'Hukuman Mati atau seumur hidup..!'Dan itu masih ditambah lagi dengan kasus percobaan pembunuhan oleh Samuel terhadap David, di dalam ruang RUPS LB tadi. Dan saksinya adalah seluruh orang yang hadir dalam RUPS LB tersebut! Maka sudahlah pasti, Samuel tak bisa lolos lagi dari jerat hukum! 'Selamat menikmati hidup sampai mati di penjara Samuel', itulah intinya bagi David. Karena dia percaya akan pengaruh Bara di seluruh lapas wilayah Jakarta. Sesuai dengan julukannya sebagai Sang Penguasa Wilayah. *** Tak terasa sebulan sudah Bara dan para sahabat telah 'menggembleng diri' di Sukabumi. Level kemampuan mereka kini sudah meningkat pesat, dari kemampuan sebelumnya. Baik dari sisi tenaga dalam maupun kematangan ilmu. Bahkan peningkatan level mereka sungguh 'mencengangkan' diri mereka sendiri. Ini terbukti nyata, saat mereka melepaskan pukulan jarak jauh mereka. Karena sebelum berlatih khusus, pukulan mereka hanya memiliki jangkauan kurang dari 10 meter. Kini bahkan rata-rata daya
"Bara, aku curiga pihak penyelenggara merencanakan sesuatu yang buruk, terhadap pertarungan perdanamu," ucap David serius. "Aku belum berpikir sampai ke situ David. Namun sebaiknya setelah kita kembali ke Jakarta besok, kita harus menyebar ke pos-pos misi kita semula," sahut Bara, seraya mengutarakan pendapatnya. "Benar Mas Bara. Dan sebaiknya aku secepatnya berangkat ke posko pengintaian kediaman jendral Graito di Bandung. Hatiku belum tenang jika belum berbicara dengan Paman Drajat di sana. Aku akan mencuri kesempatan, untuk bertemu dan bicara dengannya," ucap Dimas tegas. Mengutarakan keinginan yang sudah dipendamnya, sejak sebelum keberangkatan mereka ke Sukabumi. "Baiklah Mas Dimas. Tapi berhati-hatilah di sana ya. Karena kita tak tahu siapa saja lawan yang berada di sana, selain yang sudah di kabarkan oleh Sandi," ujar Bara mengingatkan. "Hati-hati disana ya Mas Dimas," ucap Marsha tersenyum lembut. "Baik Mas Bara, Marsha. Aku akan bertindak dengan hati-hati." "Hei..hei
"Freedy..! Besok saja kau beritahu Bara akan jadwal pertarungan hiburan itu. Semakin mendesak waktu bagi Bara, maka itu akan semakin baik. Hahahaa..!" perintah sang Jendral pada Freedy. "Baik Jendral..!" sahut Freedy. *** Keesokkan harinya, rombongan Bara dan para sahabatnya kembali menuju Jakarta. Hanya Sandi yang tak ikut saat itu. Karena dia masih ingin menemui ibunya terlebih dahulu selama beberapa hari. Sebelum menyusul ke kediaman Bara. Akhirnya setiba di Jakarta, mereka pun berpencar kembali ke kediaman masing-masing. Hanya Gatot yang langsung ikut ke kediaman Bara. Ya, mereka semua memang perlu melepas rasa penat sejenak. Setelah berlatih habis-habisan selama sebulan itu. Bara sedang melihat motor HD VR1000nya di garasi belakang rumah, saat dering ponselnya berbunyi. Tuttt ... Tutt ...Tutt.!Klik.! "Ya Freedy." 'Akhirnya kau menghubungiku juga', gumam bathin Bara. "Bara, bagaimana liburan panjangmu..? Hehe." "Baik. Katakan saja Freedy, ada kabar apa soal kompetisi
