"Ayah, Ibu! Tanpa saran dari Mas Bara, mungkin Resti tak akan berada di rumah ini lagi. Mas Baralah yang menyarankan Resti pulang Ayah, Ibu," ucap Resti pelan dan jelas, namun telak 'menghujam' di hati Sofia terutama sang ayah.Baik Sofia mau pun Rudi langsung menangkap 'makna' dari ucapan putri mereka itu. Bagi mereka pernyataan Resti itu sama saja mengatakan, bahwa Resti akan kembali pergi dari rumah, jika mereka berlaku kasar dan menyakiti hati Bara.'Brengsek kau Bara..! Kau apakan putriku hingga dia menjadi sangat melindungimu..?!' seru bathin Rudi geram sekali. Namun tentu saja dia menahan perasaan itu di hatinya."Uhukk..! Hukkh..! Resti, lalu tinggal di mana kamu selama ini Nak..?" sang ayah terbatuk akibat menahan rasa sesak dihatinya itu. Lalu dia mengalihkan pertanyaannya pada putrinya."Tadinya Resti tinggal di apartemen Brittany di Bintaro, bersama Revina sahabat Resti, Ayah. Namun setelah Ibu Mas Bara datang ke Jakarta dan tinggal di rumahnya, maka Resti dan Revina memut
"Hmm. Bara..! Kami lebih senang jika kau berterus terang saja atas ketidakmampuanmu..! Janganlah menganggap kami anak kecil, yang bisa percaya mendengar janjimu untuk mencarikan dana itu..!" seru Sofia ikut men'judge' Bara dengan nada tajam."Bapak, Ibu. Baiklah akan Bara buatkan ceknya sekarang juga ya," ucap Bara tenang. Sama sekali dia tak terpengaruh, terhadap kata-kata bernada mengejek dari kedua orangtua Resti.Padahal Resti sendiri terlihat sudah mulai kesal dan emosi dengan prilaku kedua orangtuanya itu, yang jelas-jelas telah merendahkan Bara.Bara membuka tas selempangnya, dan mengeluarkan buku ceknya yang sudah disiapkan oleh David. Hingga Bara hanya tinggal menulis penerima cek, nilai cek, serta tanggal cek berlaku.Dituliskannya semua dengan jelas oleh Bara di atas lembaran cek itu, dan Bara menambahkan nilai cek di atas nilai hutang ayah Resti, menjadi 40 miliar rupiah.Spontan Rudi dan Sofia tertegun dan terdiam melongo di kursinya. Mereka bagai sedang melihat pemandang
"A-apa..! K-Kakek Bara seorang Jen-jendral..?!" Sofia dan Rudi kaget bukan kepalang, mengetahui silsilah Bara yang baru mereka dengar.Kini mereka tak lagi merasa heran, jika Bara memiliki warisan yang sangat mencengangkan mereka. Dan mereka pun menganggap uang 40 miliar rupiah dari Bara juga merupakan warisaan dari kakeknya.Hmm, sekali lagi mereka salah duga dalam hal ini. Tapi paling tidak, ini akan menghilangkan 'kecurigaan dan pertanyaan' mereka terhadap Bara, tentang dari mana Bara memiliki uang sebanyak itu."Resti anakku, Ayah dan Mamah sangat menyesal telah berlaku merendahkan Bara. Antarkanlah kami ke rumahnya Resti, agar kami bisa meminta maaf dan berterimakasih atas segala bantuan yang telah diberikannya.Kami merasa sangat malu dan bersalah padanya Resti. Kami juga akan berjanji mengembalikan uang pinjaman dari Bara secepatnya Resti," ucap Rudi dengan wajah menyesal dan penuh harap, pada putri mereka itu."Ayah, Mamah. Mas Bara telah mengatakan pada Resti tadi di rumahnya
Wushh..! Weshh..! Baghhk..! David melentingkan tubuhnya ke atas dengan cepat, setelah dia melumpuhkan satu lawannya. Dan dia pun langsung membagikan tendangan dan pukulan bertenaga dalamnya dari udara ke arah kepala kedua lawannya. Wukhs..! Wesshk..! Kedua lawannya yang masih dalam keadaan terkesima, menatap rekannya yang tak sadarkan diri segera melakukan gerakan mengelak. Kragghk..! Klasshk..! Namun mereka terlambat, tendangan David mengenai telak kepala lawannya hingga tengkorak kepalanya retak dan tewas seketika. Sedangkan pukulannya ke arah kepala lawan satunya meleset dan mengenai pundak orang itu. Namun walau meleset, tetap saja rasa ngilu, pegal, dan sesak dirasakan oleh lawannya itu. Kini mereka hanya tinggal 'one by one' di halaman dalam dekat gerbang vila itu. Lawan David itu pun menjadi nekat, kali ini dia menghimpun seluruh tenaga dalamnya. Kedua otot tangannya pun menegang keras dan bergetar. "Hiahh..!" Wesshk..! Lalu dengan gerakan cepat dia menerjang ke
