Weerrnngg..! Ngunnggg..!! Sebuah helikopter nampak mengudara di atas kediaman rumah Freedy, lalu terbang menjauh dari lokasi. Bara tiba di heliport kediaman Freedy saat helikopter itu sudah terbang tinggi. Dia bisa saja melepaskan pukulan jarak jauhnya, untuk menghantam helikopter itu. Namun dia sadar, kekasihnya pasti berada di dalam helikopter itu. "Laknat..! Bedebah kalian Leonard..! Freedy..! Hiahhh..!!" Weerrsshk..!!" Dalam amarahnya Bara melepaskan Pukulan Kilat Naga Emas level 3 nya dengan tenaga dalam penuh, ke arah belakang rumah Freedy. Sinar keemasan diselimuti kobaran api hitam berhawa panas segera melesat, dan menghantam ambyar rumah Freedy dari arah belakang. Blaarrgghkss....!!! Braagghk..!!Sontak bagian belakang rumah Freedy yang berlantai dua itu runtuh dan ambyar berantakkan, hingga sampai ke ruang tengahnya. Getaran dan guncangan keras bak gempa besar pun terjadi. Sebagian lantai dua rumah Freedy ambruk menimpa lantai di bawahnya. Kerusakan parah pastilah te
"Apa maumu Graito..?!" seru Bara. "Hahahaa..! Mauku..?! Akan kujelaskan menjelang pertarunganmu nanti Bara. Tunggu dan turutilah perintahku maka kekasihmu ini akan aman..!" Klik.! Sang Jendral langsung mengakhiri pembicaraannya. "Bedebah Graito..!" sentak Bara dengan wajah kelam. "Tepat seperti dugaanku Bara! Mereka akan menjadikan Resti sebagai sandera, atas hasil pertarunganmu di kompetisi wilayah. Sungguh culas dan pengecut cara mereka itu..!" seru David jengkel sekali. "Sabarlah Mas Bara. Kita pasti akan menemukan cara membebaskan Resti," ucap Marsha, seraya memegang lembut lengan Bara. Hati Marsha bagai tersayat, melihat Bara yang dikasihinya tampak begitu terpukul dan bersedih. 'Mas Bara. Apa yang harus kuperbuat untuk membantumu sayang..?', keluh bathin Marsha. Hingga menjelang sore, suasana di kediaman Bara masihlah sunyi. Mereka kini nampak berpencar di sekitar kediaman Bara. Drajat dan Dimas nampak bertukar pikiran di teras. Gatot, David, dan Brian, berdiskusi di g
'Ahh, Mas Bara. Tahukah kamu, keadaan Mas seperti ini sungguh membuat Marsha sedih', rintih bathin Marsha. "Pagi Mas Bara, apakah Mas sudah sarapan pagi ini..?" tanya Marsha lembut. Tanpa menjawab, Bara hanya menggelengkan kepalanya pada Marsha dengan pandangan kosong. Dan melihat mata Bara yang tampak lelah. Maka Marsha pun maklum, bahwa Bara tak tidur semalaman. Sedih sekali Marsha melihat kondisi pria pujaannya sampai seperti itu. 'Ya Tuhan, kenapa bukan aku saja yang diculik mereka. Resti masih terlalu polos untuk menghadapi masalah ini', desah hati Marsha, dalam rasa ketak berdayaannya. Tutt ... Tuttt ... Tutt.! Ponsel Bara berdering, nomor tak dikenal nampak di layar ponselnya. Namun tanpa pikir panjang, Bara segera menerimanya. Dia memang tengah menunggu kabar tentang Resti, tak peduli dari siapa pun itu. Klik.! "Ya halo siapa..?" sapa Bara cepat. "Hahaaa..! Kau pasti tengah menanti kabar tentang kekasihmu Bara..!" seru suara pria dengan aksen aneh di sana. Dan Bara