"Bara, aku lupa menginfokan pada kalian. Di belakang kediaman jendral Graito, ada sebuah rumah berukuran sedang. Di sanalah pelatih pasukkan Harimau Besi tinggal. Bukankah itu yang dimaksud Mas Dimas sebagai Paman Drajat si Tapak Es..?" tanya Sandi, yang memang belum pernah bertemu Drajat. Padahal Drajat ternyata juga adalah sahabat mendiang ayahnya, Prana. "Baik Sandi, terimakasih sekali atas info penting ini. Kami memang sedang mencari lokasi Paman Drajat berada, di kediaman Graito." "Syukurlah Bara. Hanya itu info yang bisa kuberikan pada kalian. Disamping itu, mereka juga memiliki sebuah helikopter besar, yang mampu mengangkut semua pasukkan Harimau Hitam ke dalamnya," ucap Sandi lagi. "Ya benar Sandi. Baru saja kami melihat helikopter angkut itu. Mas Dimas bilang itu adalah helikopter Mil Mi-17 buatan Rusia, yang mampu menampung seluruh Pasukkan Harimau Besi di dalamnya," sahut Bara menanggapi. "Luar biasa..! Pasti harga helikopter itu bernilai puluhan juta dolar Amerika Bar
"A-apa maksudmu Dimas..?! Jelas-jelas cucu sang Panglima yang telah berkhianat..! Dia telah membunuh kakeknya sendiri, lalu membunuh empat serangkai, dan juga kedua orangtuanya..! Apa maksudmu dengan mengatakan aku telah salah berpihak Dimas..?! Jelaskan pada paman..!" sontak Drajat naik tensi, saat dikatakan dirinya telah bergabung di pihak pengkhianat oleh Dimas. "Hahh..?!" Bara sangat terkejut mendengar srgala yang dituduhkan Drajat padanya. Namun Bara segera sadar, bila itu adalah fitnah Denta dan sang Jendral. Untuk merekrut Drajat di pihak mereka. "Paman. Sesungguhnya Denta dan jendral Graitolah yang telah membantai ayah dan sahabat yang lainnya. Putra para sahabat Ayah sekarang bergabung dengan Dimas, untuk menuntut balas pada jendral Graito. Dialah dalang dari semua pembunuhan serta masalah yang terjadi Paman," sahut Dimas, menjelaskan garis besarnya saja. Karena memang kondisi mereka yang tengah menyusup, tak memungkinkan mereka berlama-lama di tempat itu. "Hahh..!!
Braallghks..!! Tembok pembatas itu pun jebol ambyar, dan hancur berkeping luruh ke tanah. Sementara sosok Bara sendiri langsung melesat, dengan puncak ilmu meringankan tubuhnya menyusul Dimas dan Drajat. Baik Pandu maupun Bara sama-sama menahan daya getar hebat, yang membuat tangan mereka agak kesemutan dan kebas sejenak. Keduanya sama membathin dan memuji power masing-masing, dalam hati mereka. Pandu pun tak hendak mengejar lagi Bara dan kedua sosok lainnya. Dirinya berpikir cepat, 'Menghadapi satu orang itu saja, aku belum tentu bisa mengalahkannua. Apalagi menghadapi ke tiganya sekaligus', bathinnya segan. Sayangnya dia juga tak berhasil melihat jelas wajah Bara yang memang memakai masker di wajahnya saat itu. Pandu sama sekali tak menyadari, bahwa salah satu sosok dari ketiganya adalah Drajat si Tapak Es. Bara sampai di rumah pengintaian, tak lama setelah Drajat dan Dimas tiba sebelumnya. Drajat bahkan sempat berpikir teman Dimas itu akan tewas, atau setidaknya tertangk
"Bedebah..! Di mana kau Drajat..?!".seru Graito terkejut dan murka.Ya, pagi harinya terjadi kegemparan di kediaman sang Jendral. Saat Graito yang bermaksud menengok Drajat pagi itu, menjadi kaget bukan kepalang. Karena dia mendapati rumah Drajat dalam keadaan kosong, dan ransel milik Drajat pun tak dilihatnya di dalam rumah. Sontak sang Jendral pun langsung meradang, dan memerintahkan orang-orangnya mencari Drajat di sekitar lahan kediamannya yang luas itu. Dan pada akhirnya sang Jendral harus menerima kenyataan, bahwa Drajat telah pergi tanpa pamit dari kediamannya. Dari kejauhan Pandu terlihat mendekat ke arahnya. "Ada apa Paman Jendral, sepertinya ada hal buruk yang terjadi pagi ini..?" tanya Pandu. "Pandu, apakah kau tak melihat Drajat sejak semalam, usai kita makan malam bersama..?" tanya sang Jendral. "Terakhir Pandu melihatnya hanya pada saat makan malam saja Paman," sahut Pandu. "O iya, Paman Jendral. Semalam ada tiga sosok berpakaian hitam menyusup, dan melesat kelua
