'Siapa kau sebenarnya Dewi cantik..? Mengapa wajahmu tak pernah pudar dari benak dan hatiku..? Mengapa baru sekarang kita dipertemukan..?' pertanyaan demi pertanyaan tak henti berputar di benak pemuda itu. Sedangkan matanya lekat memandang dan menjelajahi lekuk dan garis kecantikkan pada wajah jelita itu.Ya, dialah Leonard. Pemuda tampan bermata biru dari Amerika, yang pernah datang menyaksikan pertarungan semifinal kompetisi gelap level area di Indonesia.Kunjungannya ke pertarungan itu bukan tanpa maksud. Karena dia bermaksud menjajaki petarung-petarung potensial, yang kemungkinan akan berhadapan dengan petarung 'jagoannya' di kompetisi internasional nanti.Leonard adalah rekan bisnis Colby selaku promotor 'Garry King', petarung penguasa napi di negeri paman Sam itu.Leonard dikenal sebagai seorang pria playboy dan flamboyan, oleh wanita-wanita kelas atas di negerinya. Suatu hal yang tak aneh mengingat sifat Winston sang ayahnya, yang juga dikenal sebagai 'don yuan berkelas' pada
Klikh. "Ya, Freedy." "Bara, apakah kau tak di vila saat ini..?""Saya sedang di rumah Ibu saya Freedy," sahut Bara agak kesal dengan pertanyaan Freedy, yang seolah menyuruhnya kembali ke vila."Ohh. Baiklah Bara, ingat pertarunganmu tinggal 9 hari lagi Bara. Harap kau mempersiapkan dirimu dengan sebaik mungkin, karena lawanmu di final nanti adalah 'Trenggiling Siluman'.""Jangan khawatir Freedy. Saya tak akan lari dari arena."Klik.! Dengan kesal Bara menutup panggilan Freedy.Ya, baginya kabar dari Freedy hanya membuatnya bertambah muak dengan pihak penyelenggara. Mereka benar-benar seperti menganggap para petarung itu bukan manusia!Alih-alih bertanya soal keadaan serta kondisi petarung mereka. Ini malah selalu mengingatkan akan jadwal pertarungan, sungguh memuakkan.!Sementara Freedy tersenyum puas di rumahnya, dia telah menghubungi David sebelum menghubungi Bara. Maksud dia menghubungi mereka berdua, sebenarnya hanya untuk memastikan keberadaan mereka.Jika Bara dan David tak b
"Resti sayang. Maafkan ayah selama ini ya, hukk .. uhukk..! Ayah telah memaksakan kehendak ayah padamu Nak. Sekarang kau pulanglah Resti. Kau bebas menentukan jodohmu sendiri. Terserah kau berjodoh dengan siapapun juga Resti, asalkan kita bisa berkumpul kembali ya Nak. Hukk ..uhukk..!" terdengar suara batuk yang dalam sekali dari Rudi di sana, disela-sela ucapannya."Aduhh..! Ayah..! Iya Ayah, Resti akan segera pulang ke rumah..! Tunggu Resti Ayah..!"Klik.!Restilah kini yang terlihat sangat panik dan cemas memikirkan ayahnya. Dia sangat cemas mendengar suara batuk ayahnya, yang terdengar sangat dalam dan tersiksa. Seketika Resti jadi ingin pulang secepatnya saat itu juga."M-mas Bara..! Ayah sepertinya sakit parah. Kita harus ke sana secepatnya Mas Bara," ucap Resti gugup, dan tak mampu menyembunyikan wajah kecemasannya dari Bara."Baik Resti. Sebaiknya kita pakai Camaro Hitam peninggalan kakekku ke sana. Mobil itu sudah di cek oleh mendiang pak Marco dalam kondisi baik dan siap pak
"Ayah, Ibu! Tanpa saran dari Mas Bara, mungkin Resti tak akan berada di rumah ini lagi. Mas Baralah yang menyarankan Resti pulang Ayah, Ibu," ucap Resti pelan dan jelas, namun telak 'menghujam' di hati Sofia terutama sang ayah.Baik Sofia mau pun Rudi langsung menangkap 'makna' dari ucapan putri mereka itu. Bagi mereka pernyataan Resti itu sama saja mengatakan, bahwa Resti akan kembali pergi dari rumah, jika mereka berlaku kasar dan menyakiti hati Bara.'Brengsek kau Bara..! Kau apakan putriku hingga dia menjadi sangat melindungimu..?!' seru bathin Rudi geram sekali. Namun tentu saja dia menahan perasaan itu di hatinya."Uhukk..! Hukkh..! Resti, lalu tinggal di mana kamu selama ini Nak..?" sang ayah terbatuk akibat menahan rasa sesak dihatinya itu. Lalu dia mengalihkan pertanyaannya pada putrinya."Tadinya Resti tinggal di apartemen Brittany di Bintaro, bersama Revina sahabat Resti, Ayah. Namun setelah Ibu Mas Bara datang ke Jakarta dan tinggal di rumahnya, maka Resti dan Revina memut
