkai. Tanpa ada satu pun penumpangnya yang bisa selamat. Dengan saling menguatkan tekat. Keempat sosok lawan Bara secara bersamaan bergerak, menyerang dan menerjang..! "Hiyaahh...!! Haaurmmsh.!! Hiyaathh..!! Huuppsh..!!" Keempat sosok itu serentak melesatkan pukulan andalan mereka ke arah Bara. BLANNGGGKSHHZTT...!!!! Sebuah gelombang besar bak bola energi raksasa pun melesat deras ke arah Bara. Gelombang energi yang tercipta dari 4 serangan lawannya tersebut, terdiri atas berb
"Tembak..!" seru Dimas, saat dia melihat para sniper penyelenggara mulai menarget ke arah Bara. Splazth..! Splatsh..! ... Splatzh..! Dengan serentak para sniper Pasukan Super Level segera melesatkan pelurunya. Clakh..! Clakhs..! Clapsh..! Claksh..! ... Clakgssh..! Dan seluruh sniper pihak penyelenggara pun terhentak tewas, dengan kepala berlubang.! Karena memang mereka sudah dalam target para sniper Pasukan Super Level sejak tadi. Seth..! Sethh..! Sethh..! Sang Jendral, Freedy, dan Pandu, yang melihat Hong Chen sudah bergerak menyerang Bara. Akhirnya mereka semua pun ikut melesat, hendak menyerang Bara. Para sahabat yang melesat juga telah bersiap dengan ilmu pamungkas mereka masing-masing. Ajian 'Sayap Pembelah Langit' disiapkan oleh Brian, ajian 'Tendangan Halilintar Semesta' disiapkan Sandi, Gatot siagakan 'Jari Singa Neraka'nya, dan David juga telah menyiapkan ilmu 'Tapak Budha Mengguncang Langit' miliknya. Seth..! Sett..! Dimas dan Leonard juga tak mau ketinggalan, mere
Langit bagai terbelah, saat menyambar sebuah kilatan halilintar bercahaya keemasan ke arah tangan Chen Sang yang teracung. Dan nampaklah kini, betapa tangan kanan Chen Sang di selimuti cahaya keemasan yang berkeredepan menyilaukan. Sebuah cambuk dengan 3 lidah petir berkilat-kilat, dengan mengeluarkan bunyi tegangan listrik yang mengerikkan di udara. Krrtzzh...! Krttzzkh..!! Krrttzzsk..!!Bara melirik ke arah timer, yang menunjukkan pertarungan sudah berada di menit ke 21. 'Hmm. Apa boleh buat, ini terpaksa', bathin Bara resah. "KALIAN SEMUA YANG DI BAWAH..! MENYINGKIRLAH LEBIH JAUH..!!" seru Bara memperingatkan, dengan lambaran tenaga dalamnya, pada semua orang yang berada di sekitar arena. Seketika semua orang di bawah pun bergerak menjauhi garis batas arena. Hati mereka semua sama berdebar. Ya, mereka semua sangat sadar, kiranya puncak pertarungan final telah tiba. Dan 'Pukulan Dua Naga' pamungkas Bara pun di siapkan tanpa ragu lagi. "Hyaarrghks...!!" Blaatzhs..!! Blaatzks
"Terimalah ini bedebah.!" Byaarshk..!! Chen Sang berseru keras, seraya kembali meledakkan energi dalam dirinya. Kini nampak sosoknya berubah di selubungi cahaya hitam pekat kemerahan. Inilah ilmu gabungan, antara power Naga Bumi dan ilmu 'Badai Bumi Neraka'..! Byaarshk..!!Bara juga meledakkan 'power' dalam dirinya. Seketika sosoknya berubah menjadi dua warna yang berbeda. Nampak sebagian sisik tubuhnya berwarna emas di kanannya, dan sisik putih cemerlang kebiruan di sebelah kirinya. Kedua matanya mencorong, dengan warna merah menyala dan biru berkilau. 'Ahh..! Penyelarasan dua Mustika Naga..!' seru bathin Chen Sang terkejut. Walau dia sudah mendengar dari gurunya, soal pemuda yang sanggup menyelaraskan dua power Mustika Naga ini. Namun tetap saja hatinya merasa tergetar. Melihat keindahan sekaligus kengerian 'power', di balik sosok Bara itu. Namun tentu saja Chen Sang juga sangat yakin, dengan 'power'nya sendiri. Segera Chen Sang menerapkan ilmu 'Badai Neraka Naga Bumi'nya.