'Ahh..! Sebaiknya sekarang aku pinjam salah satu mobil Paman Jendral dulu. Lalu aku pegang saja kunci mobilnya, untuk persiapan keluar dari Bandung bersama Resti', pikir Leonard. Leonard sangat sadar, kalau perbuatannya ini tentunya akan menimbulkan kehebohan di kediaman sang Jendral. Hubungannya dengan sahabatnya Angga, Freedy, dan juga sang Jendral beresiko akan rusak dan tak harmonis lagi. Tentunya ini juga akan berpengaruh dengan bisnis ayahnya dengan sang Jendral. Namun Leonard tak peduli, menurutnya masih banyak relasi bisnis sang ayah selain sang jendral ini. Dan hal itu takkan berpengaruh banyak ataupun mengurangi omset bisnis sang ayah. Karena mereka pada posisi yang dibutuhkan, bukan membutuhkan. Berpikir begitu, Leonard pun memanggil kontak sang ayah. Tuttt ... Tuttt ... Tutt.!Klik. "Ya Leo," sapa Winston. "Ayah, bisakah Ayah mengirimkan pesawat pribadi ke Jakarta..? Besok Leonard akan kembali ke Amerika ayah." "What's..?! Kenapa begitu tiba-tiba Leo..?!" seru Wi
"Leonard, berjanjilah padaku kau akan memperlakukan Mbak Marsha dengan baik..!" Resti berkata serak pada Leonard, setelah dia mendengar percakapan Leonard dan Marsha barusan. Hatinya begitu cemas dengan nasib Marsha di tangan Leonard nantinya. "Resti, kau pikirlah sendiri. Bagaimana aku tega membuat 'dewiku' sengsara, sedangkan aku benar-benar hendak menjadikannya istriku. Pasti aku akan memperlakukannya dengan baik Resti, tanpa aku harus berjanji padamu," ucap Leonard dengan mantap, dan penuh perasaan. Karena dia memang cinta setengah mati pada Marsha. "Baiklah Leonard. Aku pegang kata-katamu itu. Mbak Marsha adalah tipe wanita yang tulus, jika dia sudah memutuskan mencintai seseorang. Aku bisa mengerti, kalau dia melakukan ini karena Mas Bara. Buatlah dia mencintaimu Leonard, bukan atas dasar nafsu belaka," ucap Resti lirih. Kini dia sadar pengorbanan Marsha pastilah sebagian besar untuk Bara, dan bukan untuk dirinya. Leonard tertegun mendengar ucapan Resti, yang terdengar be
"Hai semuanya..! Apakah Mas Bara ada di dalam..?" seru Resti pada para sahabat, yang masih belum menyadari kehadirannya. "Hahhh..!! Resti..!" seruan terkejut Gatot, Brian, serta Sandi, yang baru saja datang beberapa jam yang lalu terdengar kompak. "Ba-bagaimana bisa..?!" David juga ikut berseru kaget. Slaph..! Slaph..! Slaph..! Bara, Drajat, dan Dimas, melesat dari ruang tengah dan muncul di teras. Ketiganya nampak bagai patung saat tiba diteras. Wajah Bara, Drajat, dan Dimas, juga menyiratkan rasa tak percaya, melihat Resti yang tiba-tiba telah berada di situ. "Mas Bara..!" Resti langsung menghambur ke pelukkan Bara, seraya terisak di dadanya. "Res-Resti..! Benarkah ini kau..?" Bara membelai rambut Resti, lalu memegang kedua pundak Resti dan mengamatinya. Dirinya benar-benar merasa meledak dalam rasa gembira, melihat kondisi Resti baik-baik saja. Tekanan berat yang mendera bathin dan pikirannya beberapa hari ini, bagai terlepas dan ambyar seketika itu juga. "Mas Bara, Kak
"Ini Mas Bara. Barang yang dititipkan kak Marsha pada kalian semua," Resti meletakkan sebuah tas hermes Kelly terbuka, di hadapan mereka semua. Mata mereka semua kini memandang tas terbuka itu. Sepintas saja sudah terlihat beberapa kotak perhiasan, buku rekening Bank, dan juga sepucuk surat. Bara meraih sepucuk surat dari Marsha terlebih dahulu. Dan di kepala amplop surat tertulis 'To: Mas Bara cs'. Dibukanya isi surat itu, dan dibacanya di depan semua sahabatnya. 