"Hmm. Bara..! Kami lebih senang jika kau berterus terang saja atas ketidakmampuanmu..! Janganlah menganggap kami anak kecil, yang bisa percaya mendengar janjimu untuk mencarikan dana itu..!" seru Sofia ikut men'judge' Bara dengan nada tajam."Bapak, Ibu. Baiklah akan Bara buatkan ceknya sekarang juga ya," ucap Bara tenang. Sama sekali dia tak terpengaruh, terhadap kata-kata bernada mengejek dari kedua orangtua Resti.Padahal Resti sendiri terlihat sudah mulai kesal dan emosi dengan prilaku kedua orangtuanya itu, yang jelas-jelas telah merendahkan Bara.Bara membuka tas selempangnya, dan mengeluarkan buku ceknya yang sudah disiapkan oleh David. Hingga Bara hanya tinggal menulis penerima cek, nilai cek, serta tanggal cek berlaku.Dituliskannya semua dengan jelas oleh Bara di atas lembaran cek itu, dan Bara menambahkan nilai cek di atas nilai hutang ayah Resti, menjadi 40 miliar rupiah.Spontan Rudi dan Sofia tertegun dan terdiam melongo di kursinya. Mereka bagai sedang melihat pemandang
"A-apa..! K-Kakek Bara seorang Jen-jendral..?!" Sofia dan Rudi kaget bukan kepalang, mengetahui silsilah Bara yang baru mereka dengar.Kini mereka tak lagi merasa heran, jika Bara memiliki warisan yang sangat mencengangkan mereka. Dan mereka pun menganggap uang 40 miliar rupiah dari Bara juga merupakan warisaan dari kakeknya.Hmm, sekali lagi mereka salah duga dalam hal ini. Tapi paling tidak, ini akan menghilangkan 'kecurigaan dan pertanyaan' mereka terhadap Bara, tentang dari mana Bara memiliki uang sebanyak itu."Resti anakku, Ayah dan Mamah sangat menyesal telah berlaku merendahkan Bara. Antarkanlah kami ke rumahnya Resti, agar kami bisa meminta maaf dan berterimakasih atas segala bantuan yang telah diberikannya.Kami merasa sangat malu dan bersalah padanya Resti. Kami juga akan berjanji mengembalikan uang pinjaman dari Bara secepatnya Resti," ucap Rudi dengan wajah menyesal dan penuh harap, pada putri mereka itu."Ayah, Mamah. Mas Bara telah mengatakan pada Resti tadi di rumahnya
Wushh..! Weshh..! Baghhk..! David melentingkan tubuhnya ke atas dengan cepat, setelah dia melumpuhkan satu lawannya. Dan dia pun langsung membagikan tendangan dan pukulan bertenaga dalamnya dari udara ke arah kepala kedua lawannya. Wukhs..! Wesshk..! Kedua lawannya yang masih dalam keadaan terkesima, menatap rekannya yang tak sadarkan diri segera melakukan gerakan mengelak. Kragghk..! Klasshk..! Namun mereka terlambat, tendangan David mengenai telak kepala lawannya hingga tengkorak kepalanya retak dan tewas seketika. Sedangkan pukulannya ke arah kepala lawan satunya meleset dan mengenai pundak orang itu. Namun walau meleset, tetap saja rasa ngilu, pegal, dan sesak dirasakan oleh lawannya itu. Kini mereka hanya tinggal 'one by one' di halaman dalam dekat gerbang vila itu. Lawan David itu pun menjadi nekat, kali ini dia menghimpun seluruh tenaga dalamnya. Kedua otot tangannya pun menegang keras dan bergetar. "Hiahh..!" Wesshk..! Lalu dengan gerakan cepat dia menerjang ke
"Wah..! Berkelas sekali mobilnya Mas Bara," ucap Marsha kagum, dia memang penyuka barang-barang klasik."Keren juga mobilnya Mas Bara," timpal Clara, melihat mobil antik yang masih mulus dan terawat itu."Hehe. Itu mobil warisan dari Kakek. Marsha, Clara, silahkan naik saja. Pak Tono, hati-hati di jalan ya," sahut Bara terkekeh, seraya berpesan pada supirnya itu."Baik Mas Bara," sahut Tono."Kami pulang dulu Mas Bara," ucap Marsha tersenyum, sambil melambaikan tangannya bersama Clara dari dalam mobil.Bara tersenyum membalas lambaian mereka, dan akhirnya mobil yang dikemudikan pak Tono itu pun menghilang di balik pagar rumahnya.Kini rasa sunyi kembali merayapi hati Bara,'Ibu, Ayah. Semoga kalian tenang di sana', bathin Bara. Entah untuk yang keberapa kalinya hari ini. Hati Bara selalu mengucapkan harapan dan doanya bagi kedamaian kedua orangtuanya itu, di tengah rasa sepi dan kehilangannya.Tutt ... Tuttt ... Tuttt.!Ponsel bara berdering, 'Resti memanggil'.Klik."Ya Resti.""Mas