"Ahh, apakah Haryo itu adalah Singa Langit, Paman Drajat..?" tanya Bara mengira-ngira. "Sepertinya begitu Bara," sahut Drajat, membenarkan dugaan Bara. "Lalu dari mana pasokan senjata mutakhir yang dimiliki oleh Graito itu paman..?" tanya Gatot. "Oh ya, aku hampir lupa menambahkan. Graito memiliki 'link' di dunia pasar gelap penjualan senjata. Dan aku kan telah menyebut nama Tuan Winston dari Amerika di awal keteranganku tadi Gatot. Sepertinya Tuan Winston inilah, yang menjadi pemasoknya atau paling tidak sebagai 'perantara' Graito mendapatkan senjata. Dan ada juga seorang pemuda asing. Dia pernah beberapa hari tinggal di kediaman Graito, karena terluka dalam parah akibat pertarungan. Namanya Leonard, kalau aku tak salah sebut," sahut Drajat, menambahkan keterangannya. "Hmm. Jelas sudah siapa pemuda asing yang bertarung dengan Dimas saat itu Paman. Dialah Leonard yang terluka dalam, akibat bertarung dengan Dimas di pemakaman dekat Casablanca," ucap Dimas yakin."Dan menurut pe
"Bagus Pandu..! Kita tinggal tunggu saja, macam apa serangan mereka nanti. Hahaaa..!" sang Jendral terbahak puas, dengan sistem pertahanan di markasnya. Tentu saja dia mengenal kedahsyatan senapan mesin NSV, karena dia yang membelinya. Dia sekarang malah berharap Bara cs menyerang markasnya secepat mungkin. "Paman Jendral. Jika boleh, Pandu ingin memperdalam kemampuan dan berlatih di kediaman Freedy, hingga waktu kompetisi internasional tiba," ucap Pandu meminta ijin. "Hmm. Silahkan saja Pandu, aku tak keberatan," sahut sang Jendral. Dia memang merasakan butuh orang-orang berkemampuan di pihaknya. Karena setelah kematian Angga, otomatis orang kepercayaannya yang bisa diandalkan hanya Pandu dan Freedy. Namun diam-diam sang Jendral juga hendak menarik seseorang, yang telah menghubunginya beberapa hari yang lalu. Seorang pembelot yang kecewa dengan Tuannya. *** Sementara pagi harinya di markas Bara cs. Rembukkan siasat penyerangan balasan masih belum fix. Hingga rembukkan itu kr
"Mas Bara. Janganlah terus menyalahkan dirimu sendiri. Kita semua melihat, itu adalah kejadian yang memang diluar kuasa kita untuk mencegahnya," ucap Dimas saat dia melihat Bara, yang termenung di teras seorang diri malam itu. "Kita harus membalas semua ini Mas Dimas..! Meluap emosiku dan tak tega rasanya. Setiap aku melihat Gatot, yang masih tak sadarkan diri sampai sekarang. Aku ingin membalas, tapi aku tak mau melibatkan kalian," ucap Bara, dengan mata mencorong penuh amarah. Ya, Gatot memang masih terkapar tak sadarkan diri hingga saat itu. Ibu dan adiknya Rani pun telah datang, dengan dijemput helikopter oleh Bara. Mereka memilih tinggal sementara waktu di markas, untuk merawat Gatot. Bi Tarni juga sangat telaten membantu mereka merawat Gatot. Sementara seorang Dokter juga selalu rutin datang dua hari sekali. Untuk memeriksa kondisi Gatot. Ya, Gatot memang bisa dikatakan dalam kondisi koma. Sementara secara perlahan, proses penyelarasan energi Mustika Taring Singa dalam di
