"Bedebah..! Di mana kau Drajat..?!".seru Graito terkejut dan murka.Ya, pagi harinya terjadi kegemparan di kediaman sang Jendral. Saat Graito yang bermaksud menengok Drajat pagi itu, menjadi kaget bukan kepalang. Karena dia mendapati rumah Drajat dalam keadaan kosong, dan ransel milik Drajat pun tak dilihatnya di dalam rumah. Sontak sang Jendral pun langsung meradang, dan memerintahkan orang-orangnya mencari Drajat di sekitar lahan kediamannya yang luas itu. Dan pada akhirnya sang Jendral harus menerima kenyataan, bahwa Drajat telah pergi tanpa pamit dari kediamannya. Dari kejauhan Pandu terlihat mendekat ke arahnya. "Ada apa Paman Jendral, sepertinya ada hal buruk yang terjadi pagi ini..?" tanya Pandu. "Pandu, apakah kau tak melihat Drajat sejak semalam, usai kita makan malam bersama..?" tanya sang Jendral. "Terakhir Pandu melihatnya hanya pada saat makan malam saja Paman," sahut Pandu. "O iya, Paman Jendral. Semalam ada tiga sosok berpakaian hitam menyusup, dan melesat kelua
"Ahh, apakah Haryo itu adalah Singa Langit, Paman Drajat..?" tanya Bara mengira-ngira. "Sepertinya begitu Bara," sahut Drajat, membenarkan dugaan Bara. "Lalu dari mana pasokan senjata mutakhir yang dimiliki oleh Graito itu paman..?" tanya Gatot. "Oh ya, aku hampir lupa menambahkan. Graito memiliki 'link' di dunia pasar gelap penjualan senjata. Dan aku kan telah menyebut nama Tuan Winston dari Amerika di awal keteranganku tadi Gatot. Sepertinya Tuan Winston inilah, yang menjadi pemasoknya atau paling tidak sebagai 'perantara' Graito mendapatkan senjata. Dan ada juga seorang pemuda asing. Dia pernah beberapa hari tinggal di kediaman Graito, karena terluka dalam parah akibat pertarungan. Namanya Leonard, kalau aku tak salah sebut," sahut Drajat, menambahkan keterangannya. "Hmm. Jelas sudah siapa pemuda asing yang bertarung dengan Dimas saat itu Paman. Dialah Leonard yang terluka dalam, akibat bertarung dengan Dimas di pemakaman dekat Casablanca," ucap Dimas yakin."Dan menurut pe
"Heyy..!! Tolonggg..! Ada penculikk..!!" teriak nyaring wanita itu. Hal yang langsung mengundang perhatian Satpam, yang berada di pos jaga dekat area parkir kampus. "Stopp..! Berhentii..!!" hadang dua orang satpam di tengah pintu keluar. Broomm..mm..!! Nnngeng...!! BMW 3 yang dikendarai Leonard segera melesat menuju keluar area kampus. "Siall..!! Brengsekk..!!" Maki dua orang satpam kampus, yang coba menghadang di pintu keluar. Keduanya meloncat ke samping kiri kanan. Menghindari lesatan mobil Leonard yang tak peduli dan terus melaju, seolah hendak menabrak mereka. "GILAAA..!!" Kembali kedua satpam kampus itu memaki marah dan jengkel. Dengan mata berkilat marah, menatap mobil Leonard yang semakin menjauh. "Bagaimana ini Pak Ujang..?! Pak Mamad..?!" seru gadis yang berteriak tadi panik. Dia adalah sahabat dari Resti. Putri dari Patrick, pemilik resto Maestro Kitchen yang dulu membantu Resti dan Revina. "Tenang Mbak Sabrina. Baiknya kita langsung laporkan pada para dos