"Wah..! Berkelas sekali mobilnya Mas Bara," ucap Marsha kagum, dia memang penyuka barang-barang klasik."Keren juga mobilnya Mas Bara," timpal Clara, melihat mobil antik yang masih mulus dan terawat itu."Hehe. Itu mobil warisan dari Kakek. Marsha, Clara, silahkan naik saja. Pak Tono, hati-hati di jalan ya," sahut Bara terkekeh, seraya berpesan pada supirnya itu."Baik Mas Bara," sahut Tono."Kami pulang dulu Mas Bara," ucap Marsha tersenyum, sambil melambaikan tangannya bersama Clara dari dalam mobil.Bara tersenyum membalas lambaian mereka, dan akhirnya mobil yang dikemudikan pak Tono itu pun menghilang di balik pagar rumahnya.Kini rasa sunyi kembali merayapi hati Bara,'Ibu, Ayah. Semoga kalian tenang di sana', bathin Bara. Entah untuk yang keberapa kalinya hari ini. Hati Bara selalu mengucapkan harapan dan doanya bagi kedamaian kedua orangtuanya itu, di tengah rasa sepi dan kehilangannya.Tutt ... Tuttt ... Tuttt.!Ponsel bara berdering, 'Resti memanggil'.Klik."Ya Resti.""Mas
Tin..! Tinn..!David membunyikan klakson di depan gerbang rumahnya, segera saja Ato sang satpam membukakan gerbang pagar rumah bagi tuan mudanya itu."Itu Dave Ko pulang Mah," ucap Revina pada Vivian. Serentak mereka menoleh dan tersenyum ke arah David, yang terlihat melambaikan tangannya pada mereka berdua.Ya, Revinda dan Vivian memang tengah sibuk menyiapkan angpao di teras rumah."Halo Mah, Revi. Maaf agak terlambat pulang, jalanan dari puncak dan lepas tol agak macet tadi," sapa David tersenyum pada keduanya."David, sebaiknya kau bantu Revina di sini menyiapkan angpao untuk besok. Mamah mau ke belakang dulu membantu Bi Mely dan yang lain, menyiapkan kue-kue untuk besok," ucap Vivian tersenyum senang, melihat David telah pulang dan bisa membantunya mempersiapkan perayaan besok. Dia pun beranjak meninggalkan teras menuju dapur."Baik Mah." sahut David patuh."Bagaimana Dave Ko, apakah berkas dan rekening Dave Ko sudah diambil..?" tanya Revina."Sudah Revi, berkas dan rekening suda
Sementara di kamar pribadinya.Samuel kini menggunakan gigi palsu permanen di bagian gigi atas depannya. Akibat tiga buah giginya tanggal 'dihajar' oleh orang bersarung kepala, di vilanya tempo hari.Dia juga tak berani menghubungi Marsha, karena dia berpikir Marsha telah diculik bahkan mungkin dibunuh oleh kedua penjahat bersarung kepala itu.Terakhir kali dia memang hanya bisa melihat Marsha yang sedang diseret, oleh seorang dari penjahat tak dikenal itu. Samuel juga mendengar suara meminta tolong Marsha padanya, dengan nada penuh ketakutan.Samuel berpikir tentulah kedua penjahat itu mengincar Marsha dan bukan dirinya. Karena dia merasa tak kehilangan apapun di kamar vilanya itu, dan hanya Marsha yang dibawa pergi oleh kedua penjahat itu.Dan Samuel sendiri baru bebas dari ikatan tubuhnya di kursi keesokkan harinya, saat penjaga vilanya datang dan curiga melihat pintu vila yang terbuka lebar pagi harinya.'Pasti Marsha memiliki masalah, dengan orang yang menyuruh kedua penjahat itu
Ya, ajian tertinggi yang dikeluarkan Dirga selama ini adalah aji 'Rajeg Wesi', yang dikombinasikan dengan jurus 'Trenggiling' miliknya. Sehingga dari situ lahirlah julukan 'Trenggiling Siluman' yang melekat pada dirinya.Aji 'Rajeg Wesi' sendiri adalah semacam ilmu kebal, yang membuat seluruh tubuh Dirga menjadi keras bagai besi dan kebal bacokan senjata tajam, bahkan tahan oleh lesatan peluru sekalipun.Dan jika ajian itu dikombinasikan dengan jurus Trenggiling miliknya, maka hasilnya akan sangat mencengangkan. Karena dengan kombinasi itu, Dirga mampu membuat semua lawan-lawannya tewas dengan tubuh berlubang-lubang. Bagai di bor dengan mata bor baja sebesar tangan, kaki, bahkan kepala Dirga. Ngeri..!Untuk tenaga dalam, masih belum ada taksiran pasti dari kekuatan puncak tenaga dalam si Dirga ini. Dia begitu pandai menyembunyikan kekuatan tenaga dalam yang sesungguhnya. Yang pasti selama pertarungannya di level Area, Dirga sama sekali belum pernah terlihat mengeluarkan tenaga dalam p