Slaph..! Slaph..! Hampir bersamaan dan dengan kecepatan yang setara, Bara dan Chen Sang kini telah saling berhadapan di tengah arena pertarungan yang luas itu. Keduanya masih dalam posisi melayang tak menyentuh tanah. Keduanya nampak saling tatap dengan pandangan tajam, dalam jarak sekitar 15 meter. "Apakah kau yang membunuh kedua adik seperguruanku..?!" seru tajam Chen Sang. "Maaf, adik seperguruanmu yang mana..?" Bara balik bertanya tenang. Karena dia memang tak tahu, jika Cin Hai dan Han Jian adalah adik seperguruan dari Chen Sang. "Si Kipas Neraka dan si Naga Terbang..!" seru Chen sang geram bukan main, melihat ketenangan Bara. 'Seolah tak bersalah saja kau bangsat..!' seru hati Chen Sang murka. Nampak 4 buah helikopter dari pihak channel khusus telah terbang mengudara, di empat titik mereka dalam bentuk 'plus' di empat sisi arena. "Ohh..! Si Tukang Kipas dan si Pendek Kekar itu. Iya aku membunuhnya, karena mereka berbuat onar di negeriku," sahut Bara tersen
"Hmm. Sepertinya ini akan memakan waktu agak lama. David, konfirmasikan saja waktu pasang pertaruhan khusus pada menit ke 25 pada para rekanan kita. Pada menit tersebut akan bisa ditentukan, aku atau Chen Sang yang akan tewas," ucap Bara. Sepasang mata Bara pun langsung terpejam, bathinnya berusaha membaca alur pertarungan yang akan terjadi nanti malam. "Baraa..! Kau harus memenangkan pertarungan nanti malam, sobatku!" seru Sandi terkejut waswas, mendengar ucapan terakhir Bara. "Kau pasti menang Bara..! Jangan ragu untuk menghabisi lawanmu nanti malam!" seru Gatot yakin. 'Andai sampai kau kalah, maka aku juga akan turun arena dan menghabisi Graito..! Dialah biang kerok dari semuanya ini!' bathin Gatot bertekad."Mas Bara.! Kau harus memenangkan pertarungan nanti..!" seru Brian serak, dia sangat terkejut mendengar ucapan terakhir Bara yang sangat dikaguminya itu."Baik akan ku infokan waktu pasang taruhan itu pada seluruh rekan kita. Aku percaya padamu Bara..!" seru David mantap.
"Bara! Sebentar lagi aku landing di bandara A.A. Bere Tallo." "Ahh..! Kau merepotkan diri untuk datang Leonard. Kali ini sepertinya akan berbahaya Leonard. Apakah Marsha kau bawa serta..?" "Tidak ada alasan bagiku untuk tak berada di sisimu, saat kalian menghadapi bahaya. Tidak Bara, Marsha tak kuijinkan ikut, walaupun dia memaksa," sahut Leonard mantap. "Syukurlah Marsha tak ikut serta. Baiklah Leonard. Kau sudah datang, maka Brian akan menemuimu. Brian akan menunjukkan hotel, di mana Mas Dimas dan Pasukkan Super Level akan menginap. Untuk sementara kau bisa menempatinya, sambil menunggu Mas Dimas datang tak lama lagi," ujar Bara lega, mendengar Marsha tak ikut serta. Bara pun memberi arahan pada Leonard. "Baik Bara, aku mengerti." Klik.! "Brian kau berangkatlah sekarang juga ke pintu keluar Bandara. Untuk menyambut Leonard. Antarkan dia ke hotel tempat Mas Dimas dan Pasukkan Super Level akan bermalam. Dan temani dia hingga Mas Dimas datang, lalu kau kembalilah ke sini," uj
"Wah..! Mantap Norman..! Kau memang pandai menangkap angin surga rupanya! Hahaa..!" David merasa senang atas pasrtisipasi Norman, dalam rencana Bara cs menghabisi 'bisnis' sang Jendral. "Hahaaa..! Baik David, sementara itu dulu yang bisa kupertaruhkan saat ini. Jika ada rejeki mendadak, maka pasti akan kutambahkan taruhanku." Klik.!"Semuanya. Norman telah menyiapkan dana 9 triliun untuk bertaruh besok," ujar David, dengan wajah berseri. "Wah..! Sepertinya Graito akan nangis darah bila mengetahui hal ini. Hehe," Dimas menimpali. "Bukan hanya nangis darah Mas Dimas. Tapi nangis sambil bugil dia, kayak ODGJ baru..! Hahaha..!" timpal Gatot tergelak. "Mantap David..! Hehehe..!" seru Bara senang, seraya terkekeh mendengar celotehan para sahabatnya. Tuttt ... Tuttt ... Tuttt.! Ponsel Bara kembali berdering. Klik.! "Ya Andrei." "Bara, aku mendengar dari Tuan Winston, kalau dia ikut bertaruh atas kemenanganmu di kompetisi internasional itu. Apakah aku boleh ikut bertaruh atas keme