Weerrnngg..! Ngunnggg..!! Sebuah helikopter nampak mengudara di atas kediaman rumah Freedy, lalu terbang menjauh dari lokasi. Bara tiba di heliport kediaman Freedy saat helikopter itu sudah terbang tinggi. Dia bisa saja melepaskan pukulan jarak jauhnya, untuk menghantam helikopter itu. Namun dia sadar, kekasihnya pasti berada di dalam helikopter itu. "Laknat..! Bedebah kalian Leonard..! Freedy..! Hiahhh..!!" Weerrsshk..!!" Dalam amarahnya Bara melepaskan Pukulan Kilat Naga Emas level 3 nya dengan tenaga dalam penuh, ke arah belakang rumah Freedy. Sinar keemasan diselimuti kobaran api hitam berhawa panas segera melesat, dan menghantam ambyar rumah Freedy dari arah belakang. Blaarrgghkss....!!! Braagghk..!!Sontak bagian belakang rumah Freedy yang berlantai dua itu runtuh dan ambyar berantakkan, hingga sampai ke ruang tengahnya. Getaran dan guncangan keras bak gempa besar pun terjadi. Sebagian lantai dua rumah Freedy ambruk menimpa lantai di bawahnya. Kerusakan parah pastilah te
"Apa maumu Graito..?!" seru Bara. "Hahahaa..! Mauku..?! Akan kujelaskan menjelang pertarunganmu nanti Bara. Tunggu dan turutilah perintahku maka kekasihmu ini akan aman..!" Klik.! Sang Jendral langsung mengakhiri pembicaraannya. "Bedebah Graito..!" sentak Bara dengan wajah kelam. "Tepat seperti dugaanku Bara! Mereka akan menjadikan Resti sebagai sandera, atas hasil pertarunganmu di kompetisi wilayah. Sungguh culas dan pengecut cara mereka itu..!" seru David jengkel sekali. "Sabarlah Mas Bara. Kita pasti akan menemukan cara membebaskan Resti," ucap Marsha, seraya memegang lembut lengan Bara. Hati Marsha bagai tersayat, melihat Bara yang dikasihinya tampak begitu terpukul dan bersedih. 'Mas Bara. Apa yang harus kuperbuat untuk membantumu sayang..?', keluh bathin Marsha. Hingga menjelang sore, suasana di kediaman Bara masihlah sunyi. Mereka kini nampak berpencar di sekitar kediaman Bara. Drajat dan Dimas nampak bertukar pikiran di teras. Gatot, David, dan Brian, berdiskusi di g
'Ahh, Mas Bara. Tahukah kamu, keadaan Mas seperti ini sungguh membuat Marsha sedih', rintih bathin Marsha. "Pagi Mas Bara, apakah Mas sudah sarapan pagi ini..?" tanya Marsha lembut. Tanpa menjawab, Bara hanya menggelengkan kepalanya pada Marsha dengan pandangan kosong. Dan melihat mata Bara yang tampak lelah. Maka Marsha pun maklum, bahwa Bara tak tidur semalaman. Sedih sekali Marsha melihat kondisi pria pujaannya sampai seperti itu. 'Ya Tuhan, kenapa bukan aku saja yang diculik mereka. Resti masih terlalu polos untuk menghadapi masalah ini', desah hati Marsha, dalam rasa ketak berdayaannya. Tutt ... Tuttt ... Tutt.! Ponsel Bara berdering, nomor tak dikenal nampak di layar ponselnya. Namun tanpa pikir panjang, Bara segera menerimanya. Dia memang tengah menunggu kabar tentang Resti, tak peduli dari siapa pun itu. Klik.! "Ya halo siapa..?" sapa Bara cepat. "Hahaaa..! Kau pasti tengah menanti kabar tentang kekasihmu Bara..!" seru suara pria dengan aksen aneh di sana. Dan Bara
'Ahh..! Sebaiknya sekarang aku pinjam salah satu mobil Paman Jendral dulu. Lalu aku pegang saja kunci mobilnya, untuk persiapan keluar dari Bandung bersama Resti', pikir Leonard. Leonard sangat sadar, kalau perbuatannya ini tentunya akan menimbulkan kehebohan di kediaman sang Jendral. Hubungannya dengan sahabatnya Angga, Freedy, dan juga sang Jendral beresiko akan rusak dan tak harmonis lagi. Tentunya ini juga akan berpengaruh dengan bisnis ayahnya dengan sang Jendral. Namun Leonard tak peduli, menurutnya masih banyak relasi bisnis sang ayah selain sang jendral ini. Dan hal itu takkan berpengaruh banyak ataupun mengurangi omset bisnis sang ayah. Karena mereka pada posisi yang dibutuhkan, bukan membutuhkan. Berpikir begitu, Leonard pun memanggil kontak sang ayah. Tuttt ... Tuttt ... Tutt.!Klik. "Ya Leo," sapa Winston. "Ayah, bisakah Ayah mengirimkan pesawat pribadi ke Jakarta..? Besok Leonard akan kembali ke Amerika ayah." "What's..?! Kenapa begitu tiba-tiba Leo..?!" seru Wi