'Mas Bara dan sahabat semua. Maaf bila keputusan yang Marsha ambil tidak sesuai dengan rencana kalian semua. Tapi Marsha tak mau, jika Resti harus mengalami hal terburuk dalam hidupnya. Maka dengan rasa persaudaraan yang ada, Marsha mengambil keputusan untuk menggantikan posisi Resti. Namun kalian jangan khawatir. Marsha telah meminta Leonard, untuk membawa Marsha ke negeri asalnya di Amerika. Marsha pasti akan tetap ikut berjuang bersama dan mendukung kalian dari sana, jangan cemaskan Marsha! O iya, Marsha titipkan
"Hai Jendral..! Justru aku yang harusnya bertanya tentang hal itu padamu. Mengapa Leonard sudah beberapa hari ini tak menghubungiku..? Apakah ada yang terjadi dengan putraku itu..? Dihubungi pun dia tak bisa sejak kemarin Jendral..!" seru Winston balik bertanya. Ya, Winston segera tanggap, bahwa ada masalah serius antara putranya dan sang Jendral. Dia langsung bersikap seolah terkejut, untuk mengetahui latar belakang masalah Leonard dengan sang Jendral. Hal yang tak diceritakan Leonard padanya. Sungguh aktor drama kelas wahid si Winston ini..! "Hhh..! Winston! Leonard telah membawa lari tawanan pentingku, yang akan kugunakan untuk menekan pihak musuh. Dan aku juga masih mencarinya hingga sekarang," dengan menghela nafas kesal, sang Jendral membuka permasalahan yang terjadi dengan Leonard. "A-apa..?! Anak itu benar-benar brengsek..!" maki Winston berpura-pura marah, dengan nada meyakinkan. Dan sang Jendral pun merasa percuma, untuk berlama-lama dalam percakapannya dengan
Taph..! Tak salah memang Bara menjuluki Brian sebagai sahabat tercepat setelah dirinya, dalam hal ilmu meringankan tubuh. Bara pun terselamatkan dan langsung di bawa oleh Brian, ke tempat agak jauh dari arena pertarungan. Para sahabat pun berlesatan cepat menghampiri Brian, untuk melihat kondisi Bara yang masih tak sadarkan diri. Gatot langsung menotok beberapa titik di tubuh Bara. Untuk mempercepat dan memperlancar sirkulasi darah dan energi di tubuh Bara. Akhirnya, para sahabat memutuskan untuk meninggalkan area pertarungan final malam itu. Mereka pun berniat kembali ke kediaman Joseph, yang saat itu masih setia menanti mereka. Tampak wajah Joseph pucat pasi dilanda ketakutan, akibat merasakan kondisi alam yang tadi bagaikan hendak kiamat. Namun rasa cemasnya atas keselamatan Bara cs, membuatnya tetap bertahan menanti di posisinya. Sungguh orang yang tabah dan setia kawan si Joseph ini. Dimas dan Leonard memutuskan ikut ke rumah Joseph, setelah mereka melihat kond
Lengkap sudah tiga elemen langit, es, dan bumi menyatu..! Dalam satu badai gelombang power raksasa di sekitar Bara.Semua orang yang berada di sekitar arena pertarungan itu, mereka langsung bergerak secepat mungkin. Untuk menjauh dari lokasi pertarungan, yang bagaikan sedang dilanda kiamat itu. Bahkan dua helikopter yang tersisa di udara, mereka hanya bisa mengambil gambar itu dari jarak yang sangat jauh. Tentu saja mereka bergidik ngeri, setelah melihat dua helikopter rekan mereka yang sudah menjadi bangkai. Tanpa ada satu pun penumpangnya yang bisa selamat. Dengan saling menguatkan tekat. Keempat sosok lawan Bara secara bersamaan bergerak, menyerang dan menerjang..! "Hiyaahh...!! Haaurmmsh.!! Hiyaathh..!! Huuppsh..!!" Keempat sosok itu serentak melesatkan pukulan andalan mereka ke arah Bara. BLANNGGGKSHHZTT...!!!! Sebuah gelombang besar bak bola energi raksasa pun melesat deras ke arah Bara. Gelombang energi yang tercipta dari 4 serangan lawannya tersebut, terdiri atas berb