"Mulai ..!" Seth..! Seiring aba-aba yang diserukannya, Hong Chen melesat dengan tangan menyambar ke arah pusaka langit tersebut. Staaghs.! "Akhhs..!" Seth..! Tangan Hong Chen terasa bergetar dan tersetrum tegangan tinggi. Saat gagang cambuk berkilau keemasan itu terbentur oleh tangannya. Tangkapannya kurang tepat, cambuk terus berputar cepat sekali. Dia pun kembali melesat ke tepi cekungan, untuk mengatur tangkapannya kembali. "Hiahh..!" Swaappsh..!! Biksu Kian Long menghentakkan kedua tangannya, ke arah cambuk pusaka yang tengah berputar cepat itu. Seketika arus putaran cambuk pusaka bagai tertahan, oleh sebuah tenaga luar biasa yang tak kasat mata. Putaran cambuk pusaka itu menjadi lebih lambat, dan jelas sekali terlihat gagangnya. Dan saat sang biksu hendak melesat meraihnya, Seth..! Cepat sekali Chen Sang melesat ke arah cambuk yang nampak jelas itu. Melihat hal itu, biksu Kian Long melepaskan kembali energi penahan lesatan cambuk itu. Wrrrrrhhss...! Krrtz..! Krrtzzs
"Benar Guru. Sesuatu yang berharga pastilah banyak yang mengincarnya," sahut Chen Sang pelan. "Chen Sang, kita bermeditasi disini hingga 'pusaka' itu turun. Apapun yang akan terjadi nanti tetaplah bermeditasi, gunakan perisai tenaga dalammu saat badai datang. Hilangkan ambisi mendapatkan 'pusaka' itu, namun tetaplah berharap pada kemurahan-NYA," ujar sang Guru Tiga Aliran memberikan arahan terakhirnya pada Chen Sang. "Baik Guru..!" sahut Chen Sang patuh. "Dan ingat Chen Sang..! Saat badai mulai mereda, kita harus mengakhiri meditasi kita. Lalu berusahalah menggapai 'Pusaka Langit', yang telah melayang di atas pusat cekungan melingkar ini," sang Guru berbisik dengan suara pelan namun tajam. "Chen Sang paham Guru." Sosok guru dan murid itu akhirnya duduk bersila, lalu bermeditasi dengan posisi teratai. Selama 2 jam lebih sudah ke tiga sosok di tepian cekungan, yang berada di lembah pegunungan Kunlun itu bermeditasi. Hingga ... Scraattzz..! Jlegaarhhss..!! Sebuah kilatan besar
"Lapor Jendral..! Misi sudah dilaksanakan. Enam buah roket telah ditembakkan. Dan satu orang di antara mereka sepertinya sudah tewas Jendral..!" "Bara..?!" seru Graito bertanya."Maaf, bukan Jendral..!" sahut pelapor. "Lalu empat helikopter yang lainnya..?!" tanya sang Jendral, seraya menatap tajam sang pelapor. "Empat helikopter kita meledak hancur oleh pukulan Bara, Jendral..!" "Wesh..!" Praaghk..!! Sang pelapor pun langsung tewas di tempat, dengan kepala pecah. Di hantam pukulan bertenaga dalam sang Jendral. Dua orang lain di samping pelapor otomatis melangkah mundur seketika. Sadis..! "Keparat Bara..!! Kau selalu membuatku rugi..!" teriak kalap sang Jendral. "Mana Pandu..?!" seru sang Jendral, pada dua orang lainnya. Sepasang matanya mendelik berkilat kemerahan. "He-he-helikopternya juga jatuh Jendral." sahut seorang di antara mereka. "Dari sisi mana kalian menyerang..?!" "Da-dari arah depan markas Jendral."Braaghk..!! Kini meja teras yang lagi-lagi hancur oleh sepaka
"Bangsat kau Bara..!" Slaph..! Byaarshk..! Pandu melesat keluar dari helikopter yang hilang kendali tersebut. Bara melihat sosok merah keemasan melesat keluar, dari helikopter yang hendak hancur masuk ke lembah itu. 'Pandu..!' gumam bathin Bara. Namun saat dia hendak melesat mengejarnya, "Gatott..!!" samar-samar terdengar teriakkan keras para sahabatnya, menyeru nama Gatot di bawah sana. Bara pun urung mengejar Pandu, dan melesat kembali ke markasnya dengan secepat mungkin. Slaphh..! Taph..! Bara mendarat tepat di sisi para sahabatnya, yang telah berkerumun cemas pada kondisi Gatot. Nampak jelas kini oleh Bara, sosok Gatot yang tengah terkapar tak sadarkan diri. Dada Gatot nampak membiru, dengan darah mengalir dari mulutnya. 'Luka dalam yang teramat parah..!' bathin Bara sesak dan sedih sekali. "B-bara..! A-apa yang harus kita lakukan..?!" seru gugup bergetar Sandi. Dan semua sahabat pun kini menatap Bara, seolah menanti keputusan cepat dari Bara. Karena mereka semua tak a