"Leonard, berjanjilah padaku kau akan memperlakukan Mbak Marsha dengan baik..!" Resti berkata serak pada Leonard, setelah dia mendengar percakapan Leonard dan Marsha barusan. Hatinya begitu cemas dengan nasib Marsha di tangan Leonard nantinya. "Resti, kau pikirlah sendiri. Bagaimana aku tega membuat 'dewiku' sengsara, sedangkan aku benar-benar hendak menjadikannya istriku. Pasti aku akan memperlakukannya dengan baik Resti, tanpa aku harus berjanji padamu," ucap Leonard dengan mantap, dan penuh perasaan. Karena dia memang cinta setengah mati pada Marsha. "Baiklah Leonard. Aku pegang kata-katamu itu. Mbak Marsha adalah tipe wanita yang tulus, jika dia sudah memutuskan mencintai seseorang. Aku bisa mengerti, kalau dia melakukan ini karena Mas Bara. Buatlah dia mencintaimu Leonard, bukan atas dasar nafsu belaka," ucap Resti lirih. Kini dia sadar pengorbanan Marsha pastilah sebagian besar untuk Bara, dan bukan untuk dirinya. Leonard tertegun mendengar ucapan Resti, yang terdengar be
"Bagus Pandu..! Kita tinggal tunggu saja, macam apa serangan mereka nanti. Hahaaa..!" sang Jendral terbahak puas, dengan sistem pertahanan di markasnya. Tentu saja dia mengenal kedahsyatan senapan mesin NSV, karena dia yang membelinya. Dia sekarang malah berharap Bara cs menyerang markasnya secepat mungkin. "Paman Jendral. Jika boleh, Pandu ingin memperdalam kemampuan dan berlatih di kediaman Freedy, hingga waktu kompetisi internasional tiba," ucap Pandu meminta ijin. "Hmm. Silahkan saja Pandu, aku tak keberatan," sahut sang Jendral. Dia memang merasakan butuh orang-orang berkemampuan di pihaknya. Karena setelah kematian Angga, otomatis orang kepercayaannya yang bisa diandalkan hanya Pandu dan Freedy. Namun diam-diam sang Jendral juga hendak menarik seseorang, yang telah menghubunginya beberapa hari yang lalu. Seorang pembelot yang kecewa dengan Tuannya. *** Sementara pagi harinya di markas Bara cs. Rembukkan siasat penyerangan balasan masih belum fix. Hingga rembukkan itu kr
"Mas Bara. Janganlah terus menyalahkan dirimu sendiri. Kita semua melihat, itu adalah kejadian yang memang diluar kuasa kita untuk mencegahnya," ucap Dimas saat dia melihat Bara, yang termenung di teras seorang diri malam itu. "Kita harus membalas semua ini Mas Dimas..! Meluap emosiku dan tak tega rasanya. Setiap aku melihat Gatot, yang masih tak sadarkan diri sampai sekarang. Aku ingin membalas, tapi aku tak mau melibatkan kalian," ucap Bara, dengan mata mencorong penuh amarah. Ya, Gatot memang masih terkapar tak sadarkan diri hingga saat itu. Ibu dan adiknya Rani pun telah datang, dengan dijemput helikopter oleh Bara. Mereka memilih tinggal sementara waktu di markas, untuk merawat Gatot. Bi Tarni juga sangat telaten membantu mereka merawat Gatot. Sementara seorang Dokter juga selalu rutin datang dua hari sekali. Untuk memeriksa kondisi Gatot. Ya, Gatot memang bisa dikatakan dalam kondisi koma. Sementara secara perlahan, proses penyelarasan energi Mustika Taring Singa dalam di