"Tembak..!" seru Dimas, saat dia melihat para sniper penyelenggara mulai menarget ke arah Bara. Splazth..! Splatsh..! ... Splatzh..! Dengan serentak para sniper Pasukan Super Level segera melesatkan pelurunya. Clakh..! Clakhs..! Clapsh..! Claksh..! ... Clakgssh..! Dan seluruh sniper pihak penyelenggara pun terhentak tewas, dengan kepala berlubang.! Karena memang mereka sudah dalam target para sniper Pasukan Super Level sejak tadi. Seth..! Sethh..! Sethh..! Sang Jendral, Freedy, dan Pandu, yang melihat Hong Chen sudah bergerak menyerang Bara. Akhirnya mereka semua pun ikut melesat, hendak menyerang Bara. Para sahabat yang melesat juga telah bersiap dengan ilmu pamungkas mereka masing-masing. Ajian 'Sayap Pembelah Langit' disiapkan oleh Brian, ajian 'Tendangan Halilintar Semesta' disiapkan Sandi, Gatot siagakan 'Jari Singa Neraka'nya, dan David juga telah menyiapkan ilmu 'Tapak Budha Mengguncang Langit' miliknya. Seth..! Sett..! Dimas dan Leonard juga tak mau ketinggalan, mere
Langit bagai terbelah, saat menyambar sebuah kilatan halilintar bercahaya keemasan ke arah tangan Chen Sang yang teracung. Dan nampaklah kini, betapa tangan kanan Chen Sang di selimuti cahaya keemasan yang berkeredepan menyilaukan. Sebuah cambuk dengan 3 lidah petir berkilat-kilat, dengan mengeluarkan bunyi tegangan listrik yang mengerikkan di udara. Krrtzzh...! Krttzzkh..!! Krrttzzsk..!!Bara melirik ke arah timer, yang menunjukkan pertarungan sudah berada di menit ke 21. 'Hmm. Apa boleh buat, ini terpaksa', bathin Bara resah. "KALIAN SEMUA YANG DI BAWAH..! MENYINGKIRLAH LEBIH JAUH..!!" seru Bara memperingatkan, dengan lambaran tenaga dalamnya, pada semua orang yang berada di sekitar arena. Seketika semua orang di bawah pun bergerak menjauhi garis batas arena. Hati mereka semua sama berdebar. Ya, mereka semua sangat sadar, kiranya puncak pertarungan final telah tiba. Dan 'Pukulan Dua Naga' pamungkas Bara pun di siapkan tanpa ragu lagi. "Hyaarrghks...!!" Blaatzhs..!! Blaatzks
"Terimalah ini bedebah.!" Byaarshk..!! Chen Sang berseru keras, seraya kembali meledakkan energi dalam dirinya. Kini nampak sosoknya berubah di selubungi cahaya hitam pekat kemerahan. Inilah ilmu gabungan, antara power Naga Bumi dan ilmu 'Badai Bumi Neraka'..! Byaarshk..!!Bara juga meledakkan 'power' dalam dirinya. Seketika sosoknya berubah menjadi dua warna yang berbeda. Nampak sebagian sisik tubuhnya berwarna emas di kanannya, dan sisik putih cemerlang kebiruan di sebelah kirinya. Kedua matanya mencorong, dengan warna merah menyala dan biru berkilau. 'Ahh..! Penyelarasan dua Mustika Naga..!' seru bathin Chen Sang terkejut. Walau dia sudah mendengar dari gurunya, soal pemuda yang sanggup menyelaraskan dua power Mustika Naga ini. Namun tetap saja hatinya merasa tergetar. Melihat keindahan sekaligus kengerian 'power', di balik sosok Bara itu. Namun tentu saja Chen Sang juga sangat yakin, dengan 'power'nya sendiri. Segera Chen Sang menerapkan ilmu 'Badai Neraka Naga Bumi'nya.