"Teh manis opo..? Gundulmu kuwi..! Bikin sendiri sana..!" seru bi Tarni sewot. "Ya Bibi, Gatot kan mau pulang nanti Bi. Bikinin ya, teh bikinan Bibi kan yang paling pas di lidah. Hehe," celetuk Gatot terkekeh. "Huhh..! Gombiall..!" sungut bi Tarni, seraya beranjak kembali ke dapur. Bara cs melanjutkan obrolannya, sambil makan gorengan buatan bi Tarni. Sungguh suasana yang menyenangkan di pagi itu. Namun...Wrrngg..! Wrŕenngg..!! Secara tiba-tiba dari ketinggian, turun dengan cepat 5 buah helikopter ke arah markas Bara. Kumpulan helikopter itu terbang dalam keadaan melintang berbaris. Pada ketinggian sekitar 80 meter di atas tanah, dengan sisi-sisi pintu nya telah terbuka menghadap ke depan vila. Nampak RPG-32 telah disiapkan pada posisi siap meluncur. "Tembak..!!" Pandu yang memimpin langsung penyerangan, langaung memberikan perintah tembak. Swassh..! Swaassh ..! ... Swaassh..!! Enam buah roket langsung melesat cepat ke titik target di markas Bara. "Awass..! Semuanya..!! Han
"Resti..!" Seth..! Tiba-tiba saja sosok Revina melesat masuk, dan memalang di antara tubuh Resti yang tertarik maju. Plakh.! ... Plakh..!!Dan Revina langsung menampar keras pipi Evan bolak-balik 3 kali. "Arrkksgh...!! Kurang ajar kau Rrevina..! Kau selalu menghalangiku..!" Evan berteriak keras kesakitan. Pipinya terasa panas berdenyar, dengan kuping berdenging, dan mulutnya terasa asin berdarah. Warna merah lebam segera menghias kedua pipi Evan, yang nampak mulai membengkak. "Kau yang Bajingan Evan..! Rupanya tempo hari aku kurang keras menghajarmu..!" seru Revina dengan mata membelalak marah, seraya menunjuk ke wajah Evan. "Hei.hei..hei..! Rupanya buruanmu galak juga Evan. Aku jadi ingin mencicipi keganasannya di ranjang..! Hahaaa..!" seru tergelak salah seorang dari teman Evan. Dan serentak kedua teman Evan itu berjalan mendekat ke arah Revina. "Resti..! Kau masuklah ke mobil. Biar kuhajar tiga pecundang ini..!" bisik tajam Revina pada Resti. "Hati-hati Vina..!" bisik Re
"Bara memang brengsek..! Dia berkata dia adalah orang bebas..! Cuih..! Jangan harap..!" seru Freedy, mengungkapkan kekesalan hatinya. "Freedy, apakah benar Bara berkata begitu..?!" seru sang Jendral, yang mendengar seruan marah Freedy. "Benar Jendral." "Hmm. Pemuda licik itu benar-benar tahu posisinya saat ini Freedy..!" seru Graito. "Maksud Jendral..?!" seru Freedy kaget. Setelah mendengar sang Jendral seolah membenarkan ucapan Bara yang telah bebas. "Freedy, buka nalarmu..! Saat ini posisi kita dalam pengintaian pihak kepolisian. Dan aku mencurigai ada kerjasama antara pihak Bara cs dengan kepolisian, untuk menyelidiki serta membekuk kita. Karenanya kita tak mungkin mengajukan laporan pencabutan jaminan kita atas dirinya. Karena telah terjadi pergantian pejabat tinggi di kepolisian saat ini. Jika kita nekat melaporkan juga. Maka kemungkinan pihak kepolisian malah akan memeriksa kita, sehubungan dengan penjaminan yang kita lakukan. Benar-benar 'culas' si Bara ini..!" seru sa