"Mulai ..!" Seth..! Seiring aba-aba yang diserukannya, Hong Chen melesat dengan tangan menyambar ke arah pusaka langit tersebut. Staaghs.! "Akhhs..!" Seth..! Tangan Hong Chen terasa bergetar dan tersetrum tegangan tinggi. Saat gagang cambuk berkilau keemasan itu terbentur oleh tangannya. Tangkapannya kurang tepat, cambuk terus berputar cepat sekali. Dia pun kembali melesat ke tepi cekungan, untuk mengatur tangkapannya kembali. "Hiahh..!" Swaappsh..!! Biksu Kian Long menghentakkan kedua tangannya, ke arah cambuk pusaka yang tengah berputar cepat itu. Seketika arus putaran cambuk pusaka bagai tertahan, oleh sebuah tenaga luar biasa yang tak kasat mata. Putaran cambuk pusaka itu menjadi lebih lambat, dan jelas sekali terlihat gagangnya. Dan saat sang biksu hendak melesat meraihnya, Seth..! Cepat sekali Chen Sang melesat ke arah cambuk yang nampak jelas itu. Melihat hal itu, biksu Kian Long melepaskan kembali energi penahan lesatan cambuk itu. Wrrrrrhhss...! Krrtz..! Krrtzzs
"Benar Guru. Sesuatu yang berharga pastilah banyak yang mengincarnya," sahut Chen Sang pelan. "Chen Sang, kita bermeditasi disini hingga 'pusaka' itu turun. Apapun yang akan terjadi nanti tetaplah bermeditasi, gunakan perisai tenaga dalammu saat badai datang. Hilangkan ambisi mendapatkan 'pusaka' itu, namun tetaplah berharap pada kemurahan-NYA," ujar sang Guru Tiga Aliran memberikan arahan terakhirnya pada Chen Sang. "Baik Guru..!" sahut Chen Sang patuh. "Dan ingat Chen Sang..! Saat badai mulai mereda, kita harus mengakhiri meditasi kita. Lalu berusahalah menggapai 'Pusaka Langit', yang telah melayang di atas pusat cekungan melingkar ini," sang Guru berbisik dengan suara pelan namun tajam. "Chen Sang paham Guru." Sosok guru dan murid itu akhirnya duduk bersila, lalu bermeditasi dengan posisi teratai. Selama 2 jam lebih sudah ke tiga sosok di tepian cekungan, yang berada di lembah pegunungan Kunlun itu bermeditasi. Hingga ... Scraattzz..! Jlegaarhhss..!! Sebuah kilatan besar
"Lapor Jendral..! Misi sudah dilaksanakan. Enam buah roket telah ditembakkan. Dan satu orang di antara mereka sepertinya sudah tewas Jendral..!" "Bara..?!" seru Graito bertanya."Maaf, bukan Jendral..!" sahut pelapor. "Lalu empat helikopter yang lainnya..?!" tanya sang Jendral, seraya menatap tajam sang pelapor. "Empat helikopter kita meledak hancur oleh pukulan Bara, Jendral..!" "Wesh..!" Praaghk..!! Sang pelapor pun langsung tewas di tempat, dengan kepala pecah. Di hantam pukulan bertenaga dalam sang Jendral. Dua orang lain di samping pelapor otomatis melangkah mundur seketika. Sadis..! "Keparat Bara..!! Kau selalu membuatku rugi..!" teriak kalap sang Jendral. "Mana Pandu..?!" seru sang Jendral, pada dua orang lainnya. Sepasang matanya mendelik berkilat kemerahan. "He-he-helikopternya juga jatuh Jendral." sahut seorang di antara mereka. "Dari sisi mana kalian menyerang..?!" "Da-dari arah depan markas Jendral."Braaghk..!! Kini meja teras yang lagi-lagi hancur oleh sepaka
"Bangsat kau Bara..!" Slaph..! Byaarshk..! Pandu melesat keluar dari helikopter yang hilang kendali tersebut. Bara melihat sosok merah keemasan melesat keluar, dari helikopter yang hendak hancur masuk ke lembah itu. 'Pandu..!' gumam bathin Bara. Namun saat dia hendak melesat mengejarnya, "Gatott..!!" samar-samar terdengar teriakkan keras para sahabatnya, menyeru nama Gatot di bawah sana. Bara pun urung mengejar Pandu, dan melesat kembali ke markasnya dengan secepat mungkin. Slaphh..! Taph..! Bara mendarat tepat di sisi para sahabatnya, yang telah berkerumun cemas pada kondisi Gatot. Nampak jelas kini oleh Bara, sosok Gatot yang tengah terkapar tak sadarkan diri. Dada Gatot nampak membiru, dengan darah mengalir dari mulutnya. 'Luka dalam yang teramat parah..!' bathin Bara sesak dan sedih sekali. "B-bara..! A-apa yang harus kita lakukan..?!" seru gugup bergetar Sandi. Dan semua sahabat pun kini menatap Bara, seolah menanti keputusan cepat dari Bara. Karena mereka semua tak a