Slaph..! Slaph..! Hampir bersamaan dan dengan kecepatan yang setara, Bara dan Chen Sang kini telah saling berhadapan di tengah arena pertarungan yang luas itu. Keduanya masih dalam posisi melayang tak menyentuh tanah. Keduanya nampak saling tatap dengan pandangan tajam, dalam jarak sekitar 15 meter. "Apakah kau yang membunuh kedua adik seperguruanku..?!" seru tajam Chen Sang. "Maaf, adik seperguruanmu yang mana..?" Bara balik bertanya tenang. Karena dia memang tak tahu, jika Cin Hai dan Han Jian adalah adik seperguruan dari Chen Sang. "Si Kipas Neraka dan si Naga Terbang..!" seru Chen sang geram bukan main, melihat ketenangan Bara. 'Seolah tak bersalah saja kau bangsat..!' seru hati Chen Sang murka. Nampak 4 buah helikopter dari pihak channel khusus telah terbang mengudara, di empat titik mereka dalam bentuk 'plus' di empat sisi arena. "Ohh..! Si Tukang Kipas dan si Pendek Kekar itu. Iya aku membunuhnya, karena mereka berbuat onar di negeriku," sahut Bara tersen
"Hmm. Sepertinya ini akan memakan waktu agak lama. David, konfirmasikan saja waktu pasang pertaruhan khusus pada menit ke 25 pada para rekanan kita. Pada menit tersebut akan bisa ditentukan, aku atau Chen Sang yang akan tewas," ucap Bara. Sepasang mata Bara pun langsung terpejam, bathinnya berusaha membaca alur pertarungan yang akan terjadi nanti malam. "Baraa..! Kau harus memenangkan pertarungan nanti malam, sobatku!" seru Sandi terkejut waswas, mendengar ucapan terakhir Bara. "Kau pasti menang Bara..! Jangan ragu untuk menghabisi lawanmu nanti malam!" seru Gatot yakin. 'Andai sampai kau kalah, maka aku juga akan turun arena dan menghabisi Graito..! Dialah biang kerok dari semuanya ini!' bathin Gatot bertekad."Mas Bara.! Kau harus memenangkan pertarungan nanti..!" seru Brian serak, dia sangat terkejut mendengar ucapan terakhir Bara yang sangat dikaguminya itu."Baik akan ku infokan waktu pasang taruhan itu pada seluruh rekan kita. Aku percaya padamu Bara..!" seru David mantap.
"Bara! Sebentar lagi aku landing di bandara A.A. Bere Tallo." "Ahh..! Kau merepotkan diri untuk datang Leonard. Kali ini sepertinya akan berbahaya Leonard. Apakah Marsha kau bawa serta..?" "Tidak ada alasan bagiku untuk tak berada di sisimu, saat kalian menghadapi bahaya. Tidak Bara, Marsha tak kuijinkan ikut, walaupun dia memaksa," sahut Leonard mantap. "Syukurlah Marsha tak ikut serta. Baiklah Leonard. Kau sudah datang, maka Brian akan menemuimu. Brian akan menunjukkan hotel, di mana Mas Dimas dan Pasukkan Super Level akan menginap. Untuk sementara kau bisa menempatinya, sambil menunggu Mas Dimas datang tak lama lagi," ujar Bara lega, mendengar Marsha tak ikut serta. Bara pun memberi arahan pada Leonard. "Baik Bara, aku mengerti." Klik.! "Brian kau berangkatlah sekarang juga ke pintu keluar Bandara. Untuk menyambut Leonard. Antarkan dia ke hotel tempat Mas Dimas dan Pasukkan Super Level akan bermalam. Dan temani dia hingga Mas Dimas datang, lalu kau kembalilah ke sini," uj
"Wah..! Mantap Norman..! Kau memang pandai menangkap angin surga rupanya! Hahaa..!" David merasa senang atas pasrtisipasi Norman, dalam rencana Bara cs menghabisi 'bisnis' sang Jendral. "Hahaaa..! Baik David, sementara itu dulu yang bisa kupertaruhkan saat ini. Jika ada rejeki mendadak, maka pasti akan kutambahkan taruhanku." Klik.!"Semuanya. Norman telah menyiapkan dana 9 triliun untuk bertaruh besok," ujar David, dengan wajah berseri. "Wah..! Sepertinya Graito akan nangis darah bila mengetahui hal ini. Hehe," Dimas menimpali. "Bukan hanya nangis darah Mas Dimas. Tapi nangis sambil bugil dia, kayak ODGJ baru..! Hahaha..!" timpal Gatot tergelak. "Mantap David..! Hehehe..!" seru Bara senang, seraya terkekeh mendengar celotehan para sahabatnya. Tuttt ... Tuttt ... Tuttt.! Ponsel Bara kembali berdering. Klik.! "Ya Andrei." "Bara, aku mendengar dari Tuan Winston, kalau dia ikut bertaruh atas kemenanganmu di kompetisi internasional itu. Apakah aku boleh ikut bertaruh atas keme