"Teh manis opo..? Gundulmu kuwi..! Bikin sendiri sana..!" seru bi Tarni sewot. "Ya Bibi, Gatot kan mau pulang nanti Bi. Bikinin ya, teh bikinan Bibi kan yang paling pas di lidah. Hehe," celetuk Gatot terkekeh. "Huhh..! Gombiall..!" sungut bi Tarni, seraya beranjak kembali ke dapur. Bara cs melanjutkan obrolannya, sambil makan gorengan buatan bi Tarni. Sungguh suasana yang menyenangkan di pagi itu. Namun...Wrrngg..! Wrŕenngg..!! Secara tiba-tiba dari ketinggian, turun dengan cepat 5 buah helikopter ke arah markas Bara. Kumpulan helikopter itu terbang dalam keadaan melintang berbaris. Pada ketinggian sekitar 80 meter di atas tanah, dengan sisi-sisi pintu nya telah terbuka menghadap ke depan vila. Nampak RPG-32 telah disiapkan pada posisi siap meluncur. "Tembak..!!" Pandu yang memimpin langsung penyerangan, langaung memberikan perintah tembak. Swassh..! Swaassh ..! ... Swaassh..!! Enam buah roket langsung melesat cepat ke titik target di markas Bara. "Awass..! Semuanya..!! Han
"Resti..!" Seth..! Tiba-tiba saja sosok Revina melesat masuk, dan memalang di antara tubuh Resti yang tertarik maju. Plakh.! ... Plakh..!!Dan Revina langsung menampar keras pipi Evan bolak-balik 3 kali. "Arrkksgh...!! Kurang ajar kau Rrevina..! Kau selalu menghalangiku..!" Evan berteriak keras kesakitan. Pipinya terasa panas berdenyar, dengan kuping berdenging, dan mulutnya terasa asin berdarah. Warna merah lebam segera menghias kedua pipi Evan, yang nampak mulai membengkak. "Kau yang Bajingan Evan..! Rupanya tempo hari aku kurang keras menghajarmu..!" seru Revina dengan mata membelalak marah, seraya menunjuk ke wajah Evan. "Hei.hei..hei..! Rupanya buruanmu galak juga Evan. Aku jadi ingin mencicipi keganasannya di ranjang..! Hahaaa..!" seru tergelak salah seorang dari teman Evan. Dan serentak kedua teman Evan itu berjalan mendekat ke arah Revina. "Resti..! Kau masuklah ke mobil. Biar kuhajar tiga pecundang ini..!" bisik tajam Revina pada Resti. "Hati-hati Vina..!" bisik Re
"Bara memang brengsek..! Dia berkata dia adalah orang bebas..! Cuih..! Jangan harap..!" seru Freedy, mengungkapkan kekesalan hatinya. "Freedy, apakah benar Bara berkata begitu..?!" seru sang Jendral, yang mendengar seruan marah Freedy. "Benar Jendral." "Hmm. Pemuda licik itu benar-benar tahu posisinya saat ini Freedy..!" seru Graito. "Maksud Jendral..?!" seru Freedy kaget. Setelah mendengar sang Jendral seolah membenarkan ucapan Bara yang telah bebas. "Freedy, buka nalarmu..! Saat ini posisi kita dalam pengintaian pihak kepolisian. Dan aku mencurigai ada kerjasama antara pihak Bara cs dengan kepolisian, untuk menyelidiki serta membekuk kita. Karenanya kita tak mungkin mengajukan laporan pencabutan jaminan kita atas dirinya. Karena telah terjadi pergantian pejabat tinggi di kepolisian saat ini. Jika kita nekat melaporkan juga. Maka kemungkinan pihak kepolisian malah akan memeriksa kita, sehubungan dengan penjaminan yang kita lakukan. Benar-benar 'culas' si Bara ini..!" seru sa